Pagi hari ini amat cerah. Langit biru dipadu dengan awan-awan berwarna putih, dan matahari yang berada di sebelah timur menyinari kota. Suasana SMA Utagawa -sekolahan swasta yang elit dan terkenal seantero Konoha- terasa sangat ramai. Nampak siswa dan siswi yang baru sampai di sekolah berlalu lalang di koridor dan halaman sekolah. Suara canda, tawa, dan gaduh terdengar di seluruh penjuru sekolah. Namun, suara gaduh dan jeritan para siswa makin menggema dan nyaring saat mereka melihat sosok seseorang yang muncul dari gerbang sekolah.
Dari gerbang sekolah nampak sosok seorang gadis cantik mengenakan kemeja putih dengan dasi motif kotak-kotak berwarna hijau yang bertengger pada kerahnya dan blazer berwarna hijau tua dengan badge lambang SMA Utagawa pada dada sebelah kiri, dan juga rok lipat bercorak kotak-kotak hijau di atas lutut. Bibir mungilnya nampak berkilau karena diberi lipgloss berwarna pink muda. Rambut pink sebahunya yang digerai berkibar terkena hembusan angin makin membuatnya terihat cantik. Seluruh mata para siswa –terutama kaum adam- di halaman sekolah tertuju pada gadis itu.
"Lihat! Sakura Haruno datang!"
"Itu dia!"
"Se-selamat pagi, Sakura-senpai."
"Selamat pagi, Sakura-chan!"
Sakura –nama gadis itu- menoleh dan mata hijau emeraldnya menatap ke arah siswa-siswa yang menyapanya. Kedua sudut bibirnya tertarik sehingga terbentuk sebuah senyuman.
"Selamat pagi semua." sapa Sakura dengan senyuman manis. Senyumannya membuat para lelaki yang melihatnya pingsan di tempat. Ia berjalan kembali dan menyapa seluruh siswa-siswi yang menyapanya.
Suara jeritan makin terdengar makin keras sehingga membuat telinga terasa tuli. Namun Sakura sudah terbiasa dengan jeritan-jeritan itu setiap harinya. Mengapa demikian? Kau belum tahu tentang Sakura Haruno, eh?
Sakura Haruno, siswi kelas 2 - 4 SMA Utagawa berusia 16 tahun adalah seorang gadis biasa. Kehidupannya sederhana, namun ia sangat cantik, ramah dan sangat pandai –walau tidak lebih jenius seperti Shikamaru, ketua kelas 2 – 4-. Ia juga merupakan ketua ekstrakulikuler Mading. Sakura adalah idola di seluruh SMA Utagawa. Sebenarnya Sakura juga bingung mengapa mereka suka padanya, menurutnya ia hanya gadis biasa yang tak memiliki kelebihan yang istimewa. Ia juga memiliki Fans Club, yaitu 'Cherry Blossom'. Bahkan fansnya hampir melampaui 900 orang.
"Ya tuhan, makin lama ia makin cantik saja."
"Ba-baru saja Sakura me-menyapaku! Ahh~"
"Dia terlihat sangat...sempurna!"
"Uwaa...Sakura-chan manis sekali memakai lipgloss pink itu!"
"Aku makin mengagumi Sakura-senpai!"
"Beruntungnya aku pagi-pagi dapat senyuman manis dari Sakura-chan!"
"Sakura-senpai, I love you~!"
"Terimalah cintaku, Sakura~!"
"KYAAAA...!"
Setiap Sakura melewati para siswa -terutama saat ia membalas sapaan mereka dan senyuman-, suara-suara jeritan itu terasa makin menggila. Kadang bisa membuat seluruh siswa langsung tepar bahkan nosebleed hingga seluruh lantai dan tanah menjadi lautan darah. Tanpa Sakura sadari, dari balik dinding putih itu nampak sosok misterius yang menatap Sakura dengan tajam. Kedua sudut bibirnya terangkat dan menampakkan senyuman kecil.
"Sakura...kau makin manis..."
.
.
.
.
.
STALKER
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : AU, OOC, maybe Typo, Gaje, little(?) OOC for Sasuke, alur (mungkin) kecepetan
Pairing : SasuSaku
Genre : Romance
Rated : T
Don't Like, Don't Read, Don't Flame!
.
.
.
.
.
Chapter 1 : Stalker ke dua?
Sakura berjalan menuju loker sepatu. Saat ia sudah hampir mendekati lokernya, tiba-tiba ada seseorang yang menutup matanya. Seluruh pandangannya gelap seketika.
"Hayooo...tebak, ini siapa~?" kata seseorang yang sekarang menutup kedua mata Sakura.
"Ino-pig...aku tahu itu kau. Ayo, lepaskan tanganmu! Aku tak bisa melihat!" teriak Sakura sambil melepaskan tangan yang bernama Ino yang menutup matanya. Gadis berambut pirang itu hanya nyengir menampakkan deretan gigi-gigi yang tersusun rapi.
"Ugh...ternyata forehead tahu. Kapan ya forehead nggak tahu..." pikir Ino.
"Tentu saja aku tahu! Itu 'kan kebiasaanmu setiap hari! Dan satu lagi, jangan panggil aku forehead!"
"Dan jangan panggil aku pig!" kedua gadis itu saling melemparkan deathglare masing-masing. Terlihat pancaran petir dari mata mereka.
"Wah, rupanya primadonna sekolah kita ada disini." seseorang menepuk bahu Sakura.
"Hi-Hinata-chan!" Sakura langsung menoleh pada seorang gadis berambut biru keunguan yang baru saja menepuk bahunya.
"Oh, ya, kalian udah ngerjain PR dari Kurenai-sensei belum?" tanya Hinata pada kedua sahabatnya itu.
"Astaga! Aku lupa! Aduh, bisa-bisa dihukum Kurenai-sensei nih... Dia 'kan galak gila! Ah, Hinata-chann~," kepalanya menoleh pada Hinata. Suara Ino mendadak melembut dan sorot matanya bak anak kucing yang habis di buang. "Contekin PRnya ya~" oh, rupanya ada udang dibalik bakwan. Ino sedang memelas pada Hinata.
"Wuu...dasar Ino-pig! Makanya, jangan pacaran mulu sama Sai. Inget PR dong!" Sakura membuka loker sepatunya, dan...
BRUUUUKKKK...BRUUUKKK...BRUUUKKK...!
Keluarlah berpuluh-puluhan amplop yang tak jelas dari loker sepatu milik Sakura. Rasanya seperti kebanjiran surat. Tentunya itu adalah surat dari para fans Sakura.
"Ya ampun... banyak sekali surat-surat ini! Kenapa bisa ada di dalam loker sepatu sih?" Ino menatap gunugan surat yang berserakan di lantai. Sakura memungut surat itu persatu-satu. Lelah pastinya.
"Hey, jangan cuma dilihat doang dong! Bantuin!" teriak Sakura.
"Ya deh, aku bantuin." Ino menghela nafas dan ikut memungut surat-surat yang berserakan dimana-mana. Tentunya Hinata juga ikut membantu.
"Sa-Sakura-chan, kau sanggup membaca semua surat ini? Ini ba-banyak sekali..."
