Pertama-tama saia mengucapkan terimakasih untuk HISAGIsoul, erikyonkichi, Shirayuki Umi, Kyucchi, Kurosaki Miyuki, dan Wi3nter yang telah mereview, mohon maaf jika ceritanya kurang memuaskan.

Selanjutnya, saia juga mengucapakan terimakasih untuk para reader yang sudah setia membaca fic gaje saia ini.

Maaf ya, chapter duanya lama sekali update *bungkuk-bungkuk*.

Baiklah, tanpa banyak berbicara, langsung saja kita baca chapter 2nya. Selamat membaca...

Sumarry: Rukia Kuchiki bertemu kembali sahabat masa kecilnya yaitu Ichigo Kurosaki. Dan mereka berdua terikat sebuah hubungan cinta. Namun apakah yang terjadi dengan keduanya? Apakah kisah cinta mereka berjalan mulus? Siapakah orang ke tiga diantara mereka? RnR please!

Warning: Typo, AU, Gaje, Don't Like Don't Read!

Osananajimi Chapter II

xxxxxx

Bleach ©Tite Kubo

Osananajimi ©HakuZuka

Pairing: IchiRuki

Rate: T

.

.

Malam ini aku benar-benar merasa gelisah, mataku sulit sekali untuk terpejam. Pikiranku dipenuhi oleh bayang-banyang seseorang. Lelaki berambut orange mencolok itu lagi, dia benar-benar hampir membuatku gila. Padahal baru-baru ini aku sudah bisa menghapus bayang-banyangnya, namun karena telepon tadi pagi, hatiku menjadi tak karuan.

-flashback-

"Rukia, ada telepon untukmu," teriak Byakuya.

"Dari siapa nii?" tanyaku heran. Tidak biasanya ada seseorang yang meneleponku lewat telepon rumah.

"Seorang pria, katanya teman kamu." Jawab Byakuya.

"Seorang teman?" akupun penasaran dan segera mengambil gagang telepon dari tangan Byakuya. Kemudian Byakuya pun pergi entah ke mana.

"Hallo?" sapaku pada seseorang yang entah dari mana dan siapa.

"Rukia, aku merindukanmu," sebuah suara terdengar samar-samar di telepon. Suara itu seakan tidak asing lagi bagiku. Suara yang selama ini aku rindukan, suara yang ingin selalu aku dengar tiap hari. Entah mengapa tubuhku jadi gemetar, bibirku seakan kaku untuk berbicara. "Rukia," suara itu kembali menyebut namaku, namun aku tetap diam.

"Rukia kau dengar aku? Aku Ichigo." Katanya pelan.

Ichigo? Kembali aku mendengar nama itu, nama yang ingin aku hapus dari memory ingatanku. Nama yang membuatku selalu tidak bisa tenang. Nama yang selalu memenuhi pikiranku. Wajahku pun langsung pucat pasi. Seakan darah di tubuhku langsung turun. Namun aku masih tersadar.

"Ichi?" kataku dengan kaku.

"Maafkan aku Rukia." Kata Ichigo.

Setelah sekian lama, untuk apa dia meminta maaf kembali, bukankah sebelumnya dia sudah mengatakan itu? Aku benar-benar tidak mengerti.

"Maaf untuk apa?" tanyaku.

"Maaf karena aku mengecewakanmu dulu," katanya.

Akupun menghela nafas. "Bukankah aku sudah bilang kalau aku sudah memaafkanmu sebelumnya?"

"Iya, tapi itu tidak membuatku merasa puas." Kata Ichigo.

"Lalu apa yang kamu mau?" tanyaku.

"Aku ingin menebus kesalahanku. Aku mencintaimu Rukia." Kata Ichigo.

Tiba-tiba saja jantungku berdebar kencang. Keringat dingin membasahi tubuhku. Kata-katanya benar-benar membuat goresan luka dihatiku terasa perih kembali. Air mataku semakin deras. Aku tak mampu berkata-kata lagi.

"Sudahlah," kataku. Dengan berat hati aku pun menutup telepon itu.

-end of flashback-

Pikiranku benar-benar dipenuhi oleh bayang-bayang si rambut orange itu. Sebenarnya sampai sekarang aku tidak bisa melupakannya. Setelah sekian lama, untuk apa dia menghubungiku lagi? Bagaimana dengan pernikahannya? Inoue pasti sudah melahirkan, dan anak mereka pasti sudah besar. Oh, ya ampun... terlalu banyak yang ku pikirkan!

