Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warnings: Alternative Universe, Sexual Content, NTR, etc.
Don't Like Don't Read
...
Chapter 1: Sister in Law
.
.
Lampu dinyalakan kembali. Seorang pemuda tampan berambut hitam legam mencuat terlihat bosan di atas kasurnya. Sesekali dia mencoba memejamkan mata onyxnya.
Menjelang pukul sebelas malam, Sasuke masih saja membuka matanya. Tak ada yang dikerjakannya kecuali termangu dengan hati kacau. Entahlah, dia merasa hatinya tak tenang sejak seorang perempuan muda dalam sekejap saja menjadi istri kakaknya dan tinggal seatap dengannya. Sepertinya Sasuke tak sanggup jika harus melewati hari-harinya dengan perempuan yang tak asing lagi baginya tinggal seatap dengannya.
Malam sudah semakin larut, lantas Sasuke turun dari pembaringan dan keluar dari kamarnya. Ketika melintasi ruang tengah tak seorang pun dilihatnya.
"Kemana mereka? Apakah keduanya sudah berada dalam kamar?" Sasuke celingukan mencari tahu. Terdengar suara sayup-sayup dari arah belakang rumah.
"Paling cuma kucing." katanya acuh.
Biasanya Sasuke menonton televisi ditemani jus tomat kesukaannya di ruang tengah sambil rebahan di sofa. Tapi sejak perempuan muda yang kini telah menjadi kakak iparnya itu hadir, Sasuke mengalah, hobinya diabaikan kecuali sudah sepi.
Dan sekarang, mengetahui ruangan sudah sepi, Sasuke mulai menghidupkan televisi ditemani segelas jus tomat dan duduk di salah satu sofa. Selagi asik-asiknya Sasuke menonton televisi, tiba-tiba suara yang familiar ditelinga Sasuke mengagetkannya.
"Sedang menonton apa?" tanyanya. Sasuke menjawabnya dengan segan lalu dia menyuruh perempuan itu duduk di salah satu sofa di sebelahnya. Sasuke mengambil minumannya dan meneguknya tanpa menawari sang gadis.
"Ternyata kau suka menonton film seperti ini, sudah pernah melakukannya?" hampir saja Sasuke tersedak mendengar kata-kata perempuan yang tak bisa dipungkirinya bahwa perempuan itu memang sangat cantik dan menggoda. Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah televisi, dilihatnya tayangan yang bernuansa dewasa dan erotis.
Shit! Ternyata sedari tadi Sasuke tidak menyadari kalau film yang dia lihat adalah film dewasa. Mungkin ini gara-gara Sasuke terlalu menikmati jus tomatnya.
"Kau menyukainya, eh?"
"Tidak!" Sasuke menjawab singkat seraya menatap mata emerald indah milik kakak iparnya sekaligus teman satu universitasnya yang bernama Sakura Haruno, gadis cantik berambut merah muda dan satu-satunya gadis yang membuat Sasuke Uchiha tertarik.
Jantung Sasuke berdegup sangat kencang saat mereka bertemu pandang. Sasuke kembali mengarahkan kepalanya lurus ke arah televisi, ia tidak berani menatap mata emerald Sakura yang begitu mempesona.
Lantas Sasuke segera mengganti channel televisi menjadi film biasa, Sasuke melakukannya sembari mencuri-curi kesempatan untuk melihat wajah Sakura dengan ekor matanya. Sangat cantik, itu lah yang ada di pikiran Sasuke ketika melihat wajah kakak ipar yang duduk di sampingnya.
Hening. Tak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka berdua. Sampai akhirnya Sasuke menghela napas berat dan bertanya.
"Mana kak Itachi?" Sasuke memecah keheningan.
"Dia sudah tidur. Kasihan, Itachi sangat kelelahan." komentar Sakura. Sakura bangkit lalu beranjak meninggal Sasuke di ruang tengah.
"Bagaimana malam pertamamu?" celetuk Sasuke menghentikan langkah Sakura.
Sasuke menelan ludah mengingat apa yang baru saja dia katakan pada Sakura. Bisa-bisanya dia menanyakan malam pertamanya? Astaga... sungguh pertanyaan yang sangat konyol.
"Itachi belum menyentuhku. Dia berjanji tidak akan menyentuhku selama aku masih kuliah." jawab Sakura tersenyum simpul sesaat sebelum benar-benar meninggalkan Sasuke.
"Sebuah pertanyaan yang sangat konyol. Bagus Sasuke!" kata Sasuke, mematikan televisinya dan segera beranjak meninggalkan ruang tengah.
.
...
.
