Setelah tiga tahun lamanya. Sedikit malu juga untuk mengupdate, karena mungkin kesan ceritanya sudah berbeda dan juga gaya penulisannya. Tapi, saya harap masih ada yang mau membaca fanfic ini. Akan sangat menyenangkan jika nanti ada yang berkata "sudah kutunggu-tunggu!"
.
Special thanks to:
edogawafirli, Aosei Rzhevsky Devushka, Kudo Widya-chan Edogawa, Ace. Yusei. Z, Sakura 'Yessy' Kudo, Ma Simba, Aruda L, Firdha, Guest no.1, Guest no.2, elikudo, Rachell Ran, NikenSHinra, rs
.
REVERSE WORLD
Chapter 7: New Year's Eve
.
Disclaimer: Detective Conan is belongs to Aoyama Gosho
.
.
"Bagaimana? Apa yang terjadi kemarin malam?" Tanya Ai sembari melahap roti yang ada di tangannya.
Sekarang mereka sedang makan siang bersama di kantin sekolah. Aktivitas semacam ini, memang menjadi rutin bagi Ai dan Christie sekarang. Mengingat dulunya, mereka adalah seorang remaja, makan bersama dengan teman-teman sekelas menjadi hal yang cukup membuat mereka bernostalgia kembali. Walaupun tak jarang, Ai benci dengan menu makanan yang tersedia. Tak cukup dewasa, dia kira.
"Emm, sepertinya aku berhasil mengelabuinya." Jawab Christie di sela-sela kunyahan makanannya. Ngomong-ngomong, hari ini menu mereka adalah nasi dengan kari serta sepotong roti dan segelas susu. Hal ini mengingatkannya pada ayah dan ibunya yang sedang menetap di Los Angeles. Kalau tidak salah, dulu ibunya pernah membuat kari yang sangat lezat pada saat perpisahan ketika akan pergi. Ah, hal ini membuat kangen saja.
"Hoo." Balas Ai pendek.
"Ah iya, ngomong-ngomong apa kau sudah dapat info tentang 'mereka'?" Tanya Christie.
Ai menggeleng. Dia mengambil susu kotak yang ada di dekatnya, dan menegak sampai habis. Hari ini dia cukup kenyang juga. Baginya, kari itu memang makanan yang mengenyangkan. Mungkin karena ada rempahnya? Tak ada alasan khusus sebenarnya.
"Aku juga sulit sekali menemukan informasi tentang mereka. Huft, prinsip kehati-hatian mereka memang sangat bagus." Chistie meringsut dari tempat duduknya dan menjauhkan nampan berisi makanan di depannya.
"Lho, kau kan serumah dengan detektif terkenal dan seorang novelis misteri ternama, apa tidak pernah mendapatkan kasus yang berhubungan dengan jubah hitam? Mereka kan organisasi maniak yang bermasalah dengan kehidupan suci manusia." Jelas Ai.
Sekali lagi, Chirstie sedikit membenci dengan gaya bicara Ai yang sulit dimengerti. Memang umur mereka terpaut dua sampai tiga tahun, tetapi Chirstie tidak merasa umur segitu sudah merupakan manusia yang sangat dewasa. Perlu dicatat, bahwa Ai terlalu dewasa untuk Chirstie.
Chirstie jadi menanyakan masa lalu Ai. Memangnya dulu ketika Ai masih bergabung dengan organisasi itu, dia diberi asupan pendidikan seperti apa? Apa terlalu banyak sastra yang diajarkan bukannya sains? Ah, semua itu sulit terjawab.
"Maaf ya, aku bukan tipe gadis yang maniak pembunuhan seperti mereka. Aku bersyukur, setidaknya Tante Yukiko tidak begitu tertarik dengan hal yang berbau darah." Tukas Chirstie dengan sedikit nada bosan di sana.
Hening terjadi di antara dua gadis ini. Mereka diam memperhatikan sekeliling. Teman-temannya sudah banyak yang selesai makan. Wajah ceria anak-anak, sekarang memang menjadi jamuan Ai dan Chirstie di jam sekolah.
