Okee...Chap 3 Update lebih cepat !
Sebenarnya sy tidak sk banyak bicara, jd langsung aja...
RnR Please... !
Warning: OOC, ABAL, ANEH, MISTYPO, AU, GAJE, dsb.
Strenght of Their Love
~/\~
Neji yang mendengar ucapan pamannya membelalakkan mata, begitupun Hinata. Dalam hati ia bertanya 'Apakah ayahku sejahat ini ?' . Lagi-lagi gadis manis itu hanya bisa mengangis, ia berdiri dan membuka pintu kamarnya secara kasar dan menutupnya dengan keras hingga menimbulkan suara yang membut semuanya tersentak kaget.
Blaamm
"Paman… tidak kah itu terlalu berlebihan ?" tanya Neji kepada pamannya. Sedangkan yang di tanya sama sekali tidak menjawab. Ia hanya menatap kamar Hinata dari luar dan mendengar isakan gadis yang ada di dalam.
"Tidak, Ini adalah hukuman untuknya…" ujar paman Hiashi dengan nada yang masih saja terdengar datar.
"Jadi, apa yang tadi paman ucapkan itu… hanya untuk menekan Hinata saja ?" tanya Neji lagi dengan sangat serius. Berharap bahwa pamannya hanya mengancam Hinata saja.
"Tidak, aku bukan type orang yang bisanya cuma bicara. Neji, bantu aku melakukannya…!" ujar pamannya lagi seraya berbalik untuk menatap Neji. Ia ingin mendengar apa yang akan di katakan anak dari saudaranya yang juga sudah dianggapnya anak sendiri.
"T-tapi paman… i-itu tidak mungkin !"
"Jika kau tidak mau membantuku… biar aku dan orang-orangku saja yang melakukannya…" kata pamannya sembari melangkah pergi menjauhi Neji.
"Paman…?" gumam Neji dalam hati ketika melihat pamannya melangkah menjauh. "Sekarang aku sudah tidak bisa apa-apa, Hinata… maafkan aku !". Memang selama tiga tahun ini Neji lah yang merahasiakan hubungan Hinata dengan pria pilihannya.
~/\~
"Hinata...? kau baik-baik sajakan ?" tanya Neji ketika mereka sarapan pagi bersama. Sedangkan yang di tanya hanya mengangguk pelan.
"Kau terlihat berantakan... lebih baik kau tidak usah sekolah dulu..." ujar Neji seraya mengoleskan selai coklat pada lembaran rotinya.
"T-tapi-"
"Lagipula... ayahmu sedang tidak ada... Tenang saja... nanti aku yang akan kesekolahmu !"
"...baiklah..." gumam Hinata. Ia memang terlihat berantakan sekarang. Matanya bengkak dan wajahnya terlihat pucat, dan Neji menyadari hal itu. Ia tahu apa yang terjadi dengan Hinata semalam. Semalam ia terus menangis dan menangis, bahkan Neji juga tidak bisa tidur karena ia merasa bersalah kepada pamannya. Ia harus di hadapkan dengan pilihan yang membuat kepalanya terasa sakit.
...
Neji keluar dari ruangan wali kelas Hinata. Ia berjalan dengan sangat angkuh, terlihat siswi-siswi terpesona dengan ketampanan yang dia miliki. Sebagian dari mereka juga tahu, bahwa orang itu adalah kakak Hinata. Tapi, sebagiannya juga tidak, karena Hinata bukanlah anak yang terlalu mencolok di sekolahnya. Itu karena ia yang pendiam dan suka menyendiri, namun itu dulu. Sebelum ada seseorang yang membuat hari-harinya berwarna. Tetapi, walaupun begitu. Ia termasuk anak yang berprestasi di sekolahnya.
"N-neji-senpai ?" panggil seseorang heran, ketika melihat Neji ada di sekolahnya. Yang di panggil segera berbalik kearah orang yang memanggilnya.
"Naruto ?" Neji mendekat kearah Naruto.
"Senpai, kenapa ada di sini…? oh iya, ada apa dengan Hinata? Tidak biasanya ia terlambat !" tanya Naruto, ia berpikir bahwa Neji berada di sekolahnya pasti ada kaitannya dengan Hinata.
