Summary : "Aku tak mau ditolong orang. Lebih tepatnya, tidak sudi."

Disclaimer : OP hanya milik Odachi

A/N : Maaf saya agak lama mengupdatenya. Buntu otaknya, ups. Salah. Maksudnya saya lagi kebanyakan nonton OP di DVD. Kan lagi bagus- bagusnya. Lagi Kurohige udah mendapatkan kekuatan Shirohige, walaupun gue udah tahu apa akhir dari perang MF. Mohon dimaklumi.

Fiction ini adalah karangan saya semata. Jika ada kemiripan atau kesamaan dalam fiction ini dengan anda, itu adalah nasib.


"Karena Cuma lo yang bisa mengubah Allen." Ucap Nami dan pergi dengan meninggalkan Ace yang mengerutkan kening dengan bingung.

Karena Aku ini tidaklah sempurna..

Aku benci dilindungi..

Aku juga tidak tahu apa gunanya aku di dunia ini..

Karena aku hanya sebagai itik yang kehilangan teman dan juga ibunya..

Selain hidupku yang hampa..

Tapi kau datang.. Mengangkatku..

Tapi kau pergi lagi..

DEATH

Portgas D. Michi-2011

Story By: Portgas D. Michi

Writen By: Portgas D. Michi

Portgas D. Ace © One Piece, Eiichiro Oda.

Part 2 : "Rahasiamu, Rahasiaku"

Allen bangun dari kasur rumah sakit setelah ia bangun dari tidurnya. Tidak nyenyak dan mimpi buruk-pun masih menghantuinya dalam tidur yang tidak nyaman itupun. "Uhuk. Uhuk." Allen terbatuk- batuk dan tersentak melihat seseorang yang ada di sebelah kiri kasurnya dalam keadaan tertidur. "A, Ace..?" Tanyanya dengan lirih.

Allen melirik jam dinding yang ada di atas rak obat. Kira- kira sudah 3 jam ia tertidur. Kalau Ace menunggunya dari ia baru tertidur sampai sekarang dengan duduk seperti orang bodoh di sebelahnya, jelas saja ia tertidur. Allen tersenyum. Ia berdiri dan menyelimuti Ace dengan selimut yang baru dipakainya.

Allen memegang kenop pintu, hendak keluar. Kemudian menatap Ace yang tertidur pulas.

Mana bisa gue tinggalin orang.. Bisa- bisa dia dikira bolos di UKS.. Eh, tapi emang dia bolos kan kalau jam segini dia ada disini.. Ucap Allen kemudian memutuskan untuk duduk di sofa UKS dengan terbatuk kecil. Berusaha sekecil mungkin agar Ace tetap tertidur.

Allen tidak tahu juga mengapa dirinya sangat ingin melihat sebuah kertas yang menurutnya terlarang. Terlarang terlihat orang, terlarang untuk sampai hilang darinya.

Kertas diagnosisnya. Dimana tertulis jelas ia menderita penyakit gagal ginjal.

Allen menghembuskan nafas berat. "Terserah lah." Desisnya tanpa sadar.

Kebodohan apa yang ada dalam dirinya, Allen tanpa sengaja menaruh kertas itu di meja saat ia merasakan perasaan ingin muntah. Allen ingat betul dokter yang berbicara dengan pelan tapi snagat terekam dalam memorinya.

"Kamu jadi sering merasa mual atau muntah karena penyakitmu itu. Sudah stadium parah sekali, kamu sudah melewati penyakit ginjal kronik. Satu- satunya yang hanya bisa kau lakukan hanya hemodialisis atau pencangkokan ginjal dari seorang donor.."

Sekali lagi, Allen terus menentang keras soal pencangkokan ginjal. Toh dirinya dari awal memang merasa tak mungkin hidup lagi. Hanya sahabat- sahabatnyalah yang mampu membuatnya masih terus bertahan. Hidup sebatang kara itu begitu menyakitkan. Ia juga tak butuh bantuan dari siapapun, jikalau dokter masih terus memaksanya, hemodialisis-lah yang hanya mau ia lakukan.


Ace menguap. Ia masih melihat keadaan sekitar. Ia masih berpikir..

Dimana nih? Kapan nih? Gue dimana? Gue siapa? Kapan gue mati? *ups, salah. Author melantur*

Ia teringat bahwa ia tertidur karena menunggu Allen bangun dari tidurnya. Ia melihat ranjang UKS— kopong. Tidak ada siapapun!

Ace tersentak, ia berbalik badan. Sebuah selimut jatuh dari punggungnya. Ia menatap selimut itu. Ia mengambilnya perlahan, pastinya Allen sudah bangun dan menyelimutinya. Ace merasa bodoh sendiri, ia disini untuk menemani Allen, tapi mengapa Allen yang malah bersimpatik padanya?

Ace melipat selimut itu. Ia melihat sebuah kertas diatas meja yang tidak ada saat ia baru masuk. Ia mendekati meja itu dan mengambil kertas itu dengan kening berkerut.

Ace tersentak dengan apa yang tercantum di dalam kertas itu..

Nama Pasien : Rouxe D. Allen

... Dengan ini menyatakan bahwa Rouxe D. Allen-san mengidap Gagal Ginjal...

"AP—" Ace menutup mulutnya sebelum ia teriak. Ia menatap lama kertas itu, sehingga tidak sadar bahwa Allen datang.

"SEDANG APA KAU, ACE?" Teriak Allen dan merebut kertas itu dengan kesar dan wajah pucat.