"Oh!" seru Ai. Dia menoleh pada Chirstie yang ada di sampingnya, dengan wajah yang cukup terkejut. Dengan serius dan nada dewasanya, dia melontarkan pertanyaan yang baru saja terlintas di kepalanya, "aku baru sadar kalau aku ini sebenarnya bodoh. Sekarang aku meragukan otakku yang sudah menuju tahap dewasa. Apa benar beratnya mencapai 1000cc?"
"Hah?" hanya itu yang terlontar dari mulut Chirstie.
"Maksudku, baru kali ini aku sadar bahwa kenapa hal yang seharusnya bisa aku pikirkan sejak awal —tentu saja sejak mengenalmu, Christie!— bahkan baru terlintas saat ini?"
Christie nyaris saja membiarkan mulutnya terbuka lebar, kalau saja dia tidak ingat bahwa sekarang sedang di tempat umum. Tapi hei, makhluk di depannya ini sebenarnya sedang bicara apa?
"Tunggu-tunggu! Bisakah kau menggunakan bahasa yang logis dan mudah dimengerti, Ai?" Aku memang tidak meragukan lagi kedewasaanmu, tapi, aku ini masih anak SMA! Tak mengerti bahasa semacam yang kau ucapkan sekarang! Nyaris saja Christie menambahkan itu dalam kalimatnya.
"Begini!" seru Ai. Dia mengambil napas sejenak dan mulai melanjutkan kalimatnya, "aku baru terpikirkan satu hal tentang kehidupanmu selama ini."
Christie nyaris berharap bahwa pembicaraan mereka sekarang diganti saja dengan DVD player. Karena akan mudah baginya untuk me-fast-forward omongan Ai yang sungguh bertele-tele. Tapi Chirstie mencoba untuk sedikit menghemat energinya dengan tidak berpikiran hal yang tidak masuk akan seperti tadi.
"Tentang apa?" balas Chirstie bertanya.
"Kau… Selama ini hidup seatap dengan seorang detektif terkenal dan seorang novelis misteri ternama, tetapi kenapa identitasmu bisa baik-baik saja?" Tanya Ai serius.
Hening.
Christie mencoba untuk me-load dan me-reload omongan Ai barusan.
"I-iya ya…" ucapnya ragu-ragu.
"Bagaimana mungkin mereka yang seorang jenius itu, tidak mengetahui siapa-kau-sebenarnya? Pekerjaan mereka kan membongkar identitas penjahat. Dan kenapa mereka tidak bisa membongkar identitasmu yang bahkan seorang gadis kecil biasa dan bukan seorang pembunuh bayaran? Sungguh, hal ini baru terpikirkan olehku." Ai kembali pada posisinya semula. Duduk dengan tegak.
Sekali lagi, Christie berusaha mencerna omongan Ai. Iya ya…
"Hei bagaimana pendapatmu?" Tanya Ai.
Chirstie dapat merasakan ada keringat dingin yang jatuh dari dahinya.
"Err, mungkin karena aku bukan seorang pembunuh? Makanya mereka tidak bisa membongkar."
"Haah, yang benar saja."
.
.
.
"Hei Shinichi!"
"Hmm?"
"Sebentar lagi kan tahun baru, kau ada acara tidak?" Tanya Sonoko sembari mengambil kursi terdekat dari tempatnya berdiri dan menggeser hingga menjadi berdampingan dengan kursi Shinichi.
"Hmm, sepertinya tidak." Gumam Shinichi sedikit malas.
Mata Sonoko membulat. Wajahnya tampak berseri.
"Tapi kalau di tengah jalan aku bertemu dengan orang mati yang terbunuh, ceritanya lain lagi." Tambah Shinichi kemudian. Dan sukses membuat Sonoko kehilangan semangatnya.
"Huh, bahkan di saat tahun baru pun kau masih berharap bertemu dengan orang mati? Dasar! Aku tidak heran, kalau Ran menyebutmu dengan pengeran-bodoh-maniak-misteri." Gerutu Sonoko, kedua tangannya dia lipat di depan dada.
"Hei hei aku bukan maniak misteri, bodoh!"
"Lalu apa namanya kalau bukan maniak?" seru Sonoko tak mau kalah. Pemuda di depannya ini, memang ngotot dan keras kepala sekali. Kalau Sonoko tak ingat dia sudah berteman sejak kecil dengan orang ini, mungkin sudah sejak lama Sonoko mencari cara untuk membunuh pemuda ini lewat pembunuhan ruang tertutup.