"Hn, hari ini Hinata tidak bisa masuk sekolah… ia sedang tidak enak badan !" ujar Neji dengan tenang. Belum sempat Naruto ingin membuka mulut, Neji sudah mendahuluinya.
"Kalau begitu… aku duluan Naruto." ujar Neji seraya berjalan pergi, meninggalkan Naruto yang masih diam di tempat. Sejujurnya, ia tidak ingin diinterogasi oleh Naruto gara-gara Hinata tidak masuk sekolah.
"Dobe ? apa yang kau lakukan di depan pintu ? aku mau lewat…" tegur salah satu sahabat Naruto ketika ia melihat Naruto berdiam diri layaknya patung yang di pajang di depan pintu kelas.
"A-ah…Teme ? Hhh… tidak, aku tidak melakukan apa-apa kok !" kata Naruto seraya berbalik menuju bangkunya. 'Ada apa dengannya ? tidak biasanya ia seperti ini ! Hhh…dasar dobe' gumam pria berambut raven dalam hati ketika ia melihat tingkah sahabatnya yang tidak biasanya.
Naruto berjalan menuju bangkunya dengan langkah gontai, ia sangat heran. 'Mengapa Hinata tidak memberitahuku kalau dia tidak masuk sekolah hari ini ?' tanyanya dalam hati. Ia duduk dan melirik sekilas Shion yang sedang memperhatikannya.
Hari ini Naruto terlihat tidak bersemangat, bahkan dia yang tidak pernah melewatkan jam istirahat kini ia lewatkan begitu saja. Kiba yang menyadari hal itu sedikit heran, biasanya ia yang paling bersemangat jika di ajak ke kantin, namun sekarang ia hanya duduk diam di bangkunya. Kiba mencari orang yang pas untuk di suruhnya, matanya jatuh pada seseorang yang sedang asyik dengan snack yang ada di genggamannya. Segera saja ia menghampiri orang itu.
"Chouji… belikan aku dua bungkus ramen di kantin." kata Kiba dengan sidikit berbisik kepada Chouji.
"Jika yang satunya untukku...!" Chouji berkata tanpa menoleh ke arah lawan bicara, ia terlalu asyik berkutat dengan snack yang ada di tangannya. Kiba mendengus kesal.
"Yare... yang satunya untukmu..." Kiba akhirnya mengalah, padahal tujuannya membeli dua ramen itu, untuk Naruto dan untuknya.
"Baiklah..." kata Chouji tersenyum senang. Kiba memberikan Chouji beberapa lembar uang sebelum ia pergi.
"Yo...Naruto." panggil Kiba yang entah kapan sudah berada di hadapan Naruto.
"Hn...?" respon Naruto dengan malas-malasan. Hal itu membuat Kiba mengernyitkan alisnya.
"Ada apa denganmu ? tidak biasanya kau seperti ini !" tanya Kiba seraya memperbaiki posisi duduknya.
"Tidak, memangnya... ada apa denganku ?" tanya Naruto dengan bodohnya.
"...baka... aku yang bertanya kepadamu" kata Kiba dengan sedikit kesal, hal seperti inilah yang paling dia benci jika berinteraksi dengan seorang Naruto.
"Tunggu dulu, biar kutebak...pasti... kau tidak mendapatkan uang jajan !" tebak Kiba dengan sedikit tersenyum.
"Bukan."
"Kau mendorong motormu sampai kesekolah !"
"Bukan."
"Kau mendapat tugas tambahan ?" kali ini Kiba sangat yakin dengan pertanyaannya.
"Bukan juga."
"Ah... aku tau, Hinata yah ?" pertanyaan terakhir membuat Kiba memelankan suaranya.
"..." Naruto memalingkan wajahnya kearah luar jendela. Kiba yang menyadari respon dari Naruto segera tahu apa masalah sebenarnya.
"Kiba, Naruto... aku datang..." teriak seseorang dari pintu. Teriakan itu membuat kedua pria yang ada di dalam menoleh kearahnya.
"Ah... Chouji, cepat bawa kemari..." Kiba berkata dengan semangat. Segera saja Chouji berjalan mendekati mereka berdua dengan menenteng dua bungkus mie ramen dan memegang dua buah mangkok. Chouji mengambil bagiannya, sedangkan Kiba mengambil sebungkus ramen dan menuangkan mie itu ke dalam mangkok yang Chouji bawa tadi.
