Disclaimer : Percakapan sang Author dengan Fukuro dan Ace..
Michi : "Fuku-chaaan! Ah, muka lo jelek banget bikin kangen!"
Fukuro : "Chapappapapaa! Tentu sa— Apa? Maksudmu apa, author aneh?"
Michi : "Ah, bercanda! Tadi ada kecoak nyebrangin mulutmu."
Fukuro : "Author gila.."
Michi : "Ayo, sebutkan Disclaimernya!"
Fukuro : "Siapa lo nyuruh nyuruh gue! Ogah! Chapapapapa!"
Michi : "Okeh, kubunuh kau! Hiyyyyaaaaa *pasang kuda- kuda menyerang* ACCCCEEEEE!"
Ace : "Siap! Hike— Tunggu, kenapa aku harus menolongmu?"
Michi : "Ayooolaaaahhh.. Portgas D. Ace kan baik hati, tidak sombong, rajin menabung, keren.."
Ace : "Ah, masa sih? Oke deh, HIKEN!"
Fukuro : "UWAAAAAA! *kabur*"
Michi : "Lebih baik, Ace-kun jadi asistenku aja di sini, gimana- gimana?"
Ace : "Hmm. Boleh juga, capek gue di kuburan, gak bisa gerak, gelap lagi. Lebih baik disini, Cuma liatin mukanya author jelek begini lebih baik."
Michi : "KURANG AJAR! BEGINI- BEGINI GUE JUGA IDOLA!"
Ace : "Idola, tapi bohong *datar*"
Michi : "Terserah ah, gelap. Udah, ucapkan disclaimernya!"
Ace : "One piece adalah milik Eiichiro Oda. Author ini hanya mmebuat cerita aneh yang sebenarnya tak penting."
Michi : "Yaaa.. Terus.. terus aja katain! Huh!"
Ace : "Ah, marah."
Summary : Kupikir- pikir sepertinya ceritanya gak bagus. Masih perlu diperbaiki lagi. This is the last chapter. Luffy akan segera datang membebaskan Zoro dan Allen.
Part 2
"Semuanya tidak bisa dialasankan dengan kata- kata Allen.." Desis Zoro. "Kalau kau tanya kenapa.. Aku tak bisa jawab.. Kakiku rasanya ingin berlari mengejarmu yang menjauh. Otomatis saja kaki berlari mengejarmu dan berenang sampai ke sini. Aku juga tidak tahu kenapa."
Allen tak bisa berkata- kata lagi. Tenggorakannya tercekat, tak mampu bicara. Tidak sanggup bicara, tidak sanggup membalas perkataan Zoro, tidak bisa berbuat apapun. Hanya bisa diam.
Zoro-pun diam. Tak tahu lagi harus bicara apa. Tapi seolah mereka mengerti satu sama lain, Zoro merangkul Allen dengan lembut. Tak ada sepatah katapun yang muncul dari mulut mereka berdua. Hanya ada deru nafas mereka yang sama- sama memburu.
"Zoro.." Panggil Allen akhirnya setelah waktu yang cukup lama dalam posisi yang tak berubah.
"Ya?"
"Tubuhmu.. Masih berdarah.. Kau tidak apa?" Tanya Allen dan menyenderkan kepalanya di dada Zoro dengan tenang.
"Tidak apa. Aku tidak akan mati." Ungkap Zoro dengan meyakinkan, "tidak akan mati."
"Memangnya kau siapa. Kau bukan dewa yang tahu kau tak akan mati. Kalau kau Brook, lain ceritanya." Ucap Allen dan tertawa kecil.
"Ya.. Mungkin aku tak akan mati sekarang. Sampai impianku tercapai."
"Selebihnya? Kau mau mati? Lucu sekali.. Susah payah mendapat gelar, setelah itu mati.. Konyol.." Goda Allen dan tertawa kecil.
"Karena aku punya janji.." Desis Zoro kecil, "aku tak mau sampai aku juga ingkar janji.. Sampai aku juga mati.. Tak ada satupun dari kami yang jadi pendekar terhebat. Percuma saja kalau begitu.. Untuk apa janji. Sampah saja."
Allen tersenyum, "Kuina kan?"
Zoro terkejut. Padahal tak ada satupun dari anggota Mugiwara pernah ia ceritakan tentang keadaan masa lalunya. "Kau tahu..?"
"Sedikit." Ucap Allen pendek, "aku juga bingung bagaimana aku harus menjelaskan mengapa aku bisa mengetahuinya."