"Tentu saja tak sanggup!"
"Terus, biasanya surat-surat ini kamu apakan kalau misal kamu nggak sanggup baca semuanya?" tanya Ino yang masih memungut surat-surat.
"Aku simpan."
"Eh? Disimpan? Berarti di kamar Sakura-chan penuh dengan surat dong?"
"Kenapa nggak dibuang aja sih? Itu 'kan cuma surat yang isinya paling sama aja!"
"Ih, jangan dibuang! Aku kan harus menghargai surat-surat ini. Ini surat sudah mereka tulis dengan susah payah. Yah, walau nggak sanggup ku baca semua..." Sakura meletakkan surat-surat itu di bawah lantai dan ia mengganti sepatunya dengan sepatu yang tersedia di dalam loker.
"Woow... Primadonna kita yang satu ini baik hati rupanya! Aku salut sama kamu!" Ino merangkul Sakura hingga ia nyaris terjatuh.
"Ayo kita ke kelas." Mereka bertiga berjalan menuju kelas mereka.
Dari balik loker sepatu, nampak sosok yang misterius menatap Sakura yang makin menjauh dari loker sepatu.
"Hatimu ternyata secantik wajahmu..."
+ x +
"Fuh, akhirnya selesai juga masang layout di mading hari ini. Capek juga, pengen cepet sampai rumah!" Sakura memijat bahunya sambil berjalan keluar dari gedung sekolah.
"Kau pulang sendirian, Sakura?" tanya Karin, teman satu ekskul Sakura.
"Ya...mau bagaimana lagi? Nggak ada satupun teman di ekskul yang rumahnya searah denganku. Huh..." Sakura menghela nafas.
"Berani nih, pulang sendirian? Padahal jalanan udah keliatan sepi lho! Ntar kamu diculik lagi... Kamu 'kan cantik!" kata Matsuri yang terlihat khawatir.
"Aku berani kok pulang sendirian! Aku nggak bakal terjadi apa-apa kok...tenang aja!" Sakura tersenyum.
"Ya sudah, kita pulang duluan ya. Bye!"
"Bye!" Sakura melambaikan tangannya pada Karin dan Matsuri yang semakin lama semakin tak terlihat lagi. Sepi. Sunyi. Tak ada orang lagi di sekitar sekolahan. Sekarang Sakura berada di depan gerbang sekolahan sendirian.
"Huft, aku sendirian. Pulang deh!" Sakura berjalan pulang.
Sakura pulang dengan berjalan kaki sendirian. Suasana jalanan nampak sepi tak ada orang yang berjalan. Hanya terdengar suara burung-burung di langit yang akan pulang ke sarangnya. Langit sudah berwarna jingga dan matahari sudah berada di sebelah barat tanda siap untuk bertukar tugas dengan bulan. Suasana benar-benar terasa sepi...
DEG!
Sakura segera menoleh kearah belakang. Ia merasakan ada seseorang yang memperhatikannya dan mengikutinya. Namun...NIHIL. Tak ada satu orang pun di belakangnya. Tak ada siapa-siapa disekitarnya.
'Mungkin hanya perasaanku saja.' Sakura kembali berjalan.
Ia terus melangkah, namun ia merasakan ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Sakura kembali menoleh. Lagi-lagi tidak ada seseorang. Jalanan nampak sepi tak ada orang. Bulu kuduk Sakura terasa berdiri. Sakura makin mempercepatkan langkahnya. Rasanya seram sendirian di jalanan yang sepi diikuti seseorang yang mencurigakan. Jangan-jangan...stalker?
+ x +
"Sakura, te-terimalah bunga da-dariku ini," seorang lelaki berambut kuning jabrik menundukkan kepalanya untuk menutupi wajahnya yang penuh rona merah menyerahkan sebuah buket bunga yang berisi bunga-bunga beranekaragam macam yang segar dan cantik. "k-kau secantik bu-bunga-bunga ini, Sakura."
Sakura menerima buket bunga itu dan tersenyum, "Terima kasih atas bunganya, emh..." Sakura melihat nametag pada seragam lelaki itu, "Naruto." Ia pun meninggalkan lelaki itu sambil mencium harum dari bunga yang ia terima. Para lelaki yang melihat senyuman Sakura langsung berjatuhan. Sakura berjalan menuju loker sepatunya dan membukanya. Ia mengganti sepatunya dengan sepatu yang tersedia di dalam lokernya.
"Sakuraaa!" tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dengar dari suaranya sih, ini pasti yang memeluk adalah Ino.
"I-ino, sakiiittt!"
"Ups, maaf! Hehehe..."
"Wah, bunganya cantik sekali Sakura-chan. Pasti dari fansmu ya?"
"Ya...begitulah. Dah yuk, ke kelas!"
Ketiga gadis remaja itu melangkahkan kakinya menuju kelas mereka. Langkah kaki mereka menapaki setiap lantai yang mengkilap –yang sepertinya sudah dipel oleh penjaga sekolah- sehingga terdengar suara decitan dan ketukan bagaikan irama. Langkah kaki mereka pun berhenti pada sebuah ruangan dimana tempat mereka akan melakukan kegiatan belajar setiap hari. Dari ambang pintu dapat terlihat para siswa-siswi yang sedang asyik melakukan kegiatan mereka masing-masing dari menggosip, mengobrol, bermain sendiri, mencoret-coret papan tulis, menyapu –bagi yang piket-, memainkan handphone mereka, mengerjakan PR(Pekerjaan Rumah) yang sebenarnya sekarang berubah nama menjadi PS(Pekerjaan Sekolah), bahkan ada yang sedang asyik tidur di kelas. Memang ini lah kegiatan rutin setiap pagi sebelum bel masuk berbunyi.
Kriiiiiinnnggg... Krriiiinnngggg...!
Yap, tepat sekali! Bunyi bel masuk sudah berdering.
Sakura melangkahkan kakinya menuju bangkunya yang berada di pojok kiri belakang nomor 4 dari depan dekat jendela, karena jika sedang merasa pusing atau merasa terbebani masalah melihat pemandangan di luar yang menampilkan langit yang biru, serta kebun taman yang berisi bunga-bunga beraneka macam dan berwarna-warni sangat menenangkan hati bagi Sakura. Rasanya bagaikan lukisan yang diciptakan oleh Yang Maha Menciptakan.
Sakura pun meletakkan buku-bukunya di atas meja dan pantatnya mendarat pada kursinya yang terbuat dari kayu. Hinata duduk di sebelah Sakura sedangkan Ino duduk di belakang Sakura. Yang duduk di bangku sebelah kanan Ino adalah bangku Sai, kekasih Ino. Dari pintu kelas, terlihat sosok pria berambut perak dengan masker yang selalu setia menempel pada wajahnya untuk menutupi hidung dan bibirnya. Katanya sih alergi debu. Baru ada debu sedikit saja sudah bersin-bersin tak karuan. Ckck...kasian. Begitu pria itu masuk ke dalam kelas, seluruh kelas langsung hening dan duduk dengan rapi. Ya, itulah wali kelas 2 – 4 yang akan mengajarkan pelajaran Biologi hari ini, Kakashi Hatake.
