Di sebuah desa dekat kota, yaitu Desa Konoha, selalu ada kejadian yang hampir setiap hari terjadi. Bahkan wanita-wanita pasti menjerit ketakutan. Kalian tahu, kejadian apa yang terjadi? Apakah ada pencuri? Bukan. Ini lebih mengerikan.

Setiap malam, kadang seluruh desa bisa hancur porak poranda. Ini sangat sering terjadi. Ada yang kehilangan nyawa yang mereka sayangi, rumah hancur, terbakar, dan seluruh orang menangis, merintih, menjerit, kesakitan, meratapi kesedihan. Kadang bukan hanya desa ini yang kena, tetapi perumahan di kota Konoha. Karena desa ini berdekatan dengan perumahan Konoha.

Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah seekor hewan aneh. Tiap malam kira-kira pukul 11.30 p.m selalu muncul sosok hewan berbadan besar dengan gigi taring yang tajam dan memiliki ekor 9. Warga desa ini sering menyebutnya Kyubi, rubah berekor 9 namun sering muncul dengan ekor 3. Rubah ini selalu merusak rumah warga dan menyerang orang. Mereka masih tidak tahu asal-usul hewan tersebut. Hewan apa...itu?

.

.

.

"Kau mendapat kutukan. Setiap malam pukul 11.30 p.m kau akan berubah sebagai rubah yang ganas. Tapi, kutukan itu dapat dilepas. Yaitu... berciuman dengan gadis yang tulus mencintaimu tetapi kau harus berciuman dengan sosok rubah..."

.

.

.

The Nine Tails

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU, OOC, Typo (maybe), Gaje (?)

Pairing : NaruSaku

Genre : Romance, Supranatural

Rated : T

Don't Like, Don't Read, Don't Flame!

Chapter 1 : Pertemuan

Seika Gakuen, Konoha, pukul 08.00 a.m

Seika Gakuen, adalah Sekolah Menengah Atas bertaraf SSN yang berisi anak-anak yang biasa dan sederhana. Dilihat dari suasana lapangan, koridor sekolah, maupun lorong-lorong, disini sangat sepi. Hah? Muridnya pada kemana? Tentu saja sudah masuk ke kelas. Ini sudah jam 08.00 a.m.

Di sebuah ruang kelas dengan papan kecil di atasnya bertulis '2 – 8', dari pintu saja sudah terdengar suara ribut nan ramai. Didalamnya banyak anak-anak yang menggerombol dengan teman yang lainnya. Ada yang main PSP, mengobrol, menggosip, main bola di kelas, bahkan ada yang sedang asik mengenakan maskara pada bulu matanya.

Namun, ada satu murid yang tak ikut menggerombol. Sendirian di pojokan dekat jendela. Sosok lelaki berambut kuning jabrik sedang menopang dagunya. Ia melamun melihat ke arah jendela. Kesepian. Sedih. Itu yang dirasakannya.

Naruto Uzumaki, itulah nama lelaki itu. Ia tak punya teman. Ia sangat penyendiri di kelasnya. Sebenarnya ia adalah anak yang sangat ceria dan cerewet. Namun, ia menjadi pendiam, penyendiri karena ada suatu alasan yang membuatnya menjadi begini... Trauma.

CKREEEEKKK...!

Pintu kelas terbuka. Seluruh siswa yang berhamburan langsung kembali ke bangku mereka masing-masing. Dari pintu itu munculah sosok pria berambut silver dengan masker hitam yang menutupi mulutnya. Ya, Hatake Kakashi, guru yang sukanya telat. Ia mengenakan masker karena ia sangat alergi oleh debu, ada debu sedikit saja ia akan bersin-bersin tak berhenti. Sekarang ia sedang berdiri di depan kelas.

"Anak-anak, maaf ya bapak telat. He.." cengir Kakashi-sensei sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Seluruh siswa memutar bola matanya malas.

"Itu sih, kami sudah tahu Pak.. Itukan hobi Kakashi-sensei." ucap seluruh siswa.

"Ehem, oh ya, kalian akan punay teman baru. Ya, silahkan, masuk." Kakashi-sensei melambaikan tangannya ke arah pintu kelas yang tak tertutup.

"Hey, kelas kita kedatangan murid baru ya!"

"Kira-kira cewek apa cowok ya?"

"Kayak apa ya murid barunya?"

"Cakep gak ya?"

"Aku penasaran!"

Suasana kelas menjadi sangat ramai, saling menebak-nebak murid baru yang akan menjadi teman baru mereka. Dari pintu kelas muncullah sosok gadis cantik berambut pink muda yang mengenakan kemeja putih dengan dasi pita bermotif kotak-kotak biru muda yang melilit pada kerah kemeja dan jas berwarna bitu muda, dan mengenakan rok di atas lutut yang warna dan motifnya senada dengan dasi. Tentu saja itu seragam sekolah Seika Gakuen. Seluruh mata siswa tertuju pada gadis ini.