"Naruto, ini untukmu..." kata Kiba seraya menyodorkan ramen yang tadi.
"Hhh...aku sedang tidak mood Kiba..." ujar Naruto seraya memalingkan kembali wajahnya dari Kiba. Wajah pria itu terlihat kusut. Kiba menatap Naruto dengan pandangan heran. Setiap kali Naruto seperti ini, hanya ada satu yang mampu membuatnya kembali ceria. Ya itu, mie ramen. Tapi, kenapa sekarang ia terlihat berbeda ?
Hanya ada satu jawabannya !
Hinata...
Yah, karena gadis itu, dunia Naruto bisa saja berubah dalam sekejap. Seperti sekarang.
"Naruto... memangnya apa yang terjadi diantara kalian ?" tanya Kiba kepada sahabat terbaiknya, tidak biasanya seorang Kiba seserius ini.
"Entahlah !" jawab Naruto dengan lesu. Membicarakan tentang Hinata membuatnya seperti ini.
"Oh iya, tadi pagi aku melihat Neji... !"
"Aku tahu... aku juga bertemu dengannya."
"Apa yang di katakannya ?"
"Katanya... Hinata tidak masuk karena tidak enak badan."
"Kenapa kau tidak menghubunginya ?"
"Aku sudah menghubunginya, Kiba... tapi, ia tidak mengangkatnya !" setelah Naruto mengucapkan perkataan itu. Kiba terlihat berpikir, Naruto dan Hinata adalah pasangan teromantis di sekolah, jadi Hinata tidak mungkin memperlakukan Naruto seperti itu, kecuali ada alasan tertentu.
"Sepulang sekolah nanti... kau harus ke rumahnya !" kata Kiba seperti memberikan solusi. Naruto hanya mengangguk tanda mengerti.
~/\~
Sekarang Naruto berada tepat di depan rumah Hinata, ia masih ragu untuk menekan bel yang ada di samping pagar. Sudah lima menit ia duduk di motornya tanpa melakukan apa-apa. Ia sudah memutuskan, segera saja ia melangkah dan menekan bel tersebut. Setelah itu, muncul seseorang yang menurut Naruto adalah satpam. Terlihat dari seragam yang di pakai orang itu.
"Oh... Namikaze-san ?" panggil satpam itu ketika melihat kedatangan Naruto. Satpam itu memang sudah mengenal Naruto sejak lama.
"Ah... Kotetsu-san ! apa Hinata ada di dalam ?" tanya Naruto kepada satpam yang selalu membantunya jika ingin bertemu dengan Hinata.
"Hm, sepertinya ia ada di dalam !" kata Kotetsu lagi.
"Bisakah anda memanggilkannya untukku ?" Naruto berkata dengan pelan, hingga seperti memohon.
"Ah... yah, tunggu sebentar." Kata satpam itu lagi seraya berjalan ke dalam.
Krieet
Hinata menutup gorden kamarnya. Gadis itu kini tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Jika ia keluar dan menemui Naruto. Ia takut, takut jika ia tiba-tiba menangis di hadapan kekasihnya. Dan jika ia tidak keluar, maka ia akan menyiksa sendiri batinnya.
Tok..tok...tok
"Hinata-sama, ada yang menunggumu di luar..." teriak Kotetsu dari luar kamar Hinata.
Ceklek
Hinata membuka pintu kamarnya dan mendapati Kotetsu berdiri di hadapannya "Katakan kalau aku tidak ada..." perkataan Hinata membuat Kotetsu sedikit heran. Sebenarnya Kotetsu ingin bertanya, tapi ia urungkan niatnya ketika melihat mata Hinata yang berkaca-kaca. Sejujurnya, Kotetsu juga tahu apa yang terjadi semalam, tapi ia hanya melihatnya sekilas karena Neji yang menyuruhnya pergi.
"Apa anda yakin, Hinata-sama ?" tanya Kotetsu, karena sebelumnya Hinata selalu senang jika Kotetsu datang ke kamarnya dan membawa berita bahwa kekasihmu menunggumu di depan. Tapi, sepertinya akan ada sesuatu yang berubah.
"Tidak, katakan kalau aku tidak ada di rumah !" kata Hinata lagi, setelah itu ia menutup pintu kamarnya.
...
