Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto.

Pairing : NaruHina.

Genre: Romance, Angst, Drama, Friendship.

Rated : T.

Warning : OOC, ANEH, GAJE, MISSTYPO, DLL.

RnR Please... !

Strength Of Their Love


Malam ini begitu dingin, ku eratkan pelukanku ke lengannya dan kusandarkan kepalaku di pundaknya yang tegap. Dia berbalik kearahku dan aku yakin ia sedang tersenyum sekarang. Senyum yang bisa membuat wajahku merah merona. Memikirkannya saja sudah membuatku merona, bagaimana jika aku melihatnya ? entahlah aku bahkan pernah pingsan di buatnya. Hari ini aku sangat bahagia, kenapa ? yah... karena hari ini adalah hari jadian kami yang ke tiga, itu berarti kami sudah menjalin hubungan bersama selama tiga tahun.

"Hinata-chan... sudah sampai !" ujarnya dengan suara yang lebih berat dari yang dulu. Aku bahkan tidak menyadari kalau kami sudah sampai di depan pintu gerbang Mansion Hyuuga.

"Mmm... mau singgah sebentar ?" tanyaku, dia menggeleng pelan seraya tersenyum dan hal itu membuatku merona.

"J-jadi ?" tanyaku basa-basi.

"Sampai jumpa..." ujarnya seraya membalikkan badannya dan berjalan menjauh. Aku hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh. Ketika ia sudah hilang dari pandanganku, aku segera melangkah masuk. Namun, langkahku terhenti ketika aku melihat kakak sepupuku berdiri di hadapanku.

"N-neji-nii ?" panggilku, aku benar-benar kaget dengan kehadiran Neji-nii yang secara tiba-tiba. Kalau begitu dia melihatku dengan Naruto-kun tadi ?

"Masuklah, udara di luar dingin..." kata Neji-nii, inilah yang kusukai darinya, walaupun terlihat galak, tapi sejujurnya dia itu sangat perhatian. Aku tidak tahu apa yang akan Neji-nii lakukan kepadaku nanti, mungkin ia akan menasihatiku lagi.

Sesampainya di ruang keluarga, Neji-nii langsung duduk di kursi terdekat diikuti dengan aku di belakangnya. Hal ini yang paling ku benci di mansionku sendiri, besar tapi seperti tidak mempunyai penghuni, padahal pelayannya sangat banyak tapi aku tidak tahu mereka selalu pergi kemana. Setelah lama dalam keheningan, akhirnya seorang pelayan mansion Hyuuga datang membawa dua cangkir teh hangat.

"Kau ini... berapa kali kukatakan, jangan selalu keluar sampai larut malam." ujar Neji-nii setelah menyeruput teh hangatnya. Walaupun terdengar datar tapi tetap saja ucapannya tadi tersirat nada kekhawatiran.

"T-tapi... N-naruto-kun bukan orang yang jahat kok, Neji-nii..." elakku dengan suara yang sedikit keras.

"Aku tahu... aku tahu siapa dia... dia memang bukan orang jahat ! tapi, kalau Ayahmu sampai tahu kelakuanmu yang sering keluar malam bersama dengan seorang pria... beliau pasti akan marah besar, Hinata !" ujar Neji-nii panjang lebar. Aku yang mendengar itu hanya bisa menelan ludah dan menunduk. Memang selama tiga tahun ini ayah sama sekali belum mengetahui hubunganku dengannya. Mungkin karena kesibukannya. Tapi, akhir-akhir ini ia sering terlihat curiga kepadaku.

"A-apa Ayah melarangku bersama denganya... Neji-nii ?" tanyaku was-was, teh yang tadi di siapkan untukku sama sekali belum aku sentuh.

" Hhh... entahlah, kakak juga tidak tahu... tapi, aku harap Ayah tidak melarang hubungan kalian." ujarnya lagi, dengan sedikit senyum yang tersungging di bibirnya.

"N-neji-nii ?" aku kaget dengan perkataan Neji-nii barusan.

"Hn, tenang saja... Aku ada di pihak kalian." ujar Neji-nii lagi seraya beranjak dari posisi duduknya dan melangkah pergi dari ruang keluarga. Aku bernafas lega, aku benar-benar senang mendengar perkataan Neji-nii barusan.

"Arigatō Neji-nii..." gumamku dalam hati.

Pagi yang cerah, itulah di pikiranku ketika aku meregangkan otot-otot tubuhku. Aku beranjak dari tempat tidurku dan melangkah ke kamar mandi. Selang duapuluh menit, aku keluar dengan handuk yang dililit di badan dan rambut yang masih basah.

...

Tok... tok... tok

"Hinata-sama... sarapan sudah siap !" panggil seorang pelayan Hyuuga dari luar kamarku.

