22nd OF JUNE IS INOOCHAN'SBIRTHDAY!
Created by: Kagami Hikari
Pacar Daichan? Apa maksudnya? "Tentu saja iya, Baka Daichan!" Ternyata beberapa hari terburuk bisa tergantikan oleh satu hari terindah. HAPPY BIRTHDAY INOOCHAN! (summary dan judul ga nyambung)
Hey! Say! JUMP members belongs to Kami-sama and Johnny's Jimusho
22nd of June is Inoochan's Birhday! belongs to Kagami Hikari
WARNING! Contain: AU, OC(s), OOCness, ABALness, GAJEness, LOCHness(?), EPIC FAIL romance, Kei's POV, hint of YabuNoo and DaiChii. But still it's all about, DaiKei or AriNoo (or whatever it is!)
.
.
..::CHAPTER 2: INOOCHAN'S BEST DAY EVER!::..
.
.
.
::Tanggal 21 Juni 2011 (H-1)::
Kuakui sejak beberapa hari yang lalu aku sama sekali tidak berbicara pada Daiki dan bahkan terlihat terang-terangan menghindarinya.
Alasannya?
Mudah, karena aku tidak mau Daiki semakin melukai hatiku. Dengan melihatnya selalu menempel pada Chinen saja sudah membuatku sakit apalagi jika harus berhadapan langsung dengannya—yang akhir-akhir ini selalu memberikan respon negatif pada setiap tindakanku.
Dan kurasa puncaknya adalah kemarin malam. Yah, kejadian kemarin malam benar-benar membuat perasaanku campur aduk. Antara kesal, sedih, dan… cemburu.
"Inoochan? Daijoubu ka?" tanya Kouta saat aku sedang duduk di depan piano setelah memainkan sebuah lagu
"Daijoubu desu," aku mengangguk
"Uso," Kouta menghampiriku, "dengan mata bengkak begitu masih bisa bilang 'Daijoubu desu'?" sindirnya. "Kau menangis semalaman ya?"
Aku terdiam. Aku tahu, percuma aku berbohong pada Kouta. Dia pasti tahu itu.
"Inoochan… Sudahlah… Mungkin Daichan memang sedang ada masalah,"
Cukup sudah. Air mataku sudah tidak bisa kutahan lagi. Aku berlari meninggalkan ruangan meninggalkan Kouta. Terbersit sedikit rasa bersalah di hatiku karena meninggalkannya seperti itu, tapi mau bagaimana lagi? Lebih baik merasa seperti itu daripada harus menangis di depan sahabat baikku itu.
Kedua kakiku membawaku ke balkon kamarku. Meskipun kecil, tapi balkonku bisa kugunakkan untuk menatap petak-petak bunga yang ditanam oleh Chinen di halaman belakang rumah kami. Ah, sepertinya akhir-akhir ini kesialan selalu membuntutiku. Rasanya setiap tindakanku selalu membuat hatiku semakin sakit. Seperti beberapa hari yang lalu saat aku bangun terlalu pagi, saat aku menyapa Daiki, dan yang paling parah adalah saat aku menguping Daiki dan Chinen kemarin.
Hari ini pun tindakanku menenangkan diri di balkon kamarku membuatku melihat dua orang yang paling tidak ingin kulihat untuk saat ini—Daiki dan Chinen. Daiki tampaknya sedang menunjukkan sesuatu pada Chinen, dan pemuda yang lebih pendek itu tersenyum manis saat melihat sesuatu dalam genggaman tangan Daiki. Memang sih, aku penasaran. Tapi kuputuskan untuk masuk ke dalam kamarku saja.
.
::Tanggal 22 Juni 2011 (H)::
Aku hanya tidur beberapa jam kemarin malam. Sisanya, yah, menangis. Karena malas, akhirnya waktu sarapan pun sengaja kulewatkan. Dan malah membuat Hikaru dan Kouta mengantarkan sarapanku ke kamar.
"Inoochan, apa kau sakit?" tanya Hikaru. Aku menggeleng
"Sudahlah Hikaru, lebih baik kita tinggalkan Inoochan dulu saja. Lebih baik dia istirahat. Mungkin Inoochan memang sakit," kata Kouta setelah meninggalkan sarapanku di atas bufet. Setelah mendapatkan anggukan setuju dari Hikaru, mereka berdua pun meninggalkan kamarku.