"Ya, silahkan perkenalkan namamu di depan kelas." Kakashi-sensei mempersilahkan gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Namaku Sakura Haruno. Pindahan dari Teito High School. Salam kenal semuanya." Gadis yang bernama Sakura itu memberi senyum pada teman-teman baru yang ada di depannya. Seluruh siswa-terutama cowok- terpesona dengan senyuman Sakura yang manis itu.

"Sakura, kau duduk di sebelah Naruto." Kakashi-sensei menunjuk bangku kosong yang berada di sebelah Naruto.

Sakura mengangguk lalu berjalan menuju bangku yang ditunjuk oleh Kakashi-sensei. Mata hijau emeraldnya memandang lelaki berambut durian itu. Ia pun duduk di bangku itu dan melirik lelaki di sebelahnya itu. Naruto nampak sedang membaca buku yang ada di depannya, entah sedang membaca buku pelajaran atau apa. Entah ada perasaan apa yang membuat Sakura ingin mengajak bicara.

"Emh, hai. Namaku Sakura. Kau siapa?" tanya Sakura. Naruto menoleh dan memandang Sakura. Mata hijau emerald dan mata biru shappire saling bertemu. Tapi, Naruto hanya tersenyum tipis, membuang muka dan melanjutkan baca buku. Hah? Apa itu maksudnya?

"Hey, aku berbicara padamu, kenapa kau tak jawab, hah?" tanya Sakura dengan nada yang agak kesal. Namun, Naruto hanya terdiam saja membuat Sakura makin sebal.

"Eh, kamu ngajak berantem ya?" suara Sakura mengeras hingga satu kelas mendengar suaranya. Seluruh siswa menengok ke arah Sakura.

"Ada apa Sakura, kau berteriak begitu?" tanya Kakashi-sensei.

"Ah...ti..tidak ada apa-apa kok, Sensei. Maafkan saya. Maafkan aku teman-teman." Sakura membungkuk tanda maaf.

"Ya sudah, perhatikan saya mengajar ya."

"Baik." Sakura segera membuka bukunya dan menatap Naruto dengan penuh aura membunuh. Yang ia rasakan adalah sebal, marah, ingin menonjok wajah Naruto.

'Ih, diajak kenalan dengan baik-baik eh, malah aku dikacangin! Malah Cuma senyum aja lagi! Tu anak bener-bener ngajak berantem ya! Awas kau!'

+ x +

Saat istirahat, bangku Sakura dipenuhi oleh teman-teman sekelas. Biasa, pada ngajak kenalan. Sakura senang, banyak teman-teman yang ingin mengenali dirinya. Kecuali lelaki yang disebelahnya itu-Naruto-. Namun, Sakura melirik Naruto yang sedang terdiam menatap-yang-entah-apa-yang-ditatapnya-sambil menopang dagu. Mengapa Naruto sendirian? Apa dia tak punya teman? Apa dia anti sosial? Seluruh pertanyaan muncul dibenak Sakura. Tiba-tiba Sakura dihampiri oleh empat gadis.

"Hai Sakura, namaku Yamanaka Ino. Panggil saja aku Ino!"

"Aku Temari. Salam kenal."

"H..hai Sakura-chan... Namaku Hinata."

"Namaku Tenten. Semoga kamu betah di kelas 2-8 ya!" keempat gadis itu saling memperkenalkan diri masing-masing dengan ramah.

"Salam kenal juga Ino, Temari, Hinata, Tenten!" Sakura tersenyum.

"Sakura, kamu mau ke kantin nggak? Ke kantin yuk!" ajak Ino menarik tangan Sakura. Kelima gadis itu pergi dari kelas lalu menuju kantin yang sangat ramai dipenuhi dengan murid-murid terlihat kelaparan.

Kantin ini seperti prasmanan, hanya mengambil lauk dan dessert sendiri lalu bayar. Mereka mengambil nampan dan piring lalu mengambil makanan yang mereka inginkan. Selesai mengambil da membayar, mereka duduk di bangku yang kosong.

"Oh, ya, Sakura, tadi waktu di kelas kenapa kamu teriak sih? Emang di ajak berantem sama siapa?" tanya Temari yang agak bingung dengan kelakuan Sakura di kelas.

"Nggak ada yang ngajak berantem kok. Cuma...aku sebel sama cowok yang disebelahku. Aku ajak berteman,eh,malah dikacangin! Aku jadi sebel kan! Dia kenapa sih? Dan...kenapa dia selalu sendirian?" tanya Sakura yang agak kesal mengingat kejadian tadi pagi sekaligus penasaran dengan kelakuan Naruto.

"Oh... Naruto. Ya, dia memang penyendiri sejak dia pindah ke Konoha saat ia masih kelas 4 SD. Aku juga nggak tahu kenapa dia penyendiri. Sebenarnya teman-teman juga bingung sama dia. Dia kelihatan sombong karena nggak mau berteman dengan yang lainnya. Yang jelas, nggak ada yang tahu tentang dia." terang Tenten.

