Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Jolly Roger Fantasy belongs to Iisaka Yukako

Rate T

Romance/Adventure

Naruto-Hinata forever

Warning: OOC, Typo, AU, picisan, Alur cepat, EYD berantakan, cerita tidak berbeda jauh dengan komik aslinya, dll.

Sebelum membaca cerita, perhatikan WARNING terlebih dahulu!

Saya tidak mengambil keuntungan apa pun dari cerita ini. Jika ada kesamaan ide, saya tidak tahu apa-apa.

Btw, apakah ff yang terinspirasi dari sebuah komik termasuk plagiat? Karena saya tidak meminta ijin kepada mangakanya terlebih dahulu. ._.a

DON'T LIKE DON'T READ!

Yosh! Douzo~

.

.

.

Princess and Pirate

~('.'~) -Nimarmine- (~'.')~

.

.

EPILOG

.

.

Pelayaran mereka akhirnya mencapai hasilnya. Dengan bantuan Kyuubi, mereka dengan mudah menemukan pulau yang berisi penuh harta karun. Tepatnya pulau dimana bajak laut ternama—Flying Dutchman—menyembunyikan harta karunnya. Sekarang rubah aneh itu telah besar, tingginya sepinggang Hinata dan panjangnya sekitar semeter. Tidak sia-sia mereka membesarkan makhluk berekor sembilan itu.

Mereka singgah di tepi daratan, menurunkan jangkar dan kemudian mengarahkan tangga ke pasir pantai yang putih. Langit terlihat berwarna orange, menandakan bahwa hari beranjak sore. Sebagian dari mereka turun, bermaksud melihat-lihat sekeliling pulau. Sedangkan sebagian lagi berjaga di kapal.

Naruto memimpin sebagian awak yang berkeliling, termasuk Hinata, Kyuubi, Iruka-san, dan yang lainnya. Mungkin jumlah mereka sekitar sepuluh orang. Mereka melewati hutan yang lebat dan juga rindang. Sinar matahari sore mengintip malu di antara celah-celah dedaunan lebat. Iruka-san mengikatkan sebuah tali ke batang-batang pohon yang mereka lewati, agar mereka tidak tersesat dan mudah kembali nantinya.

Setelah keluar dari hutan, di hadapan mereka kini terbentang tebing panjang yang di bawahnya terdapat sungai dengan arus deras. Dapat dipastikan, jika jatuh ke bawah sana susah untuk kembali lagi dengan selamat. Untung saja ada batang pohon besar yang tumbang, menjadi jembatan ke daerah seberang sana.

Mereka meniti dengan hati-hati, satu per satu. Jaraknya sekitar dua puluh meter, dan disarankan jangan melihat ke bawah jika sedang meniti batang pohon tersebut. Setelah semuanya berhasil meniti dengan aman, mereka melanjutkan perjalanan. Pulau ini sepi, pertanda bahwa tidak ada manusia yang menghuni pulau ini. hanya terdengar bunyi binatang yang saling sahut menyahut, dan semilir angin yang bergesekan dengan pepohonan.

"Lihat! Di sana ada kapal." Kapal besar terdampar di tengah pulau. Sepertinya terbawa arus besar akibat badai yang biasa terjadi di lautan. Yah, siapa yang tahu.

Kini mereka mulai memasuki kapal (yang badannya sudah banyak rusak) tersebut. Lantai kayunya berlubang, dinding-dinding patah, serta bendera—yang diyakini bargambar kepala tenggorak—itu tinggal setengah berkibar. Mereka yakin bahwa kapal ini milik Flying Dutchman, yang terkenal sebagai kapal hantu.

"Kapten Naruto, silahkan masuk duluan." Sepertinya Iruka-san takut untuk masuk terlebih dahulu, hingga dia menyuruh kapten mereka berposisi di depan. "Kapten Naruto 'kan kapten, jadi harus memimpin." Itu hanya alasannya.

Naruto hanya mendengus. Bukankah semua orang tahu bahwa dia itu penakut dengan hal mistik, dan sekarang mereka ada di sebuah kapal 'hantu', jadi kenapa harus dia yang di depan?

Naruto mulai merinding. Tetapi perasaan takutnya kalah ketika dia teringat harta karun yang tersembunyi di kapal ini. Dia jadi bersemangat. "Yosh! Ayo kita mulai menjelajah isi kapal!

