Bleach © Tite Kubo
.
.
.
Warning: Bahasa berantakan, OOC, mungkin ada beberapa typo─karena author ga check teliti, bahasa inggris yang mungkin berat(?) dan juga, bahasa kasar. Kalau kalian ga bisa baca hal-hal seperti ini, don't read this fic.
.
.
.
RnR
.
.
.
"Hei! Kalian sudah dengar? Kabarnya Kurosaki dan Kuchiki putus!" seru seorang gadis kepada teman-temannya yang sedang berkumpul.
"Eh? Benarkah?" kaget seorang siswa tidak percaya.
"Ya! Aku dengar Matsumoto-senpai!"
"Wah, kalau sumbernya Matsumoto-senpai, berita itu sudah pasti benar!"
"Bodoh, untuk apa terkejut seperti itu? Bagiku berita ini sudah tidak aneh. Sebab, kalian pikir saja, dari semua gadis yang Ichigo-sama jadikan kekasih, gadis itulah yang levelnya paling rendah!" seru seorang siswi dengan nada meremehkan.
"Benar! Benar! Itu sudah pasti! Pasti Ichigo-sama yang memutuskan gadis itu!" yakin seorang siswi tertawa meremehkan.
"Bodoh," sahut seorang lelaki yang berdiri di belakang mereka. "Kalau kalian ingin menjelek-jelekkan orang, pastikan dulu kebenarannya!" tambah lelaki itu seraya berlalu dari tempat itu. Semua yang mendengarnya hanya bisa diam terpaku.
"Anak baru saja sudah sombong, dia pikir siapa dirinya? Menggelikan," gumam siswi yang tadi menghina Rukia.
.
.
.
XxXxXxXxX
.
.
.
"Oi! Ichigo! Apa benar kalian sudah putus?" tanya Grimmjow antusias.
"Aku tak tahu lagi, Grimm. It's out of my control," jawab Ichigo seraya menutup wajahnya dengan sebelah tangannya.
"Maksudmu?"
"Aku bilang aku tidak tahu lagi! Apa kau tidak mengerti?" bentak Ichigo kesal. Grimmjow―dan juga Renji yang berdiri di sebelahnya―terkesiap kaget.
Apa yang membuat Ichigo berubah seperti ini? Pikir Grimmjow dan juga Renji.
Kesal dengan tampang heran kedua temannya, Ichigo segera keluar dari kelasnya. "Dan informasi yang kau beritahu soal Rukia sekelas dengan kita itu bohong, brengsek!" seru Ichigo tepat di ambang pintu kelas.
Dia baru sadar? What a total idiot! Grimmjow menghela napas atas kebodohan teman berambut jingganya itu. Sungguh memalukan, setelah selama ini ia melakukan pendekatan dengan Kuchiki Rukia, dia baru sadar kalau mereka sebenarnya juga tidak sekelas?
"Bahkan ia tidak tahu kalau aku memberitahu Kuchiki Rukia soal rekor bulanannya dan menyuruhnya memberitahu si orange itu kalau mereka sekelas," Grimmjow menggelengkan kepalanya pasrah. "Slowpoke,"
.
.
.
XxXxXxXxX
.
.
.
"Ohayou, Rukia,"
"Ohayou, Kokuto,"
"Kau tidak risih dengan bahan gossip siswa-siswi sekolah ini, Rukia?" tanya Kokuto saat sudah duduk di tempatnya. Rukia segera duduk menghadap Kokuto―yang duduk di belakangnya.
"Betsuni," Rukia mengidikan bahunya, tanda tidak peduli.
"Doushite?" Kokuto menyiritkan keningnya. "Tidakkah kau peduli apa yang mereka katakan padamu?"
"Kenapa aku harus peduli? Itu tidak penting. Only waste of my time,"
"Kau tahulah, image. Anak remaja jaman sekarang lebih mementingkan image mereka, tahu? Apa kau bukan remaja?" Kokuto terkekeh pelan dan disusul dengan Rukia yang merengut.