Ketua kelas 2 – 4, Shikamaru langsung berdiri dari tempat duduk, "Beri salam!"
Seluruh siswa berdiri dari tempat duduk mereka masing-masing dan memberi salam, "Selamat pagi, sensei." Lalu mereka duduk kembali pada bangkunya.
"Selamat pagi, anak-anak. Saya akan mengabsen kalian." Kakashi-sensei segera membuka buku absen dan segera membacakan nama-nama yang tertulis pada buku itu.
"Araki Koda"
"Hadir!"
"Ayaka Fujita"
"Hadir, pak."
"Akemi Himawari"
"Hadir!"
Nama para siswa disebutkan satu persatu. Sambil menunggu giliran namanya yang dipanggil, Sakura mencoret-coret pada secarik kertas putih yang bersih.
"Sakura Haruno"
Sakura langsung mengacungkan tangannya, "Hadir, sensei!"
"Sasuke Uchiha"
Hening. Tak ada yang menyaut kata 'hadir' saat nama itu dipanggil. Seluruh siswa langsung celingak-celinguk mencari orang yang bernama 'Sasuke Uchiha'.
"Sasuke Uchiha? Apa dia tidak berangkat?" tanya Kakashi-sensei pada para siswa-siswa.
BRAAAKKK!
Bunyi pintu kelas yang tadinya tertutup sekarang terbuka. Seluruh pandangan para murid tertuju pada seseorang yang berada di ambang pintu.
"Hadir!" teriak seorang lelaki tampan berambut biru donker model emo namun lebih pantas disebut mirip...pantat ayam? Ia berjalan masuk ke dalam kelas sambil mengatur nafasnya yang terenggah-enggah. Sepertinya ia habis berlari.
"Kau kenapa terlambat? Lain kali jangan terlambat ya! Ayo, kembali pada bangkumu." Kakashi-sensei mempersilahkan lelaki yang bernama Sasuke itu untuk duduk pada bangkunya.
Mata Sakura mengekor pada sosok lelaki itu hingga ia terduduk di bangkunya yang berada di belakang Sai. Entah kenapa Sakura masih heran, ia baru melihat pemuda itu di kelas ini. Apa karena Sakura saking serius memperhatikan pelajaran sehingga tak begitu memperhatikan dan tak begitu hafal dengan teman-teman sekelasnya?
"Ino, dia siapa sih? Aku kok baru tahu ya?" tanya Sakura dengan suara pelan.
"Astaga, kau tidak tahu Sasuke? Ya ampun, teman macam apa kamu ini! Dia itu 'kan teman sekelas kita. Dia itu memang terlihat sangat misterius karena dia memang terlihat cool dan irit bicara. Tapi dia itu tampaann~!" jelas Ino.
"Hush, kamu itu udah punya Sai! Kalau Sai denger, nanti dia marah lho!" kata Sakura sambil melirik Sai yang sedang menggambar.
Setelah itu, kegiatan belajar di kelas pun dimulai.
.
.
.
.
.
"Sakura, yuk ikut karaokean!" ajak teman-teman Sakura dan Ino sambil merangkul bahu Sakura.
"Aduh, maaf ya semuanya. Aku nggak bisa ikut. Hari ini aku merasa pusing." tolak Sakura sambil melepaskan rangkulan Ino dari bahunya.
"Ah, Sakura... Nggak ada kamu nggak asik!" Ino mengerucutkan bibirnya.
"Ya sudah, kamu istirahat saja Sakura-chan."
"Kita pergi dulu ya. Ja ne!" Sakura melambaikan tangannya dan berjalan pulang ke rumah. Sepatunya saling bergesekan dengan trotoar yang ia pijak. Lagi-lagi pulang sendirian seperti biasa. Tenang, Sakura sudah terbiasa pulang sendiri kok! Sakura berbelok kiri melewati pepohonan yang rindang dan lebat.
DEG!
'Siapa itu?' Sakura menoleh ke belakang. Lagi-lagi ia merasakan ada yang memperhatikannya dan mengikutinya. Dan...tak ada siapaun di belakangnya. Malahan agak sepi. Yang ia lihat hanya pohon-pohon yang amat tinggi. Sakura kembali berjalan namun ia kembali merasakan ada yang menatapnya. Ia menoleh ke belakang dan hasilnya tetap sama. Menakutkan. Apakah ada orang jahat? Sakura langsung mempercepat langkah kakinya bahkan nyaris lari. Rasanya seperti diikuti roh jahat saja...
+ x +
Kantin. Ya, kantin adalah tempat dimana mereka para murid menghabiskan waktu istirahat di sini. Dan juga untuk mengisi perut yang keroncongan tentunya. Kantin terlihat sangat ramai. Bagi yang kelaparan harus dapat menerobos beribu-ribu manusia yang sedang mengantri kelaparan. Sekarang kita dapat melihat sang tokoh utama kita, yaitu Sakura Haruno bersama kedua sahabatnya yang setia berada di sampinya Ino Yamanaka dan Hinata Hyuuga sedang duduk pada bangku meja makan. Sakura dan Ino sedang menikmati Beef Yakiniku, sedangkan Hinata hanya memakan roti melon.
Hari ini Kantin jauh lebih ramai dari biasanya, entah kenapa. Mungkin yang biasanya membawa bento atau bekal ingin makan makanan yang ada di kantin. Sesaknya luar biasa! Kalau dilihat, ini seperti lautan manusia yang kelaparan. Tapi untungnya Sakura dan kawan-kawan sudah melewati masa-masa berdesakan dengan para siswa yang kelaparan. Sekarang mereka tinggal asyik memakan makanan mereka dengan canda tawa.
DEG!
Lagi-lagi perasaan itu muncul. Sakura menoleh ke belakang, ke kiri, dan ke kanan. Kali ini Sakura benar-benar merasakan ada yang memperhatikan, sangat terasa. Tapi...siapa? Disini sangat ramai penuh dengan siswa-siswa. Apa seluruh siswa yang memperhatikannya? Tidak mungkin lha. Mungkin itu hanya perasaan Sakura yang terbawa akibat diikuti stalker itu.
"Ka-kamu kenapa, Sakura-chan?" tanya Hinata yang memperhatikan Sakura yang terlihat sedang khawatir.
"Ng-nggak apa-apa kok. Aku hanya merasa...ada yang memperhatikanku."
"Ah, itu sih udah biasa! Kamu kan memang selalu dilihatin fans-fansmu karena kamu itu idola sekolah ini."
"Tapi ini beda, Ino! Dan akhir-akhir ini aku selalu merasa...ada yang mengikutiku dan memperhatikanku."
"Wah, itu...stalker!"
"Siapa sih stalkernya?"
"Aku juga nggak tahu stalkernya siapa..."
"Seram juga ya, Sakura-chan."
"Ckck... Resiko cewek cantik kaya gini nih. Makanya kalau punya muka itu yang pas-passan aja!"
BLETAK!
Horee...1 – 0! Satu jitakan mendarat pada kepala Ino. Yang dijitak langsung meringis kesakitan dan mengelus-elus kepalanya bekas jitakan maut Sakura. Sakura kembali menoleh ke belakang.
'Aku rasa...pelakunya berada di sekolah ini.'
.
.
.