"Nnggh... Namikaze-san, sepertinya Hinata-sama tidak berada di rumah sekarang !" kata Kotetsu setelah ia keluar. Hal itu membuat Naruto heran.
"Ah... kalau aku boleh tau, ia berada di mana sekarang ?" tanya Naruto lagi.
"Kalau itu... aku juga kurang tau. Tapi, tadi ia pergi bersama Neji !" kata Kotetsu, berbohong.
"Ah... kalau begitu saya pamit, Kotetsu-san. Maaf, kalau merepotkan anda !" kata Naruto dengan sedikit membungkukkan badannya.
"Tidak apa-apa kok Namikaze-san !" kata Kotetsu dengan sedikit tersenyum. Setelah itu, Naruto menaiki motornya dan meleset pergi dari mansion hyuuga.
"Pantasan saja Hinata-sama menyukainya... ia adalah anak yang baik !" gumam Kotetsu dalam hati ketika Naruto sudah menghilang dari pandangannya.
...
Naruto's POV
Dalam perjalanan menuju rumahku, aku masih sedikit tidak percaya dengan perkataan Kotetsu-san tadi. Sebelum masuk, Kotetsu-san berkata bahwa Hinata ada di dalam, tapi setelah ia keluar ia mengatakan bahwa Hinata tidak ada di dalam, dengan alasan Hinata keluar dengan Neji. Sejujurnya aku sedikit ragu, tapi tidak mungkin Kotetsu-san berbohong kepadaku. Di lihat dari raut wajahnya, ia terlihat senang ketika aku datang. Atau jangan-jangan Hinata...? arrggh, tidak mungkin Hinata memperlakukanku seperti itu. Hhh, sudahlah... ia harus menjelaskan semuanya jika aku bertemu dengannya.
End of Naruto's POV
Sudah jam tujuh malam, itulah dipikiran gadis yang sedang menatap langit dari balkon kamarnya. Ia tidak tahu apa yang harus di lakukannya ketika ia bertemu dengan kekasihnya.
Hinata's POV
Apa yang harus kukatakan jika aku bertemu dengan Naruto-kun ? apa dia akan marah karena telpon-nya tidak ku angkat dan apa dia juga akan marah gara-gara sms-nya tidak ku balas ? jangan sampai ia mengetahuiku kalau tadi aku ada di rumah. Oh kami-sama, aku mencintintainya... sangat mencintainya. Aku tidak tahu apa yang telah ia lakukan kepadaku hingga aku bisa mencintai pria bodoh sepertinya. Dan aku terlalu mencintainya hingga aku tidak ingin ia di sakiti oleh ayahku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan ketika mendengar ucapan ayahku kemarin malam. Ibu, seandainya ibu masih ada disini ! mungkin ibu akan membelakul lagi ketika ayah memperlakukanku seperti ini.
Tidak ada jalan lain, aku harus melakukan rencanaku.
Maafkan aku, Naruto-kun.
End of Hinata's POV
Hinata berjalan ke arah kamarnya dan mengambil handphone berwarna lavender di tempat tidurnya. Setelah itu ia mencari nama di kontaknya.
Calling...
Shion-chan [+6285242442XXX]
Tut...Tutt..Tutt
Di tempat lain
…
Koko ni arunowa
Kimiga imama
Deranda michi no
Kotae tachiyo hora jishin motte susumebaii
Segera saja Shion merogoh tasnya dan mengambil handphone-nya yang berbunyi. Ia heran ketika melihat nama yang memanggil di layar handphone-nya. Kiba yang ada di hadapannya sedikit heran ketika melihat Shion lama memandangi layar handphone-nya.
"Siapa yang menelponmu ?" tanya Kiba seraya berhenti dari acara makannya.
"Hinata..." jawabnya dengan pelan.
"Hinata ? ada apa ?" tanya Kiba lagi.
"Entahlah, aku juga tidak tahu !" jawab Shion lagi. Setelah itu ia berdiri dan meninggalkan Kiba. Shion menuju toilet di restoran yang ia tempati sekarang.
"A-ah... yah, Hinata ?" panggil Shion ketika ia sudah mengangkat panggilan dari Hinata.
"S-shion-chan ? kau ada di mana ?" tanya Hinata ketika ia mendengar suara Shion.
"Aku ada di restoran sekarang !" kata Shion seraya menekan tombol untuk loudspeaker.
