Previous Chap :

"Calon suamiku bukan seseorang yang mirip Johnny Depp?"

Sasuke semakin menatapnya tajam. "Bukan. Akulah calon suamimu—"

"Hiks..."

Kalimat Sasuke terpaksa berhenti karena wanita berumur 20 tahun itu sudah terisak.

Hinata tampak shock dan baru sadar ia telah dibohongi.

Musnahlah mood menikahnya di Minggu pagi ini.

Padahal di depannya sudah ada pria impian seluruh wanita yang berada di Konoha. Pria yang adalah calon suaminya kelak.

.

.

Normal POV

Sasuke terdiam seribu bahasa, dan Hinata menangis tersedu-sedu. Sambil memberikan tatapan sinis, ia melirik Hinata. Sepertinya ia kesal karena terus mendengarnya.

Setelah menunggu beberapa saat, volume tangisannya mereda. Sasuke yang tidak mau membuang lebih banyak waktu mulai membuka pembicaraan. "Sudah selesai nangisnya? Aku mau bicara serius—"

"Tidak..." Hinata memotong kalimatnya bersama tangisan susulan yang semakin keras. Sasuke berdecak dan membuang muka, sama sekali tidak peduli ada wajah basah kuyup oleh airmata dan juga keringat di dekatnya.

"Sebenarnya kau itu mau apa, hah?"

"A-Aku tidak mau menikah...!" Teriaknya histeris, kali ini berbarengan dengan gerak berlari melewati Sasuke. Ia ingin sekali berbicara dengan Ayahnya yang sempat membohonginya, tapi apa daya kalau sekarang sikunya sudah ditahan oleh Sasuke.

Hinata sempat memberontak, tapi nyatanya hal tadi malah membuat Sasuke semakin menariknya dengan kasar. Dihempaskannya punggung Hinata ke dinding gedung, lalu ia mempertemukan tatapan mereka. Lalu sebelum Hinata kembali berulah, kedua tangannya sudah keburu menekan masing-masing pundak wanita tersebut—agar tak berkutik.

"Ya, karena itu aku mau membuat kesepakatan."

Hinata menggeleng, tangannya masih mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman menyakitkan Sasuke. "A-Aku tidak mau me-menikah. Hiks..."

Ia menunduk, tubuhnya bergetar menahan perasaan kecewa. Tapi Sasuke sudah lebih kesal lagi dengannya.

Pertama, baru kali ini ia mendengar ada seseorang yang tidak mau menikah dengannya, apalagi sampai menangis histeris. Kedua, tidak ada satu pun dari kalimatnya yang didengarkan oleh Hinata.

"Diamlah..." Ia menarik dagu Hinata, agar ia sedikit mengadah. "Aku sedang bicara."

Bukannya terdiam melihat Sasuke yang menatapnya penuh benci, si pemilik iris lavender itu semakin sesenggukan dan mulai meremas pelan kepalan tangannya sendiri—tanda ia benar-benar tidak bisa menahan perasaan ini.

"A-Aku... tidak... mau... menikah...!"

Brukh.

Sasuke berdecak kesal melihat Hinata yang mendadak pingsan, beruntung dia masih menahan tangannya—jika tidak, ia sangat yakin kepala wanita itu akan menghantam lantai.

Dan... Inilah calon istrinya. Wanita yang sama sekali tidak mendengarkan perkataannya, lalu dengan mudah ia pingsan di tempat.

Seburuk itukah menikah dengan Sasuke Uchiha?

.

.

.

I'LL BE WAITING FOR YOU

"I'll Be Waiting For You" punya zo

Naruto by Masashi Kishimoto

[Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga]

Romance, Hurt/Comfort, Drama

AU, OOC, Typos, Semi-M, etc.

.

.

SECOND. Pernikahan

.

.

"Aduh, padahal tinggal satu jam lagi upacara pernikahannya dimulai, tapi kenapa Hinata-sama belum kembali dari lantai atas?"

"Iya, padahal dia belum diberi make-up! Kita akan dimarahi atasan kalau terlambat!"

