disclaimer: One Piece © Eichiiro Oda
details: Robin. friendship/drama. drabble.
.
The End of Chrysalis
[ —dan ia adalah metamorfosis dari kepompong. ]
.
Sebelum sekarang, Nico Robin hanyalah sebuah kepompong.
Ia begitu kaku. Tak segar dipandang. Pembawa sial. Sejarawan aneh. Pembunuh. Dibenci karena letaknya yang mengganggu—walau begitu, tak seorangpun berniat mengatakannya.
Yang tak pernah mengeluh atas dirinya yang membawa sial hanya beberapa orang, termasuk ibunya—karena dulu bocah tak tahu dunia seperti dirinya seharusnya dibimbing, bukan dilukai—meskipun ia diikuti oleh malapetaka dari belakang.
Kala itu ia tak lebih daripada seorang pembunuh yang selalu menyunggingkan senyuman yang manis. Kecerdasannya yang begitu agung masih buram karena ia tak tahu—
("Ayo, ikutlah bersama kami!"
Gadis itu membelalak tatkala seorang Monkey D. Luffy mengajaknya bergabung ke sana—yayaya, ke sana; ke perahu besar itu dan bergabung bersama Straw Hat Pirates dan mencoba belajar apa itu hidup yang sebenarnya. Sepanjang mata memandang hanya ada bangunan-bangunan megah yang mulai roboh. Harus cepat—cepatlah!
Ia pembawa sial, bukan? Ia membawa hal yang tak diinginkan terhadap yang disekitarnya. Ia hanya seorang penjahat. Ia hanya seorang yang sering ditugaskan untuk mencari informasi oleh Aokiji yang jahat. Ia hanyalah iblis.
—dan ia adalah kepompong yang belum menetas.
Tapi seseorang di depannya ini begitu—begitu—
Mengapa baru kali ini ada orang yang sangat baik padanya—selain seorang Nico Olvia?
Robin tersenyum kecil, "Kalau begitu, bawa aku bersamamu dan ajak aku mengarungi samudera yang luas!")
—bahwa dirinya—
("ROBIN, KAMI AKAN MENYELAMATKANMU!"
Lalu Robin berbalik, mendapati sesuatu—atau beberapa orang?—tengah berdiri di atas salah satu gedung Water Seven, menatapnya, memberi dua hal yang pasti; penyelamatan dan kebebasan.
Ada semuanya; ada seluruh kru Straw Hat Pirates. Berdiri berdampingan, perlahan memberi kepercayaan dan rasa memiliki pada Robin—sesuatu yang dulu hanya bisa ia dapatkan dari ibunya.
"Kali—" Robin terbata lantaran suaranya begitu tercekat, tidak percaya dengan apa yang tengah ia lihat, "—an...?"
"Tunggulah, Robin! Kami akan menyelamatkanmu!"
Dan inilah yang ia dambakan sejak awal—beberapa orang teman yang peduli padanya dan tidak menghiraukan aura pembawa sialnya.
Dia ingin menangis setiap kali mengingatnya. Selalu.)
—adalah kepompong kaku (dan suram dan pembawa petaka dan bodoh) yang telah tamat, dan sekarang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang cantik (dan anggun dan baik hati dan murah senyum dan sangat cerdas).
Itulah akhir dari kepompong. Sebuah kupu-kupu.