Saat di dalam kelas, Sakura melirik Naruto. Naruto sedang menatap langit di luar jendela. Sakura memandang matanya.

'Kasihan juga ya, penyendiri dan nggak punya teman...'

'Kalau dilihat dari sorot matanya, dia tak terlihat anak yang 'benar-benar' pendiam dan anti sosial. Dia terlihat sangat sedih dan...kesepian.'

. . . . .

"Heyy, kau! Naruto!" panggil gadis bermata emerald. Gadis itu setengah berlari menuju lelaki berambut kuning jabrik itu. Merasa namanya dipanggil, lelaki itu menengok kearah sumber suara.

"Kau tahu namaku?" tanya lelaki itu-Naruto.

"Tentu saja aku tahu namamu, kita kan teman sekelas!" jawab Sakura dengan menekan kata 'teman'. Naruto hanya ber'oh' ria.

"Lalu, apa maumu?" Naruto menaikan alisnya.

"Hmm... Sebenarnya kenapa kamu penyediri sih? Kenapa kamu nggak berteman dengan teman-teman yang lainnya?" tanya Sakura dengan penuh rasa penasaran ingin menguak semua misteri Naruto.

"Bukan urusanmu." jawab Naruto ketus lalu meninggalkan Sakura. Urat-urat dikening Sakura mulai bermunculan tanda sebal. Sombong sekali dia! Ia langsung mengejar Naruto dan menarik lengannya.

"Tapi, kau itu butuh teman! Bertemanlah pada yang lainnya, kalau kau seperti itu kau akan dibenci dan dianggap sombong."

"Aku tak peduli! Dan satu hal lagi, AKU TAK BUTUH TEMAN!" Naruto berteriak dengan nada kesal. Ia mengibas tangan Sakura dari lengannya.

"Kau tak usah berbohong! Aku tau kamu itu butuh teman! Sebenarnya selama ini kau ini kesepian kan?" sepertinya kata-kata Sakura ada yang menancap di hati Naruto.

"Kau siapa ku? Ibu ku? Nggak usak sok peduli deh sama aku! Kamu itu anak baru dan belum tahu apa-apa tentang aku!" Naruto pergi meninggalkan Sakura sendirian.

"...Aku yakin, kau butuh teman. Aku tahu, kau itu sebenarnya kesepian...tanpa teman."

+ x +

Pelajaran terakhir hari ini adalah pelajaran Geografi, Yamato-sensei.

Naruto dan Sakura bertatapan dengan tatapan kaget.

"HUAPAAAA?"

. . . . .

TEEEETT.. TEEETTT...

Bel pulang sekolah berbunyi. Mata anak-anak yang sedang merem melek langsung membuka lebar dan berteriak kegirangan. Akhirnya peajaran yang membuat mereka ngantuk ini selesai. Dan saat-saat yang sangat mereka tunggu-tunggu adalah... PULANG!

"Baiklah anak-anak, sampai sini dulu pertemuan kita. Kita lanjutkan minggu depan. Jangan lupa dengan tugas kelompok kalian ya!" kata Yamato–sensei sambil menggulung peta besar.

"Baiiikk!" ucap seluruh anak-anak kelas 2-8. Mereka langsung berlari keluar kelas. Tinggal Naruto satu-satunya siswa yang masih di kelas.

"Naruto, tolong letakkan buku-buku Atlas dan peta ini di perpustakaan ya." perintah Yamato–sensei.

"Baik, sensei."

Di lorong terlihat lelaki berambut seperti duren sedang membawa buku-buku Atlas, dan peta besar. Ya, dia sedang mengantarkan barang-barang itu ke Perpustakaan. Bawaannya sangat banyak, tak ada yang membantunya. Hanya ia seorang diri yang membawa barang itu. Karena bawaanya banyak, buku-buku dan peta itu jatuh dan berseraan dimana-mana. Huh, sangat merepotkan membawa seorang diri. Anak-anak yang lain sudah pada pulang. Dasar mereka!

Saat ia memungut buku-buku itu, tiba-tiba muncul tangan putih mungil ikut memungut buku-buku itu. Naruto mendongak untuk melihat siapa pemilik tangan putih mulus itu, dan ternyata...

"Kau... Sakura?"

"Kenapa kamu nggak minta tolong sama teman untuk membawa barang-barang ini?" tanya Sakura sambil mengambil buku-buku itu.

"Semuanya udah pada pulang. Dan aku tak butuh pertolongan." jawab Naruto dingin.

"Kau itu pasti selalu seperi itu! Sudahlah dari pada kita bertengkar lagi, lebih baik ku bantu kau."

"Nggak usah. Makasih."

"Kamu itu keras kepala ya? Gayamu itu sok kuat! Ihh..!"

PLETAK!

Buku-buku itu mendarat sempurna pada kepala Naruto. Ya, Sakura memukul Naruto dengan buku-buku yang di tangannya. Aww..kau terlalu berlebihan Sakura. Kasihan tuh, kepalanya sampai benjol!