"Biarkan saja. Aku tidak peduli dengan hal-hal tidak jelas seperti itu. Lebih baik belajar daripada mempertahankan sesuatu yang tidak jelas, 'kan?" Rukia mencubit pelan lengan Kokuto yang masih terkekeh. "Dan aku baru tahu kalau kau adalah salah satu remaja yang mempertahankan image. Aku tidak memprediksi itu,"
"Terserah kau sajalah, darling."
"D-D-Darling? Apa-apaan itu! Menjijkan!"
"Hee~ Wajahmu memerah lho, darling." Rukia hanya menunduk malu dan Kokuto melanjutkan, "Lagipula, aku bersyukur kau tidak peduli dengan semua ini. Kurasa juga mereka tidak mengerti apa yang mereka bicarakan,"
"Naa, Kokuto, apa kau percaya padaku?"
"Tentu saja, Rukia. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Kokuto mengerutkan keningnya kembali.
"Kalau begitu aku sudah tidak perlu risih dengan gossip itu. Karena setidaknya ada satu orang―atau dua, kalau Inoue dihitung―yang percaya kepadaku, bukan?" Rukia tersenyum lembut, membuat Kokuto membalas senyumannya.
"Aku mengerti. Kau benar-benar Rukia yang kucintai," Kokuto sedikit beranjak dari kursinya dan mencium pipi mungil Rukia yang membuat gadis itu terkesiap. "Ko-Kokuto!" seru Rukia kaget seraya memegang pipinya yang tadi dicium.
"Apa?" Kokuto terkekeh pelan melihat wajah memerah Rukia lalu pura-pura tidak mengerti keadaan. "Kau ingin aku menciummu lagi?"
"Kokuto!"
"Ahahaha! Wajahmu imut sekali, Rukia!"
"Uh, berhentilah menggodaku selagi aku masih berbaik hati, Kokuto. Atau kepalamu akan jadi korban," ancam Rukia yang membuat Kokuto terkekeh.
"Coba saja kalau kau bisa—" Kokuto menyentil hidung Rukia pelan. "—nona Kuchiki,"
"Auw! Sakit, bodoh!" Rukia mulai menggerutu pelan.
"Aku mencintaimu, Rukia..."
"Aku tahu itu, bodoh,"
Mereka berdua tertawa lepas tanpa menghiraukan teman sekelas mereka yang menatap iri.
'Kokuto tidak pernah berubah...'
-Flashback-
"Kuchiki itu selalu dingin ya. Aku benci gadis seperti dia!" bisik seorang siswi kepada teman di sebelahnya.
"Hush! Jangan kencang-kencang! Kalau ketahuan kau bisa dikeluarkan tahu! Apa kau lupa, kalau Kuchiki adalah donatur terbesar sekolah ini?" tegur seorang siswa di belakang mereka.
"Tapi tetap saja, Shoji-kun, gadis itu sangat menyebalkan. Dia bahkan tak mau berbicara kepada kita, apa dia menganggap kita serendah itu? Mentang-mentang dia seorang Kuchiki!" balas siswi tadi tidak mau kalah.
"Lagipula, ia kan diadopsi. Bukan keturunan Kuchiki asli! Jadi seharusnya dia juga sama seperti kita! Dasar gadis rendah!"
Rukia sebenarnya peduli dengan mereka, tapi kakaknya mengajarkannya untuk tidak bergaul dengan orang seperti mereka. Hanya Kokuto lah teman Rukia yang diakui keluarga Kuchiki.
"Hentikan! Sebaiknya sebelum kalian mulai menghina orang lain, perbaiki sifat kalian yang busuk itu!" seru Kokuto dari belakang mereka.
"Apa-apaan kau, Kokuto! Sejak kau berteman dengan gadis sialan itu, kau jadi menyebalkan!" seru siswi tadi dan beranjak pergi bersama temannya.
Kokuto tidak peduli sedikit pun dengan itu dan segera menghampiri bangku Rukia dengan wajah cemas.
"Kau baik-baik saja, Rukia?"
"Maaf, Kokuto... Aku mencuri kebahagiaanmu..."
"Apa yang kau katakan, Rukia? Aku sangat senang kau mau membuka hatimu dan mau berteman denganku! Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan sedikit pun!"