"Bisakah kau menghindar dari orang-orang, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan padamu !" kata Hinata dengan suara yang terdengar serak.
"Sesuatu ? apa itu ? apakah sangat penting sehingga kau menghubungiku ?"
"Yah, ini sangat penting menurutku !"
"Baiklah... apa itu ?"
"Ini tentang Naruto !"
"Dobe ? ada apa denganmu ?" tanya Sasuke kepada sahabatnya. Tidak biasanya seorang Naruto murung seperti sekarang.
"…"
"Dobe ?" panggil sasuke lagi.
"…" masih tidak ada jawaban.
"Naruto ?" kali ini Sasuke geram karena Naruto yang mengacuhkannya.
"A-ah… yo teme ?" Naruto tersentak ketika mendengar bentakan Sasuke. Seketika itu juga ia berhenti dari aktifitas lamunannya.
"Kau kenapa ?" tanya Sasuke seraya meminum segelas whisky yang ada di hadapannya.
"Tidak, aku tidak apa-apa !" jawab Naruto dengan nada datar. Sasuke yang mendengarnya sedikit mengernyitkan alis, tentu saja. Tidak biasanya Naruto bersifat seperti ini. Biasanya ia yang paling heboh jika di ajak ke club malam.
"Aku memang tidak tau apa masalahmu ! tapi, jika kau tidak keberatan… ceritakanlah padaku !" kata Sasuke. Naruto memandang Sasuke sebentar, dan berpikir bahwa tidak ada salahnya jika di ceritakan pada Sasuke.
"…ini tentang Hinata !" kata Naruto dengan sangat pelan. Sasuke yang mendengar apa masalah Naruto, sedikit heran. Ini kali pertamanya Naruto mempunyai masalah dengan Hinata. Padahal setahu Sasuke, Naruto tidak pernah selingkuh atau apapun. Begitupun Hinata. Memang Naruto dan Hinata telah mendapatkan rekor sebagai pasangan teromantis di konoha high school, dan mereka juga yang telah mencetak rekor sebagai pasangan yang paling lama bertahan di antara teman-temannya.
"Hinata ? ada apa ? ceritakan saja padaku… mungkin aku bisa membantumu !" ujar Sasuke dengan sesekali meneguk whisky yang ada di tangannya. Naruto melirik sebentar teman-temannya yang sedang asyik berdansa dengan wanita malam, setelah itu ia menceritakan semuanya.
"Aku mohon Shion-chan… bantulah aku !" kata Hinata dengan nada memohon.
"Itu tidak mungkin, Hinata !" ujar Shion kepada Hinata.
"Tidak ada pilihan lain~… a-aku…" Hinata berbicara sambil meneteskan air matanya.
"Bagaimana kalau Naruto tau ?" tanya Shion, ia takut jika ada yang mendengar pembicaraannya.
"Dia tidak akan tau kecuali kau membertitahukannya !" jawab Hinata.
"Tidak, Hinata. Maafkan aku… kali ini aku tidak bisa membantumu !" ujar Shion dengan nada penyesalan.
"A-aku mohon Shion-chan… aku juga tau kalau kau menyukainya !"
"Hhh… ya, aku memang menyukainya. Tapi, itu dulu Hinata… setelah melihatnya bahagia bersamamu aku juga merasa senang !"
Hening.
"Sebelum ayahku melakukannya… S-shion…hikz !" kali ini Shion mendengar isakan Hinata. Kalau mau jujur Shion sangat ingin membantu Hinata. Tapi, tidak dengan cara seperti ini.
"Tidak adakah cara lain ?" tanya Shion, entah kenapa ia merasa sangat bersalah.
"Tidak ada… itulah jalan satu-satunya~ !" jawab Hinata seraya mengelap air matanya dengan menggunakan punggung tangannya.
"Baiklah !" Shion tidak sadar, bahwa sedari tadi Kiba mendengar percakapannya dengan Hinata.
"Begitu yah ?" tanya Sasuke ketika Naruto mengakhiri ceritanya. Yang ditanya hanya mengangguk pelan.
I realize the screaming pain
Hearing loud in my brain
But I'm going straight with the scar
...
Segera saja Naruto merogoh saku celananya dan mengambil handphonenya.