"Heh, apa-apaan kamu? Sakit tau!" Naruto mengelus-elus kepalanya yang benjol akibat pukulan dari buku-buku itu.

"Rasakan!" Sakura hanya menjulurkan lidahnya.

"Ih, kenapa aku harus satu kelompok denganmu sih? Bisa gila aku!" kata Naruto dengan nada kesal.

"Eh, emang aku mau apa satu kelompok sama cowok keras kepala kayak kamu? Berdua lagi! Nggak sudi aku!" Sakura membuang muka.

Sampai di Perpustakaan, Naruto mengambil buku-buku Atlas dari tangan Sakura. Tentu saja Sakura bingung.

"Sudah sana, kamu pulang. Biar aku yang ngembaliin semua ini."

"Lho, emang kenapa? Sini aku bantu." Sakura hendak mengambil beberapa buku Atlas dari tangan Naruto. Namun ia sudah di usir sama Naruto. Wih, tega banget...

"Udah sana! Pulang..pulang! Aku nggak butuh bantuanmu!"

Urat-urat di kening Sakura mulai bermunculan. "Ya udah! Aku pulang!" Sakura pergi meninggalkan Perpustakaan dengan kesal. Ia langsung keluar dari sekolah.

'Ditolong bukannya berterima kasih malah ngusir!' batin Sakura kesal.

'Tapi... di sini sepi ya...' Sakura menengok kiri kanan. Tak ada siapa-siapa. Di depan gerbang sekolah sudah sangat sepi. Tinggal Sakura seorang diri. Ia berjalan kaki menuju halte bus yang agak jauh dari sekolah. Suasana benar-benar sepi. Tiba-tiba ada tangan besar menepuk bahu mungil Sakura yang membuatnya kaget. Siapa yang di belakang Sakura? Apakah orang jahat?

"Hai cantik, sendirian aja nih?" tanya seorang pria berbadan 'agak' besar dengan tato di lengannya.

"Yuk, main sama kita!" ucap yang seorang lagi sambil memegang dagu Sakura. Melihat wajah mereka yang seram membuat Sakura bergidik ngeri.

"Ng.. nggak usah, makasih. A..aku harus cepat pulang. Sudah di cari Ibuku." kata Sakura berbohong. Ia segera kabur dari tempat itu namun tangannya di tarik oleh preman itu.

"Hey, mau kemana cantik? Kita kan belum main-main."

"Ayo ikut kita!" dua preman itu menarik paksa Sakura. Sakura merasa ketakutan. Badan Sakura bergetar hebat. Mata emeraldnya digenangi cairan bening yang siap untuk dikeluarkan. Di tempat ini benar-benar sepi.

"Ti..tidak. Lepaskan! Aku nggak mauu!" Sakura meronta-ronta dan berusaha agar tangannya terlepas dari genggaman preman itu. Namun, genggaman pria ini sangat kuat sehingga tangan Sakura tak bisa lepas. Ia tambah ketakutan.

"Ikutlah dengan kami, cantik. Percuma kamu ingin meloloskan diri. Disini tidak ada siapa-siapa, jadi percuma jika kau berharap ada yang menolongmu." Pria itu menarik tangan Sakura yang-entah-mau-dibawa-kemana.

"To..toloooonnggg...!" teriak Sakura. Kristal-kristal bening berjatuhan dari mata hijau emeraldnya. Tuhan... Siapa yang akan menolongnya?

DUUAAAKKK!

Pria yang menggenggam tangan Sakura itu terjatuh. Terlihat memar pada pipi kanan pria itu. Sakura melihat ke depan, siapa yang menendang pria itu?

"Na..Naruto?" Sakura masih terisak-isak nangis. Ia melihat Naruto dengan tatapan tak percaya.

"Heh, kamu berani berani sama, hey, bocah ingusan!" pria yang terjatuh ini berdiri dibantu dengan kawan satunya.

"Ngapain juga aku takut sama kalian, hey preman berbadan besar tapi berotak kecil." Naruto menyeringai.

"Apa? Sialan kau! Berani-beraninya kau bilang kami 'berotak kecil! Kau perlu diberi pelajaran!" pria berotot itu melayangkan pukulan pada Naruto.

Tapi Naruto berhasil menghindari dari pukulan itu dan menedang perutnya. Namun pria yang satunya menonjok pipi Naruto hingga ia terjatuh. Cairan merah mengalir di sudut bibirnya. Naruto mengelap darahnya dengan punggung tangannya, dan hanya menyeringai.

Naruto melayangkan tinjunya pada wajah pria itu dan menendang perutnya. Dari belakang, kedua tangan Naruto dipegang oleh pria satunya. Pria yang ditinju Naruto itu berdiri dan memukul wajah Naruto berkali-kali dan menendang perut Naruto. Naruto tak bisa bergerak karena tangannya dipegangi dari belakang. Sakura yang melihat pemandangan itu tak tega melihat Naruto babak belur seperti itu.