Sebenarnya Sonoko sangat menyesalkan perbuatan bodoh Shinichi sampai-sampai membuat Ran menghilang dan tidak bertanggung jawab apa-apa. Meskipun Ran sempat meneleponnya dan berkata kalau dia dalam keadaan baik-baik saja dan Sonoko dan perlu khawatir. Tetapi tetap saja, Ran itu sahabatnya sejak kecil! Sonoko tak pernah membayangkan sebelumnya akan seperti apa kehidupannya nanti ketika Ran tak ada? Harus curhat pada siapa dia, saat sedang ada masalah dengan Makoto? Dengan Shinichi? Big no!
Tetapi meskipun begitu, tetap saja Shinichi juga salah satu sahabatnya. Yang pasti juga sangat-sangat sedih dengan hilangnya Ran. Ah, Sonoko jadi sedikit ragu apa hubungan Shinichi dengan Ran akan tetap semesra dulu meskipun mereka terpisah seperti ini?
"Terserah kau saja." Jawab Shinichi.
Tapi bagi Sonoko, sekalipun dari luar Shinichi secuek itu, pasti di dalam sana, jauh di lubuk hati itu, pasti dia selalu memikirkan Ran. Lebih dari dia memikirkan siapa pelaku pembunuhan yang sedang dia hadapi ataupun penjahat yang sedang dia kejar.
"Kalau begitu, kau mau ikut denganku?" tawar Sonoko.
Kasian sekali pangeran-bodoh-maniak-misteri ini jika harus menghabiskan malam tahun baru hanya dengan bintang-bintang langit yang kelam.
"Kemana?" balas Shinichi ogah-ogahan. Pikiran Putri-Suzuki ini, pasti tak jauh-jauh dari hal cewek yang membosankan.
"Kencan buta!" Sonoko tertawa kecil setelahnya. Baginya sangat lucu, mengajak seorang maniak misteri seperti Shinichi untuk kencan buta di malam tahun baru. Tapi dari pada melihat pemuda itu melakukan hal-hal yang tak penting. Lebih baik dia mengajaknya main-main kan?
Shinichi nampak berpikir sebentar. Kencan buta? Apa untungnya bagi dia?
"Bagaimana?" Tanya Sonoko.
"Boleh deh."
"Yosh! Eh tapi jangan membawa kesialan dengan tiba-tiba ada pembunuhan di sana!" seru Sonoko kemudian.
"Aku mengerti."
.
.
.
"Hei, bagaimana kalau tahun baru nanti kita pergi melihat kembang api di Gunma?" seru Mitsuhiko.
"Oi jangan lempar sticknya! Aah, kalah kan!" teriak Genta sedikit emosi.
Tadinya mereka sedang bermain game baru buatan professor Agasa setelah pulang sekolah. Karena ini adalah libur berturut-turut sebelum tahun baru, makanya mereka menghabiskan waktu untuk bermain sepuasnya di rumah professor Agasa. Rencananya mereka juga akan menginap nantinya.
"Waah, ide bagus! Aku juga ingin lihat kembang api!" seru Ayumi. Wajah berseri-seri seperti kembang api sungguhan.
"Yosh! Boleh kan, Professor?" sesungguhnya, sedari tadi Mitsuhiko tidak menghiraukan gerutuan Genta.
Professor hanya mengangguk-angguk, "Boleh."
"Ai dan Christie bagaimana? Kalian ikut kan?" Tanya Ayumi antusias.
"Ya! Aku akan ikut!" seru Christie sembari tersenyum. Toh, di rumah nanti dia juga tidak melakukan apa-apa.
"Ai?"
"Baiklah. Aku juga." Balas Ai.
"YEAH!"
.
.
.
"Aku pulang!" teriak Christie.
"Wah, selamat datang." Sapa Yukiko yang sedang asyik membaca majalah.
Christie berjalan menuju sofa dekat Yukiko dan melepas tasnya di sana. Dia memandangi majalah yang sedang dibaca oleh Yukiko. Bercover seperti wanita dewasa yang sedang berpakaian merah dan memegang wortel. Oh, mungkin itu majalah kesehatan untuk wanita dewasa? Atau mungkin kumpulan diskon bahan makanan khusus untuk perempuan yang mengenakan baju merah?
