REVERSE WORLD
...
...
chapter 1
What Happened?
...
...
"Huuuuaaaaahhh…" Conan menguap lebar. Sambil meregangkan tubuhnya kesana kemari. Dia merasa sangat lelah, dan badannya sakit semua. Padahal setahu dia kemarin, dia tidak melakukan hal yang membuat badannya sangat lelah. Kemarin dia hanya, memecahkan kasus dengan aksi 'kogoro tidurnya' seperti biasa, main game di rumah professor Agasa dan main bola dengan teman-temannya. Seharusnya dia tak begitu lelah, karena semua hal itu sudah biasa dia lakukan.
Conan beranjak dari tempat tidur, dengan langkah yang diseret-seret dia menuju kamar mandi. Karena matanya masih setengah terbuka-setengah tertutup dia tidak melihat sekeliling dengan baik, hanya meraba raba perabotan yang ada. Begitu juga setelah sampai di kamar mandi, sikat gigi dan mandi. Matanya masih tertutup dengan kesadaran yang setengah hidup.
Setelah mandi dan dalam keadaan masih menggunakan handuk, dia menuju cermin besar untuk bercuci muka. Padahal tadi sudah mandi.
"Huuuuuaaaaahh…" menguap lagi. Hari ini dia agak heran, rasanya tubuhnya agak membesar, dan kamar mandinya agak berbeda. Tapi mungkin itu perasaannya saja.
"Huuuuaaaaa… aaaaaaaaaaaaa!" Conan menjerit sesegera mungkin setelah melihat apa yang ada di cermin.
Bukan, bukan hantu yang muncul. Hanya saja, Conan melihat wajah seseorang dan bukan dirinya.
"O, oh… Ke, kenapa…" wajahnya begitu pucat. Dia memukul-mukul wajahnya sendiri untuk memastikan apa yang dilihatnya di cermin itu benar. Dan bayangan di cermin tentu saja mengikuti apa yang dilakukannya.
"A, aku… Wajahku… Ke, kembali…" dengan nafas yang tersenggal karena shock.
"AKU JADI SHINICHI KUDO LAGIIIIII….!" teriaknya tak percaya.
Karena sensasi tertegunnya, dia masih memegangi wajahnya, dan seluruh bagian tubuhnya. Termasuk bagian pribadi. Cuma untuk memastikan, apakah yang dialaminya sekarang benar. Dan semua itu benar. Sangat benar. Dengan senyuman tak percaya dan pikiran yang buntu dia kembali ke kamarnya. Tapi di sana ada yang aneh.
"Tu, tunggu… L, lho… Ini kan…" dia terperangah sebentar setelah memasuki kamar. Lalu kembali berteriak, "Kamarku…?" dengan pandangan tak percaya.
Conan langsung mengitari setiap sudut kamarnya, memeriksa di sini di sana, bahkan menjajal terlentang di tempat tidurnya. Setelah tahu bahwa semua itu benar, dia langsung memegang kepalanya. Benar-benar tak habis pikir.
'Tunggu… Kenapa bisa begini? Aku kembali jadi Shinichi Kudo? Makan apa aku kemarin? Kalau tubuhku berubah, kenapa aku tak merasa kesakitan?' Conan berpikir keras.
'Dan juga… Kenapa aku ada di rumah? Memang kemarin aku main game di rumah professor Agasa, tapi masa' sih aku tidak pulang ke rumah Ran?' tapi dipikir seperti apapun, dia tetap tak bisa mengerti.
Lalu terbesit pikiran untuk menanyakan hal itu pada Haibara. Siapa tahu, kemarin Conan terbentur dan tidak ingat hal ini. Segera saja dia turun untuk menelepon menggunakan telepon rumah. Dilihatnya sekeliling rumah, sepi. Itu karena orang tuanya di luar negeri, tentu saja.
Setelah menekan beberapa digit nomor, gagang telepon didekatkannya ke telinga. Mendengarkan nada sambung sampai si penerima telepon menjawab.