"NARUTOOO...!" teriak Sakura. Sakura meneteskan air matanya. Tak tega melihat Naruto babak belur seperti itu. 1 lawan 2, tentu saja kalah!

BUUKK! BUUUK!

Naruto menendang 'benda' yang menjadi kelemahan laki-laki milik pria yang di depannya dan di belakangnya. Tentu saja kedua preman itu kesakitan karena 'benda' milik mereka ditendang oleh Naruto.

"Aduhh.. gue belum sunat! Bos, mending kita pergi saja!"

"A..awas lu bocah ingusan!" Kedua preman itu pergi dengan rasa nyeri dan kesakitan. Naruto menyeringai melihat preman itu kesakitan. Sakura segera berlari menuju Naruto yang sekarang babak belur.

"Na..Naruto, kamu nggak apa-apa kan? Ya ampun...wajahmu yang ancur malah tambah ancur kayak gini."

"Ditolong malah ngehina." kata Naruto sewot.

"Hahaha... maaf, maaf. Kamu nggak apa-apa?" tanya Sakura khawatir.

"Nggak apa-apa kok, aku nggak merasa kesakitan." jawab Naruto.

PLAKK!

Sakura memukul pipi Naruto, nggak keras-keras kok. Hanya 'sedang' saja.

"Awww... sakit, Baka!" teriak naruto mengelus-elus pipinya.

"Tuh, kan, sakit. Katanya nggak sakit? Wuu.. Sini aku obatin." Sakura mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap darah yang mengalir pada sudut bibir Naruto. Suasana hening. Mereka berdua membisu.

"Na..Naruto..."

"Hn?"

"Makasih ya..." Sakura menundukkan wajahnya.

"Ya, kamu hati-hati ya kalau pulang. Apa lagi kalau jalanan sepi. Banyak preman dan hidung belang dimana-mana."

"...Ya"

Mereka berdua berjalan menuju halte bus bersama. Rupanya Naruto juga naik bus. Sakura hanya tersenyum melihat Naruto yangs sekarang di sebelahnya.

'Dia pendiam, penyendiri, keras kepala, tapi...hatinya baik.'

Setiap hari Sakura selalu mendekati Naruto. Eits, bukannya PeDeKaTe untuk meraih cintanya lho! Maksudnya Sakura terus mendekati Naruto dengan tujuan : menjadi teman. Entah mengapa, setiap Sakura di dekat Naruto, ia selalu merasakan perasaan yang aneh. Jantungnya selalu berdetak dengan kencang. Perasaan apa itu? Apakah bisa Sakura berteman dengan Naruto?

+ x +

Hari ini adalah hari Kamis-minggu kedua. Pelajaran jam ke 5 adalah pelajaran Anko-sensei, yaitu pelajaran Matematika. Materi hari ini adalah Distribusi Frekuensi. Anko-sensei menerangkan dan seluruh siswa hening. Hanya terdengar suara Anko-sensei yang menerangkan materi. Lalu, Anko-sensei menuliskan soal matematika di papan tulis.

"Baik, kerjakan soal-soal ini." perintah Anko-sensei.

Seluruh siswa mencatat soal di papan tulis dan mengerjakannya. Sakura mengerjakan dengan teliti dan tekun. Ia menghitung setiap angka yang tertera pada soal. Dan, Sakura melirik Naruto yang berada di sebelahnya. Raut wajah Naruto terlihat kebingungan. Sakura mendekati Naruto tanpa di sadarinya. Ia melihat apa yang sedang di'bingungkan' oleh Naruto? Ohh...rupanya Naruto sedang kesulitan mengerjakan soal Matematika. Sakura hanya tersenyum kecil.

"Ya ampuunn... Ini caranya gimana sih?" Naruto meremas rambutnya frustasi. Ia benar-benar tak bisa mengerjakan nomor 1! Bagaimana ini?

"Ini caranya seperti ini." Tiba-tiba muncul tangan mungil mengoret-oret kertas-yang tentu saja kertas oret-oretan. Suara ini sangat familiar di telinga naruto. Suara ini selalu muncul setiap hari di mana dia berada, pasti suara ini selalu di sampingnya. Siapa dia?

Anko-sensei? Bukan... Anko-sensei sekarang sedang keluar kelas.

Teman sekelas? Tentu saja bukan. Naruto aja penyendiri di kelas, bagaimana punya teman?

Sakura Haruno? Ya, kalian benar! Sakura duduk di bangku depan yang penghuninya sedang ke bangku lain. Sekarang, Sakura sedang menerangkan cara nomor 1. Naruto menatap Sakura.

"Kau... Lagi-lagi kamu. Ngapain kamu ke sini?"

"Tentu aja bantuin kamu. Kamu keliatan lagi kesusahan sih..."

"Ah, kamu sok pinter! Kamu selalu deh ngikutin aku, deket-deketin aku! Emang kenapa sih? Suka sama aku?" tanya Naruto dengan nada sedikit menggoda.

