"Maaf ini semua gara-gara aku, kau pasti sangat ketakutan. Aku minta maaf ya." sesal Itachi. Lalu Itachi mengelus rambut Sakura seraya menciumi kepala berambut merah muda itu berkali-kali dan membawanya pulang.

Sementara Sasuke memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya lalu menyeringai dan berjalan mengikuti pasangan di depannya dengan santai.

.

.

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warnings: Alternative Universe, Sexual Content, NTR, etc.

Don't Like Don't Read

...


Chapter 4: Don't Touch Me


.

.

Sasuke memandang meja makan di depannya, hanya terdapat setoples selai tomat, dua piring berisi roti dan dua gelas susu saja. Selebihnya, tak ada apa pun di sana. Segera ia alihkan pandanganya pada Itachi yang duduk manis di depan Sasuke.

Mengerti akan tatapan bingung dari Sasuke, Itachi berhenti memoleskan selai tomat dari rotinya sejenak dan balas memandang Sasuke.

"Sakura tidak memasak," kata Itachi seraya melanjutkan aktifitasnya semula memoleskan selai tomat ke rotinya dengan sebuah pisau kecil. "aku hanya bisa membuat itu saja, aku harap kau suka." katanya lagi seraya tertawa pelan mengingat dirinya tidak bisa memasak apa pun.

Sasuke menaikkan alis. Batinnya bertanya-tanya kenapa gadis itu tidak memasak, apa bahan makanan sudah habis? Oh tapi ini pertanyaan yang sangat konyol, mana mungkin Uchiha tidak mampu membeli makanan. Lantas apa? Apa gadis itu menghindari Sasuke atas kejadian kemarin di Konoha Park?

"Sakura sakit, ia demam. Jadi aku menyuruh Sakura istirahat dan melarangnya untuk memasak." penjelasan Itachi membuat batin Sasuke berhenti bertanya-tanya. Sasuke menjawabnya dengan gumaman kecil dan segera mengambil selembar roti di piringnya, memoleskan selai rasa tomat—buah kesukaaan Sasuke dan segera melahapnya.

Sebenarnya, Sasuke lebih menyukai masakan yang dibuat Sakura dari pada selai tomat yang sekarang ia makan. Entahlah, Sasuke juga tidak mengerti kenapa dia menyukai semua hal tentang Sakura termasuk masakan gadis berambut merah muda itu.

Seandainya Sasuke ditawari setruk tomat dengan satu piring masakan dari Sakura, Sasuke bersumpah akan memilih masakan yang dibuat oleh Sakura dan merelakan satu truk tomatnya. Terdengar mustahil memang, tapi Sasuke serius.

"Kalau begitu aku pergi ke kantor dulu." Itachi menyudahi sarapannya. Ia melap sisa-sisa selai yang tertinggal di bibirnya dengan selembar tisu yang sudah tersedia di atas meja makan. Merapikan jas yang ia pakai dan segera bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah pintu keluar. Namun sebelum benar-benar keluar, ia menitipkan pesan pada adik sematawayangnya.

"Jangan lupa berikan obat penurun panas pada Sakura," Itachi mengingatkan Sasuke yang hanya dibalas hn saja oleh adiknya ini. "Sasuke, tolong jaga Sakura." katanya lagi dan menghilang di balik pintu meninggalkan Sasuke yang kini tengah tersenyum tipis—menyeringai.

'Tentu saja, dengan senang hati aku akan menjaga Sakura sekaligus merebutnya darimu, Kakak.'

.

...

.

Sedari tadi Sakura merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Penampilannya masih sama seperti semalam, hanya menggunakan gaun tidur tipis berwarna merah yang menampilkan tubuhnya yang putih mulus. Tak ada sedikit pun niat untuk bangun dan membersihkan diri. Pandangan matanya tak lepas dari langit-langit kamarnya seolah-olah itu adalah pemandangan yang sangat indah.

Semenjak kemarin, pikiran Sakura sangat kacau. Sakura semakin tidak mengerti dengan Sasuke, kenapa adik iparnya selalu melakukan hal itu pada Sakura? Dan lagi, Sakura juga tidak mengerti dengan tubuhnya. Entah kenapa setelah kejadian kemarin setelah Sasuke menciumnya, tubuh Sakura tiba-tiba mendadak panas. Kalau saja Sakura demam, Sakura tidak merasakan pusing atau apa pun dalam tubuhnya, Sakura hanya merasakan panas tak wajar pada tubuhnya. Hanya itu, tidak lebih.

"Aku tidak mengerti." bisiknya parau lalu membalikkan tubuhnya ke samping sehingga pandanganya tak lagi pada langit-langit melainkan pada jendela besar dengan tirai terbuka, tubuhnya membelakangi pintu. Tangannya mencengkram erat sprei putih di bawah tubuhnya dan menyesap wangi tubuh Itachi yang menempel di sana, membuat pikirannya sedikit lebih tenang.