"Iya, sebentar lagi aku akan turun..." kataku seraya mengambil tas selempang Lavenderku. Aku melihat kearah jam weker yang ada diatas meja belajarku "Pukul 06:50 ? oh tidak, aku terlambat !" teriakku dalam hati.

Konoha High School atau biasa di sebut KHS, itulah sekolahku. Sekolah yang terkadang membuatku tersenyum, membuatku tertawa, membuatku bersedih, dan membuatku bahagia. Sekolah ini sudah menjadi sejarah bagiku, karena sekolah inilah aku di pertemukan dengan pria idamanku dan sekarang menjadi kekasihku. Aku tidak tahu harus mengucapkan terimakasih atau tidak. Kadang Aku selalu berpikir, apakah kami bisa terus bersama ? mengingat Ayahku yang sangat overprotective terhadap diriku membuatku sedikit takut dan ragu dalam mengambil setiap keputusan.

Kring...Kring...Kriiinng

Bel lonceng KHS berbunyi, aku berjalan dengan sedikit berlari agar aku bisa sampai ke kelasku. Aku harus menempuh koridor-koridor sekolah yang sangat panjang dan aku juga harus menaiki anak tangga agar sampai kelantai dua dimana kelasku berada. Sebelum sampai di kelasku aku berhenti di kelas XII.2 kelas Naruto-kun, tidak ada guru di dalam kelasnya, terlihat siswa-siswi yang saling bercanda dan adapun dari mereka yang menjahili temannya sendiri, aku yang melihatnya hanya terkikik geli melihat kelakuan teman Naruto-kun. Aku mengedarkan pandanganku dan mendapati Naruto-kun sedang mengobrol dengan teman-temannya. Sepertinya ia menyadari kalau sedari tadi ada yang memperhatikannya. Ia berbalik kearah pintu dan mendapati diriku yang juga sedang memperhatikannya. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya kearahku, aku yakin wajahku memerah sekarang. Aku membalas lambaian tangannya dengan pelan dan berjalan kekelasku yang tepat berada di samping kanan kelasnya. Aku melihat dari luar jendela kelas, di dalam sama saja dengan kelas Naruto-kun, tidak ada guru dan ributnya minta ampun.

"Ohayō Hinata-chan..." sapa temanku ketika aku masuk kedalam kelasku.

"Ohayō..." sapaku lembut kepada mereka, tidak butuh waktu lama aku langsung duduk di kursiku dan me lepaskan tasku.

"kenapa terlambat Hinata-chan?" tanya Sakura-chan kepadaku. Aku berbalik kearahnya dan tersenyum. Belum sempat aku ingin membuka mulut, Ino-chan sudah mendahuluiku.

"Pasti... semalam kau kencan dengan Naruto kan ?" tanya Ino dengan senyum jahil yang selalu ia perlihatkan kepadaku. Seketika itu juga wajahku memerah di buatnya.

"I-ino-chan..." Rengekku, aku benar-benar tidak bisa mengelak sekarang, karena itulah kenyataannya.

"Benarkah Ino-chan ? wah... pantasan saja Hinata-chan terlambat datang kesekolah, mungkin dia memimpikan Naruto lagi... hahaha" ujar Sakura-chan yang sukses membuat wajahku memerah seperti lampu lalu lintas.

"Hahaha... yah, kau benar Sakura-chan. Pasti Hinata-chan memimpikan Naruto semalam ! iya kan Hinata-chan ?" tanya Ino-chan kepadaku, aku hampir meledak di buat mereka (?).

"Ohayō Minna-san !"suara berat itu membuat keributan di kelasku berhenti, kebiasaan buruk Kakashi-sensei yang selalu datang terlambat. Tapi, aku berterimakasih kepadanya untuk kali ini, setidaknya karena kedatangan sensei pembicaraan ini terhenti.

Kring... Kriing... Kriinng

Bel istirahat berbunyi, Kakashi-Sensei mengakhiri pelajarannya sampai di sini. Segera saja kumasukkan buku-bukuku kedalam tasku dan melangkah keluar.

"Hinata-chan !" panggil seseorang yang sangat kukenal. Aku berbalik dan mendapati Naruto-kun berjalan kearahku. Aku tersenyum melihatnya dan seketika wajahku merona lagi. Ku langkahkan kakiku untuk mendekatinya.

"Ke kantin ?" ajaknya, baru saja aku ingin mengajaknya ke kantin, dia sudah mengajakku duluan. Aku mengangguk pelan dan dia mengandeng tanganku membuat wajahku tambah merona. Kami berdua berjalan meyusuri koridor sekolah, teman-teman yang melihat kami hanya tersenyum tidak jelas dan ada juga dari mereka yang saling berbisik-bisik. Walaupun begitu aku tetap tidak peduli, terlebih dengan Naruto-kun, sepertinya dia santai-santai saja.