"Loh, katanya kau menginap di rumah professor Agasa?" Tanya Yukiko setelah ingat bahwa tadi pagi Christie berkata kalau dia dan teman-temannya akan menginap di rumah professor Agasa untuk main game. Tapi yang ada di hadapannya sekarang malah gadis itu dengan santainya pulang dan menaruh tas.
"Emm, iya sih Bibi. Tapi sepertinya hari ini aku ingin tidur di rumah saja!" seru Christie.
"Lho? Memangnya kenapa? Apa rencananya batal?" Yukiko mulai penasaran.
Christie menggeleng-gelengkan kepala, "tidak. Bahkan nanti di malam tahun baru kami akan ke Gunma untuk melihat kembang api."
"Waah, menyenangkan ya!" seru Yukiko.
Christie hanya tersenyum menanggapi. Dia sendiri memang ingin melihat kembang api. Tapi kalau dengan mereka sih, entah bagaimana nanti jadinya.
"Oh ya Tante, apa kak Shinichi sudah pulang?" Christie yang baru ingat tentang Shinichi, dan tidak melihatnya di sekeliling rumah, menjadi penasaran juga. Apa lagi jika dia ingat tentang apa yang terjadi kemarin malam di restoran —tepatnya toilet restoran. Dia menjadi tersipu sendiri saat Shinichi berkata 'aku merindukanmu'. Aah, dia semakin ingin kembali ke tubuh semula dan menagih kalimat itu pada Shinichi.
"Shinichi? Sepertinya dia sedang di kamar. Sama sepertimu, malam tahun baru nanti dia juga akan pergi bersama teman-temannya. Ah sepertinya aku dan Yusaku jadi kembali menjadi pengantin muda yang belum punya anak!" jelas Yukiko. Agak narsis juga sebenarnya. Juga ada kalimat yang mungkin tak perlu diucapkan.
Dahi Christie mengerut, "acara apa?"
"Kencan buta, katanya."
"K-kencan buta?" Christie memastikan. Yukiko mengangguk.
Kencan buta?!!
.
.
.
"Ya ya, aku tahu. Kau sudah mengucapkannya empat kali, Sonoko." Sahut Shinichi malas-malasan. Dia langsung merebahkan diri di atas kasurnya. Ternyata capek juga badannya hari ini. Padahal tadi dia tidak mampir kemana-mana setelah pulang sekolah. Shinichi memang sedang tidak ingin pergi jalan-jalan—
"Ingat ya! Besok jam Sembilan kau harus menemaniku belanja. Mengerti?" sahut Sonoko dari telepon.
—Kecuali jika Sonoko memaksanya.
"Ba-ik, tu-an pu-tri." Eja Shinichi di setiap kata-katanya.
"Baiklah. Selamat malam, tu-an de-tek-tif." Balas Sonoko.
Shinichi menutup ponsel flipnya dan melemparkannya begitu saja di atas meja belajarnya. Hancur juga tidak apa-apa. Asal tidak bordering lagi karena telepon dari Sonoko. Cukup sudah. Lama-lama dia jadi seperti pelayan pribadi si tuan-putri-kaya itu. Kalau-kalau saja Shinichi berpikir, jika ada Ran sekarang pasti yang akan menemani putri kaya itu bukan dia, tetapi Ran.
Ah, Ran ya? Tapi kan dia sedang tidak ada.
"Apa yang akan di lakukan Ran di malam tahun baru ya?" pikir Shinichi. Tapi dia mengucapkannya.
Tok-tok-tok
Shinichi mendengar suara seseorang mengetuk pintunya. Dia pikir pasti ibunya yang menyuruh dia melakukan hal-hal-membantu-pekerjaan-ibu. Atau kalau tidak ayahnya yang menyuruh dia untuk membaca draft novel yang sedang dibuat.
Tidak Sonoko, Yukiko atau Yusaku, kenapa selalu Shinichi yang disuruh-suruh?
"Siapa?" Tanya Shinichi singkat. Harusnya dia tidur agak petang malam ini. Karena besok adalah hari yang menyibukkan baginya.
"Aku Christie." Sahut suara itu.
Shinichi langsung menegakkan tubuhnya. "Masuklah."
