Ini sangat menyakitkan untukku. Kumohon, hentikan!

.

.

Bleach © Tite Kubo

.

.

Kurosaki Brothers?

.

.

*Rukia's P.O.V*

"Ichigo... Katakan! Siapa aku!" teriakku geram. "Ini sangat menyiksaku! Kumohon!"

"Rukia..."

"Ichigo, kumohon..."

"Kau ingat malam itu? Tepat sebulan yang lalu,"

"Hm?" kali ini aku yang kebingungan. Malam tepat sebulan yang lalu? Jangan-jangan...

"Ya, malam dimana kau pertama kali 'bermimpi buruk'. Ingat?" benar kan! Aduh! Kenapa kau mengingatkanku hal itu! Apa kau tidak tahu, semenjak malam itu, aku jadi semakin bersikap aneh kepadamu.

"Ya," jawabku lirih.

"Kau ingat apa yang ku katakan malam itu?"

"Tidak," dustaku. Aku memang tidak sepenuhnya mengingat apa yang terjadi malam itu, tapi hanya satu kalimat yang dapat ku ingat.

"Kamu adalah Kuchiki Rukia... Kamu adalah kekasihku... Hei, aku mencintaimu,"

Ku lihat wajahnya sedikit kecewa dengan jawabanku, tapi tak lama kemudian ia tersenyum.

"Baguslah," gumamnya.

"Apa?" tanyaku heran. Tanganku mulai menggenggam tangannya. Reaksinya hanya wajah memerah dan balasan genggaman tanganku.

"Tidak apa-apa,"

"Kalau begitu jawab pertanyaanku, Ichigo! Kenapa aku merasa begitu tersiksa sejak malam itu? Mimpi apa itu? Kenapa aku memimpikan aku dan kalian semasa kecil?" tanyaku bertubi-tubi. Ia hanya menatap mataku dan diam.

"Apa itu masa laluku?" tanyaku mendadak dalam hening yang membuat mata hazelnya terbelalak.

"Apa maksudmu?" tanyanya. Bukannya menjawab pertanyaanku, ia malah bertanya kepadaku. Aku menghela napas panjang dan tersenyum miris. Ku eratkan kembali genggaman tanganku padanya.

"Tiga tahun yang lalu aku kecelakaan," ucapku. Ia hanya menyiritkan kening dan tidak bertanya apa-apa. Sepertinya ia menunggu lanjutan ceritaku.

"Aku tidak tahu penyebab sebenarnya apa. Tapi yang otou-sama bilang adalah kalau aku tertabrak truk saat aku sedang sakit. Tidak masuk akal bukan?" lanjutku. Ia hanya menunduk. Ada apa?

"Aku tahu bukan itu kebenarannya. Tidak mungkin otou-sama membiarkanku berkeliaran saat aku sedang sakit. Waktu aku terbangun di rumah sakit, aku tidak bisa mengingat apa-apa selain

otou-sama dan kematian kaa-san,"

"Tunggu. Kenapa kau tidak melupakan mereka?" sela Ichigo tiba-tiba. "Entahlah. Sebenarnya untuk beberapa saat aku sempat tidak mengenali otou-sama, tapi itu hanya berlangsung sekitar beberapa jam," jawabku.

"Sejak saat itu, otou-sama menyuruhku home schooling. Sangat membosankan. Aku hampir tidak punya teman..."

"Hampir?" sela Ichigo lagi.

"Ya. Ada satu anak laki-laki yang ingin menjadi sahabatku, namanya Abarai Renji. Otou-sama juga mempercayainya kok. Jadi otou-sama tidak pernah khawatir kalau aku pergi bersamanya," jelasku.

"Saat aku berusaha kembali ke Karakura untuk memulihkan ingatanku, otou-sama melarang. Dan akhirnya saat aku SMA, otou-sama mengizinkanku pergi ke Karakura." lanjutku.

"Kenapa?" tanya Ichigo. "Eh?"

"Kenapa ayahmu mengizinkanmu kembali ke sini?" tanya Ichigo lirih.

"Entahlah... Saat aku izin kepada otou-sama malam itu, ia mengizinkanku. Padahal aku yakin ia akan menolak," jawabku heran.

"Sekarang jawab pertanyaanku, Ichigo... Apakah itu masa laluku? Apa aku pernah bertemu denganmu?" tanyaku lirih.

"..."

"Ichigo!" tegurku kesal.

"Kuso," umpatnya.

"Siapa aku?" tanyaku langsung. "Aku tidak akan mengatakannya. Cari tahu sendiri. Sudahlah, ayo kembali ke asrama," Ichigo tengah melarikan diri? Kurasa ya.

"Jangan lari!" bentakku. Membuat langkahnya yang sudah mulai menjauh berhenti.

"Apa?"

"Aku tidak mau lari dari kenyataan," bisikku.

"Siapa yang menyuruhmu lari? Aku menyuruhmu sabar bukannya lari, Kuchiki Rukia..." jawabnya santai. Baka!

"Ayo,"

"Hn," hanya itu saja responku. Jujur, aku masih kesal kepadanya. Aku berdiri dan mengikutinya dari belakang. Kurasa sifat ketusnya kambuh lagi.

"Kaien-kun dan Ashido-kun tahu tentang ini?" tanyaku tiba-tiba saat kami tengah di perjalanan menuju asrama.

"Maksudmu?"