Zoro menahan nafasnya, kemudian membuangnya dengan panjang. "Kuina.. Itu anak dari guru Dojoo tempatku.. Aku tak pernah bisa menang jika melawannya.. Sekalipun. Pada akhirnya aku menantangnya dengan pedang sungguhan.. Aku tetap kalah.. Tapi.."
Kuina meneteskan air matanya, membuat Zoro terkejut. "He, hei? Ada apa?" Tanya Zoro bingung.
"Tak usah terburu- buru, Zoro. Suatu saat nanti kau akan mengalahkanku." Ucap Kuina dengan menangis. "Wanita akan lemah ketika ia dewasa nanti.."
Zoro terdiam. Kemudian mengacungkan jari kelingkingnya dengan tegas. "Berjanjilah!" Ucap Zoro dengan tegas.
"Eh..?"
"Berjanjilah padaku.. Suatu saat nanti, aku ataupun kau akan menjadi pendekar pedang yang paling hebat di dunia! Berjanjilah!" Tegas Zoro dengan mengacungkan kelingkingnya tanpa ragu.
Kuina tersenyum dan menautkan jarinya di jari kelingkin Zoro, "kau itu masih kalah denganku. Jangan sok ya!"
"Tapi.." Ucapan Zoro tertahan, "esoknya ia jatuh dari tangga dan meninggal."
Allen tetap tenang dan mendengarkan cerita Zoro dengan seksama.
"Karena itulah aku mengambil Ichimonji miliknya dan kemudian berlatih dan berlatih. Akhirnya aku pergi dari dojoo itu dan mencari Mihawk yang merupakan pendekar terhebat di dunia." Ucapannya terhenti lagi dan Zoro menghembuskan nafas panjang, "aku tak tahu kalau kekuatan Mihawk sekuat itu. Dan ternyata pernyataan Kuina salah. Karena disini ada pendekar yang hebat juga."
Allen menggeleng, "tidak. Aku masih 16 tahun. Aku memang percaya pada ucapan bahwa wanita akan lemah jika sudah dewasa." Ucapnya dan kembali diam dan membuat Zoro berkata lagi.
"Memang mungkin akan seperti itu.. Tapi kau yang seakan tak tertarik pada gelar itu.. Juga alasanmu itu.. Membuatmu semakin kuat. Itulah yang membuatku yakin dan membuatku.." Ucapan Zoro tertahan lama membuat kening Allen berkerut.
"Apa?"
Wajah Zoro terasa panas, "Membuatku.."
Terdengar sebuah suara orang yang berjalan. Zoro dengan cepat mengembalikan posisinya yang terlentang dan Allen pun menahan rasa penasarannya dan kembali di posisi mereka.
"Fufufu.." Tawa sadis menggema. Suara kepten bajak laut itu bersama bawahannya yang tadi bertugas menghadang Allen agar tidak mengeluarkan kekuatannya.
Zoro terdiam dengan pandang sebal pada mereka berdua. Ia tetapi tetap diam. Ia berusaha tak bergerak agar tak mengancam jiwa gadis yang ada di belakangnya itu.
"Kau pikir bisa lolos, Roronoa?" Tanya Kapten itu mengejek, "jangan berharap."
"Luffy.. Pasti akan datang kesini!" Teriak Zoro dan kepalanya ditendang oleh sang bawahan. Membuat suatu cairan dari Kepala Zoro mengalir.
"Fufufu.. Tidak akan terjadi.."
"Arkh!" Erang Zoro ketika tendangan ke ulu hati yang terasa dari luar menyeruak masuk membuat siluet tubuh Zoro yang berdarah terlihat.
Allen memejamkan matanya. Ia ingin bergerak, tapi jika bergerak, mungkin kapten bajak laut itu akan mengeluarkan kekuatannya sesunggungnya. Apalagi Allen memang bukan orang biasa. "Luffy.." Desis Allen memanggil Luffy dengan pelan.
Bertubi- tubi serangan ke tubuh, kepala, punggung Zoro. Zoro terbatuk- batuk dan batuknya mengeluarkan darah. Allen mengeratkan kepalan tangannya dan terus mengeratkan.
"Siapa mati ternyata kau.." komentar sang bawahan, "boleh bergabung, bos?"
"Silahkan, tapi kau tubuhnya, aku kepalanya." Ucap sang kapten dengan sadis. Zoro kembali mengerang ketika tendang itu juga disertai pukulan gada yang dibawa oleh bawahan kapten itu. Ulu hati Zoro terasa akan patah.