"Halo? Professor? Ai mana?" tanya Shinichi tanpa basa-basi.
"Tumben mencari Ai, Shinichi? Dia masih mandi, sebentar lagi kan sekolah… Kau tidak berangkat?" tanya professor dengan nada sedikit canggung di awal, tapi lembut setelahnya.
'Hah? Tumben, katanya? Memangnya aku tak pernah menanyakan tentang Ai apa? Aneh sekali professor ini…' Shinichi berpikir dalam hati dengan heran.
"Ah, oh iya… Ya sudah kalau begitu professor, nanti saja…" Shinichi menutup telepon setelah mendengarkan iya dari professor.
Shinichi naik lagi ke atas untuk bersiap-siap sekolah. Sambil berpakaian dan menyiapkan buku, dia tetap berusaha berpikir tentang hari ini. Tentang tubuhnya yang tiba-tiba kembali, tentang kenapa dia ada di rumahnya, tentang sikap aneh professor, semuanya jadi satu. Tapi gagal, tetap saja dia tak bisa menarik kesimpulan yang logis. Kepalanya bahkan merasa lebih pusing. Setelah lelah berpikir, dia turun untuk membuat sarapan. Inilah deritanya hidup sendirian.
Tapi lagi-lagi dia dibuat terkejut, ketika melihat di meja makan sudah tersedia hidangan dan sebuah bonus. Seorang laki-laki duduk santai sambil membaca koran, sedangkan di seberang meja makan, yaitu tempat telepon rumah berada, ada seorang wanita yang tengah asyik berbicara dengan nada gembira bersama lawan teleponnya. Membuat Shinichi mau tidak mau membelalakkan matanya, dan berteriak lagi.
"Ayah? Ibu?"
Kedua manusia yang merasa diteriaki tersebut langsung menoleh. Si laki-laki menurunkan korannya dan memandang heran kepada anak laki-laki semata wayangnya itu, sedangkan si wanita yang tengah asyik bertelepon ria langsung menyudahi kegiatannya dan berjalan mendekati pemuda yang sedang keheranan karena terkejut dengan kehadiran mereka.
"Ada apa?" tanya kedua orang itu bersamaan.
"Ke, kenapa ada di sini? Bukannya di New York? Pulang tanpa memberitahu aku?" si pemuda tersebut berkata dengan sedikit teriak.
Ayah dan ibu yang dimaksud malah saling berpandangan, dari ekspresinya terlihat bahwa mereka tak mengerti dengan apa yang diucapkan Shinichi.
Belum sempat Shinichi mendengar jawaban dari kedua orang tuanya, dia mendapati hal yang aneh lagi. Tiba-tiba terdengar langkah kaki kecil menuju ruang makan tempat kehebohan sekarang terjadi. Shinichi sangat heran, di rumah yang hanya ditempati bertiga ini, kenapa ada orang lagi?
Langkah kecil itu semakin dekat, membuat Shinichi sedikit gugup dan bingung. Tapi dia juga juga penasaran, siapa yang akan datang. Dan tibalah sang pemilik langkah kaki di ruang makan. Tanpa disuruh, Shinichi membelalakkan mata dan mengangakan mulutnya. Sangat terkejut dengan apa yang ada di hadapannya sekarang.
Seorang gadis kecil dengan rambut hitam sebahu yang diikat ke belakang seperti buntut kuda namun tidak panjang sedang menatapnya gembira. Sedangkan yang ditatap malah memasang wajah histeris. Sangat tidak mengerti dengan semua yang sedang terjadi sekarang.
'Si, siapa anak ini? Kenapa dia ada di rumahku? Da, dan juga… Kenapa ayah dan ibu tidak terkejut?' muncul beribu-ribu pertanyaan di benak Shinichi. Kenapa ini, kenapa itu, bagaimana bisa begini, bagaimana bisa begitu, semuanya muncul tanpa bisa dihentikan dan dijawab.