Christie membuka pintu kamar Shinichi dengan hati-hati. Dia langsung dapat melihat kalau Shinichi sedang duduk, atau tiduran, di atas kasurnya. Dia mendekat dengan hati-hati. Tujuannya kesini adalah untuk memastikan informasi yang didapatnya dari Yukiko. Kencan buta yang bermasalah itu.
"Ada apa, Christie?" Tanya Shinichi.
Christie bingung harus memulai dari mana. Tidak mungkin dia langsung berterus terang kalau dia sedikit mempermasalahkan tentang rencana Shinichi besok malam. Kencan buta itu, yang akan Christie sidang. Tapi kalau bertanya seperti itu, mungkin nantinya Shinichi akan curiga kalau dia adalah Ran. Meskipun tidak begitu, Christie tidak ingin dianggap cemburu masalah siapa gadis-gadis yang akan Shinichi temui nantinya di kencan buta. Sekalipun Shinichi ngotot untuk ikut, bagi Christie tidak apa-apa kok. Asal Shinichi mengajaknya kesana saja, sudah cukup.
"Emm…" karena terlalu banyak berpikir, otak Christie jadi semakin rumit. Padahal di sekolah dia selalu dapat nilai seratus dalam semua mata pelajaran. Ah, tapi itu kan pelajaran anak SD. Dan dia sendiri aslinya sudah SMA. Hal yang tidak dapat dibanggakan.
Shinichi mulai heran dengan tingkah gadis di depannya. Sedari tadi hanya melamun sambil sesekali cemberut tidak jelas. Ada apa gerangan?
"Kenapa?" Tanya Shinichi sekali lagi. Ayolah, apakah hari ini adalah hari terburuknya? Diganggu teman cerewet macam Sonoko dan gadis malu-malu macam Christie? Yang benar saja!
"K-kak Shinichi besok malam mau kemana?" Tanya Christie hati-hati. Yah, berpura-pura tidak tahu, bukanlah sebuah hal buruk yang besar.
"Eh? Kenapa memangnya?" Tanya Shinichi.
"Tidak. Maksudku, besok adalah malam tahun baru. Apa kak Shinichi tidak mempunyai rencana?" kalau tidak, ikut saja denganku ke Gunma! Dari pada ke kencan buta? Untungnya Christie tak lepas kontrol dan mengatakan hal demikian.
"Oh. Aku besok akan ke kencan buta. Diajak Sonoko." Jawab Shinichi.
"K-kencan buta?" Tanya Christie. Heran, kenapa dia jadi terkejut lagi?
"Iya. Semacam bertemu dengan orang-orang yang tidak kita kenal, lalu makan bersama dan berbicara banyak hal. Kalau ada yang lebih, ya mungkin bisa jadi pacar." Jelas Shinichi.
Aku tahu apa itu kencan buta! Maksudku, kenapa harus ke sana?! Erang Christie dalam hati.
"Kenapa ke sana?" lepas sudah kontrol emosi Christie.
"Eh? Kenapa harus ke sana? Yaa, karena Sonoko mengajakku sih. Lagipula besok aku tidak ada rencana pergi kemana-kemana." Shinichi agak bingung juga waktu ditanya alasannya. Seharusnya tadi dia menjawab saja kalau dia dipaksa oleh Sonoko.
"Oh, begitu ya." Christie tak punya semangat lagi.
Shinichi makin heran dengan tingkah Christie. Kenapa sih gadis ini? Bukannya dia juga kenal dengan Sonoko. Ah, maksudnya dia kan sahabat Sonoko, kenapa harus mempermasalahkan?
"Kau sendiri kemana?" Tanya Shinichi. Awas saja kalau Christie menjawab mengadakan pesta dengan teman-teman sekelas. Hei, mungkin saja kan Ran terpincut dengan anak kecil ingusan?!
"Ke Gunma. Melihat kembang api bersama Ai dan teman-teman. Professor juga." Balas Christie agak tak semangat. Jujur saja, rencananya jauh lebih parah dari pada hanya pergi ke kuil dan berdoa.
"Ooh." kalau dengan mereka sih Shinichi tidak ambil pusing. Toh, pesona Genta dan Mitsuhiko jauh di atas standar Shinichi. Hehehe, Shinichi tertawa cekikikan.