...

Hari ini aku berinisiatif untuk pulang bersama dengan Naruto-kun. Biasanya aku pulang dengan supirku yang selalu menjemputku, tapi kali ini aku menyuruhnya pulang karena aku ingin pulang dengan kekasihku. Sudah lama aku tidak pulang bersamanya, bahkan kencan yang kemarin menurutku belum cukup untuk bersamanya, mengingat sebentar lagi ujian akhir sekolah, jadi waktu kami untuk bersama sangatlah padat. Aku berjalan kearah lapangan basket, biasanya Naruto-kun ada di sana bermain dengan teman-temannya. Dan dugaanku benar ketika aku melihat seseorang berambut pirang yang paling mencolok diantara mereka. Rambut pirangnya yang berantakan dan keringat yang jatuh dari pelipisnya membuatnya terlihat sangat tampan. Ia memegang bola basket dan bersiap-siap untuk menshooting bola kearah ring. Aku tersenyum ketika bola itu masuk dengan mulusnya. Aku berjalan mendekatinya sambil memegang sebuah saputangan berwarna putih. Ia berbalik kearahku dan memperlihatkan senyum hangatnya. Segera saja ia berlari kecil kearahku dan menyapaku terlebih dahulu.

"Hinata-chan..." aku tersenyum dan mengelap keringatnya yang sedikit lagi jatuh dari pelipisnya. Ia terdiam dan pipinya juga merona, ia terlihat sangat lucu jika seperti ini. Dalam hati aku tertawa melihat rona merah yang jarang muncul di pipinya, berbeda denganku.

"Ah...!" dia mengalihkan wajahnya dariku, membuatku tertawa pelan. Benar-benar bukan dirinya.

"Kenapa belum pulang ?" tanyanya, sepertinya ia ingin mengalihkan topic pembicaraan dan seketika itu juga rona merah yang tadinya ada di wajahnya hilang.

"Aku ingin pulang bersamamu..." jawabku dengan lembut, dan rona merah itu kembali ada di wajahnya. Ingin sekali aku tertawa lepas sekarang, dia benar-benar lucu. Dia menghela nafas berat, aku yang melihatnya sedikit heran.

"Ada apa Naruto-kun ? kalau kau tidak mau, juga tidak apa-apa kok !" kataku dengan senyum yang sangat di paksakan.

"Hhh... bukan begitu Hinata-chan. Tapi, kau kan tahu kalau aku ada pertandingan sekarang !" ujarnya sembari memegang kedua tanganku. Aku tersenyum lembut kepadanya.

"Tidak apa-apa kok, aku akan menunggumu." ujarku dengan pelan dan tulus, ia tersenyum kepadaku dan lagi-lagi rona merah padam muncul di wajahku.

...

Hari sudah sore dan Pertandingan juga sudah selesai sedari tadi, XII.2 pemenangnya. Naruto-kun memang hebat, kebanyakan dari dia yang memasukkan bola kedalam ring. Sekarang aku di tempat parkir, tadi katanya ia ingin mengganti baju dulu, setelah itu kami akan pulang bersama. Aku melihatnya dari jauh, ia kembali memakai baju sekolahnya. Setelah sampai ia menaiki motor Ninja RRnya dan memberikanku aba-aba untuk naik. Tapi, aku masih diam di tempat.

"Ayo naik..." katanya, aku segera menaiki motornya dengan susah payah karena sekarang aku mengenakan rok.

"Apa kau sudah siap ?" tanyanya kepadaku. Aku hanya mengangguk. Naruto-kun melajukan motornya dengan sangat pelan. Kulingkarkan tanganku ke pinggangnya dan kusandarkan kepalaku ke pundaknya. Kupejamkan mataku dan kuhirup aromanya dalam-dalam. Aroma citrus khas laki-laki, bukan lebih tepatnya itu adalah aroma khas seorang Naruto dan aku sangat suka menghirupnya. Dulu, aku sangat tidak berani untuk melakukan hal yang berlebihan seperti sekarang. Namun, seiring berjalannya waktu hal yang tidak berani ku lakukan kepadanya akhirnya terlakukan juga.

"N-naruto-kun…" panggilku, ia mendengarnya walaupun sekarang sedang mengenakan Helm yang menutupi seluruh wajahnya.

"Hn ?" respon Naruto-kun.

"Aku mencintaimu…" kataku dengan cepat namun lembut. Ia terkekeh pelan.