Shinichi memandang dengan wajah aneh ke kedua orang tuanya, pandangan yang mengisyaratkan permintaan penjelasan. Dan yang ditatap lagi-lagi hanya membalas dengan pandangan heran. Tapi Yukiko malah mendekati gadis kecil tersebut. Awalnya Shinichi mengira, bahwa Ibunya itu akan bertanya siapa gadis kecil asing ini. Namun, sepertinya Shinichi salah.
"Hai, Christie! Kau sudah siap rupanya? Ayo sarapan bersama!" Yukiko menyapa gadis kecil tadi dengan senyuman.
"Iya…!" gadis kecil bernama Christie tadi mengangguk gembira dan berlari menuju meja makan, lalu duduk di kursi dan memulai makan.
Sedangkan Shinichi, masih berdiri sambil melongo melihat kejadian tadi. Dia benar-benar tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Saat dia memandang ayahnya untuk berkonsultasi, sang ayah malah melanjutkan kegiatan membaca korannya yang sempat terganggu tadi.
Shinichi segera duduk di depan samping kanan ayahnya, tepat di seberang tempat duduk gadis bernama Christie tadi. Shinichi menurunkan koran ayahnya dan menatap penuh protes. Langsung saja, dia mengeluarkan unek-uneknya tentang gadis tadi pada ayahnya. Berharap akan mendapat jawaban yang bisa dimengerti oleh Shinichi.
"Hei, Ayah! Siapa bocah ini? Kenapa dia ada di rumah kita? Kenapa ibu begitu akrap dengannya? Jawab Yah!" Shinichi bertanya bertubi-tubi, tak peduli ayahnya akan kebingungan menjawab atau apa, dia hanya terlalu bingung dengan keadaan sekarang.
Lagi-lagi Yusaku, ayahnya, menatap heran Shinichi. Lalu menhela napas sebentar setelah beberapa saat. Dan mulai berbicara.
"Kau ini kenapa? Masa' lupa sama Christie? Dia anak yang dititipkan di rumah ini… Bukannya kau sendiri yang membawanya pulang dari rumah professor Agasa karena bilang dia ditinggal orang tuanya keluar negeri, dan kau ingin merawatnya sebab dia keponakan professor Agasa juga…?" Ayahnya menjelaskan dengan santai dan sedikit pertanyaan sepele untuk meladeni sikap aneh Shinichi. Yang bertanya justru sedang kebingungan.
'Hah? Aku membawa anak ini pulang dari rumah professor Agasa? Dan kata ayah, dia ini keponakannya profesor? Lucu sekali… Sejak kapan professor punya keponakan? Selama ini yang dibilang keponakan adalah Conan yaitu aku sendiri… Bagaimana bisa, ceritanya mirip dengan saat dia dibawa pulang ke rumah Ran saat tubuhnya tiba-tiba mengecil…?" Shinichi berpikir keras untuk mendapatkan jawaban yang benar-benar diinginkannya.
'Eh, tu, tunggu dulu… Tadi ibu bilang namanya… Christie…? Seperti nama… Agatha Christie! Ke, kenapa bisa…?'
"Hei, cepat makan, nanti kau terlambat… Kasian Christie kan? Apa kau masih merasa bingung, anakku?" kata Yukiko sedikit nada kesal di akhir. Teguran itu membuat Shinichi tersadar dari alam berpikirnya, memegang kepalanya karena terasa sakit setelah memaksa berpikir keras dan segera mengikuti kata-kata ibunya sebelum dia mendapat masalah yang akan membuatnya susah jika bertengkar dengan ibunya.
.
.
Shinichi berjalan dengan tenang sambil berpikir lagi mengenai hal yang terjadi di pagi ini. Kenapa dia bisa lupa dengan hal penting dan sama sekali tak mengerti apa-apa. Di samping Shinichi yang tengah bingung dengan pikirannya sendiri, Christie malah berjalan dengan gembira sambil menatap wajah Shinichi. Sepertinya Christie senang sekali melihat Shinichi sedang berpikir keras.