.
"Ino, Hinata, kalian ke kelas dulu ya. Aku mau ke toilet dulu!" kata Sakura.
"Ok deh, kita masuk duluan ya. Hati-hati di toilet sendirian!" Ini dan Hinata segera ke kelasnya sedangkan Sakura langsung berjalan menuju toilet.
Toilet tak begitu jauh dengan kelas. Suasana koridor semakin lama semakin sepi karena ini sudah bel masuk kelas. Yang sekarang hanya terdengar adalah ketukan antara sepatu Sakura dengan lantai. Saat ia hendak masuk ke dalam toilet Wanita...
DEG!
Sakura langsung menoleh kiri, kanan dan belakang. Tak ada siapa-siapa. Perasaan itu muncul kembali. Menyeramkan. Apakah ada roh yang mengikuti Sakura setiap hari? Tapi tidak mungkin. Sakura yakin 100% ini pasti manusia. Namun siapa? Apa cuma perasaan saja? Sakura segera cepat-cepat masuk ke dalam toilet. Tidak mungkin kan stalker itu mau masuk ke dalam toilet wanita –jika ia laki-laki-.
'Sepertinya dugaanku benar...pasti pelakunya berada di sekolah ini.'
+ x +
Seperti biasa, setiap hari Sakura –baik di sekolah maupun pulang sekolah- selalu merasa diikuti dan diperhatikan gerak-geriknya. Apalagi saat jalanan sepi. Bagaimana rasanya jika kamu yang mengalaminya? Pasti merinding dan ketakutan! Inilah resiko orang cantik... Siapa sih dalang dibalik semua ini? Ini membuat Sakura makin gila! Lama-lama ia akan menjadi paranoid! Sakura yakin pasti pelakunya berada di sekolah ini... Namun siapa? Apa jangan-jangan...salah satu anggota fans clubnya? Tapi, member fans club 'Cherry Blossom' di sekolah ini banyak sekali. Mana mungkin ia akan menyelidiki satu per satu, kan? Ya tuhan... Kenapa Sakura harus merasakan tidak tenangnya hidup? Di rumahnya pun ia selalu memikirkan siapa stalker yang selau memerhatikannya bahkan mengikutinya. Rasanya Sakura bagaikan arwah yang tak tenang!
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Seluruh siswa langsung mengambil tas mereka masing-masing dan menerobos manusia-manusia yang hendak keluar dari pintu kelas. Sore ini hujan. Sangat deras. Seluruh siswa banyak yang membawa payung kecuali...Sakura! Sakura merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia selalu membawa payung. Ia harusnya tak boleh mengabaikan pepatah 'sedia payung sebelum hujan'. Oh, great. Sekarang Sakura harus menunggu hujan reda di sekolahan yang sekarang sudah menyepi tanpa siswa-siswa yang biasanya berlalu lalang.
Sakura keluar dari kelasnya. Ia berjalan entah hendak ke mana kakinya melangkah. Karena ia bosan menunggu hujan di dalam kelas, jadi ingin mengelilingi sekolahan yang sudah sepi ini.
DEG!
Sakura menoleh ke belakang. Namun tetap saja tidak ada siapa-siapa. Yang ia lihat adalah koridor sekolahan yang sepi. Ia benar-benar merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Sakura langsung mempercepat langkahnya, dan ia tetap merasakan ada yang mengikutinya. Suasana sekolahan benar-benar sepi. Tak ada orang di sekitarnya. Sakura makin mempercepat langkahnya hingga ia setengah berlari, ups, sekarang bukan setengah berlari lagi, tapi beneran lari. Saat ini ia benar-benar merasa ketakutan. Sekarang ia sudah terpojok oleh loker sepatu. Ia langsung menyender pada loker sepatu dan tubuhnya merosot ke lantai. Ia memeluk kedua lututnya. Air matanya tumpah seketika dari mata emeraldnya. Tubuhnya bergetar dengan hebat. Jantungnya berpacu dengan cepat.
"Si-siapa d-disana? Hiks... Kumohon, j-jangan sakiti a-aku! Hiks..." tangisan Sakura makin menjadi-jadi. Kini ia sudah terpojok. Tak ada seseorang yang menolongnya. Wajahnya ia benamkan pada kedua lututnya. Tubuhnya bergetar, keringat dingin, dan rasa takutnya makin besar.
Tiba-tiba bahu kanannya terasa ada yang memeganginya. Sakura makin ketakutan. Siapa?
"K-kumohon..hiks.. jang-an s-sakiti a-aku, hiks..." rasanya Sakura ingin mati saat ini juga. Ia benar-benar ketakutan. Seseorang, tolong!
"Kamu kenapa?" tanya seorang lelaki.
Sakura mendongakkan kepalanya, melihat siapa lelaki yang memegang bahunya. Terlihat seorang lelaki yang sedang menjongkok seraya memegang bahunya, "U-Uchiha-san?"
"Sedang apa kamu sendirian disini?" tanya lelaki yang punya nama lengkap Sasuke Uchiha.
Dengan refleks Sakura langsung memeluk Sasuke. Karena Sakura benar-benar ketakutan sehingga langsung memeluk Sasuke. Ia meremas blazer yang dipakai Sasuke. Sasuke dapat merasakan getaran pada tubuh Sakura. Sepertinya Sakura benar-benar ketakutan.
"S-syukurlah, hiks... masih ada orang disini. Hiks..." Sakura masih terisak-isak dalam dada Sasuke. Sasuke membalas pelukan Sakura dan membelai rambut Sakura.
"Jangan menangis." Sasuke menepuk punggung Sakura agar ia tenang. Sasuke melepaskan pelukannya dan duduk disebelah Sakura yang masih terisak-isak sambil mengelap air matanya.
Diam. Mereka semua membisu, tak ada satu pun yang berbicara.
"U-Uchiha-san,"
"Panggil aku Sasuke."
"Oh, ma-maaf. Sasuke, k-kenapa kau belum pulang?"
"Aku lupa bawa payung."
"Ohh..."
"Kau sendiri?"
"Sama."
Hening. Mereka kembali membisu. Tak ada bahan obrolan yang dapat dibicarakan. Lagi pula Sakura belum pernah dekat dengan Sasuke. Hawa dingin hujan terasa menusuk hingga tulang rusuk. Makin lama Sakura makin merasa kedinginan. Blazer yang dikenakan Sakura tak cukup untuk menghangatkan tubuhnya. Kapan hujan akan berakhir?
Sasuke yang melihat Sakura menggigil akibat kedinginan langsung melepaskan blazernya dan menyelimuti Sakura dengan blazer miliknya. Sakura menoleh ke arah Sasuke.
"Sa-Sasuke..."
"Pakailah. Kau kedinginan"
"Apa kau tak kedinginan?"
"Tidak."
"Te-terima kasih, Sasuke."
"Hn."
Mereka kembali terdiam. Suasana sunyi. Hanya terdengar suara gemericikan hujan yang berirama. Mereka masih duduk menyender di loker sepatu hingga hujan di luar reda. Kali ini Sakura pulang ke rumah dengan rasa aman tanpa merasa ada yang mengikutinya. Mungkin sang stalker sudah pulang karena hujan deras.