"Tidak! Mungkin lebih parah lagi, kita bisa saja dipecat!"

"Aduuuh! Bagaimana ini!?"

Brakh!

Suara bantingan pintu sontak saja menjadi pusat perhatian di dalam ruang rias pengantin wanita. Mata mereka membulat sempurna ketika melihat langsung seorang pria Uchiha yang kini memasuki ruangan sambil membawa seseorang di gendongannya.

Hening.

"Tsch, apa kalian tidak bisa memahami situasi?" Seru pria itu sambil sedikit menurunkan Hinata yang tadi ia gendong ala bridal style. "Lihat orang ini!"

Setelah beberapa detik mencerna kalimat Sasuke, semuanya langsung tersadar. "Hinata-sama!"

"Ada apa dengan Hinata?" Mendengar keributan dari ruang tata rias yang pintunya belum tertutup rapat, Itachi kembali muncul bersama Mikoto dan Hiashi—yang juga mendengar keributan itu.

"Bukannya tadi ia baik-baik saja?" Mikoto menimpali dengan wajah khawatir.

"Dia mendadak pingsan." Jawab Sasuke, tidak peduli. Ia hanya meregangkan kedua tangannya. Jujur, baju pengantin heboh pilihan Mikoto itulah yang sepertinya membuat beban Hinata terasa dua kali lipat dari aslinya.

"Kau apakan dia, Sasuke?" Itachi bertanya dengan nada datar—tapi terkesan lebih untuk menggodanya.

Sasuke berdecak kesal. "Aku tidak berbuat apa-apa!"

Karena nada yang digunakan Sasuke sedikit menyerupai bentakan, tak heran semua orang yang berada di sini memandangnya.

Melihat wajah shock Ibunya yang mendengar kalimat tadi, Sasuke berdecih. Tampaknya Mikoto menjadi tidak enak dengan Hiashi yang juga berada di sana. Untungnya Sasuke cepat mengerti keadaan. Ia perlu berbohong.

"Oke..." Sasuke menghela nafas malas dan memutar matanya. "Aku menciumnya tiba-tiba, lalu dia pingsan." Kilahnya tanpa memedulikan beberapa orang yang blushing sendiri mendengar pengakuan Sasuke. Tapi, tentu saja Hinata tidak malu, karena sampai saat ini ia masih pingsan.

"Rupanya kau benar-benar sangat tidak sabaran, ya?" Itachi mulai mencairkan suasana dengan senyuman—walau hanya dia yang menyadari kebohongan adiknya.

Sasuke mendengus, lalu berjalan keluar ruangan tata rias.

Sepeninggal Sasuke, Hiashi memecahkan lamunan para penata rias perempuan dengan suaranya. "Baiklah, percepat kerja kalian dan rias saja wajahnya selagi dia pingsan. "

.

.

~zo : i'll be waiting~

.

.

Hinata's POV

Pandanganku gelap...

Seakan-akan aku sedang berada di ruangan tanpa ventilasi ataupun jendela.

Tapi, aku bisa mendengar suara seseorang, walau itu masih samar-samar.

Apa mataku terpejam?

Sepertinya... tadi aku mengalami mimpi buruk.

Kucoba untuk mengangkat kelopak mataku yang berat, lalu saat penglihatanku sudah berfungsi, aku dapat melihat warna-warna yang masih blur. Tapi lama-lama akhirnya buraman itu semakin jelas.

Dari kejauhan, terlihatlah sesosok pria pirang jabrik yang memakai pakaian rapih berwarna abu. Lalu tepat di sebelahnya juga ada orang lain yang memakai jas coklat tua.

Itu... Naruto-kun dan Kiba-kun, kedua sahabatku.

Pandanganku fokus ke Naruto-kun. Entah kenapa ia menunjuk-nunjuk sebelahku dengan wajah khawatir. Kiba-kun juga tampak gelisah.

Aku—yang belum mengerti keadaan—hanya balas melambaikan tangan. Pasti mereka sedang mendadahiku, kan?

Set!