"Kak Shinichi sedang memikirkan apa? Sepertinya dari tadi tadi pagi kakak kebingungan… Apa kakak sakit?" tanya Christie polos.
"Eh?" Shinichi sedikit terkejut karena gadis yang sedang dipikirkannya sekarang malah menanyainya. Lalu Shinichi melanjutkan kata-katanya, "Tidak… Aku hanya sedikit merasa aneh…" dengan senyuman canggung.
"Oh ya Christie, kenapa aku merasa pernah melihatmu sebelumnya ya?" tanya Shinichi.
"Bukannya setiap hari kita memang bertemu? Kita kan serumah, kak…" jawab Christie lirih.
"Bukan itu… Maksudku… Wajahmu itu terlihat sangat familiar diingatanku… Mirip seseorang…" Shinichi mencoba memastikan.
Christie sedikit gugup dengan perkataan Shinichi barusan. Dia sedikit berkeringat, dan akhirnya menjawab dengan terbata, "O, oh ya? Mungkin itu hanya perasaan kakak saja…".
"Mungkin juga… Sebab pikiranku sedang kacau saat ini… Maaf ya…"
"Ti, tidak apa-apa, kak…" Christie kembali tersenyum.
Dan mereka kembali berjalan menuju sekolah.
.
.
Sesampainya di kelas,
Shinichi menatap ke semua sudut kelas, dia merasakan kerinduan yang luar biasa dengan suasana yang lama dia tinggalkan karena tubuhnya mengecil ini. Inilah suasana kelasnya, suasana yang selama ini berganti dengan suasana kelas lain yaitu SDnya. Tapi sekarang tidak lagi, tubuhnya sudah kembali seperti semula dan tanpa rasa sakit sehingga dia bisa merasakan lagi enaknya jadi siswa SMU.
Namun Shinichi melupakan satu hal. Ran. Ya, Ran. Dia melupakan satu hal yang penting itu, jika tubuhnya sudah kembali, seharusnya hal pertama yang harus dia lakukan adalah menemui Ran untuk menjelaskan semuanya. Tentang Conan Edogawa, tentang Kogoro tidur, tentang aptx 4869, dan juga tentang organisasi baju hitam. Tapi dia malah kebingungan seperti ini.
'Eh lho… Ngomong-ngomong gimana dengan oraganisasi itu? Bagaimana kabarnya?' tanya Shinichi dalam hati. Belum sempat muncul lagi banyak pertanyaan dalam pikirannya. Seorang gadis melewati dirinya sambil menepuk bahu Shinichi. Segera saja Shinichi menoleh.
"Sonoko…"
"Hai Shinichiiii…! Tumben sekali hari ini telat, kau kenapa sakit perut hah?" sapa Sonoko sedikit kasar.
"Enak saja… Oh ya, Ran mana? Tadi aku lupa menjemputnya… Apa dia berangkat bersamamu?" tanya Shinichi.
Sonoko melukiskan raut sedih dan cemas di wajahnya. Dia hanya diam beberapa detik hingga akhirnya berbicara setelah menghela napas panjang sebelumnya.
"Kau ini bagaimana… Istrimu itu kan sudah lama menghilang…" jawab Sonoko dengan nada menggoda yang sedikit dipaksa.
"Hah? Menghilang? Bagaimana bisa?" Shinichi sedikit berteriak mendengar jawaban Sonoko. Bagaimana bisa Ran menghilang, dan bagaimana mana bisa dia tak tahu?
"Dia kan tidak pulang lagi setelah pergi denganmu di Tropical Land?" jawab Sonoko sedikit kesal saat menjelaskan. Tampak sekali bahwa dia sedih membicarakan kehilangan Ran.
"Tropical Land?"
"Iya…"
"He, hei… Tunggu… Kenapa ceritanya jadi terbalik begini?" Shinichi membelalak tak percaya.
This is it! ^^
huft, pendek ya? maaf, namanya juga prolog...
semoga kali ini ejaannya benar, amin...
review pelase?
arigatou gozaimasu...