+ x +
Siang ini begitu terasa panas. Matahari sudah berada di tengah-tengah. Matahari sudah benar-benar terik. Panas-panas seperti ini enak sekali jika makan es atau meminum-minuman yang sangat dingin. Uh, pasti rasanya segar! Tapi kenapa panas-panas seperti ini Sakura malah disuruh belanja? Ya tuhan, panas sekali! Melihat kolam ikan rasanya ingin sekali menyelam disana untuk mendinginkan diri. Siang yang panas ini Sakura berjalan menuju Supermarket yang tak begitu jauh dari rumahnya. Mungkin hanya 3 – 4 menit sampai pada tempat tujuannya.
SREEETT!
Seseorang ada yang memperhatikannya! Sakura menoleh ke arah belakang. Yang ada hanya orang-orang yang berlalu lalang. Tak begitu ramai sih, dan juga tak begitu sepi. Mungkin hanya 5 orang saja yang berada disekitar situ. Tapi Sakura benar-benar yakin ada yang memperhatikannya. Mengapa saat-saat seperti ini sempat-sempatnya stalker itu mengikuti ataupun memperhatikannya? Apa ia mengikuti hingga ia pulang ke rumah? Uh, kenapa Sakura menjadi paranoid begini? Karena jalanan tak begitu sepi, jadi Sakura tak begitu takut. Walau masih merasa ngeri...
Sakura kembali berjalan menuju Supermarket. Sekarang ia merasa di jalanan menjadi begitu sepi. Sakura berjalan dengan gontai sambil bersenandung ria. Sehabis belanja di Supermarket nanti, ia ingin sekali membeli es! Benar-benar panas sekali. Tanpa Sakura sadari dari belakang ada seseorang dengan gerak-gerik yang mencurigakan. Pria itu berjalan makin mendekati Sakura dan...
BREEEETTT!
Tiba-tiba tas Sakura yang setia tergantung pada bahu kanannya dirampas –atau lebih tepatnya dijambret- oleh pria itu. Sakura kaget, dan pria itu berlari membawa lari tas Sakura. Rupanya ia... "COPEEETTTT!"
Sakura langsung berlari mengejar pencopet itu. Namun pencopet itu larinya sangat kencang, tentu saja Sakura tak dapat mengejarnya, "Tolooong... Ada copeett!"
Nafas Sakura terenggah-enggah, ia tak kuat lagi mengejar pencopet itu. Rupanya pencopet itu larinya sangat cepat. Ia berhenti dan mengatur nafasnya yang terputus-putus. Oh tuhan...pencopet itu telah berhasil membawa lari tasnya yang berisi dompet dan handphonenya. Bagaimana ini? Uang belanja semuanya juga berada di dalam dompet itu. Bagaimana ia mau belanja? Pulang-pulang ke rumah bisa-bisa Sakura dimarahi oleh Kaa-sannya. Sakura menjongkok dan memeluk kedua lututya. Rasanya ia ingin menangis di tempat itu.
"Ini, tasmu." kata seorang lelaki.
Sakura mendongakkan kepalanya dan melihat tasnya yang disodorkan kepadanya. Perlahan-lahan Sakura melihat wajah sang lelaki yang telah mengembalikan tasnya, "Sasuke?" Sakura menerima tas yang Sasuke berikan. "Ma-makasih."
"Hn. Lain kali hati-hati." Sasuke membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Sakura sendirian. Sakura hanya menatap punggung Sasuke yang semakin lama semakin menghilang.
"Kenapa...Sasuke bisa ada disini?"
+ x +
Akhir-akhir ini Sakura merasa ada keanehan. Sepertinya dimana Sakura berada disitu ada Sasuke.
Seperti hari ini...
Hari ini Sakura sedang berbelanja(lagi) di Supermarket. Ia nampak sedang memilih-milih sayuran yang segar. Dari belakang ada dua anak kecil yang sedang asyik kejar-kejaran hingga akhirnya tak sengaja mereka menyenggol tumpukkan kaleng-kaleng yang berisi daging sehingga kaleng itu goyang dan hendak jatuh ke arah Sakura.
"DEK, AWASSS!" teriak seorang ibu-ibu kepada Sakura. Sakura menoleh ke arah belakang dan melihat kaleng-kaleng yang siap menimpanya.
'Oh, tidaak!' Sakura langsung memejamkan matanya. Namun tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya. Yap, Sakura selamat dari timpaan kaleng-kaleng itu. Sakura segera membuka matanya perlahan-lahan dan ia dapat melihat Sasuke yang sedang meringis kesakitan karena kaki kirinya tertimpa kaleng-kaleng itu. Satu pertanyaan yang keluar dari benak Sakura. Sejak kapan Sasuke berada di sini?
Hari-hari berikutnya, Sakura sedang asyik membaca novel misteri di Perpustakaan sekolah yang begitu tenang dan sunyi. Hari ini banyak sekali yang datang ke Perpustakaan. Namun pada saat-saat seperti ini, Sakura merasakan ada yang memperhatikan. Ia menengok-nengok mencari siapa yang memperhatikan. Namun mata emeraldnya tak sengaja menangkap seorang pemuda berambut emo yang sedang membaca buku. Lagi-lagi ketemu si rambut 'emo'...
Hari berikutnya saat Sakura sedang duduk-duduk di taman sekolah, ia melihat Sasuke yang tak sengaja melihat ke arahnya. Dan hari berikutnya lagi saat Sakura pulang sekolah, ia merasakan ada yang mengikuti dan memperhatikannya dari belakang. Saat ia menengok ke belakang, yang ia lihat hanyalah orang-orang yang berlalu lalang sehabis pulang dari sekolah dan dari tempat kerja. Disini tidak ada orang yang ia kenal lagi. Hmm..pasti ini hanya perasaan Sakura karena sering diikuti sang 'staker' yang entah siapa. Namun, Sakura menangkap seorang yang ia kenal. Seorang lelaki dengan mata onyx yang sedang melihat ke arah jalanan. Lagi-lagi bertemu dengannya.
Setiap ada perasaan yang 'aneh' atau dimana Sakura berada, Sakura selalu melihat ada Sasuke. Sasuke, Sasuke, dan Sasuke. Sakura jadi sering memergoki Sasuke yang sedang berada di sekitarnya. Mengapa lelaki yang satu ini jadi sering terlihat? Sakura benar-benar diselimuti rasa aneh dan...curiga.
'Ah, jangan-jangan...dia...!' Sakura menengok ke arah belakang dan melirik Sasuke yang sedang membaca bukunya di bangkunya. Sepertinya Sakura tahu jawabannya...
.
.
.
.
.
"Sasuke!"
"Hn?"
"Ada yang ingin ku bicarakan padamu!"
Sakura menarik pergelangan tangan Sasuke. Mereka melewati setiap koridor yang sudah mulai menyepi. Suara-suara yang mereka dengar hanyalah gesekan antara sepatu dengan lantai dari keramik. Mereka keluar dari gedung sekolah dan Sakura tetap menarik Sasuke hingga sampai di parkiran sepeda yang sudah sepi.
"Cepat katakan." kata Sasuke dengan datar.