Allen memejamkan matanya dengan memaksa. Ia terus menahan mulutnya yang ingin berteriak sekencang- kencang agar siapapun mendengar dan menolong mereka, bukan. Bukan mereka, cukup Zoro saja. Sungguh tidak adil jika Hanya Zoro yang terluka parah.
Allen mencoba melepas rantai di kakinya dengan hati- hati agar ia bisa meraih Zoro yang tak bisa dijangkaunya dengan mudah sekarang. Ia terus mencoba merusak gembok rantai itu, satu persatu dengan pedangnya yang sengaja diletakan disana agar menguji mental Allen dengan motif agar menyiksa Zoro lebih parah dari ini.
Belum puas dengan tubuh Zoro, sang bawahan itu mengambil pedang Zoro..
"Apa lebih baik pedang ini dipatahkan saja ya?" Ejek sang bawahan itu dan mengambil Ichimonji dan memainkannya. Allen dan Zoro tersentak bersamaan, pedang adalah harta tak ternilai bagi seorang pendekar, apalagi Ichimonji Zoro adalah pedang yang penting..
Zoro terdiam dan menahan darah di bagian ulu hatinya yang terasa sakit. Ia menatap Allen seolah berkata 'jangan bicara sepatah katapun.' Pada Allen yang berwajah marah.
"ZOROOO..! ALLLENNNN...!"
Mereka berdua tersentak. Suara itu maya, tidak nyata. Hanya dalam pikiran mereka sendiri. Tapi mereka sangat yakin dan saling berpandangan dan tersenyum. Suara nan cempreng tetapi sangat melegakan bagi mereka.
Zoro berdiri dengan gerakan cepat dan merampas Ichimonji dan dua pedang yang lainnya. Lalu berposisi di depan Allen yang berlutut karena kakinya masih terantai dengan erat. Zoro masih terengah- engah, tetapi pandangannya semangat karena sang kapten mereka sudah hadir disini. Mereka yakin itu, karena mereka memiliki navigator yang bawel tapi sungguh berpotensi.
"Fufufu.. Ada apa, Roronoa? Kenapa masih punya nyali bertarung padahal tubuhmu sudah sekarat begitu?" Tanya sang kapten bajak laut sial ini dengan sombong.
" Karena kami tahu.. kapten kami akan datang.." Ucap Zoro dengan sombong sekarang. Berubah 180 derajat sejak semenit yang lalu. " Kapten kami memang ceroboh dan bodoh. Tapi dia adalah kapten yang sangat hebat."
Allen hanya bisa diam memandang Zoro sweatdrop. Gak nyadar apa kalau dia sama bodohnya kayak Luffy. Ia tetap mencoba memotong rantainya., sementara Zoro yang sebenarnya masih sekarat itu bertarung dengan kedua orang yang menculik Allen itu.
Setelah sepuluh menit pun, orang yang mereka tunggu tetap tak datang. Zoro masih bertarung walaupun nafasnya sudah ditariknya secara terpaksa sejak tadi. Allen masih mencoba memotong rantainya. Masih terus untuk mencoba, mencoba bertahan dari sini, menunggu agar kapten mereka datang dan membawa mereka dari sini.
"AKH!"
Allen terkejut dengan sebuah pukulan yang mendarat di kepalanya dan membuatnya tanpa sadar memuntahkan darah dan terbatuk- batuk.
"Su- sudah.. Ku.. Kubilang, aku lawanmu, BRENGSEK!" Teriak Zoro dengan sekuat tenaganya dan hendak menghajar anak buah yang Zoro ingat, namanya Ozi itu. Punggung Zoro terasa sakit. "UAKH!"
Kami tidak boleh mati disini! Zoro membatin dengan tegas dan tetap bergegas menuju ke arah Allen. Ia tak akan berhenti jika suara Allen meneriakinya.
"Jangan bodoh!" Teriak Allen dan terus menangkal tangkisan Ozi dengan satu pedangnya dengan kaki yang masih terikat, "tanggung lawanmu sendiri!"
"Sampai kapan kau mau memerintahku, Allen? Tapi ya sudahlah.." Ucap Zoro kemudian menebas sang kapten itu, "karena kau kuat."
Allen tersenyum, "percakapan tadi terpotong, Zoro."
Zoro mengerutkan kening, "apa?"
"Yang tadi.."