"Kalau begitu, aku ke mandi dulu. Kak Shinichi juga cepat mandi dan tidur. Sudah jam delapan." Kata Christie sembari melambaikan tangannya ke Shinichi dan pergi dari kamar itu dengan wajah yang masam seasam coklat SpyChocho White.
Shinichi mengangguk patuh. Baru jam delapan kan?
.
.
.
"Kau kenapa?" Tanya Ai sembari duduk di samping Christie. Di bawah langit malam puncak gunung di Gunma begini, benar-benar suasana yang dewasa.
Christie menggeleng lemah. Jujur, dia merasa stress sendiri dengan pikirannya. Dari tadi innernya terus berkata kalau Shinichi bakal selingkuh, selingkuh. Pasti di tempat kencan buta itu banyak gadis cantik dan seksi. Ah, atau jangan-jangan malah tante-tante genit? Sial, Christie benar-benar dibuat stress sekarang.
"Kudo ya?" tebak Ai. Dari wajah Christie Ai sudah bisa menebak dengan mudah. Paling-paling juga masalah percintaan anak SMA.
"Iya. Begitulah." Jawab Christie.
Ai membenahi posisi duduknya. Duduk di atas batu besar memang sedikit repot baginya. Bisa-bisa dia jatuh kalau tak hati-hati. Dia melihat jam tangan yang dikenakannya. Jam sepuluh malam.
"Memangnya dia kemana?" Tanya Ai.
Christie menghela napas sebentar lalu dia menoleh ke wajah Ai. Di sana tampak wajah gadis kecil yang kentara sekali kalau sudah dewasa. Mungkin kalau Christie menceritakan hal ini, Ai bisa membantunya? Diingat-ingat Ai lebih dewasa dari dia. Mungkin Ai punya pengalaman tentang hal seperti ini.
"Kencan buta."
Christie menantikan reaksi apa yang akan diberikan oleh Ai. Namun beberapa detik setelahnya tak terjadi apa-apa di antara mereka. Dan alasan seperti inilah yang membuat Christie harus meneruskan penjelasannya.
"Katanya dia diajak kencan buta oleh Sonoko. Detektif mesum itu pasti nantinya akan terpancing dengan gadis seksi lain." Jelas Christie dengan kesal.
Ai menaikkan sebelah alisnya, "lho kan putri kaya itu ada bersamanya. Kenapa kau cemas?"
Christie mendengus kecil, "di saat-saat seperti ini kadang Sonoko tak bisa diandalkan." Christie mulai membayangkan kalau Sonoko sedang mengenalkan beberapa gadis kaya pada Sonoko. Dan di bayangannya juga tampak Shinichi mengeluarkan wajah mesum. Semesum ayahnya, Kogoro.
"Aaaah, harusnya aku memaksa ikut saja!" Christie menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya yang dia tekuk. Jujur, dia benar-benar menyesal dengan kondisinya sekarag. Tubuh kecil begini, membuat dia susah mengawasi Shinichi.
"Sudah terlambat. Lagi pula tak ada alasan kuat agar kau bisa ikut ke sana." Jawab Ai.
Mendengar jawaban dari Ai, Christie semakin stress. Kalau begini caranya, percuma saja tahun lalu dia memberi Shinichi coklat valentine. Sial, sial.
"Hei Ai, apa aku tidak bisa berbuat apa-apa dari sini?" Tanya Christie.
Ai beranjak pergi meninggalkan Christie. Dia berniat untuk menemani teman-temannya menyiapkan barbeque untuk dimakan sambil melihat kembang api. Sebelum dia berbalik dan pergi, dia berkata pada Christie, "telepon saja. Mungkin kau bisa mengancamnya dari sini?"
Serasa ada lambu neon muncul dari kepala Christie.
"Ide bagus!"
.
.
.
"Hwaaaahh." Shinichi menguap karena merasa bosan. Dia melihat jam tangannya, masih pukul sebelas. Dan menurutnya, acara kencan buta ini benar-benar menyebalkan. Yang benar saja, dia kira akan seperti apa kencan butanya nanti. Tapi ternyata yang datang malah teman-teman sekelasnya. Huh, ini sih bisa dibilang acara kumpul-kumpul. Walaupun aslinya Shinichi juga tidak terlalu berniat dengan kencan buta sih.