"Ih, GR banget! Aku Cuma mau jadi teman kamu saja. Kamu mau nggak sih aku ajarin? Kesel juga ya ngehadepin kamu terus! Di baikin, di tolongin, malah kayak gitu."

"Hmm.. Ya udah deh. To..tolong ajarin aku." suara Naruto pelan namun masih terdengar jelas oleh telinga Sakura. Ia memalingkan wajahnya menyembunyikan wajah merahnya. Melihat dan mendengar itu, Sakura terkikik geli.

"Buahaha... Baru kali ini kau meminta tolong pada ku. Biasanya kamu kan gengsi. Hahaha...!" Sakura tertawa sambil memegang perutnya. Ia tertawa hingga matanya berkaca-kaca. Naruto memanyunkan bibirnya. Malu campur kesal.

"Kamu ini mau ngajarin aku apa mau ngejek aku? Niat mau ngajarin aku nggak sih?" tanya Naruto kesal. Sakura terkikik-kikik.

"Hihi.. Iya iya.. Ayo aku ajarkan." Sakura mengelap air matanya lalu mereka belajar berdua.

. . . . .

Jam istirahat adalah jam yang sangat dinantikan seluruh siswa. Karena jam istirahat adalah waktu untuk mengistirahatkan otak-sementara- dari pelajaran-pelajaran yang memusingkan dan yang paling utama adalah : mengisi perut!

Hari ini Sakura membawa bento dari rumah. Kali ini ia ingin memakannya di atap sekolah. Ia berjalan menaiki tangga menuju atap sekolah dan saat pintu dibuka, terlihat sosok yang sangat ia kenal. Seorang lelaki yang sedang berdiri menatap pemandangan dari atas atap.

"Naruto? Ngapain kamu disini?" tanya Sakura pada lelaki itu-Naruto.

"Sakura? Kamu ngapain disini?" Naruto malah bertanya balik.

"Ihh.. ditanya malah tanya balik. Tentu aja aku mau makan bento. Kadang aku suka makan bento disini. Kamu nggak makan?"

"Nggak." jawab Naruto singkat.

"Mau makan bareng aku? Hari ini aku bawa banyak. Kamu lapar kan?" tawar Sakura dengan tulus tentunya.

"Nggak aku nggak la-"

KRUYYUUUUUKK

Bunyi perut Naruto terdengar nyaring. Wajah Naruto langsung memerah. Kenapa saat-saat begini malah bunyi?

"Huahahaha... Kamu lapar banget ya? Nggak usah gengsi sama aku deh. Nih, makan bareng aku." Sakura masih tertawa dan membuka bentonya.

"Nih, dimakan. Nggak usah malu deh."

"Nggak ah... Buat kamu aja."

"Udah lah, nggak usah malu gitu. Lagiyan kamu laper banget kan? Apa kamu mau aku yang nyuapin?"

"A...aku nggak laper."

"Bohong. Buktinya perutmu aja bunyi. Nggak usah gengsi. Nih, telur gulungnya aku lho yang buat. Coba deh. Nih, ammm.." Sakura menyodorkan telur gulung di depan mulut Naruto. Mencoba menyuapinya.

"Ih, a..aku bukan anak kecil!"

"Udahlah, ayo amm!" Sakura terus memaksa Naruto untuk membuka mulutnya.

HAP

Naruto melahap telur gulung yang diberikan oleh Sakura. Wahh...Naruto di-su-a-pin-! Ia mengunyah makanan itu dengan wajah yang agak memerah. Malu. Tentu saja. Jadi ngerasa kayak bayi yang disuapin.

"Enak." komentar Naruto. Senyuman Sakura mulai mengembang lebar.

"Benarkah?" tanya Sakura. Naruto hanya menganggukan kepalanya. "Ayo dimakan lagi."

Naruto mengambil sosis yang berbentuk seperti gurita dan menyodorkan pada Sakura. Apa maksudnya?

"Nih." kata naruto singkat. Ia memalingkan wajahnya.

"Eh?" Sakura agak bingung. Ya ampun Sakura... Masa kamu nggak ngerti maksud Naruto? Kita aja ngerti...

"Nih, amm. Gantian kamu yang disuapin." Wajah Naruto bersemu merah merona. Tentu saja wajah Sakura ikut merona merah. Ia hanya tersenyum. Sakura menerima suapan dari Naruto. Yah walau malu sebenarnya.

Mereka melanjutkan makan siang. Satu bekal dimakan berdua di atas atap sekolah. Apalagi ada aksi suap-suapan. Ya ampun, romantis banget ya? Saya yang melihatnya cekikikan sendiri.

"Eh, mulut kamu belepotan saus tuh!" kata Sakura.

"Masa? Dimana?" tanya Naruto seraya meraba-raba mulutnya.