.
"Otanjoubi omedetou gozaimasu, Inoochan!"
Aku cukup terkejut dengan pemandangan yang dapat ditangkap oleh kedua onyxku. Aku benar-benar melupakan hari ulang tahunku sendiri! Seharian ini aku memang sama sekali tidak meninggalkan kamarku, tapi aku sama sekali tidak menduga apa yang akan dilakukan teman-temanku.
Dekorasi meriah di seluruh ruang makan dan ruang tengah, spanduk ucapan 'selamat ulang tahun' buatan sendiri yang tertempel di dinding, makanan-makanan kesukaanku yang tersaji di meja, sampai tart cokelat berukuran cukup besar di tengah-tengah meja makan.
Tanpa sadar air mataku sudah menetes, "Arigatou gozaimasu, minna!"
"Ayo duduk, Inoochan!" Hikaru menarik tanganku ke kursi
"Ayo kita nyanyikan lagu selamat ulang tahun!" ajak Yuto dengan penuh semangat seperti biasanya
"Happy birthday to you… Happy birthday to you…" semuanya bernyanyi dengan kompak dan jujur, itu sangat membuatku terharu. Kupandangi wajah teman-temanku yang sedang sibuk bernyanyi bergantian. Kouta, Hikaru, Ryosuke, Yuya, Keito, Ryutaro, Yuto, dan Chinen. Tapi… dimana Daiki?
Semua kegembiraan yang kurasakan langsung menghilang. Senyum yang tadi mengembang di bibirku pun sudah terhapus. Apa Daiki benar-benar membenciku?
"Tiup lilinnya! Tiup lilinnya!" seru Ryosuke
"Jangan lupa buat permohonan!" timpal Kouta
Aku tersenyum. Lalu kupejamkan mataku, 'Kuharap Daiki tidak marah padaku dan dia tidak pacaran dengan Chinen!' kemudian kutiup dua buah lilin berbentuk angka 2 dan 1 yang ada di atas tart.
"Yeeey!"
"Omedetou!"
Semua teman-temanku bertepuk tangan—maksudku semua kecuali Daiki.
"Oke, minna! Saat yang paling ditunggu-tunggu! Saatnya hadiah!" seru Hikaru sambil menepuk-nepukkan tangannya
"Ichi, ni, san!" Chinen memberi aba-aba entah untuk apa. Dan tiba-tiba saja kedua mataku sudah ditutup oleh kain.
"Oy, minna! Apa-apaan ini!" seruku sambil mencoba memberontak. Sayangnya kedua tanganku langsung dengan sigap ditangkap—entah oleh siapa.
"Santai saja Inoochan… Aka nada kejutan untukmu! Jadi kau hanya perlu mengikuti kami, oke?" kudengar Kouta berbisik di telingaku.
Kejutan? Semoga dalam konteks yang bagus! Semoga maksud dari kejutan mereka bukanlah paksaan untuk makan daun Horensu—atau sayuran hijau apapun—atau naik jet coaster.
.
Setelah berjalan beberapa langkah, aku bisa merasakan angin malam yang berhembus dingin. Itu artinya kami sudah tidak berada dalam ruangan lagi. Apa ini halaman belakang? Tanyaku dalam hati. Dan setelah langkah kami terhenti, aku bisa mendengar Chinen berkata padaku, "Inoochan, kau bisa membuka penutup matamu setelah kau menghitung sampai sepuluh!" Ya ampun… Konyol sekali… Tapi apa boleh buat, aku mengangguk juga.
"Oke, kau boleh mulai menghitung," kata Chinen sebelum aku mendengar langkah kakinya semakin menjauh
1… 2… 3… 'Semoga bukan hal yang kutakutkan…'
4… 5… 6… 7… 'Semoga bukan hal yang menjijikkan…'
8… 9… 10! Kubuka penutup mataku dengan perlahan.
Dan pemandangan yang pertama kali kulihat adalah Daiki yang sedang tersenyum padaku. Aku sangat kaget melihat pemandangan yang berada tepat di hadapanku. Seorang Arioka Daiki yang sejak beberapa hari yang lalu terlihat sangat cuek, dingin, dan menghindariku, kini sedang tersenyum padaKU! Rasanya semua kekesalanku padanya langsung terhapus saat itu juga.