Tiba-tiba saja ada seseorang menarik tanganku. Aku menengok pria yang pada saat ini hanya berjarak dua kaki di depanku.

"...Jawab kalimat tadi."

Suara penuh penekanan itu sepertinya familiar. Tapi kapan aku mendengarnya?

Kudongakan wajahku, melihat bibir seseorang yang tadi berbicara. Bibir yang tipis, sensual dan menggoda. Tapi aku kembali menunduk karena rasa kantuk yang kembali menyerang.

Aku mengantuk.

Aku ingin tidur...

Tapi, secara mendadak wajah pria itu terpampang jelas di depan mataku.

"Bangun!" Bisiknya dengan nada keras.

Dan aku baru sadar kalau itu adalah Uchiha Sasuke.

Sontak saja aku terkesiap. Kaget. Saat mau mundur selangkah, tiba-tiba tanganku sudah keburu ditarik lagi olehnya agar kembali mendekat.

Dengan jantung yang berdegup kencang, aku pun memandang ke sekeliling. Orang-orang yang merupakan tamu pernikahan sedang memandang kami dengan tatapan heran. Bahkan Ayah sampai memejamkan mata dan sepertinya juga menghela nafas berat.

Ada apa sih sebenarnya?

"Ehem!"

Seorang pastur berdehem, membuatku menatapnya.

"Mari kita ulang..."

DEG!

Mataku terbuka lebar, dan frekuensi detak jantungku meningkat tak beraturan. Bahkan semua hal yang tadinya buram menjadi jelas dalam seketika.

Aku baru sadar.

Sekarang, aku sedang berada di atas salah satu taman yang indah dengan pastur yang sudah siap di depanku. Ya, siap untuk mendengarkan sumpah setia yang akan kuucapkan.

Aku sedang di acara pernikahan!

Dan aku baru saja terbangun.

"Hyuuga Hinata, bersediakah kau menerima Uchiha Sasuke sebagai pendamping hidupmu dalam suka dan duka, sakit maupun sehat, miskin dan kaya, hingga kematian memisahkan kalian...?"

"A-Apa-apaan... i-ini?" Gumamanku nyaris keluar tanpa suara. Kini mataku kembali berkaca-kaca dan tubuhku bergetar menahan rasa khawatir yang tercampur rasa takut.

Tapi saat lavenderku menatap onyx yang berada di sebelah, syaraf otak untuk mengatur penggerakan lidahku menjadi berontak. Tatapannya benar-benar memaksaku untuk menjawab. Dan bukannya mengeluarkan protesan, anggota tubuhku yang itu malah menuruti permintaan sang pastur.

"A-Aku bersedia..."

Ia mengangguk, dan tersenyum. "Kalian boleh mencium pasangan kalian masing-masing—"

A-APA?

. . .

Normal POV

Dengan rona merah yang sudah mendominasi wajahnya, Hinata menatap Sasuke yang juga sudah menghadapnya. Sasuke semakin mendekat, lalu ia membuka jaring putih yang menutupi wajah milik istrinya.

Melihat jarak mereka sudah semakin minim, Hinata langsung mendorong dada Sasuke—berharap bibir pria itu tidak berhasil mengenai bibir merahnya. Namun, seakan tau pergerakan Hinata, Sasuke langsung menahan dorongan itu dan kembali mendekatkan jarak.

"A-Apa yang mau kau lakukan padaku?" Matanya berkaca-kaca. Perasaan takut kepada suami sahnya ini sekarang semakin besar.

"Sudahlah, jangan buat ini jadi lama." Dengan nada dingin Sasuke meraih tengkuknya agar bisa mendiamkan penggerakan sang istri.

Tapi kali ini Hinata melawan dengan menutup bibir dengan kedua tangan. Tampaknya ia masih bersikeras.

"Tidak! Tidak mau...!"

Melihat kelakuan mereka berdua, pastur berserta semua tamu undangan langsung mengernyitkan alis. Tapi ada berapa yang malah menonton dengan serius—melihat siapa yang akan kalah dan menang.