Ku lirik jarum jam, dan ternyata menunjukan pukul 02.45 malam. Akupun membaringkan tubuhku di tempat tidur dan memaksakan mataku untuk menutup.

Xoxoxoxox

Mentari pagi menghangatkan kulitku. Ku pandangi langit yang berwarna biru, tampak awan berarak pelan. Sungguh cuaca yang sangat cerah, burung-burung pun berkicau riang. Angin sejuk menghempas tubuhku. Aku berdiri didepan jendela kamarku. Ku lihat di halaman, tampak sebuah mobil mewah berwarna silver. Kaien, dia sudah datang. Segera aku bersiap-siap. Pagi ini dia mengajakku pergi. Kaien berjanji akan mentraktirku es krim hari ini. Tentu saja aku tidak akan menolaknya, es krim adalah makanan favoritku.

Di ruang tamu, Kaien sedang berbincang-bincang dengan Byakuya. Mereka terlihat sangat akrab sekali. Padahal Byakuya termasuk tipe orang yang sulit sekali akrab dengan orang lain.

"Tuan putri sudah siap?" kata Kaien kepadaku. Akupun tersenyum manis ke arahnya.

"Nii-san, aku pergi dulu ya," kataku pada Byakuya.

"Baiklah, jaga adikku baik-baik!" Byakuya melirik ke arah Kaien.

Kaien pun mengangguk pelan. "Kami pergi dulu."

Akupun berjalan berdampingan dengan Kaien. Tangannya menggandeng pinggangku. Byakuya pun menatap kepergian kami.

xoxoxoxoxox

"Rukia, aku mau bilang sesuatu," Kaien menatapku dengan serius. Akupun merasa agak gugup. Dan membenarkan posisi dudukku.

Suara musik slow mengiringi suasana ditempat itu, irama yang membuatku terhanyut didalamnya. Seseorang dengan lincahnya memainkan jarinya di atas tuts.

"Maaf, kalian mau pesan apa?" tanya seorang pelayan dengan ramah.

"Aku mau pesan es krim rasa strowbery." Kataku dengan semangat.

"Aku juga sama." Kata Kaien.

"Loh, kamukan tidak suka es krim?" aku heran.

"Sekarang aku mau mencoba menyukai sesuatu yang kamu suka." Katanya sambil menyeringai ke arahku.

"Hahaha... kau ini!" aku tersipu malu.

Kaien adalah pria yang baik, dia juga tampan dan dari keturunan orang yang berada pula. Dia benar-benar seorang pria yang diidam-idamkan para wanita.

"Maaf, es krim rasa strowberynya baru saja habis." Kata pelayan itu.

"Mana mungkin? Padahalkan aku mau makan itu! Ya sudah, tidak jadi pesan saja." Kataku dengan kecewa.

"Baiklah," pelayan itu segera pergi.

"Kau bisa makan punyaku?" seorang pria tiba-tiba saja menyodorkan segelas es krim miliknya ke arahku. Aku pun melirik pria itu dan langsung tak percaya.

Jantungku berdebar kencang, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini. Seorang pria sedang berdiri di depanku.

"Apa kabar Rukia?" tanya pria itu dengan ramah.

"Siapa dia Rukia?" Kaien terlihat heran.

"Ichi," aku bingung harus berkata apa. Aku masih benar-benar tak parcaya kalau pria yang berdiri di hadapanku adalah Ichigo.

"Perkenalkan aku temannya Rukia." Kata Ichigo pada Kaien.

"Aku Kaien, tunangannya Rukia."

"Tunangan?" Ichigo tampak kaget, mimik mukanya berubah murung seketika.

"Iya, dia tunanganku." Kataku sambil berusaha untuk bersikap biasa.

"Kau ini, kenapa tidak bilang-bilang kalau kau sudah bertunangan? Hahaha..." Ichigo tertawa datar seolah dipaksakan.

"Maafakan aku." Kataku pelan.

"Sepertinya namamu tidak asing untukku?" kata Kaien sambil memperhatikan wajah Ichigo.