"Otanjoubi omedetou, Inoochan," kata Daiki
"A-arigatou, Daichan…" jawabku gugup sambil menundukkan kepalaku
Ia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Dan ia mengulurkan kotak itu padaku. "Ini untukmu," katanya
"Bukan untuk Chii?" tanyaku ragu
"Kenapa untuk Chii? Yang berulang tahun hari ini kan, kau. Ambillah, kau akan tahu kalau itu benar-benar untukmu saat kau membukanya," kata Daiki masih dengan senyum terkembang di bibirnya.
Dengan ragu kuraih kotak itu dan kubuka dengan perlahan.
Aku terkesiap. Kotak itu ternyata berisi sebuah kalung. Sebuah huruf D terbalik dan huruf K dari perak membentuk liontin kalung tersebut. Kalung yang sederhana, tapi benar-benar indah. Untuk beberapa saat aku terdiam menatap kalung itu.
"Inoochan, ada yang ingin kukatakan…" Daiki menggenggam kedua tanganku. Kuhadapkan wajahku padanya dengan ragu.
"Aishiteru, Inoochan. Apa kau mau jadi pacarku?"
Sekali lagi aku terkesiap. Aku tidak mengatakan apa-apa. Sejujurnya aku sangat bahagia mendengar kalimat yang baru saja ia lontarkan. Tapi kugelengkan kepalaku, lalu kutarik tanganku dari genggamannya dan kututup kotak mungil berisi kalung dari Daiki dan kusodorkan kembali padanya begitu aku mengingat percakapan yang kucuri dengar kemarin malam.
"Doushite?" tanya Daiki dengan wajah kebingungan
"Seharusnya itu kalimatku." Daiki masih menatapku dengan tatapan penuh tanya
"Doushite?" kali ini giliranku yang mengatakan kata itu, "Kenapa kau baru mengatakan itu saat kau sudah jadi pacar Chii?" seruku tepat di depan wajahnya
"Pacar Chii?" ulang Daiki. Oh, demi Kami-sama! Kumohon, jangan tunjukkan wajah bingung lagi!
"Jangan pikir aku bodoh Arioka Daiki… aku mendengarnya kemarin malam." kataku sinis
"Kemarin malam?" ulang Daiki lagi. Lalu di luar dugaanku, ia tertawa! "Hahahahaha sepertinya kau salah paham, Inoochan…"
"Salah paham?" kali ini giliranku yang mengulang kata-kata Daiki dan dijawab dengan anggukan dari orang yang kusukai itu.
.
*Flasback (not Kei's POV)*
"Apaaa? Membantu latihan menyatakan cinta?" kedua onyx Chinen membola
"Iya. Please… bantu aku ya Chii…" Daiki menangkupkan kedu telapak tangannya dengan posisi memohon pada pemuda di hadapannya
"Ya sudahlah… Toh besok sudah tanggal 22," kata Chinen akhirnya
"Arigatou, Chii!" seru Daiki sambil memeluk pemuda yang lebih muda dua tahun darinya itu. "Kalau begitu silakan mulai," kata Chinen.
Daiki menggenggam kedua tangan Chinen erat-erat. Pemuda yang lebih pendek bisa merasakan tangan Daiki yang sedikit gemetaran dan dingin. Dan itu membuatnya terkikik geli.
"Hei, kenapa malah ketawa?"
"Hihihi kau gugup ya?" Daiki mengangguk. "Santai saja, kau mau terlihat bodoh di depan Inoochan?"
Pertanyaan dari pemuda penyuka warna pink itu langsung membuat Daiki bersemangat, "Tentu saja tidak! Oke, akan kumulai," pemuda yang lebih tua pun menarik nafasnya dalam-dalam.
*End of Flasback*
.
"Dan sisanya adalah yang kau lihat," Daiki menutup ceritanya
Aku terdiam sejenak, "Kalau kau memang tidak pacaran dengan Chinen, kenapa kau terlihat selalu menempel padanya?" tanyaku masih dengan nada yang sinis, "Dan menghindariku?" kuucapkan dua kata terakhir dengan suara yang lebih pelan
"Karena ini," Daiki kembali menyodorkan kotak kecil yang berisi kalung darinya padaku. Melihat tatapan kebingunganku, ia pun mulai menjelaskan, "Apa kau ingat Chii pernah menanyakan apa yang kau inginkan?"
.