Apalagi susunan acaranya tidak begitu bagus. Perkenalan, padahal mereka sudah saling kenal. Game tutup mata, membaca puisi, makan-makan, minum-minum. Dan puncaknya nanti adalah menyalakan kembang api di depan rumah. Yah, kencan buta mana yang diadakan di rumah?
.Rrr
Shinichi merogoh celananya. Mencari handphonenya yang berbunyi. Siapa yang menelepon di saat seperti ini sih?
"Halo?" sapa Shinichi.
"Hai, detektif genit."
"Eh, Ran?" Shinichi sedikit terkejut. Bukannya Ran sedang di Gunma melihat kembang api? Kenapa tiba-tiba meneleponnya?
"Iya. Ini aku."
"Oh. Kenapa tiba-tiba menelepon sih? Dan kenapa memanggilku detektif genit?" sedikit sebal juga disebut genit. Itukan bisa merusak image detektifnya.
"Kau tak suka aku menelepon ya? Lagipula kau memang genit kan? Pasti sekarang kau sedang di kerubungi gadis-gadis penggemarmu! Huh, sok laku."
Shinichi cemberut. Malas diajak yang seperti ini. "tidak juga kok."
"Hah, pasti di sampingmu sekarang ada seorang gadis yang ingin menyentuhmu kan?"
"Shinichiii, kenapa kau di sini terus sih dari tadi? Kau tidak mau menikmati pesta yang kubuat dengan susah payah ya?" tiba-tiba Sonoko bersandar di bahu Shinichi. Dari nada bicaranya, sepertinya Sonoko kebanyakan minum soda. Kembung mungkin.
"Aaah, bukan begitu." Memang di sebelah Shinichi sekarang ada gadis yang menyentuhnya. Tapi rasanya aneh jika dia jujur pada Ran. Karena ini jauh dari harapan 'gadis yang menyentuhnya'.
"Sudah kuduga, seharusnya kau tidak berperilaku seperti itu!"
Shinichi mendorong tubuh Sonoko agar menjauh dari dirinya. Risih juga ditempeli seperti itu. Sonoko sendiri hanya menjulurkan lidahnya dan beranjak pergi. Shinichi membenahi dirinya sebentar, lalu meneruskan pembicaraan, "lagipula, yang kau bicarakan dari tadi itu apa? Tidak jelas sekali."
"Sudahlah. Shinichi memang tidak hebat dalam hal seperti ini." Terdengar nada suara Ran nampak lebih merendah dari sebelumnya.
Shinichi mengerutkan dahinya. Dalam posisi seperti ini, nampaknya dia hanya mempunyai dua pilihan. Karena menurut analisisnya, Ran sekarang —mungkin— cemburu dengan kencan buta yang dia hadiri. Pilihan pertama adalah membiarkan Ran cemburu tanpa menjelaskan keadaan kencan buta yang sebenarnya baik-baik saja. Dan pilihan kedua adalah memberitahu Ran bahwa sebenarnya dia sekarang tidak dalam kencan buta.
Hasil dari pilihan pertama mungkin adalah Ran akan menganggap Shinichi sebagai detektif genit karena menghabiskan malam tahun baru dengan gadis-gadis lain yang tidak dikenalnya. Dan hasil dari pilihan kedua mungkin adalah Shinichi akan dianggap sebagai orang yang setia dan baik hati oleh Ran.
Tapi kedua hal di atas tidak bisa dibuktikan dengan apa-apa kebenarannya.
"Dari pada menceramahiku, kau sendiri sedang apa?" Shinichi lebih memilih mengalihkan pembicaraan. Menghadapi perempuan seperti Ran bagi Shinichi hanya ada satu cara, yaitu melarikan diri.
"Aku? Kenapa kau peduli? Jika aku bilang aku pergi dengan pemuda lain apa kau akan cemburu?" terdengar tawa kecil di akhir kalimat. Ini agak terlihat seperti nenek sihir yang merencakan hal buruk.
Siapa yang ingin cemburu dengan Genta dan Mitsuhiko? Shinichi merasakan ada kerutan kekesalan di dahinya sekarang. Lama kelamaan pembicaraan di telepon ini semakin tidak membuahkan hasil yang bermanfaat.
"Itu tidak akan memengaruhiku." Balas Shinichi datar.