Pagi ini Sakura sudah duduk manis di tempat duduk ruang makan. Ia menunggu Sasuke dan Suaminya, Itachi. Sudah disiapkannya berbagai makanan yang sangat lezat di atas meja makan. Tidak lama kemudian Sasuke dan Itachi muncul bersamaan. Sesaat Sakura terpesona dengan dua pangeran ini. Namun, segera ia menggelengkan kepalanya cepat.
"Emph... baunya harum sekali." Itachi menghirup bau makanan yang nampak sangat lezat itu. Segera ia duduk di sebelah Sakura. Dan Sasuke, pemuda itu duduk berhadapan dengan Sakura tanpa berkomentar.
Sebelum tangan Itachi menyendok nasi, Sakura sudah mendahului. Lalu Sakura menyodorkan nasi yang dituangkannya ke dalam piring milik suaminya. Itachi menerimannya dengan tatapan kagum.
"Thanks." Itachi sekilas mencium kening Sakura.
Sementara Sasuke? Dia hanya melihat pemandangan romantis pengantin baru itu. Sesekali Sasuke melihat Itachi menyuapi Sakura dan mengusap bibir Sakura apabila ada makanan yang tertinggal.
"Aku sudah selesai." Sasuke berdiri dan meninggalkan mereka yang terlihat kebingungan.
Sasuke menyambar jaket dan helm yang bertengger di lemari. Lantas Sasuke pergi ke halaman rumah. Dilihatnya mobil mewah berjajar ditemani motor yang berbeda-beda. Sasuke memilih motor sportberwarna merah dengan corak hijau, putih dan kebiruan. Segera ia memakai jaket dan helm lalu menyalakan mesin motor dan segera pergi. Namun sebelum Sasuke pergi, suara Itachi menghentikannya.
"Sasuke tunggu!" cegahnya. Sasuke menoleh kearah Itachi yang berdampingan dengan Sakura.
"Ada apa?"
"Aku hanya ingin kau berangkat dengan Sakura. Aku tidak bisa mengantarkan Sakura karena ada pekerjaan penting. Boleh 'kan?" pintanya.
"Hn, memangnya kau tidak keberatan istrimu kubonceng?" tanya Sasuke ragu. Itachi mengangguk dan mencium kening Sakura sesaat sebelum dia menyuruh Sakura segera menaiki motor Sasuke lalu berangkat.
Sasuke merasakan tangan Sakura perlahan meraih jaketnya; berpegangan. Mungkin Sakura takut karena Sasuke mengendarai motornya dengan kecepatan 80/km jam. Sasuke menyeringai dibalik helmnya. Lalu menaikkan kecepatan motornya menjadi 120/km jam. Tentu saja ini membuat Sakura memeluk erat tubuh Sasuke.
"Sa-Sasuke... pelankan kecepatannya. Aku takut." ucapan Sakura tidak dihiraukannya. Sasuke tetap berada dalam kecepatan seperti itu. Sesekali ia menutup mata merasakan tubuh hangat Sakura yang menempel ketat di punggungnya walaupun tidak secara langsung.
...
"Sudah sampai," Sasuke menyadarkan Sakura yang sedari tadi memeluknya dengan erat. Sakura mengerjap-ngerjap matanya melihat sekeliling, ternyata sudah sampai. Wajahnya memerah mengingat tindakan yang tadi dia lakukan. Memeluk Sasuke, eh?
"Ma-Maaf."
"Hn, ayo?" mereka berjalan berdampingan seperti sepasang kekasih.
Tiba-tiba saja, terdengar suara teriakan seluruh mahasiswi ketika Sasuke memasuki lapangan. Tatapan mereka berbinar-binar. Namun, tatapan itu berubah menjadi tatapan horor ketika melihat Sasuke berdampingan dengan Sakura.
Sakura menyadari tatapan mereka. Tapi, Sakura sama sekali tidak mau ambil pusing. Toh, Sakura adalah kakak iparnya Sasuke sendiri bukan.
"Hei, Sakura 'kan sudah menjadi istri Itachi. Kenapa sekarang dia terlihat dekat dengan Sasuke?"
"Mungkin Sakura tidak puas dengan Itachi."
"Huh! Dasar seenaknya. Sudah menjadi istri kakaknya, adiknya pun diembat."
"Keterlaluan! Sakura memanfaatkan wajahnya yang cantik dengan sempurna!"
Begitulah kata-kata pedas yang terdengar Sakura. Tapi tetap saja, dia tak memedulikannya.
"Hai, nona Uchiha." ucap Ino sahabatnya menghampirinya. Sasuke tetap berjalan meninggalkan mereka berdua.
"Berapa kali?" tanyanya tiba-tiba. Sakura mengangkat alis tidak mengerti.
"Kau ini bodoh sekali," Ino menghela napas. "Hm, berapa kali kau mencapai kepuasan pada saat malam pertama dengan Itachi, Sakura?"