*Flashback (Kei's POV)*
"Anoo… Inoochan, boleh tanya sesuatu?" tiba-tiba Chinen membuka percakapan. "Boleh," aku mengangguk
"Apa ada yang kau inginkan?" pertanyaan Chinen membuatku terdiam. Ingin rasanya aku bilang bahwa aku menginginkan perhatian Daiki, tapi mana mungkin aku menagatakannya pada Chinen?
"Aku sedang tidak ingin apa-apa," jawabku.
"Hontou ni?" tanyanya dan aku pun mengangguk.
*End of flashback (Kei's POV)*
.
"Maksudnya adalah untuk hadiah ulang tahun?" Daiki mengangguk
"Tapi karena kau bilang tidak ingin apa-apa, aku jadi terpaksa harus bertanya banyak pada Chinen, Yabu-kun, dan Hikaru." jelasnya, "Bahkan aku sengaja memesan kalung ini dan menunggu kalung ini sampai benar-benar jadi bersama Chinen,"
"Jadi itu alasanmu pulang sore dua hari yang lalu?" tanyaku
Daiki mengangguk, "Aku sangat bingung kenapa kau membanting bukumu dan terlihat sangat kesal. Waktu itu aku berharap kau bukan kesal karena aku,"
"Hahaha dan sebenarnya aku memang kesal karenamu," sahutku
"Aku tahu," kata Daiki, "Yabu-kun memberitahuku. Dan dia juga bilang kau tidak membenciku. Makanya aku sangat lega,"
"Yabu-kun? Dia tahu soal semua ini?" kedua onyxku membola
"Tidak semua sih… Hanya soal hadiahnya saja," katanya sambil menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal
"Lalu kenapa kau terlihat seperti membenciku dan menghindariku?"
"Aku menghindarimu karena… aku malu," kali ini Daiki menundukkan wajahnya dalam-dalam. Aku berani bertaruh, sekarang wajahnya sudah sangat merah—seperti wajahku saat ini. "Dan sebenarnya aku sama sekali tidak membencimu. Hanya mungkin… mmm… sedikit cemburu…"
"Cemburu? Kenapa?"
"Karena kau selalu menempel pada Yabu-kun dan selalu bersikap manja padanya." jawab Daiki sambil sedikit mengerutkan alisnya. Aku hanya tertawa mendengar jawabannya. Dan tak lama, ia pun ikut menyusulku tertawa.
Setelah beberapa saat, kami menyudahi tawa kami dan suasana pun kembali hening. "Inoochan, kau belum mengatakan jawabanmu loh!"
Wajahku memanas mendengar kata-kata Daiki, "Tentu saja iya, Baka Daichan!"
Ia tersenyum lebar dan tanpa aba-aba mencium pipiku. Ya ampun… aku berani bertaruh wajahku pasti sudah lebih merah dari kepiting rebus!
"Yatta! Aku berhasiiiil!" seru Daiki kegirangan sambil melemparkan tinjunya ke angkasa
"Omedetou!" terdengar banyak sahutan dari balik semak-semak. Ya ampun! Demi Kami-sama! Semuanya ada di sana; Yuya, Hikaru, Keito, Ryosuke, Yuto, Ryutaro, Kouta, dan Chinen! Kalau begini caranya sih bisa-bisa aku mati karena malu!
"Akhirnya kalian jadian juga…" Ryosuke menyalamiku
"Maaf ya, Inoochan… aku tidak pernah bermaksud membuatmu cemburu loh," kali ini Chinen yang menyalamiku
"Benar kan? Daichan tidak pernah membencimu!" Kouta mengacak-acak rambutku
Dan kau tahu apa yang kulakukan? Aku menangis! Tapi kali ini karena aku bahagia tentunya! Ternyata ini adalah ulang tahunku yang terbaik!
.
.
::Tanggal 23 Juni 2011 (H+1)::
"Inoochan! Ada kiriman!" seru Daiki sambil berlari masuk ke rumah. Di tangannya ada tiga kotak paket berbeda ukuran
"Dari siapa?" tanyaku
"Dari Aki, Shintaro, dan Raiya!" jawabnya setelah membaca label yang tertempel di masing-masing paket. Aku langsung berlari ke arahnya dan mengambil paket-paket itu.