Lalu, tanpa aba-aba Sasuke langsung membuka paksa kedua tangan Hinata dan menarik wajahnya mendekat—sampai akhirnya bibir mereka saling bertemu dengan keras.

Ya, mereka berciuman.

Pupus sudah keinginan Hinata untuk berciuman di hari pernikahan dengan lembut—selayaknya pangeran dan putri kerajaan dongeng.

Dan kecupan itu berlangsung lama, karena Sasuke sempat memagutnya perlahan.

Hinata sesak nafas sendiri. Wajahnya memerah, kedua matanya terpejam, sesak nafas, jantung yang berdegup tak normal, sampai aliran darah di dalam tubuhnya terasa pecah berhamburan.

Itulah dampak yang dirasakan oleh Hinata.

Setelah berhasil mendapatkan bibir merah Hinata, beberapa saat kemudian Sasuke melepaskannya. Tapi bukannya disambut oleh tepuk tangan, para tamu malah menyempatkan diri untuk berteriak karena mendadak Hinata lagi-lagi terjatuh—pingsan.

Dan yang lebih hebatnya lagi, Hinata terjatuh sambil meniban Sasuke, dan secara otomatis membuat bibir mereka kembali bertemu.

. . .

"Sejak kapan ciuman di hari pernikahan menjadi dua kali?" Tanya Neji ke Hanabi yang berada di sampingnya dengan wajah sinis, seakan tidak rela. Hanabi hanya mengedikkan bahu, tidak peduli akan Neji yang sedang menahan diri agar tidak langsung kesana dan meninju Sasuke.

Sedangkan di sebelah Neji, Itachi malah tersenyum melihat Sasuke yang sekarang sudah dibantu orang-orang kembali mendirikan Hinata yang pingsan.

.

.

~zo : i'll be waiting~

.

.

Setelah pingsan selama beberapa saat, akhirnya disinilah ia berada.

Duduk di kasur yang sudah tertabur bunga-bunga yang wanginya memenuhi ruanganan. Dan dia... masih menangis.

Dengan pakaian pengantin yang lengkap, ia menutup wajahnya yang dipenuhi oleh air mata, membuat satu-satunya penghuni lain ruangan itu menjadi terganggu. Sasuke yang dari tadi hanya menyandar di tembok akhirnya menghela nafas berat dan berjalan mendekat.

"Apa kau tidak tau kalau tangisanmu itu berisik...?" Desisnya yang sontak saja membuat tangisan Hinata semakin terisak. "Kau menangis seakan kau tidak pernah dicium orang lain."

"I-Itu... memang pengalaman pertamaku..."

"Sudahlah, itu hanya ciuman dan aku 'belum' berbuat lebih padamu."

Tangisan Hinata menjadi lebih keras, sepertinya ia semakin terpuruk dengan kalimat barusan. "A-Aku tidak akan bisa lagi menikah—"

"Kau sudah menikah denganku." Potongnya langsung. "Dan aku mau bicara padamu."

"Ba-Bagaimana ini? Aku su-sudah tidak bisa berbuat apa-apa..."

Tapi bukannya menanggapi kalimat serius Sasuke, Hinata malah terus menunduk dan meratapi nasib.

"...Dengarkan aku."

"Aku sudah tidak suci..."

"Kau..." Sasuke menatap lavender itu dari kejauhan. Dengan tangan yang sudah terkepal erat, ia melangkahkan kakinya mendekati Hinata yang sudah terduduk di tepi ranjang.

"Pokoknya a-aku... aku—kyaaaa!"

Brukh!

Setelah merasa kasur yang ditabrak punggungnya sudah tidak bergoyang, ia mulai membuka kedua matanya yang sempat terpejam. Lalu menoleh ke samping kanan dan kiri, melihat Sasuke yang menahan kedua tangannya agar tidak bergerak.

Ia ingat dirinya pernah berada di posisi ini dengan Sasuke, tapi kali ini berbeda. Sebelumnya di saat berdiri, dan sekarang mereka berdua berada di atas kasur. Hinata di bawah dan Sasuke di atas.