"Ingatanku, masa laluku..." jawabku.

"Jangan coba-coba kau bertanya pada mereka!" bentak Ichigo tiba-tiba.

"Apa?"

"Kau dengar aku," ucapnya ketus.

"Kau tak berhak melarangku,"

"Sudahlah... Kau mau bertanya pada mereka juga bukan urusanku. Berdebat denganmu hanya merepotkanku," lanjutnya sinis. Sepertinya Ichigo kembali menjadi Ichigo saat pertemuan kami sebulan yang lalu.

"Baiklah! Lagipula sepertinya aku salah! Laki-laki di mimpiku adalah laki-laki yang sangat baik. Orang yang kucintai. Bukan orang sepertimu!" teriakku geram. Aku tidak peduli aku melukai hatinya atau apa, yang penting aku harus mengeluarkan kekesalanku.

"Dia adalah orang yang sangat kusayangi dan orang sangat menyayangiku. Tidak sepertimu! Lagipula─"

Ucapanku terpotong. Ia telah lebih membungkam bibirku dengan bibirnya. Kami berciuman? Aku tidak mau! Tapi... kenapa hatiku sangat senang? Kenapa tubuhku tidak menolak?

Ia melumat bibirku pelan sehingga aku mengerang. Aku merasa aku tidak mau melepaskan tautan ini. Perasaan apa ini? Apa laki-laki yang ada di dalam mimpiku itu adalah Ichigo?

"Rukia..." bisiknya pelan di antara ciuman kami. Dan ia menciumku lagi. Entah kenapa aku tidak bisa menolak sama sekali perbuatannya. Aku malah merasa kalau ini... benar?

"Ugh!" erangku. Tiba-tiba kepalaku sakit. Ichigo yang mendengar eranganku langsung melepaskan ciumannya. Aku segera memegang kepalaku dengan kedua tanganku.

"Argh!" erangku lagi. Sakit ini semakin menjadi. Ada apa denganku?

"Ada apa, Rukia?" tanyanya panik.

Aku mau menjawab, tapi sakit di kepalaku tidak bisa ku tahan. Akhirnya aku tersenyum tipis kepadanya sebelum pandanganku menjadi gelap.

*End of Rukia's P.O.V*

~OoOoOoO~

"Rukia, aku sangat menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu! Tolong terima aku!" seru Hisagi Shuuhei, teman sekelas Rukia dan Ichigo. Rukia membelalak kaget.

"A─Apa maksudmu, Hisagi-kun? Kau kan sudah tahu kalau aku berpacaran dengan Ichigo?" tanya Rukia masih kaget.

"Aku tahu. Hatiku sangat hancur mendengar berita itu. Aku menyukaimu sejak lama, Rukia!"

"Maaf," gumam Rukia sambil menundukan wajahnya.

"Kau menolakku, bukan?"

"Ya..." bisik Rukia dengan kepala yang masih tertunduk.

Hisagi segera mengangkat dagu Rukia dan mencium bibirnya. Mata Rukia membelalak. Tapi ia tidak bisa melawan karena Hisagi menawan kedua tangannya.

"Hi...sa...gi-kun..." bisik Rukia di sela-sela ciuman mereka. "Hen...tikan..."

Cklek

Hisagi segera melepas ciuman mereka sesaat mendengar suara pintu terbuka. Tapi sayang, orang tersebut sudah melihat adegan tersebut dan menatap mereka berdua dengan marah.

Tak lama, Hisagi tersungkur karena pukulan orang tersebut.

"Ichigo..." bisik Rukia. Rukia segera memegang tangan Ichigo, tapi segera di tepis oleh Ichigo.

"Aku kecewa padamu,"

-TBC-

Hohohoho~ Nanggung ya? Saya tahu dan sengaja saya buat seperti itu. *author dibakar*

Gimana? Makin aneh? Ini saya bikin saat saya sedang mandek ide buat cerita ini dan malah dapet ide buat bikin fic baru. *plak*

Aduuh~ maaf banget ya~ Di sini udah nanggung, pendek lagi.. T_T

Saya bikin adegan kissu mereka akhirnya~ Tapi maaf kalau ga memuaskan~ Saya akan coba bikin lagi di chapter depan~ *buagh*

Bales review dulu ah~

nenk rukiakate:

Oh, iya dong~ Ini udah update~ Review lagi yah!

Taviabeta-Primavera:

Harus seru dong, kalo ga, ga ada yg mau baca~ *plak* Review again?

kokota:

Maaf, utk chapter ini blom dijelasiin~ aku fokusin dulu ke IchiRuki… Review again?

Kyucchi:

Yah… Gitu deh~ *gitu gimana?* wakak~ Review again?

Violet-Yukko:

Akan kuberitahu segera di next chapter~ xD Review again?

Reiji Mitsurugi:

Arigatou, nii-san~ Maaf ya kalo pendek~ Hiksu~ T^T Review again?

Thanks for:

nenk rukiakate

Taviabeta-Primavera

kokota

Kyucchi

Violet-Yukko

Reiji Mitsurugi

Juga kamu yang udah baca~

Untuk yang namanya ga saya sebut, maaf. Karena saya hanya masukin reviewer chapter ini~ Hontou ni gomenasai~

Yang ga review: Tolong review agar saya bisa lebih baik lagi

Yang udah review: Tolong review lagi yah^^

Then, last words,

Arigatou gozaimasu & review! XD