"Disini." Sakura mengelap bibir Naruto yang belepotan dengan tisunya. Ia mengelap dengan lembut. Entah mengapa tiba-tiba tangan Naruto memegang tanga Sakura yang sedang mengelap mulutnya. Mata biru aquamarinenya bertemu dengan mata hijau emerald Sakura. Saling bertatapan. Jantung mereka saling berdegup kencang. Sekarang mereka telah kembali ke alam sadar lalu Naruto langsung melepas tangan Sakura. Malu. Canggung. Itu suasana sekarang.

"Ha..ha..ha.. Ayo di makan lagi." Sakura tertawa canggung. Wajahnya saja masih ada semburat merahnya. Mereka kembali memakan bekal bento itu. Entahlah, tiba-tiba Naruto menyeringai melihat Sakura. Benar-benar mencurigakan...

"SAKURA! DI BAHUMU ADA CICAK!"

"KYAAAAA...!" Sakura langsung berdiri dan mengibas-ibaskan tangan di bahunya. Wajahnya terlihat sangat ketakutan.

"Dimana? Dimana? Ambilin dong!" Sakura terus mengibas-ibaskan bahu dan punggungnya. Siapa tahu cicaknya merambat hingga punggungnya. Entahlah, Naruto seperti menahan tawa.

"BUAHAHAHAA... Cicaknya nggak ada! Ah, kamu diboongin mau aja sih. Hahaha... Ekspresimu lucu sekali! Pantas difoto untuk di jadikan kenangan!" Naruto terus tertawa terpingkal-pingkal hingga perutnya sakit. Sakura mengerucutkan bibirnya. Sebal.

"Ih, sialan! Rese banget sih! Aku paling takut sama cicak tau!" Sakura menggebungkan pipinya. Namun, Sakura tersenyum melihat Naruto yang biasa pendiam dan penyendiri bisa tertawa lepas seperti itu.

"Nah, gitu dong, ketawa, bercanda. Jangan pura-pura menjadi anak yang pendiam. Jadilah dirimu sendiri." Sakura tersenyum pada Naruto. Naruto yang masih tertawa itu langsung berhenti.

"Nggak.. I..ini bukan seperti yang kau.."

"Udah lah. Nggak usah menyangkal. Kita kan teman! Kamu itu pemalu ya." Sakura langsung memotong perkataan Naruto yang belum selesai diucapkannya.

Di atap sekarang penuh dengan adu mulut antara gadis berambut pink dengan lelaki berambut kuning. Mungkin watak Naruto yang sebenarnya mulai terlihat. Cerewet. Ya, cowok yang terlihat pendiam dan suka menyendiri ini sebenarnya C-E-R-E-W-E-T. Tak kusangka, dia benar-benar cerewet banget. Lihat saja, dia terus adu mulut sama dengan Sakura. Cerewet V.S Cerewet. Mungkin sedikit demi sedikit Naruto dapat mengeluarkan sifat aslinya dan...berteman dengan Sakura.

"Kenapa...setiap aku bersama Sakura, aku bisa melepaskan tawaku yang selama ini aku tutup, dan yang paling aneh hati ku selalu terasa berbunga-bunga, wajahku terasa panas, dan...jantungku selalu berdebar dengan cepat. Apa itu...?"

Tanpa mereka sadari, perasaan cinta itu muncul di hati mereka masing-masing...

. . . . .

Pulang sekolah ini Sakura pulang bersama Naruto. Mulai berani pulang bareng rupanya. Mereka berjalan kaki menuju halte bus karena rumah mereka tak begitu dekat dengan sekolahan. Ya, rumah Sakura berada di perumahan Konoha. Rumah Naruto? Entahlah, rumahnya dimana...

"Naruto, sebenarnya rumahmu dimana?" tanya Sakura. Ini kedua kalinya dia pulang bareng sama Naruto.

"Hmm... Kau tak perlu tahu." jawab Naruto singkat penuh dengan rahasia.

"Ihhh... Pelit deh!" Sakura memanyunkan bibirnya. Tiba-tiba mata emeraldnya tertarik pada sebuah benda yang melingkar manis pada leher Naruto. Sebuah kalung dengan bandul kristal.

"Eh, itu kalung apa? Manis deh..." Sakura memegang kalung kristal itu. Dengan cepat Naruto mengibas tangan Sakura.

"Nggak usah tau." Naruto segera memasukkan kalungnya ke dalam seragamnya.

"Itu...kalung yang sangat berharga ya?" tanya Sakura.

"Nggak berharga sih... Tapi penting." Naruto menjawab dengan aura yang misterius.

"Hah? Penting apa?" tanya Sakura lagi. Sedikit penasaran. Tapi tak dijawab oleh Naruto. Ia hanya terdiam saja. Mereka kembali ke perjalanan pulang.

Sepertinya itu kalung yang sangat berarti dan berharga... Mungkin.