Masih dengan mata yah basah, Hinata terbengong memandangi wajah Sasuke yang lagi-lagi hanya berjarak beberapa senti di hadapannya. Air mata memang masih mengalir dari pelupuk mata Hinata, tapi kali ini pandangannya lurus menatap Sasuke.

Sepertinya Uchiha yang satu itu sudah sangat kesal.

Sempat hening beberapa saat sampai Hinata menyadari posisi mereka. Kini wajahnya memerah—lebih merah dibandingan ronaan yang sebelumnya pernah dilihat oleh Sasuke.

"Ku-Kumohon! Kita belum saling mengenal, dan a-aku juga belum siap...!" Teriaknya lantang sambil memejamkan kedua matanya rapat-rapat—tampak takut dengan sesuatu yang akan terjadi di pikiran anehnya.

"Diam dan dengarkan aku..." Bisiknya dengan penekanan di setiap suku kata yang terucap. "Atau kau malah mau kubuka paksa bajumu dan melakukan apa yang tadi kau takutkan?"

Hinata speechless mendadak—membuat ia sadar akan kemarahan suaminya—lalu ia mengangguk ketakutan, mengizinkan Sasuke untuk melanjutkan berbicara.

"Dengar, kau tidak menyukaiku, dan aku pun juga tidak menyukaimu. Kita hanya dijodohkan dan aku ingin kita mempunyai kesepakatan."

"Ke-Kesepakatan apa?"

"Aku ingin kau menganggap pernikahan ini main-main."

"Eh...?" Hinata memiringkan kepala, tampaknya kalimat Sasuke yang barusan belum sepenuhnya terserap otaknya.

"Anggap pernikahan ini tidak pernah terjadi. Kita baru bertingkah seperti suami-istri jika berada di depan keluarga kita. Mengerti?" Jelasnya dengan nada yang sama seperti sebelumnya—datar dan memaksa.

Hinata tidak bergeming, pandangannya masih lurus ke Sasuke.

Kemudian ia membenahi posisinya untuk terduduk di tepi ranjang, memunggungi Hinata yang masih tiduran.

"Dan satu lagi. Aku sudah mempunyai seseorang yang sangat kusayang. Orang itu adalah kekasihku."

Mendengar hal itu, entah kenapa suasana berat langsung tercipta di sekitar mereka—seakan tidak ada oksigen yang cukup untuk pernafasannya—atau lebih tepatnya khusus untuk Hinata.

Lalu secara perlahan belahan bibir Hinata bergerak, ingin membuat sebuah kalimat pertanyaan. Tapi ketika suaranya hampir keluar, ia menggigit lidahnya sendiri.

Sasuke benar. Ini hanya perjodohan—Sasuke tidak mencintainya, dan ia pun tidak mencintai Sasuke.

"Iya..." Hinata mulai terduduk juga, lalu ia tatap punggung pria yang sedang membelakanginya itu dengan tatapan sayu. "Siapa namanya?"

"Sakura."

Hinata menghela nafas pajang. Rasanya ada yang aneh dari dalam dirinya saat nama itu terucap. Benar-benar berat, dan membuat hatinya sedikit teremas.

"Namanya indah..."

"Hn, dan malam ini aku akan bersama dengannya. Kuharap kau mengerti."

"..."

"Bagaimana?"

"Hm."

Sasuke mulai berdiri dan mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas sofa kecil di dekat tempat tidur. Lalu sebelum pria bersifat dingin itu keluar dan menutup pintu, mata onyx-nya menatap Hinata sebentar, lalu akhirnya ia benar-benar pergi.

Suasana hening tercipta sesudah kepergian Sasuke. Sekarang Sasuke bukan hanya menghancurkan impiannya untuk mendapatkan ciuman pertama yang lembut di hari pernikahan tapi juga kesan malam pertama baginya.

Namun sebenarnya ia juga tidak mau bercinta dengan Sasuke.

Atau lebih tepatnya 'belum' mau...

Lalu pandangan matanya berpindah ke sebuah foto besar yang menampangkan foto pernikahan yang terpajang di dinding. Laju pandangannya menjadi lambat sesudah ia menemukan Sasuke di sana—masih dengan wajah datarnya yang dingin.