"Hinata ?" gumam Naruto ketika melihat siapa yang memanggil. Tidak butuh waktu lama Naruto segera membalas panggilan Hinata.
"Naruto-kun ?" panggil seseorang dari sana dengan suara lembutnya. Naruto mengehela nafas, ini adalah suara yang di rindukannya satu harian ini.
"Hinata ?" panggil Naruto, setelah itu ia tersenyum. Sasuke yang mendengar Naruto menyebut nama Hinata sedikit heran.
"Kenapa kau-"
"Jemput aku di depan rumahku !" Hinata memotong perkataan Naruto.
"Hhh…" Naruto mengehela nafas berat.
"A-ku.. aku merindukanmu !" gumam Hinata yang sangat terdengar jelas oleh Naruto. Sebenarnya, banyak hal yang ingin Naruto tanyakan kepada Hinata, tapi perkataan tadi membuat Naruto luluh.
~/\~
Hinata keluar dari mansionnya dan mendapati Naruto yang tengah duduk di motornya dengan kedua tangan dilipat di dada. Segera saja Hinata menghampirinya, begitupula dengan Naruto. Ia berdiri ketika melihat Hinata sudah keluar.
"Naruto-kun menunggu lama ?" tanya Hinata seraya merapikan rambutnya.
"Tidak kok !" jawab Naruto dengan sedikit tersenyum.
"Ya sudah, ayo…" ajak Naruto. Setelah itu, merekapun pergi meninggalkan kediaman Hinata.
…..
Saat ini mereka ada di taman pilihan Hinata, tapi Naruto sama sekali tidak pernah mengeluh jika Hinata memilih tempat seperti ini. Ia sudah terbiasa, lagipula ia sudah mulai suka dengan tempat yang damai seperti ini. Naruto dan Hinata berjalan beriringan dengan sesekali saling melirik satu sama lain.
"Naruto-kun ?" panggil Hinata setelah lama dalam keheningan.
"Ya ?" respon Naruto. Tiba-tiba saja Hinata berhenti berjalan dan berbalik kearah Naruto, ia menangkupkan kedua tangannya di pipi Naruto. Hinata sedikit berjinjit agar bisa menyamai tinggi Naruto, ia menutup kedua matanya. Setelah itu ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Naruto hingga hidung mereka saling bersentuhan. Hinata menekan bibir pemuda itu dengan sangat lembut walaupun dengan secara tiba-tiba.
"Ini untuk yang terkahir kalinya… !" gumam Hinata dalam hati yang bibirnya masih belum lepas dari bibir sang pemuda.
To Be Continued
(A/N: Kayaknya ada yg gk setuju dgn jalan pikiran aku deh… ! yang Hinata dgn Shion, nanti di jelaskan di Chap-chap depannya…)
ZephyrAmfoter: gk kok ! justru sy berterima kasih, gara-gara Zephyr sy jd dapat ide… hehehe… yg di skip itu sebenarnya gk masalah. Mereka bukan kencan, tp Hinata hanya mau menenangkan diri dgn cara bertemu dgn kekasihnya ! gitu…
Aojiru no Sekai: Hehe… Thanks Aoi-san. Tapi, sy jd sedih sendiri karena mungkin di chap-chap depannya, NH-nya jarang muncul. Dan di Chap ini NH-nya lebih sedikit dari pada chap yg kemarin. Maaf yah !
M. Higashikuni: Mungkin sih ! tapi, sebenarnya sy tdk mau genrenya lari ke hurt/comfort. Tp, kalau ceritanya udah gitu, yah… mau bagaimana lagi. Sebenarnya sy hanya mengarang tanpa memperdulikan genre. Hehehe… dan sebenarnya sy paling benci fict yg bergenre hurt/comfort. Tapi, aku jg tdk tau kenapa fict ku lari kesitu… hahaha *dasar Author gaje*
Tesya_Blossom69: Yo'i Broo… Thanks
Nimarmine: Hahaha, nanti kena' Jyuuken lagi… hahaha oh iya, terima kasih udah Review ! ^_^
Okee… sy butuh Review. Mungkin yg dichap ini Typo-nya banyak… atau huruf capital gk aku perhatiin. Soal-nya aku cepat-cepat. karena bulan ini kayaknya aktifitasku padat *Ciieelah*, jd harus nge-Update secepatnya.
REVIEW