"Sasuke, aku tahu! Kau 'kan stalker yang selama ini selalu mengikutiku?" tuding Sakura ke arah wajah Sasuke. "Ayo jawab!" bentak Sakura.
Mendengar itu, mata onyx Sasuke melebar sedikit. Namun lama-lama sudut bibirnya tertarik. Ia melangkah maju mendekati Sakura yang mundur hingga punggungnya menatap dinding yang berada di belakangnya. Kedua tangan kekar Sasuke mencengkeram dinding di belakang Sakura sehingga Sakura tak dapat lari kemana-mana.
"Kalau iya, memang kenapa?" tanya Sasuke dengan seringainya.
"Ke-kenapa kamu selalu mengikutiku? Kenapa kamu selalu memperhatikanku? Kenapa? Apa maumu, hah?" bentak Sakura kesal.
Sasuke memegang dagu Sakura dan mendongakkan kepalanya, "Mauku?" wajah Sasuke makin terasa mendekat. Bibirnya ia dekatkan pada daun telinga Sakura yang sudah mulai terasa panas, "Aku...hanya ingin berada didekatmu."
Sasuke menjauhkan wajahnya dari daun telinga Sakura. Ia hanya menyeringai dan pergi meninggalkan Sakura sendirian di parkiran sepeda. Sakura mengepalkan tangannya. Otot-otot mulai berkedutan. Emosinya sekarang naik hingga hampir mencapai ubun-ubun.
"SASUKE UCHIHA, AKU BENCI PADAMUUU!"
+ x +
Matahari mulai menampakkan dirinya di sebelah timur. Udara pagi yang dingin terasa menembus kepermukaan kulit membuat siapa saja ingin bersembunyi dibalik selimut yang tebal dan hangat. Jalanan yang sepi kini mulai terlihat ramai dan padat. Orang-orang yang mengenakan seragam sekolah dan seragam kantor mulai berlalu-lalang.
Dari halaman sekolah SMA Utagawa, kita lihat ada seorang gadis berambut pink dengan seragam lengkapnya berjalan melewati sekumpulan siswa-siswa yang sedang berjalan menuju gedung sekolah. Suara jeritan dan bisik-bisikan mulai terdengar begitu melihat sang primadonna SMA Utagawa lewat.
"Selamat pagi, semuanya." sapa Sakura kepada siswa-siswa dis. Ia menampakkan senyuman andalannya hingga yang melihat makin menjerit seperti orang kesurupan bahkan pingsan hingga masuk ke dalam UKS. Catatan untuk kalian yang tak ingin seperti mereka : siapkan kacamata hitam –bahkan hingga tak dapat melihat ke depan- sebelum Sakura tersenyum. Ok, itu berlebihan.
"Se-selamat pagi, Sakura-chan." sapa para gadis dan lelaki.
"S-Sakura, ini untukmu! Ini baru kupetik dari kebun, lho!"
"Sakura-chan, terimalah surat dari kami!"
"Sakura-senpai, ku belikan ini khusus untukmu!"
"Sakuraaa!"
Pagi-pagi Sakura sudah menerima banyak 'hadiah' dari fansnya berupa bunga, kue, dan juga pastinya surat-surat dari penggemar. Tentu saja Sakura terima dengan penuh senyuman manis yang membuat mereka makin menjerit tak karuan. Sakura kembali berjalan memasuki gedung sekolahan.
"Huft... Sepertinya hari ini bawaanku banyak..." desah Sakura.
"Lagi-lagi dari fansmu ya?" terdengar suara berat seorang lelaki dari belakang Sakura. Sakura menoleh ke belakang dengan gerakan slow motion. Matanya agak melotot saat melihat sosok yang berada di belakangnya. Sosok yang tak ingin Sakura lihat.
"SA-SU-KE?"
"Hn."
"Ngapain kamu deket-deket aku? Sana pergi!"
"Sepertinya kamu perlu bantuan." kata Sasuke sambil menatap barang-barang pemberian fansnya yang terlihat sangat banyak.
"Tak usah, makasih banyak!" Sakura langsung mempercepat langkahnya dan meninggalkan Sasuke yang terlihat kebingungan. Namun bibirnya membentuk sebuah seringai.
"Kalau marah, makin terihat manis."
.
.
.
.
.
Sepertinya semenjak Sakura mengetahui Sasuke adalah stalkernya, ia menjadi benci pada Sasuke. Sakura masih heran, tujuan Sasuke mengikuti dan memperhatikannya untuk apa? Apakah ia akan melakukan macam-macam pada Sakura? Mengingat kejadian kemarin membuat urat-urat dikening Sakura bermunculan satu persatu. Arghh...bencinya mengingat wajahnya! Ingin sekali ia tak melihat wajahnya. Namun...
"Ngapain kamu ngikut-ngikutin aku, heh? Sana pulang ke rumahmu!" bentak Sakura pada seorang lelaki yang berada di belakangnya dengan nada sebal. Sepertinya keinginan Sakura untuk tidak melihat wajah lelaki ini tak dikabulkan oleh Kami-sama.
"Ih, Geer sekali. Siapa juga yang mau mengikutimu. Ini kan memang jalanku untuk pulang ke rumah." Sasuke menjulurkan lidahnya. Sakura makin sebal pada lelaki berambut emo ini. Ingin sekali ia menonjok wajah tampan itu namun ia kurung niatnya itu. Sasuke hanya menyeringai penuh kemenangan.
Sakura tetap berjalan dengan Sasuke yang berada di belakangnya. Mereka tak berbicara satu kata pun. Sakura menatap lampu lalu lintas yang menyalakan lampu berwarna merah bertanda bahwa kendaraan-kendaraan berhenti. Ia berbelok ke kanan berjalan melalui zebra cross untuk menyebrangi jalanan. Angin sore ini terasa kencang hingga menerbangkan debu-debu dan daun-daun yang berguguran. Oh, damn, debu itu masuk ke dalam mata Sakura hingga Sakura tak dapat melihat ke arah depan. Sakura berjalan ke depan perlahan-lahan sambil mengucek matanya yang kemasukan debu. Lampu lalu lintas yang berwarna merah sudah berubah warna menjadi hijau dan kendaraan-kendaraan mulai berjalan. Tak di sadari, dari kanan sana ada mobil yang melaju dengan kencang.
TIINNN...TIIIIINNNNN...!
Sakura menoleh ke arah kanan dan membuka matanya perlahan. Ia dapat melihat mobil yang akan siap menabraknya.
'Oh, Kami-sama, aku akan mati!'
SREEETTT...!
Tangan kanan Sakura di tarik oleh seseorang ke trotoar. Nyawa Sakura selamat! Siapa dewa penyelamat yang menyelamatkan nyawa Sakura dari ancaman marabahaya tersebut? Sakura membuka matanya sedikit dan dapat melihat mata onyx yang menatapnya.
"Kamu kenapa? Kelilipan?"
"Begitulah!"
"Aku tiupin."
"Nggak usah! Nanti aku bisa sendiri!" Sakura masih mengucek matanya yang kelilipan dan hendak pergi meninggalkan Sasuke.