Melihatnya foto itu, Hinata langsung menggigit bibir bawahnya dan meremas rok pengantin yang masih ia pakai. Dan lagi-lagi Sasuke menghancurkan impiannya untuk membuat keluarga kecil yang bahagia.

"Sepertinya memang tidak akan menjadi keluarga bahagia... dan juga tak ada Johnny Depp..." Lirihnya. "Ini hanya perjodohan bersama orang asing, dan dia sudah memiliki kekasih..."

Ia terdiam.

"Perasaan apa ini...?"

Sedikit sakit.

"..."

Ia menggigit permukaan bibir bawahnya. Sambil menarik nafas ia menjatuhkan diri ke kasur dan membenamkan seluruh wajahnya ke bantal empuk itu.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

Author's Note :

Aku speechless dapet review sebanyak itu. Yah, moga aja chap ini masih suka. ya...? :|

.

.

Thankyou for Read & Review!

Special thanks to :

Yuki Tsukushi, Botol Pasir, Mizukichan Aino Yuki, Kikyo Fujikazu, Rei kun, Maychan-justhime, lovers sh, Hamitstrukia, Ichaa Hatake Youichi ga login, Ai HinataLawliet, Himeka Kyousuke, tsuki-chan, I lop u all, papillonz, uzumaki arrancar-chan, Aya Kohaku, Tsubasa XasllitaDioz no log-in, Yori Fujisaki, yuuaja, sora tsubameki, harunaru chan muach, uchihyuu nagisa, ika chan, ei-chan, Matthew Aghnia Sullivan, Lollytha-chan, Nao-shi Arisu Caelum.

.

.

Pojok Balas Review :

Kira-kira pairingnya terakhirnya bakal SasuSaku atau SasuHina? Sampe tengah cerita mungkin masih bingungin, tapi akhirnya SasuHina kok. Gimana kalo SasuSaku aja? Um, kayaknya sih ngga bisa. Tapi di fic ini porsi SasuSaku bisa dibilang banyak. Endingnya SasuHina ya? Haha iya, tapi doain aja Sasuke cepet suka. My Backwall friend kapan update? Tau nih #plak. Padahal chap-nya lebih dikit daripada ini loh. Kok Sasuke dingin banget sama Hina? Karena perjodohannya sama Hinata buat hubungan SasuSaku agak keancem. Chap 2 buat yang romantis dan lucu ya? Semoga udah kekabul waktu adegan kissu-nya, tapi kayaknya ngga, ya? Scene SasuSaku ngga berhak diantara SasuHina. Iya sih hehe, namanya juga HinaSasuSaku. Nitip update Nerds! Oke, itu sebenernya tinggal satu/dua chap lagi complete. Jangan buat Hinata selalu bersedih. Aku ngga bisa jamin, karena aku udah bakal bawa SasuSaku ke dalem fic ini. Tapi semoga humornya bisa meringankan cerita. Kasihan Hina dikhianatin sama Sasu. Iyaa :( Saya harap nanti ada NaruSaku. Naru bakal main di sini juga kok. Foto yang ditunjukin Hiashi ke Hinata itu siapa? Jawabannya: Hinata dikerjain. Johnny Depp di fict ini ngga gitu banyak pengaruh kok. Abaikan aja. Kesepakatan SasuHina apaan? Sudah dijelasin di atas :) Ide pasaran, tapi kan isinya belum tentu. Terimakasih banyaak~ Apa nasib buruk bakal terjadi setelah pernikahan. Iya, dari sana Hurt-nya. Hina jadi pihak ketiga? Gajuga sih... kan ada HinaSasuSaku + SakuSasuHina.

.

.

Next Chap :

"Sasuke-kun... kapan kau kembali...?"

"OII! HINATA-CHAAAN!"

"Iya, kau tampak sehat, berarti kau benar-benar bisa menahlukkan si Uchiha itu ya!"

"Kau itu istriku!"

.

.

Review kalian adalah semangatku :'D

Mind to Review?

.

.

THANKYOU