Mereka berpencar. Naruto, Hinata, dan Kyuubi mencari di bagian atas, sedangkan sisanya di lantai bawah. Satu per satu ruangan dimasuki, cuaca yang mulai gelap membuat cahaya pandangan mereka semakin minim.

"Hatchi…" Hinata bersin. Wajar saja, kapal ini kan sudah lama terbengkalai. Setiap memasuki ruangan, setiap kali itu juga dia bersin. Kasihan juga, hidungnya sampai memerah begitu.

"Kau tidak apa-apa?" Naruto bertanya khawatir.

Hinata mengusap-usap hidungnya. "Aku tidak apa-apa. Aku memang sedikit alergi terhadap debu—hatchi!" dan bersin barusan mengamini ucapannya. Toh, Naruto dan Kyuubi (jika termasuk) baik-baik saja. Berarti hidung Hinata memang sensitif.

"Ini, pakailah!" Naruto memberikan sapu tangannya untuk dijadikan penutup hidung Hinata. Naruto memaklumi, Hinata yang notabenenya seorang putri, pasti jarang berhadapan dengan tempat kotor.

"Terima kasih."

Tidak ada yang spesial di lantai atas ini, hanya terdiri dari beberapa ruangan berisi senjata berdebu juga persediaan makanan yang sudah berkapuk. Oh, abaikan saja tengkorak-tengkorang di pojok ruangan itu.

"Kapten, di bawah sini."

Naruto, Hinata, dan Kyuubi segera turun ketika awak kapal memanggil pemuda pirang tersebut. Mungkin mereka telah menemukan ruangan berisi harta karun.

Hal yang pertama kali dilihat ketika memasuki ruangan itu adalah, banyaknya peti harta karun yang telah dikelilingi awak kapal. Mereka tertawa sumringah, dan segera mempersilahkan kapten mereka untuk lewat.

Benar saja. Kepingan-kepingan emas (yang tidak diketahui berapa jumlahnya) menyembul penuh dari peti tersebut. Sedangkan peti-peti lainnya berisi barang-barang berharga yang juga terbuat dari emas. Entah berapa lama Flying Dutchman mengumpulkan hasil jarahannya ini, yang jelas kini harta tersebut menjadi milik mereka.

Tanpa berlama-lama, mereka mulai mengangkut peti-peti itu. Tidak semua, karena jumlah mereka juga terbatas. Lagi pula, mereka bukanlah bajak laut tamak yang menginginkan harta karun hanya menjadi milik mereka sendiri. Tidak, mereka tidak begitu. Mereka hanya mengambil seperlunya, menyisakan sebagian untuk siapa pun yang nantinya berhasil menemukan tempat ini. Itu lah yang membuat mereka berbeda dengan bajak laut lainnya.

"Baiklah! Bawa harta yang bisa dibawa, dan kita segera kembali ke kapal." Perintah Naruto. Sebelum hari beranjak malam, mereka harus mulai berjalan kembali. Menghindari kegelapan juga binatang buas yang biasa berkeliaran di malam hari, mereka mempercepat langkah agar segera sampai.

Ini juga alasannya. Jika mereka membawa semua harta karun tersebut, pasti langkah mereka akan semakin lambat. Mereka tidak ingin terlalu berlama-lama di tempat yang beresiko besar, apalagi ada seorang gadis—Hinata—di sini.

Sekitar empat puluh menit, mereka telah sampai di kapal. Awak yang menunggu dengan sabar, bersorak girang karena rekan-rekan mereka kembali dengan selamat, dan tentunya dengan membawa harta karun incaran semua bajak laut.

"Bentangkan layar! Kita segera berangkat menuju Suna!"

"YA!" semua ikut semangat mendengar perintah Naruto. Mereka tahu betul rencana Naruto, dan sebentar lagi rencana itu akan terwujud.

.

.

"Setelah kita menemukan harta karun itu, aku akan segera melangsungkan pesta pernikahan kita, Hinata."

.

.

-END-

06 November 2013

A/N : Terima kasih sudah berkenan mampir, dan baca sampai akhir. Terima kasih untuk semua yang mereview, mengalert, dan memfavorit cerita ini. Kalian berharga!