"Hn, aku juga mencintainmu, Hinata-chan…" katanya seraya memegang tangan kiriku. Aku tersenyum dan kembali memejamkan mataku. Tiba-tiba saja aku merasakan setitik air mengenai wajahku, ketika aku membuka kelopak mataku ternyata hujan rintik-rintik turun. Sepertinya Naruto-kun juga menyadari hal itu. Ia menghentikan laju motornya, dan membuka jas hitam sekolahnya.

"Pakailah..." katanya seraya menyerahkan jas sekolahnya kepadaku. Aku menerimannya dengan lembut dan memakainya, setelah itu ia kembali melajukan motornya dengan kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan yang tadi. Sekarang aku bisa dengan sepuasnya mencium aromanya. Diam-diam aku tersenyum sendiri.

Hujan semakin deras, sepertinya sebentar lagi kami akan sampai ke mansionku. Kalau mau jujur aku ingin lebih lama lagi dengan Naruto-kun. Seandainya hujan tidak turun, mungkin Naruto-kun akan membawaku ketempat yang romantis lagi dan aku sangat menyukai hal itu.

"Hinata-chan... sudah sampai, cepat turun... nanti kau kehujanan !" ujar Naruto-kun dengan sedikit teriak karena hujan yang sangat deras membuatnya membesarkan volume suaranya. Aku segera turun dan memberikan jas sekolahnya. Aku bisa melihat dia kedinginan, oh tuhan apa yang telah kulakukan ? aku membuatnya kedinginan karena menerima jasnya tadi, benar-benar bodoh. Ia bersiap-siap untuk kembali melajukan motornya, namun aku menahan lengannya.

"Lebih baik Naruto-kun masuk saja dulu, hujan turun sangat deras..." kataku berupaya agar Naruto-kun mau menerima tawaranku.

"Tidak, tidak usah... kalau aku menunggu, nanti hujan semakin deras... jadi, aku pulang saja. Kau masuklah, lihatlah kau basah kuyup." ujar Naruto-kun cepat dan terlihat khawatir. Apa dia tidak tahu kalau aku juga mengkhawatirkannya ? tapi aku tidak mau mendengarkan perkataannya untuk masuk kedalam.

"Cepatlah, kau tidak mau melihatku kehujanan di luar teruskan... ?" tanyanya, memang dia benar. Kalau aku berdiri di luar kelamaan, dia juga tidak akan pulang. Aku masuk ke mansionku dan Naruto-kun melambaikan tangannya kepadaku seraya berkata "Sampai jumpa..." lalu meleset pergi. Aku masuk dengan malas-malasan, seorang pelayan datang kepadaku dan memberikanku selembar handuk.

"Arigatō..." kataku dengan sedikit membungkuk, pelayan itu hanya tersenyum dan segera pergi melanjutkan pekerjaannya. Ku langkahkan kakiku menuju kamarku di lantai atas, namun langkahku terhenti oleh suara berat ini.

"Siapa pria tadi ?" tanya seseorang, dan aku yakin itu adalah suara Ayahku. Aku berbalik dan sedikit menunduk.

"D-dia N-naruto-kun, ayah... !" kataku dengan terbata-bata. Dia paling benci jika melihatku bersama dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya.

"Apa dia pacarmu ?" tanya ayahku dengan tatapan tajam. Aku melihatnya sebentar dan mengangguk pelan.

"Siapa Namanya ? apa dia anak yang baik ? apa aku mengenal ayah dan ibunya ?" tanya ayah bertubi-tubi. Aku mendongak dan balik menatap ayahku.

"D-dia Namikaze Naruto ayah, ia adalah anak yang baik... sangat baik. Ibunya... sudah meninggal sejak ia dilahirkan, dan ayahnya juga sudah meninggal ketika umurnya masih enam tahun... aku juga tidak tahu kalau ayah mengenalnya..." kataku. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah ini. Mungkin ayahku menyuruhku agar menjauhinya.

"Berarti ia anak yatim piatu ?" tanya ayahku lagi dengan suara datarnya. Aku sudah merasakan ada hawa yang tidak enak disini. Lagi-lagi aku mengangguk.

"T-tapi ia tinggal dengan ayah angkatnya, ayah..." kataku lagi.

"Siapa ayah angkatnya itu ? dia bekerja di mana sekarang ?" tanya ayahku lagi. Bahkan aku sendiri yang emosi di buat ayahku ini. Ayah selalu saja melihat orang dari segi kekayaannya.

"Umino Iruka... ia bekerja di departemen keuangan..." jawabku seraya berbalik, aku tidak ingin melanjutkan percakapan bodoh ini. Namun, langkahku terhenti ketika ayahku mengucapkan sesuatu yang membuat tubuhku serasa mati rasa.

"Putuskan hubunganmu dengannya... ayah tidak mau masa depan anak ayah tidak terjamin..."


To Be Continued

Garing yah ?

Mungkin saya butuh kritikan :)

REVIEW