KRIETT…

Sakura mendengar pintu kamar terbuka. Namun Sakura tetap pada posisinya sekarang karena Sakura yakin dia adalah Itachi, suaminya. Mengingat ini adalah kamar pribadi pasangan suami-istri itu dan juga tidak ada seorang pembantu di rumahnya. Sasuke? Paling juga dia sudah berangkat kuliah. Pikir Sakura.

"Sayang, kau tidak bekerja?" tanya Sakura tanpa membalikkan tubuhnya ke arah pintu yang baru saja dibuka oleh seseorang yang Sakura yakini adalah suaminya.

"Tentu saja tidak. Aku 'kan masih seorang mahasiswa, sayang?" jawab orang itu dengan penekanan kata sayang membuat Sakura segera membalikkan tubuhnya ketika menyadari bukan suara Itachi yang terdengar dan benar saja, Sakura membelalakkan mata terkejut melihat Sasuke berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang.

Sasuke menyeringai senang melihat wajah terkejut perempuan berambut merah muda itu, ia menghela napas sebentar sebelum berkata, "Aku tidak tahu kalau sekarang kau memanggil Itachi dengan kata sayang, heh?"

"Kau tidak ke kampus?" Sakura tak menjawab, kini ia telah mengubah posisinya menjadi duduk. Tatapannya tajam seolah-olah pemuda di depannya ini adalah orang jahat. Meskipun itu memang kenyataan karena Sasuke sudah bersikap kurang ajar pada dirinya yang tak lain adalah istri dari kakak kandungnya sendiri.

"Kau tidak lupa 'kan hari ini jam pelajaran dimulai nanti siang?"

Sakura merutuki dirinya. Sakura lupa kalau hari ini jam pelajaran dimulai nanti siang. Dan yang paling membuat Sakura menyesal adalah ia lupa untuk mengunci kamarnya, membiarkan adik iparnya masuk!

"Kau mau apa? Tidak sopan memasuki kamar orang lain seenaknya!" ketus Sakura tajam membuat Sasuke terkekeh geli melihat gadisnya bisa bersikap kasar seperti itu, mungkin pembalasan, eh?

"Ah ya... Aku lupa kalau tadi Itachi menyuruhku untuk memberikan obat padamu. Tapi kurasa tidak perlu, kulihat kau tidak demam." kata Sasuke menjelaskan. Senyum mengejek terlukis di wajah Sasuke yang selalu datar membuat Sakura sebal melihatnya.

Sakura memundurkan tubuhnya ke belakang ketika melihat Sasuke mulai berjalan mendekat ke tempatnya, kemudian pemuda itu naik ke atas ranjang membuat Sakura ketakutan. Tubuhnya sudah tidak bisa mundur lagi karena terhalang sandaran ranjangnya.

"Jangan dekati aku!" teriaknya sembari melemparkan bantal ke arah Sasuke yang dengan mudahnya dihindari oleh Sasuke.

Sasuke terdiam sesaat. Diperhatikannya dari atas sampai bawah tubuh gadis berambut merah muda tersebut, "Ngomong-ngomong tubuhmu seksi sekali, Sa-ku-ra." katanya kemudian, mengeja nama Sakura dengan suara sedikit menggoda.

Sakura membelalakkan mata. Sakura baru ingat kalau ia belum mengganti gaun tidurnya dengan baju biasa. Dengan cepat Sakura menyambar selimut putih di depannya, namun Sasuke menahan selimut itu dan menjauhkannya dari jangkauan Sakura.

"Pergi!"

Sasuke tak menghiraukan teriakan Sakura yang megusirnya, ia dengan mudahnya memojokkan tubuh gadis berambut merah muda itu ke sandaran ranjang, posisi Sakura berada di antara kedua tangan Sasuke membuat gadis itu tidak bisa lari kemana-mana.

Mata onyxnya memperhatikan setiap jengkal tubuh Sakura yang hanya terbalut gaun tidur tipis berwarna merah dengan tali spaghetti dan belahan dada yang rendah, panjang gaun tidur itu di atas paha menampilkan seluruh paha Sakura yang putih dan mulus yang pasti akan membuat setiap lelaki ingin mencumbu tubuh Sakura jika melihatnya.

"Aku heran Itachi tahan tidak menyentuhmu meskipun kau berpenampilan seperti ini," katanya pelan seraya menyeringai membuat Sakura ingin menampar pipi Sasuke sekarang juga kalau saja ia tak terpojok seperti ini, "Kalau jadi Itachi, aku tidak akan tahan untuk tidak menyentuhmu." lanjut Sasuke membuat Sakura memalingkan wajahnya dari tatapan pemuda itu mencoba menyembunyikan rona merah pada kedua pipinya. Bagaimanapun juga ia seorang perempuan dan Sakura malu mendengar hal seperti ini diucapkan begitu saja oleh adik iparnya sendiri.