+ x +

Perumahan Konoha, pukul 11.40 p.m

Malam hari ini benar-benar gelap. Tak ada bintang yang bertaburan menghiasi langit. Hanya ada rembulan yang menyinari kota ini. Di sebuah perumahan Konoha, terutama pada rumah yang baru di huni dua minggu bercat cream dengan nomor rumah 06 dan ada sebuah tulisan 'Haruno' di depan rumah itu. Pastinya kalian tahu rumah siapa ini. Ya, siapa lagi kalau bukan rumahnya Sakura Haruno.

Di kamarnya yang gelap hanya ada cahaya rembulan yang masuk ke dalam kamar itu melewati jendela yang kordennya tak sempat ditutup. Sebuah kasur dengan gulungan selimut berwarna pink muda itu terlihat sosok gadis manis berambut pink tertidur di dalam selimut itu dengan dengkuranya yang sangat halus. Sekarang ia sedang berada di alam mimpi, asik dengan tidurnya. Beberapa menit terdengar suara jeritan-jeritan dari luar sana. Suara itu membangunkan gadis ini dari mimpi indahnya. Suara apa itu?

Ia terbangun dan berjalan menuju jendela kamarnya. Saat dilihat, matanya membulat. Yang ia lihat sekarang adalah... seluruh warga perumahan berhamburan dan berteriak-teriak, ada rumah yang terbakar, rumahnya hancur, dan juga ada yang tewas. Sakura-gadis itu kaget melihat kejadian itu. Ada apa sebenarnya? Ia langsung keluar dari kamarnya dan segera keluar dari rumahnya.

"KYYYAAAA...!"

"SELAMATKAN DIRI KALIAN!"

"KYUBI DATANG!"

Itu lah teriakan-teriakan dari para warga perumahan. Mereka semua berlarian entah mau lari kemana. Dan yang membuat kaget Sakura adalah sosok rubah besar berekor dua yang sekarang berada di depan rumahnya. Hewan apa itu...? Baru kali ini Sakura melihat peristiwa ini.

SRAAATT!

Tiba-tiba muncul seorang pria menyayat kaki kiri depan Kyubi itu. Darah pada kaki kiri depan Kyubi itu mengalir sangat banyak. Wajah rubah itu terlihat kesakitan namun ia terlihat menahan rasa sakit pada kaki depannya.

"PERGILAH KAU KYUBI!" seru pria yang menyayat kaki Kyubi itu.

Kyubi nampak marah melihat pria itu. Kyubi itu segera menyerang pria itu dan mencakarnya. Akibatnya... Pria itu tewas. Siapa yang berani-berani melawan dan mendekati Kyubi, akibatnya kau akan tewas di tangan Kyubi. Ini adalah pemandangan yang sangat mengerikan di mata Sakura. Melihat peristiwa itu, Sakura cemas campur takut. Ia bergidik hebat, keringat bercucuran di kening dan sekujur tubuhnya. Hewan itu sangat menyeramkan...

Kyubi itu melihat Sakura yang sedang berdiri ketakutan di depan rumahnya. Kyubi dan Sakura terdiam saling menatap. Sakura yang menatapnya agak takut. Tapi, mata Sakura tertarik pada sebuah benda yang melingkar pada leher Kyubi itu. Sebuah kalung dengan kristal.

Kyubi itu langsung pergi dari perumahaan itu dengan terseok-seok. Seluruh perumahan hanya setengah porak poranda. Yang tewas hanya 5 orang. Sakura masih terpaku melihat Kyubi itu pergi. Tatapan rubah itu sangat ia kenali. Sangat...

'Ka..kalung itu...'

-TBC-


A/N

Hai Minna~ Aku kembali dengan cerita NaruSaku again! *naburin bunga melati*

Fuh.. sebenarnya ini Oneshoot, tapi setelah aku ketik dan aku baca, ternyata kepanjangan, jadi aku potong dan... jadilah Twoshoot! :D

Coba tebak, kira-kira ini Happy Ending atau... Sad Ending?

Ini Birthday Fict for Inori Shirayuki!

Happy Birthday ya, maaf aku update telat! Padahal kamu ultahnya tanggal 6 Februari kemarin T_T

Wahh... disini Naruto-nya OOC banget ya!

Nggak apa-apa deh, sekali-kali Naruto yang 'cerewet' banget jadi cowok yang agak cool dan pendiam dikit *digebuk Naruto FC*. Cuma disini masih agak cerewet kok, 'agak' :D

Maaf ya kalau ceritaku Gaje, OOC, datar, garing, jelek, nggak menarik, typo, dan berbagai macam penyakit lainnya.

Oh ya, maaf ya Inori-chan aku bawakan Birthday Fict untukmu dengan Pair NaruSaku

Aku nggak sempet bikin yang SasuSaku(meskipun idenya udah di otak), soalnya waktunya dah mepet banget sih, hehehe... moga kamu suka deh :D

dan... semoga kalian yang membaca juga suka ya... #amin :)

Sebelumnya Mohon Maaf, saya TIDAK MENERIMA FLAME dalam bentuk apapun. Don't Like, Don't Read, okay? ;)

Boleh minta reviewnya please? XD