Zoro teringat dengan kejadian saat itu, "Ya.." Ucapnya dan menggumam, kalau saja Allen tidak melihat bahasa bibirnya, pasti tak akan tahu. "Akan kukatakan jika kita berdua selamat."
Allen tersenyum, "oke kalau begitu."
Di lain tempat, walaupun di satu kapal..
"ZOROOOO! ALLLLEEEEENNNN!"
"Berhenti berteriak, Luffy! Nanti bagaimana kalau semua awak mereka datang dan menyerbu kita?" Teriak Nami dan menjitak Luffy.
"Aku tak peduli! Yang penting aku mencari merekaaaa! ALLLEEEEENNN! ZORRRROOOOOO!~" Teriak Luffy makin keras.
"Si idiot itu.." Komentar Sanji kesal, tapi terus berlari.
Robin berlutut dan menatap sesuatu di Lantai kapal itu dengan seksama. "Ini.."
"Ah, itu kan bandannanya Zoro!" Teriak Usopp dengan menunjuk bandanna itu.
"Yohohoho! Berarti benar kapal ini!" Teriak Brook dan terus berlari.
"Bagaimana kalau mereka matii...~" Ujar Franky dan menangis, "aku tidak menangis, lhooo~"
"Tidak mungkin." Ucap Usopp dengan yakin.
"Kalau begitu, dia mungkin di sekitar sini!" Teriak Luffy (sok) pintar.
"Apanya? Belum tentu, tahu!" Teriak Nami dan menjitak Luffy (lagi), "mungkin itu terjatuh saat bertarung. Ng?"
Terdengar suara gemuruh di atas. Mereka memandang langit- langit dan tersenyum bersama. Tanpa aba- aba, Luffy langsung bersuara dan bergerak.
"Third Gear..!" Teriak Luffy dan mengeluarkan jurusnya dan merusak langit- langit kapal.
"AW!"
Seseorang berteriak dari atas dengan menderita. Luffy tak mempedulikannya dan meloncat ke atas. Ia melihat 2 orang yang dicarinya, yang satu terkapar tak berdaya, yang satu kakinya terikat rantai besi. "ALLLEEEENNN~ ZOOORRROOO~!" Teriak Luffy girang.
"Sialan kau Luffy.." Kutuk Zoro dengan kesal, "kau merusak lantai dan mengenaiku."
Luffy tak mendengarnya dan kemudian menghadap kedua orang musuh di depannya dengan marah, "KAU MELUKAI NAKAMAKU SAMPAI BABAK BELUR! KAU MENCULIK NAKAMAKU! AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU!" Teriak Luffy dan mengeluarkan haki yang sudah dikuasainya dan berteriak Lagi, "CHOPPER! TOLONG RAWAT ZORO DAN ALLEN!"
Di bawah, Chopper mendengarnya dengan jelas dan meminta Franky untuk melemparnya.. dan DUAGH! Berhasil, berhasil juga membuat Chopper tersungkur dengan indah.
"Chopper, kau tidak apa?" Tanya Allen simpati dengan gaya hiperbol yang ditunjukan Chopper. Chopper bangun dan berlari ke arah Allen.
"Allen, kau tidak apa kan?" Tanya Chopper balik.
Allen tersenyum, "aku baik- baik saja. Lebih baik rawat dulu Zoro.." Ucapnya dan menunjuk Zoro.
"Baik!"
Luffy tersenyum, "sekarang aku yang akan menggantikan kalian." Ucapnya tersenyum, "second gear.."
Setelah hari itu, beberapa hari setelah Zoro pulih...
Allen duduk di geladak dengan tenang dan merasakan angin yang menerpa wajahnya dengan teratur dan mengelus rambutnya dengan halus. Ia merasakan sentuhan tangan di bahu kanannya. Ia tersenyum setelah mengetahui siapa yang menyentuhnya. "Zoro."
Zoro duduk di sebelah Allen dan mengikuti Allen dan menatap lautan biru nan luas yang terhampar di depan mereka.
"Terima kasih.." Ucap Allen tulus dan tersenyum. "Sudah menyelamatkanku."
"Simpan saja rasa terima kasihmu itu." Ucap Zoro dengan tetap melihat Laut. "Semua itu kulakukan sendiri dan bukan paksaan darimu."
Allen tersenyum, kemudian wajahnya seperti berkata ingat akan sesuatu. "Hei, katanya kau mau memberi tahukan apa yang ingin kau katakan waktu itu. Ayo, katakan sekarang! Aku penasaran." Ucap Allen dan menatap Zoro.