"Baiklah. Apa yang dilakukan olehmu di sana juga tidak akan memengaruhiku!" teriak Ran sebelum akhirnya menutup pembicaraan mereka di telepon.
Yah, ini adalah malam tahun baru yang buruk untuk mereka.
.
.
.
"Christie, makannya pelan-pelan saja." Yukiko sedikit menelan ludah melihat gadis kecil di depannya sedang makan dengan terburu-buru. Wajah gadis itu terlihat memerah karena kesal. Sepertinya hal ini terjadi setelah pulang dari acara malam tahun baru. Mungkin terjadi sesuatu antara Shinichi dan Ran. Karena memang Christie terlihat menjauhi Shinichi setelah hari itu. Jujur saja Yukiko tidak ingin hal seperti itu terjadi. Tapi memang sejak kecil mereka sering bertengkar. Jadi apa boleh buat.
"Shinichi juga. Cepat dihabiskan makanannya. Jangan baca koran terus." Yukiko mengalihkan pandangan pada Shinichi yang duduk di depannya. Sedang mengacuhkan makanannya dan membaca koran. Sepertinya Shinichi juga kesal pada Christie. Perasaan anak muda yang mudah dimengerti oleh Yukiko.
Rrr Rrr Rrrr
"Aku sudah selesai!" Christie meletakkan alat makannya di meja dan meloncat dari kursi dan berlari meninggalkan ruang makan setelah melempar senyum pada Yukiko dan Yusaku. Berhubung handphonenya bergetar karena ada telepon masuk jadi dia harus bergegas meninggalkan ketiga orang itu.
Shinichi hanya melirik sekilas Christie yang sedang berlari sambil menerima telepon.
.
.
.
"Oh ayah. Ada apa?" tanya Christie setelah dia pergi ke teras. Tumben sekali ayahnya menelepon. Padahal biasanya dia lupa menanyakan kabar Ran karena terlalu asyik berada Los Angeles. Mungkin karirnya sebagai detektif di sana semakin membaik?
"Ran! Apa kabar?" seru Kogoro dari balik telepon. Nada suaranya terdengar sangat gembira.
Christie tersenyum sekilas. Dia memandang langit di atasnya. Sepertinya hari ini cuaca sangat cerah untuknya. Meskipun sepertinya cuaca ini tidak sama dengan tempat dimana ayahnya sekarang berada.
"Baik-baik saja. Ayah dan ibu sendiri bagaimana?" balas Christie bertanya.
Kogoro tertawa dengan keras. Membuat Christie menjauhkan telinganya dari ponselnya. "Ibumu baik-baik saja. Hanya saja dia sepertinya akhir-akhir ini mengkhawatirkan suatu hal." Balas Kogoro, namun tawanya sudah mereda.
Christie bergerak sedikit dari posisi duduknya, "soal apa?"
Kogoro menghela napas pendek, "soal dirimu."
"Aku?"
"Iya. Ada yang ingin ayah bicarakan denganmu." Nada suara Kogoro berubah menjadi serius. Membuat Christie menyimak dengan seksama kalimat selanjutnya.
"Tinggalkan Jepang dan hidup bersama kami di Los Angeles, Ran."
APA?!
.
.
To Be Continued
.
.
oh iya, dari review chapter kemarin ternyata timbul dua pertanyaan ya? ini sedikit penjelasan dari saya.
1. Iya, Ran emang menghilang tanpa jejak. Anehnya kenapa bisa dihubungi? ini sama seperti di manga aslinya. Keberadaan Shinichi memang tidak diketahui orang-orang di sekitarnya, tapi Ran bisa menelepon Shinichi karena diberitahu nomornya kan? Ini juga berlaku untuk fanfic ini.
2. Iya, Shinichi memang sudah tahu identitas Christie dan dia juga berpura-pura untuk tidak tahu. Ingat di komik volume 47 saat Ran hendak membuka hp Conan? di situ Ran bilang, "Mungkin lebih baik tunggu orangnya sendiri yang bilang. rasanya tidak enak hati kalau harus mengintip isi hp orang lain, walaupun ada alasan." nah di sini Shinichi juga demikian. dia lebih baik menunggu Ran sendiri yang akan menjelaskan padanya. entah kapan itu.
jika ada yang tidak dimengerti, silakan bertanya! pasti dijawab! ^^