Segaris seringai menghiasi wajah tampan pemuda berambut hitam legam itu ketika ia menyadari gadis di depannya merona karena ulahnya, "Wajahmu memerah. Kau juga menginginkannya 'kan?"

"Jaga ucapanmu Sasuke!" bentak Sakura emosi dengan ucapan kurang ajar dari Sasuke. Tak bisakah pemuda ini sopan sedikit saja.

"Aku tahu kau menginginkannya, Sakura." Sakura menutup matanya rapat ketika Sasuke membisikkan sesuatu di telinganya. Napas Sasuke menggelitik tengkuknya membuat Sakura bergidik. Sungguh, ingin sekali Sakura pergi dari situasi seperti ini. Namun ia tidak bisa, tubuhnya tidak bisa bergerak sesuai keinginan otaknya. Rasa panas tak wajar di tubuhnya kembali muncul tiba-tiba membuat Sakura merasa tak nyaman.

"Itachi hanyalah pria lembut Sakura," kata Sasuke pelan. Sebelah tangannya membelai wajah Sakura lembut. Dimulai dari pelipis gadis itu hingga leher. "Dia tidak akan berani melakukan ini. Mau sampai kapan kau menunggu untuk disentuhnya?" katanya lagi. Tangannya mengusap bahu Sakura, menurunkan sebelah tali spaghetti gaun tidur yang digunakan Sakura dengan perlahan membuat Sakura semakin menutup matanya rapat. Rasa panas tak wajar itu telah menyebabkan Sakura tak bisa bergerak sama sekali.

"Jadi lebih baik kau bersamaku," bisik Sasuke di telinga Sakura dan menjilat telinga gadis berambut merah muda itu. Setelah itu, bibir Sasuke turun perlahan seraya menciumi setiap inci tubuh Sakura yang dilewati bibirnya.

Nafsunya semakin memuncak ketika ia berhasil menurunkan sebelah tali gaun tidur Sakura sehingga memperlihatkan sebelah payudara gadis berambut merah muda itu.

Merasa tak ada perlawanan, Sasuke semakin mendekatkan tubuhnya pada Sakura. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menopang tubuh Sakura agar selalu menempel pada tubuhnya, sementara yang sebelahnya ia gunakan untuk menahan sebelah tangan Sakura yang mencoba menutupi dadanya yang terbuka.

Meskipun diselimuti nafsu, Sasuke sebisa mungkin melakukannya dengan lembut. Ia menciumi leher Sakura perlahan terus sampai ke bawah, namun ketika Sasuke telah sampai pada dada gadis berambut merah muda tersebut, sebuah isakan terdengar membuat Sasuke menghentikan pergerakannya.

"Kumohon berhenti, hiks."

Sasuke merasakan tubuh Sakura bergetar ketakutan. Meskipun ingin, dengan terpaksa Sasuke mulai bangkit perlahan menjauhi Sakura lalu melihat perempuan berambut merah muda itu tengah menyembunyikan wajahnya pada lipatan kedua lututnya, tubuhnya yang bergetar menandakan bahwa ia sedang menangis dalam diam.

"Baiklah hari ini cukup sampai di sini saja." ujarnya. Kemudian pemuda itu berjalan ke arah pintu meninggalkan Sakura tanpa memperdulikan keadaan gadis itu yang terlihat berantakan karena ulahnya.

Namun sebelum Sasuke benar-benar keluar, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya sejenak.

"Kau tahu? Aku akan membuat tubuhmu terbiasa dengan sentuhanku. Dan secara perlahan, akan kubuat kau berpaling dari Itachi dengan sentuhanku," kata Sasuke tanpa menoleh ke arah Sakura. "Karena kau hanya milikku, Sakura" lanjutnya penuh penekanan lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, meninggalkan gadis itu sendiri di kamarnya.

Tak lama kemudian suara isakan terdengar dari arah kamar yang baru saja Sasuke tinggalkan membuat pemuda berambut hitam legam itu tertawa pelan dengan nada yang sedikit menakutkan.

.

.

Bersambung

...

Pada akhirnya Sasuke mulai nyerang Sakura tuh. Itachi mana Itachi? :D

Ngomong – ngomong chapter ini aku persembahkan special buat Rere yang selalu nagih update dari zaman purba. Makasih Rere udah sabar ngadepin berbagai alasan dari ane. Maaf juga kalau pendek karena ane baru kembali dari acara hibernasi. *kissu*

Dan makasih juga kepada semuanya yang menyempatkan review fict ini. Maaf ya ga bales satu – satu. *Hug*

...

Review?

Kritik, saran, flame, etc diterima. :D

ども ありがとう ございます。!^^