Namun tangannya ditarik Sasuke sehingga mendekat padanya. Sasuke meniup mata emerald Sakura yang agak kemerahan akibat kelilipan. Angin yang ditiup Sasuke menerpa mata Sakura hingga terasa ke kelopak matanya. Kejadian ini terasa slow motion. Ok, terlalu berlebihan. Entah mengapa Sakura merasakan debaran kecil pada dadanya.
"Sudah?" tanya Sasuke seraya menatap mata emerald Sakura.
"Ya, makasih!" jawab Sakura dengan nada jutek.
"Hn."
Mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah masing-masing. Matahari sudah hendak tenggelam. Apakah akan tumbuh perasaan cinta antara sang idola SMA Utagawa dengan sang Stalker yang setia mengikutinya?
+ x +
Setiap pulang sekolah, biasanya Sakura pulang bersama dengan Sasuke. Tapi itu bukan kemauan Sakura! Mereka juga tak pernah membuat janji untuk pulang bersama. Sasukenya saja yang suka mengikutinya –atau bisa dibilang stalkernya-. Kenapa secara kebetulan arah pulang mereka sama? Mendokusai. Padahal Sakura tak ingin melihat wajah Sasuke, tapi tiap hari pasti selalu melihatnya. Namun hari ini Sakura tidak pulang bareng Sasuke. Entah ada apa gerangan hari ini Sasuke tidak mengikutinya maupun memperhatikan setiap gerak-geriknya.
"Huft...hari ini pulang sendiri ." gumam Sakura sambil mendesah pelan. "Ah, senangnya hari ini tidak diikuti si Uchiha itu! Rasanya tenang sekali..."
DEG. Tapi lama-lama ada rasa rindu juga dengan pemuda bermarga Uchiha itu. Ia rindu dengan masa-masa saat ia selalu ribut dengan Sasuke yang menurutnya menyebalkan dan penguntit. Sakura langsung menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menjauhkan pikiran-pikiran itu dari kepalanya.
"Apa? Aku kangen sama si Uchiha itu? Hm, nggak mungkin deh!"
Sakura kembali berjalan melewati jalanan yang sepi. Di depan sana terlihat tiga pemuda yang memakai seragam compang-camping seperti berandalan. Terlihat dari penampilan mereka yang mengenakan banyak pierching di telinga, seragam yang berantakan, dan sebatang putung rokok di mulut mereka. Ya tuhan, anak zaman sekarang seperti ini ya. Sebenarnya Sakura bergidik ngeri melihat mereka. Namun ia mengeluarkan keberanian untuk melewati mereka.
"Eh, ada cewek cakep tuh!"
"Liat, dia pake seragam SMA Utagawa!"
"Wah, boleh juga nih..."
Ups, sepertinya melewati ketiga berandalan di jalanan yang sepi adalah keputusan yang salah.
"Hey, cewek!" panggil salah satu dari mereka. Sakura tak menghiraukan mereka dan tetap terus berjalan.
"Wah, kita dikacangin, nih!"
"Hey, cewek. Denger kita nggak sih?" kata seorang berandalan sambil mendekati Sakura. Sakura hanya menoleh dan melihat mereka yang mendekatinya.
"Kamu ya yang katanya primadonna SMA Utagawa? Cantik juga ya dari dekat..."
"Siapa namanya?"
Sakura menepis tangan seorang berandal yang hendak memegang bahunya. Ia hanya tersenyum, "Maaf, aku mau pulang." Sakura melangkahkan kakinya untuk meninggalkan mereka namun pergelangan tangannya ditarik oleh salah satu dari berandalan itu.
"Ckck... Jangan pergi dong. Kita kan belum kenalan." Berandaan itu memegang dagu Sakura.
"Cih, ku bilang lepaskan! Aku mau pulang!" Sakura berusaha melepaskan cengkraman tanga berandal itu dari tangannya namun sia-sia...cengkramannya makin kuat hingga Sakura meringis kesakitan.
"Ternyata nona manis keras kepala juga ya!" Berandal itu mendorong Sakura hingga terjatuh di tanah. Berandal itu menindih Sakura di atas dan mencengkram kedua tangan Sakura. Kaki Sakura ditahan oleh kaki berandal itu. Sial, Sakura sudah berusaha meronta namun usahanya sia-sia saja. Bagaimana ini?
"Sepertinya nona harus diberi pelajaran..." pemuda itu mendekati wajahnya pada wajah Sakura hendak menciumnya.
Bagaimana ini? Apakah Sakura akan diperkosa dengan berandal-berandal ini? Wajah berandal itu semakin mendekat. Sakura benar-benar ketakutan. Badannya mulai bergetar. Air matanya tak dapat dibendung lagi. Siapa yang akan menolongnya? Sakura memejamkan matanya. Ingin sekali ia berteriak minta tolong namun percuma karena sekitar sini sangat sepi. Namun ada satu nama yang terlintas di kepala Sakura.
"Sa...su...ke..."
BUG!
Berandal yang hendak mencium Sakura terpental. Ia tersungkur di tanah sambil memegang wajahnya. Sakura membuka matanya dan melihat sosok yang ingin sekali ia lihat
"Sasuke?"
Berandal yang terkapar di tanah itu berdiri dan menatap pemuda berambut emo dengan tatapan amarah.
"Hey, berani-beraninya kau menendangku!"
"Kalian seenaknya menyentuh gadis ini. Gadis ini tak sembarangan disentuh oleh laki-laki seperti kalian." kata Sasuke seraya menarik Sakura.
"Kurang ajar!"
"Hajar dia!"
Berandal itu meninju Sasuke, namun dengan mudahnya Sasuke menghindar dan menendang perut mereka. Sasuke meninju wajah berandalan itu, namun seorang berandalan yang satunya melayangkan tinjunya ke wajah Sasuke hingga ia tersungkur ke tanah. Sakura hanya membulatkan matanya menyaksikan perkelahian satu lawan tiga. Ini sungguh tidak adil! Sasuke mengelap darah segar yang mengalir pada sudut bibirnya dan ia menyeringai.
Sasuke melayangkan tinjunya ke arah para berandalan. Dengan gesit, ia menghindari serangan dari ketiga berandal itu dan satu serangan lagi, Sasuke menendang 'benda' yang menjadi kelemahan laki-laki. Ketiga pemuda itu langsung tumbang.
"Ayo, kita pergi." Sasuke menarik tangan Sakura dan meninggalkan para berandal itu kesakitan.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Sasuke.
"Ya..nggak apa-apa. Ma-makasih ya."
"Hn. Aku tahu, waktu kamu mau 'diserang' berandal itu, kamu menyebut namaku kan?" kata Sasuke dengan seringai khasnya. Kata-kata itu membuat wajah Sakura memerah semerah tomat.
"Ih, kau sungguh menyebalkaaannn!"
+ x +
"Hey, Sakura. Kayaknya akhir-akhir ini aku sering liat kamu bareng sama Sasuke. Apa kalian...punya hubungan khusus?" tanya Ino seraya membuka kotak bentonya.
"Nggak! Aku nggak punya hubungan khusus sama dia!" bantah Sakura.
"Tapi sepertinya...kalian punya hubungan khusus, Sakura-chan. Sampai banyak fans-fansmu yang bertanya-tanya tentang hubungan kalian lho." Hinta terkikik.