"Tentu saja, aku inikan aktor terkenal, haha..." Ichigo mulai narsis. Aku dan Kaien pun langsung sweatdrop.

'TRANG'

Gelas es krim yang sedari tadi di pegang Ichigo jatuh dan mengenai kemeja Kaien

"Ups, maaf aku tidak sengaja." Ichigo mencoba membersihkan kemeja Kaien dengan tisu.

"Kau ceroboh sekali sih Ichi." Kataku sambil ikut membersihkan kemeja Kaien yang kotor karena terkena tumpahan es krim.

"Tak apa, akan ku bersihkan di toilet." Kaien pun bergegas menuju kamar mandi.

Lalu kami tinggal berdua, pria berambut orange yang selalu aku rindukan itu, kini sedang duduk di hadapanku. Dia tampak lebih kurus dari sebelumnya namun tetap terlihat tampan.

Wajahnya tetap tampak sempurna bagiku. Matanya menatapku dengan tajam. Namun terlihat sedikit gusar.

"Ichi, mau apa kau kesini?" tanyaku. Tatapan matanya membuat jantungku terpacu kencang. Perasaan ini, sudah lama sekali aku tidak merasakannya.

"Aku kesini untuk mengejar cintaku." Katanya dengan enteng, namun berhasil membuatku blushing seketika.

"Kau bercanda," aku tersenyum sinis, kemudian dia memegang tanganku. Itu membuatku semakin terkejut.

"Ichi, lepaskan!" aku mencoba melepaskan genggamannya namun dia terlalu erat menggenggam tanganku.

"Aku serius, aku mencintaimu." Kata-kata itu membuatku lemah, seakan berada dalam sebuah mimpi manis. Namun, aku sadar kalau takdir tidak menghendaki kita bersama. Kata-katanya itu hanya akan membuatku sakit hati kembali. "Aku tahu kau juga mencintaiku," katanya mempererat pegangannya.

"Bagaimana dengan Inoe dan anakmu?" tanyaku.

"Aku hanya menginginkanmu Rukia," wajah Ichigo tampak sangat kacau, tatapannya seolah meminta.

"Sudahlah Ichi," kataku. Sebenarnya saat ini aku tak tega melihatnya dengan keadaan seperti itu. Aku ingin berkata padanya kalau aku juga sangat mencintainya. Namun, apa gunanya. Dia sudah memiliki Inoue dan akupun sudah bertunangan dengan Kaien.

"Aku tahu kau juga mencintaikukan? Aku yakin itu, aku tahu dari tatapanmu." Ichigo menatapku dengan tajam. Itu membuatku bertambah gugup.

"Aku sudah bertunangan Ichi, dan kau juga sudah mempunyai seorang istri. Kita tidak dapat bersatu lagi," aku memalingkan mukaku dari pandangannya.

"Tapi, apa kau tidak memperdulikan perasaanku? Bahkan perasaanmu?" Ichigo semakin mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Aku sudah bahagia Ichi, dan kau juga pasti akan dapatkan kebahagiaanmu," kataku.

Sekarang jarak antara wajahnya dengan wajahku sangat dekat. Dan tanpa ku sadari dia mengecup lembut bibirku.

"Tapi, kebahagiaanku adalah bersamamu, aku mencintaimu." Ichigo menciumku. Bibir kami saling bertemu. Tidak, seharusnya aku berontak terhadap tindakannya itu tapi aku malah menghayati setiap detiknya, aku semakin terhanyut oleh perbuatanya.

"Rukia, kalian?" tanpa ku sadari, kaien sedang menyaksikan tindakan kami tersebut. Wajahnya tampak kecewa. Aku dan Ichigo tersentak kaget, dan melepaskan ciuman kami.

Aku benar-benar merasa bersalah pada Kaien. Dia menatapku, seolah mengharapkan sebuah penjelasan tapi dia masih tampak tenang. Oh tuhan, aku benar-benar dalam posisi yang sangat sulit.

-TBC-

Mohon maaf chapter ini ceritanya sangat singkat, dikarenakan saia sedang banyak tugas jadi saia tek punya waktu banyak untuk bikin fic. Dan mohon maaf juga jika masih banyak sekali typo dalam fic ini, maklum saia masih belajar *plak* untuk itu saia harapkan kritik dan sarannya yang membangun dikolom review demi kemajuan certa-cerita saia...