Zoro terkejut, masih ingat juga dengan janjinya. "Nggak tahu. Aku lupa." Ucap Zoro dan membuang mukanya yang panas.
"Hei, wajahmu tak menunjukan kalau kau lupa." Goda Allen dan tersenyum.
"Aku lupa!" Ucap Zoro tetap membalikan wajah.
"Bohong." Tuduh Allen dengan tawa kecil.
Tiba- tiba sesuatu menarik kepala Allen dengan lembut dan mengecup rambut Allen dengan Lembut membuat Allen terkejut.
Zoro membuang mukanya lagi yang panas dan memerah. "tak perlu kujelaskan. Itu sudah cukup kan?" Tanya Zoro dengan gugup.
Allen tertawa, "memangnya dengan ini aku mengerti? Aku manusia, kau manusia, jadi jelaskan dengan bicara!" Tuntut Allen bercanda dan mencoba melihat wajah Zoro yang selalu membalikan wajahnya tiap kali Allen mencoba melihatnya.
"Ya kalau tak tahu ya sudah. Lupakan saja." Ucap Zoro dan berjalan pergi.
"Heeeiii~~!"
Pojok Reviewwww...
Michi : "Cut! Cut! *Sok sutradara*"
Zoro : "Heh, Author *masang death glare* Gue selalu aja dijadiin babak belur! Dendam ya lo ma gue?"
Michi : "Hm.. Mungkin separuhnya benar!"
Allen : "Kalian ini gak bisa akur apa ya.. *sweetdroped*"
Luffy : "Michi-saaaannn!"
Michi : "Ternyata di OP gue banyak fansnya ya.."
All : "NAJONG! *Banyak barang berterbangan ke arah author*"
Michi : "Cukup kekerasaanya! Saat kita baca surat fans, ups salah. Reviewnya! AAAACCCCCEEEE~~~!"
Ace : "Wokeh! Ini surat dari.. L-ThE-MyStEriOuS Hahaha lucu banget *?* Apalagi pas Zorro di gebukin, lucu bener bener lucu *?* Oh ya, terimakasih sudah review fic saya yg berjudul Grand Line Gakuen nanti saya update, tapi mungkin update nya 2 bulan lagi *lama bener?* Okeh, Update, and Ku fav yah story nya... *Ace berpikir* Ini orang sakit jiwa atau apa ya *L –kun, kalau dendam jangan sama author! Dendam sama Ace aja! *dibakar pake entei saking keselnya*"
Zoro : "Apanya yang lucu! Pembaca aneh! *kali ini tetaplah mendendam pada Zoro* Masa gue digebukin ampe bonyok gini dibilang lucu?"
Michi : "Lo mah emang pantes dibonyokin."
Zoro : "Ap—"
Ace, Allen : "Cukup! *menabok muka Author dan Zoro*"
Michi : "Ace-chan sama Allen-chan jahaaatt~"
Ace : "Diam atau kubakar kau, author. *bersiap dengan dan enkai, panggung jadi lautan api*"
Allen : "Gak sudi gue dipanggil 'chan' ama author aneh ini."
Ace : "Sama, Len! Kita sehati!"
Allen : "... Ace lo bukannya udah mati? Makan buah Yomi- Yomi Lo?"
Ace : "Heh? Ia, gue dipanggil jadi asistennya Author nista ini. Males juga di kuburan, gelep, panas. Enakan disini. Jangan bilang gue makan buah Yomi- yomi. Ntar ketawa gue jadi kaya Brook lagi, jadi 'Yohohohoho'. Serem kan?"
Brook : "Yohohoho! Membicarakan saya, Ace-san? Allen-san?"
Ace : "Tuh, ngeri kan? Datang tak diantar, pulang tak dijemput."
Allen : "Kebalik!"
Zoro : "Author nista! *Adu pedang sama Author, author kalah telak =p*"
Ace : "Udah. Sekarang jawab balesannya, Michi."
Michi : "Wokeh! Urusan Zoro ditendang- tendang, gue bener- bener setuju, L-Kun! Gue malah bahagia kalau dia kayak begitu! *Ditebas pake Shusui* Oke, makasih sudah di fav, aku menantikan fic barumu!"