"Tau ah, terserah kalian. Aku mau ngembaliin ensiklopedia dulu ke Perpustakaan." Sakura berdiri dari tempat duduknya dan mengambil ensiklopedia yang agak tebal. Lalu ia berjalan keluar dari kelasnya melewati koridor-koridor.
"Mau kemana?" tanya seorang pemuda yang hanya mengenakan kemeja seragam sekolah dengan dasi kotak-kotak hijau melingkar di kerahnya sedang bersender pada dinding. Sakura menoleh dengan tatapan sebal ke arah pemuda itu.
"Bukan urusanmu!" kata Sakura menjulurkan lidahnya pada pemuda itu.
Sasuke melihat ke arah jendela yang tepat berada di belakang Sakura. Matanya membulat ketika melihat ada bola baseball yang melayang ke arah jendela.
"SAKURA, AWAASS!"
PRAAANNGG!
Sasuke mendorong Sakura agar tak terkena dari bola baseball dan pecahan kaca jendela. Kaca jendela itu pecah. Pecahan-pecahan kaca berserakan dimana-mana. Sakura mengernyit kesakitan karena pantatnya sukses membentur lantai. Ia membuka matanya perlahan-lahan.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Sasuke yang wajahnya tepat di wajah Sakura. Jarak wajahnya kira-kira 3 cm. Wajah Sakura terasa memerah.
"KYAAAA... MENJAUHLAH DARIKUUU!"
BUKK!
Sakura dengan refleks memukul wajah Sasuke dengan buku ensiklopedia yang tebalnya kira-kira 2 cm. Sasuke langsung terpental ke belakang sambil memegang wajahnya yang terasa nyeri akibat ciuman dari ensiklopedia bertebal 2 cm itu.
"Kau ini...bukannya berterima kasih karena ku tolong dari bola itu malah memukulku degan buku setebal itu." Kata Sasuke yang masih mengusap-usapkan wajahnya, terutama jidatnya.
"Ma-maaf, Sasuke! A-aku nggak sengaja!" tiba-tiba mata Sakura tertuju pada baju lengan kiri Sasuke yang sobek akibat serpihan kaca yang menancap pada lengannya, sehingga lengannya mengeluarkan cairan merah, "Ya tuhan, lenganmu!" Sakura menunjuk lengan kiri Sasuke.
Sakura menarik pergelangan tangan Sasuke, "Ayo, kita segera ke UKS!"
.
.
.
.
.
.
"Aww... pelan-pelan!" rintih Sasuke saat serpihan kaca itu diambil oleh Sakura dengan pinset.
"Iya, ini udah pelan-pelan kok! Ditahan ya." Sakura masih konsentrasi mengambil serpihan kaca yang menancap pada lengan Sasuke. Serpihannya tidak besar-besar amat kok, hanya kecil.
"Emh, makasih ya." kata Sakura.
"Buat?"
"Udah nolong aku dari bola. Kalau nggak, mungkin aku sudah kena pecahan kaca jendela."
"Hn."
Sakura meneteskan obat merah kekapas, lalu ia tutuli keluka Sasuke. Sasuke hanya mengernyit menahan rasa perih pada lengannya. Setelah selesai diberi obat merah, Sakura membalut lengan Sasuke yang terluka dengan perban. Sasuke memandang wajah serius Sakura yang sedang konsentrasi mengobatinya.
"Ternyata kamu ahli yang seperti ini ya." kata Sasuke.
"Ya, soalnya nenekku pernah mengajariku cara mengobati orang yang terluka." jawab Sakura yang masih membalut perban. "Yap, selesai!"
"Makasih."
"Yap!" Sakura membereskan obat-obatan dan perban ke dalam lemari.
KRIIIINNGGG... KRIIINNGGG...!
Tepat. Bunyi bel masuk ke kelas berdering.
"Ayo, masuk ke kelas." Sasuke berdiri dari ranjang UKS.
"Eitttsss...! Kamu nggak boleh ke kelas! Istirahat aja di dalam UKS! Lenganmu masih sakit!" perintah Sakura.
Sasuke menyeringai, "Hm, ternyata kau perhatian juga sama aku."
"Ihhh, pokoknya kamu istirahat di dalam UKS!" Sakura langsung keluar dari UKS dengan rasa sebal pada Sasuke. Dasar, ia memang suka menggoda Sakura! Sasuke hanya terkikik kecil di dalam UKS dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
.
.
.
.
.
"Gimana lenganmu, udah baikan?" tanya Sakura sambil melihat lengan Sasuke yang dibalut perban.
"Hn. Lumayan."
Mereka berjalan pulang bersama. Sasuke terpaksa tak mengikuti jam pelajaran terakhir karena disuruh Sakura untuk beristirahat di dalam UKS. Saat bel pulang berbunyi, Sakura menghampiri Sasuke di UKS dengan membawakan tas ransel milik Sasuke. Sungguh teman yang baik. Mereka berjalan santai sambil menikmati sore yang indah.
SREET...!
Sasuke menoleh ke arah belakang. Ia menatap ke arah belakang tajam seakan-akan mencari sesuatu. Sasuke merasakan...ada yang memperhatikan mereka. Lalu ia kembali menatap ke arah depan.
"Kenapa Sasuke?" tanya Sakura.
"Nggak apa-apa."
Mereka kembali berjalan. Dua kaki mereka yang jenjang melangkah secara bersamaan. Mereka berjalan seraya menatap langit sore berwarna keoranyean yang terasa damai dan tenang. Tanpa disadari, dari belakang mereka nampak sosok yang sangat mencurigakan tengah menatap mereka dengan tatapan tak suka.
.
.
"Aku tak suka kau dekat-dekat dengan lelaki lain, Sakura..."
.
.
.
.
.
.
-TBC-
A/N
Haiii... Risuki-chan disini! Saya datang membawa fic gaje terbaru saya! Maaf ya kalo idenya (mungkin) pasaran! Tapi apa boleh buat, ide ini terlanjur datang di otakku dan aku ingin publish cerita ini, hehe... ^^v Ide murni dari otakku lho!
Ini adalah twoshoot atau threeshoot SasuSaku pertama yang saya buat. Soalnya aku sering buat oneshoot atau twoshootnya NaruSaku sih, jadi ini twoshoot SasuSakuyang pertama :) Mungkin ini akan menjadi twoshoot, akan kuusahakan tidak sampai threeshoot. Gommen kalau ceritanya aneh, dan alur kecepetan! Maklum, twoshoot+pengen cepet-cepet publish,hehe #PLAK ^^v
Aku berterima kasih pada Nee-chan yang udah bantuin aku, sampai aku BBM-in terus. Gommen ne Nee-chan, sampai-sampai gangguin Nee-chan yang lagi jaga malam di Rumah Sakit! Thanks a lot for you! Love u! :*
Saya hanya dapat menerima kritik, saran atau pujian#PLAK agar saya terus semangat, dapat belajar dan mengetahui letak kesalahan saya ^_^
Sebelumnya Mohon Maaf, saya TIDAK MENERIMA FLAME dalam bentuk apapun. Don't Like, Don't Read, okay? ;)
Boleh minta reviewnya please? ^3^