Yang pertama kali kubuka adalah paket berukuran paling kecil dari Morimoto Shintaro, adik Ryutaro. Ternyata isinya adalah dua buah pin; yang satu bertuliskan I LOVE Music dan yang kedua bergambar hamster. "Kawaii…" kataku
"Hahahaha dia cukup kesulitan saat akan membelinya loh! Katanya dia sangat bingung," kata Ryutaro yang sudah berada di belakangku
"Oh ya? Sampaikan ucapan terimakasihku ya!" kataku. Dan penghuni termuda itu pun menganggukkan kepalanya sebelum melangkah ke kamar mandi, "Pasti!"
Selanjutnya adalah paket yang berukuran cukup kecil juga bertuliskan Nakajima Raiya. Tak kusangka adik Yuto yang satu itu pun memberikanku hadiah. Dan ternyata isinya pun tak begitu beda dengan hadiah yang diberikan Yuto padaku. Jika Yuto memberikanku bola basket, maka Raiya memberikanku gantungan kunci berbentuk bola basket.
"Dasar kakak-adik yang kompak…" komentar Daiki saat melihat hadiah pemberian Raiya. "Hahahahaha iya,"
Dan terakhir dari keluargaku. Di sana memang hanya tertulis nama Inoo Aki, tapi kurasa itu hadiah dari keluargaku juga. Jadi kubuka paket itu dengan cepat dan di sana aku menemukan sebuah sweater berwarna biru langit—warna kesukaanku, kartu ucapan selamat ulang tahun, dan dua buah kertas lain; yang satu adalah surat dan satu lagi adalah gambar.
Kubaca surat yang sepertinya ditulis oleh ibuku itu. Isinya sih ya standarlah… Ucapan selamat ulang tahun, beberapa pertanyaan, serta kabar tentang mereka. Dan di bagian bawah tertulis 'Sweater itu sengaja Aki belikan untukmu dan gambarnya adalah buatan Keiri,'
Langsung saja kuletakkan surat itu dan membuka lipatan kertas berisi gambar buatan adik bungsuku yang baru berusia 3 tahun itu. Di sana ada lima orang—dua lelaki dan tiga perempuan—yang sedang berdiri di depan sebuah rumah yang dikelilingi bunga berwarna-warni dan mereka sedang mengelilingi sebuah kue tart yang ditaruh di atas meja. Aku menyimpulkan itu adalah keluargaku. Ayah, ibu, aku, Aki, dan Keiri.
"Daichan, lihat! Bagus kan? Ini buatan Keiri-chan!" aku menunjukkan gambar itu pada Daiki
"Waaah adikmu hebat sekali, Inoochan!" puji Daiki, "Lihat! Ada tulisannya! 'Otanjoubi omedetou, Kei-chan!'" Daiki membaca tulisan tangan adik bungsuku, "Kei-chan?"
Aku mengangguk, "Iya aku memang dipanggil Kei-chan di rumahku."
"Kalau begitu, boleh aku juga memanggilmu Kei-chan?" tanya Daiki
"T-tentu saja…" aku menunduk sedikit, mencoba menyembunyikan wajahku yang memanas
"Arigatou, Kei-chan," tanpa aba-aba Daiki memelukku. Yang bisa kulakukan tersenyum dan membalas pelukannya.
"Ehem! Pagi-pagi begini sudah pacaran… Bikin iri saja…" goda Chinen
Dengan cepat Daiki melepaskan pelukannya dariku dengan wajah yang sangat sangat sangat merah! "Urusai!" katanya
"Hahahahahahahahaha…"
.
.
.
..::the end::..
.
Akhirnya selesai jugaaa… Meskipun buatnya penuh dengan perjuangan melawan kompi yang ga mau diajak kerja sama. Endingnya ga banget ya? Hahaha gomen minna… Saya lumayan bingung bikin endingnya sih… Soalnya storynya tuh udah melenceng cukup jauh dari story awal yang aku bikin. Jadi maklumlah kalau rada aneh dan terlalu pasaran… Dan kayanya aku udah bikin Inoochan jadi terlalu girly yaa... Hahahahahahahaha gomen ne minna-san... -_-
Ah sudahlah, yang pasti ini hadiah spesial buat Inoochan dari fansmu inii! Hahaha meskipun bukan hadiah yang pantes sih… Tapi ga apa-apa kaan?
Sekali lagi, OTANJOUBI OMEDETOU GOZAIMASU, INOOCHAN! *tebar confetti*