Ace : "Okeh, lanjut ke.. . Wah! teman baik saya, michi-san bikin cerita lage! *DItimpuk karna sok kenal* fast apdet bang! btw, bentar lage gw juga mau publish cerita baru ^^ read n review ya! oh ya, aku fave? Hmmm.. Bang? Bukannya Michi cewek? Jangan- jangan jadi- jadian lagi!"
Michi : "KURANG AJAR! GUE CEWEK TULEN!"
Zoro : "Cuma agak kelelakian kayak cowok. Apa bedanya sama jadi- jadian..?"
Michi : "Ace-kunnn.. *pundung di sudut ruangan*"
Ace : "Kali ini terakhir ya.. Hibashira~!"
Zoro : "WAAAA, PANAAAASSS!~~"
Allen : "... *sweetdropped*"
Michi : "Oke, ehem. Ichi-san udah kuanggap teman baik kok! Gue udah review sama baca ceritamu! Keren banget! Bikin cerita lagi yaaa! Silahkan Fave, aku juga udah fave-in cerita kmu!"
Zoro : "*Basah kuyup* Kapan manusia ini bisa jadi baik begitu.."
Michi : "... *death glare*"
Allen : "Cukup. Ace-kun, ayo bacakan lagi reviewnya. *menahan Zoro sama author pake pedang*"
Ace : "Oke, ini dari.. Pembaca setia Michi, lho. roronoalolu youichi
hiks hiks lagi lagi aku datang untuk me review ceritamu... Kenapa zoro-kun ku ditendang beneran? Mana orangnya yang nendang dia? Sini lawan aku! Dan satu lagi protesku, kenapa zoro-kun lagi-lagi dengan allen? Kenapa tidak denganku! #plak. cepet update! Gak paje lama! Lama bacok! (?) #plak. Hmm.. Zoro complex ya.."
Zoro : "Wah, tersanjung gue, ternyata penggemar gue banyaaaakkk~~~"
Ace, Michi, Allen : "... *muntah darah*"
Sanji : "Marimo macam dia bisa dapat fans. Mencurigakan. *datang entah darimana*"
Zoro : "Kau juga, mau cari gara- gara denganku, huh, Alis aneh?"
Sanji : "Dasar pendekar buta arah."
Zoro : "Rambut ke— Ukh! *dibekep sama Robin*"
Robin : "Tuan pendekar, kau lihat bagaimana ketiga orang itu sudah terbakar."
Zoro : "Ukh.. Baiklah.. Aku diam disini.."
Michi : "... Gue menyesal bikin fic tentang si pendekar buta arah itu.."
Allen : "Aku menyesal menerima tawaran Michi-san jadi pasangannya dia.."
Ace : "Aku menyesal bertemu dengannya.."
Zoro : "Hei, hei.. *Beralih ke Sanji* Sana pergi! Hus, hus!"
Sanji : "Sialan kau.."
Michi : "Oke, aku jawab saja balasan reviewnya. Kenapa ditendang beneran? Karena saya senang Zoro menderita! *boong ding, gue ini penggemar berat Zoro~*"
Zoro : "... *tampang membunuh, ditahan Ace sama Allen*"
Michi : "Aku memasangkannya ke Allen.. mengapa, karena buat gue di SH, gak ada yang cocok sama Zoro. Soalnya Nami cocok ama Luffy, Robin 10 tahun lebih tua dari Zoro, dan Tashigi lebih tua 2 tahun dari Zoro. Jadi bikin aja tokoh cewek yang lebih muda seperti Allen."
Ace : "Okeh! Selesai! Terima kasih ata nya! Michi, aku jadi asisten abadimu kan?"
Michi : "Yo'i!"
Allen : "Aku?"
Michi : "Nanti aku akan tampilkan kamu lagi di fic baru,"
Allen : "Okeee~ Tapi jangan sama Zoro yaaa~"
Michi : "Iya, tapi sama Ace."
Zoro : "..."
Allen : "... Terserah deh, sama si Author ini. Ngantuk nih gue, gak tidur dari tadi. Tidur ahh~"
Michi : "Aku juga.."
Zoro : "Ya.."
Ace : "Eh, penutupan dulu!"
All : "Kau saja."
Ace : "Ya sudah, dialog ini menghabiskan satu halaman penuh.. *Sweetdropped* Sampai jumpa di fic berikutnyaaaa~"
Sedikit perubahan ya, saya ini sebenarnya fans beratnya Zoro. Tapi ide darimana gue jadi suka berantem sama Zoro di pojok review. Silahkan menunggu fic-ku yang lain yang akan datang~!