Sakura menggeleng. "Entahlah,"
"Huh! Kau ini tidak mau bercerita denganku. Atau jangan-jangan Itachi memberikan servis semalaman padamu Sakura, eh?" Ino bertanya dibalas dengan sebuah tonjokkan kecil di bahunya.
"Kau ini!"
"Ternyata benar ya? Pasti enak, Itachi menservismu dari malam sampai pagi, Sakura! Umph... kira-kira 5 jam kalian melakukan 'itu'." Ino tergelak-gelak. Sementara Sakura menghela napas seraya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku sahabatnya yang cerewet.
.
...
.
"Huft... akhirnya pelajaran Orochimaru selesai juga." desah Ino meregangkan kedua tangannya. Diliriknya Sakura yang sedang asik menulis sesuatu yang entah apa itu.
"Kau ini rajin sekali sih, sebaiknya kita makan saja ya?" ajak Ino setelah mendengar bunyi perutnya yang mulai keroncongan.
Sakura menggelengkan kepala.
"Aku tidak ikut,"
"Tidak, ayolah Sakura. Kau harus mengantarku." tangan Ino menarik Sakura, dan Sakura pun terpaksa membawa tasnya mengikuti Ino. Gadis pirang itu memang sukar sekali ditolak.
Tidak biasanya kantin universitas Konoha begitu ramai. Banyak orang berkumpul di sini. Ada yang makan, ada juga yang hanya sekedar ikut duduk dan mengobrol. Benar-benar sangat ramai.
"Ayo sini, Sakura, di sini masih kosong," tangan Ino menggapai dan Sakura pun serta merta meletakkan tas dan susu coklat yang dipesannya dan duduk di depan Ino.
"Untung saja kita kebagian tempat duduk." Ino segera melahap mie ramen yang dia pesan. Seseorang menghampiri mereka, tangan kanannya membawa segelas jus jeruk sementara yang kiri membawa buku-buku.
"Bolehkah aku bergabung?" tanyanya.
"Hn, dari mana saja kau Tenten?" kini, Sakura lah yang bicara membiarkan Ino menikmati makan siangnya. Tenten tersenyum dan duduk di sebelah Sakura.
"Tadi aku bersama Neji." jawabnya singkat. "Oh ya, bagaimana suamimu, Sakura?"
"Itachi baik-baik saja," jawab Sakura tersenyum lembut.
"Aku masih belum percaya kau menikah dengan Itachi." ucap Tenten. Sakura tersenyum.
"Jadi, kau hanya tinggal bertiga saja? Kenapa tidak menyewa pembantu?" tanyanya.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Mereka hanya datang seminggu sekali untuk mengurus rumah kami, kudengar itu permintaan Itachi."
"Kalau begitu, kau licik Sakura. Kami iri padamu." kata Ino disela-sela kunyahan terakhirnya yang sukses membuat Sakura bingung.
"Kalian iri padaku?" Sakura menunjuk dirinya sendiri.
Ino mengangguk lalu menjelaskan. "Kau masih ingat dulu, di kelasnya Itachi itu adalah murid yang pandai, sedangkan Sasuke... dia sangat cuek tapi menjadi seorang bintang idola. Mereka berdua sangat tampan." mata Ino membulat kagum dibalas tonjokkan kecil dari Tenten.
"Sadarlah Ino, kau sudah punya Sai." mereka tertawa menghiraukan tatapan bingung dari orang-orang sekitarnya.
"Stop! Hei Sakura, bagaimana dengan Sasuke? Sepertinya dia juga menyukaimu." cetus Ino. Sontak Sakura kaget.
"Benarkah, eh? Itu tidak mungkin, Sasuke dari dulu sangat cuek kepadaku." tukasnya.
"Kau saja yang tidak menyadarinya, Sakura." komentar Tenten menyetujui ucapan Ino.
"Hati-hati Sakura, jangan sampai kau terjerat dengan pesona Uchiha Sasuke. Haha..." Tenten tertawa terbahak-bahak dengan Ino
Sakura mendengus kesal. "Itu tidak mungkin Tenten, karena aku mencintai Itachi, apalagi aku sudah menjadi istrinya." tukas Sakura. Mereka tertawa bersama dan tentu saja menjadi pusat perhatian orang sekitar.
Tanpa mereka sadari, seorang pemuda tampan bermata onyx memperhatikan tingkah mereka dengan tatapan marah, kesal dan cemburu. Segera pemuda itu meninggalkan tempatnya dengan hati yang sangat kacau.
"Cih!"
.
.
Bersambung
...
Nah nih dia fiksi yang pertama kali aku buat. Udah lama banget... Dulu yang pertama baca Filla lewat message di fb. ^^
Bagaimana menurut teman-teman semua? Keep or Delete?
...
Review?
Kritik, saran, flame, etc diterima. :D
ども ありがとう ございます。!^^