"Ka.. Kau.. Ga.." Desis Ace tidak percaya.

Allen terdiam dan melipat kertasnya kecil.

"Kau.. gagal ginjal..? Allen?" Tanya Ace dengan terbata- bata.

"Kumohon.. Ace.." Desis Allen kemudian, "jangan beritahu yang lain. Aku tak akan memaafkanmu jika kau melakukan hal itu."

Ace sudah tidak terkejut lagi, duduk santai di sofanya dan tersenyum, "tidak akan kulakukan permintaan bodohmu itu." Jawabnya santai, "untuk apa disembunyiin? Dasar bodoh,"

"Karena kalau mereka tahu mereka tidak akan tinggal diam," Jawab Allen membuat kening Ace awalnya berkerut, kemudian mengangguk tanda mengerti, "kau tahu. Aku tak mau ditolong orang. Lebih tepatnya, tidak sudi."

Ace tertawa kecil menanggapi hal itu, "hei hei! Di dunia ini semua orang butuh pertolongan! Apa kau tidak sadar sebelumnya? Biar mudah, tadi kau ditolong Robin kesini! Kau aneh," Komentar Ace membuat wajah Allen bersemu merah karena kesal.

Allen menghembuskan nafas panjang, "terserah. Aku memang orang yang aneh. Tapi semuanya itu beralasan. Terserah mau bilang aku bodoh atau apa, tapi aku tak sudi ditolong." Ujar Allen dingin dan hendak keluar UKS.

"Hei.." Panggil Ace membuat Allen berhenti mendorong gagang pintu UKS, "apa kau akan bilang.. Kalau kau tidak pantas hidup?"

Allen terkejut dengan ucapan Ace itu. Kemudian menunduk, "yah.. Separuhnya benar."

"Kalau begitu.. Aku juga berpikir hal yang sama denganmu," Jawab Ace santai, "aku juga berpikir apakah aku pantas hidup."

Allen tersenyum simpul, "kamu masih punya orang yang kamu cintai.. Luffy masih ada untukmu—"

"Kalau begitu kau juga sama." Ucap Ace membuat Allen tekejut. "Kau masih memiliki sahabat- sahabat yang menyayangimu. Jadi, jangan mati. Kukatakan padamu, masih ada yang menyayangimu."


Ace terduduk diam. Ia lebih memilih duduk dan menikmati angin sepoi yang membelai rambut hitamnya.

Tidak bisa tidur.

Itulah yang dirasakannya. Dimana saat ini yang dipikirkan hanya satu orang yang jadi dekat dengannya, padahal dulu, walaupun gadis itu satu kelompok geng dengan adiknya, ia tak begitu dekat.

Tapi sekarang Ace malah jadi mengetahui apa yang terjadi pada Allen. Pada tubuhnya, pada kehendak hatinya yang sangat kukuh: Tak ingin menyelamatkan dirinya sendiri.

"Apa sih yang ada di otakmu, Allen?" Desisnya pada diri sendiri, "orang sepertimu ingin mati? Tidak masuk akal.."

Ace merasa angin semakin dingin, ia mulai menunjukan bahwa sebentar lagi ia akan pilek jika terus- terusan berada di luar. Ia-pun masuk ke dalam, walaupun tidak tahu apa yang ingin dilakukannya di dalam.

Ace melirik laptop-nya yang tertidur manis di atas meja. Ia tersenyum, jauh lebih baik kalau ia membangunkan laptop-nya dan memainkannya, daripada ia harus melewati malam sampai ia merasa bahwa ia mengantuk. Dibukanya internet dan sekedar iseng saja, ia membaca berita- berita online. Ia tanpa sengaja melihat sebuah berita 5 tahun lalu, dimana sebuah mobil jatuh ke laut dan menewaskan hampir seluruh anggota keluarga, dan hanya putri bungsunya yang selamat.

Ace membuka berita itu, membacanya dengan seksama. Ia terkejut pada bait 3 paragraf kedua yang dibacanya itu.

... Putri mereka yang selamat bernama Allen (11 tahun), dimana saat itu ia terlindung dari malapetaka itu karena dipeluk ibu-nya dengan erat...

"Ap— a?" Desis Ace, dengan terkejut dan menutup mulutnya. "Uso! (bohong) Jadi.. selama ini.."

"Hidup sendiri ditengah sebuah rumah besar sangat menyakitkan."

"Asiknya bisa jalan sama keluarga,"

"Begitu ya? Keluargaku.. Pergi, semuanya mengungsi. Ke tempat yang saat ini belum bisa aku tempuh."

"Jadi, Allen bermaksud untuk mati karena ini?" Desisnya pada diri sendiri. Ia menatap jam, pukul 2 pagi. "Dasar cewek bodoh."


Balesan Review:

roronoalolu youichi : Makasih Lolu-channn.. Aku senang deh, itu, aku udah bikin kan? Jadinya fic ini yang terlantar. Tapi ini udah di-update juga kok. Wkwkwkwkkw

Minna, trima kasih sudah membaca selama ini, aku senang. Oh ya, jangan lupa baca fic aku yang "Love, between berretta and shot gun" ya.. Sebagai newbie, saya seneng banget punya review dari para readers sampai 30 (sampai saat ini), jadi, direkomendasikan untuk membaca, silahkan kritik, jangan lupa juga, tetep baca yang ini. Wkwkwkwkwkwkw