"Terima kasih, Kokuto..."
"Untuk apa kau berterima kasih, bodoh! Itu sudah patut kulakukan! Kita 'kan teman!" Kokuto tersenyum lembut, membuat Rukia membalas senyumannya.
"Hei, Rukia... Saat kita sudah lulus sekolah, maukah kau menikah denganku?" lamar Kokuto mendadak, membuat wajah Rukia memerah seketika.
"A-Apa yang kau katakan, bodoh!"
"Aku serius! Aku janji akan membahagiakanmu. Bukan sebagai teman, tapi sebagai orang yang kau cintai dan mencintaimu!" Kokuto begitu yakin dengan pernyataannya. Gadis mungil itu bingung harus menjawab apa.
Dan bukannya menjawab, gadis Kuchiki itu berkata, "Da-Daripada kau berpikir begitu, lebih baik selesaikan sekolahmu dulu, Kokuto! Kita ini masih SMP! Masih lama sekali sampai kita lulus, bodoh!"
Kokuto tersenyum bahagia. Yah, walaupun pernyataannya diabaikan, setidaknya ia tidak ditolak 'kan?
-Flashback end-
"Rukia? Rukiaaaa?"
"Ah, maaf. Aku terkenang masa lalu," Rukia tersenyum mengingat kenangan mereka berdua.
"Masa lalu? Jangan-jangan kau masih ingat dengan lamaranku waktu itu?" goda lelaki berambut putih itu.
"A-Apanya yang lamaran! Itu 'kan cuma lelucon!" gadis manis itu membuang mukanya karena malu, tapi ditahan dengan tangan Kokuto di dagunya.
"Aku serius, tahu. Aku 'kan sudah janji akan menjagamu dan mencintaimu!"
"Kokuto..."
"Dasar pasangan bodoh..." gerutu Hitsugaya Toshiro, ketua kelas mereka.
"Berisik, pendek! Kalau kau cemburu, sebaiknya kau panggil kekasihmu saja!" balas Kokuto tidak mau kalah. Dengan balasan itu, kedua makhluk berambut putih tersebut saling melempar tatapan membunuh dan umpatan-umpatan.
"Kokuto, hentikan! Maafkan dia, Hitsugaya-san," ucap Rukia melerai mereka. Toshiro menghela napas ringan.
"Aku mengerti, sebaiknya kau jaga kekasihmu baik-baik, Kuchiki." Ucap Toshiro seraya membuka pintu kelas, sepertinya ia akan meninggalkan kelas. "Dan aku berharap kau bisa mendapat suami yang baik dan setia,"
Wajah gadis bermata violet itu segera memerah. Ia yakin Toshiro mendengar segalanya tadi, karena Toshiro sedang membaca buku di tempat duduknya, sedangkan tempat duduk Toshiro terletak di depan tempat duduk Rukia.
"Te-Terima kasih, Hitsugaya-san,"
"Sama-sama, Kuchiki,"
"Hei, Rukia! Kenapa kau berbicara dengannya terus? Aku 'kan ada di sini," sungut Kokuto.
"Sorry,"
"Don't mention it,"
Kokuto segera mencium kening Rukia dan tersenyum lembut. Membuat Rukia memerah dan salah tingkah.
Tentu saja, kemesraan mereka berdua membuat siswa-siswi di sekitarnya merasa iri dan kesal. Bahkan seorang siswi menghampiri mereka dan menggebrak meja yang membuat sekelas terdiam.
"Apa-apaan kau, Kuchiki! Baru putus dari Kurosaki-sama sudah bermesraan dengan anak baru? Dasar wanita jalang! Kau sangat tidak pantas dengan Kurosaki-sama! Enyahlah, kau sangat menjijikan!" seru siswi berambut merah muda itu dengan kesal.
"Apa―!" Kokuto berdiri dari tempatnya untuk membalas omongan siswi yang membentak Rukia tadi.
"Kokuto, tenanglah." Rukia berusaha menahan kekasihnya yang sudah siap meledak-ledak memarahi siswi tersebut.
"Namamu Dokugamine Riruka-san, 'kan? Aku tanya sekarang, apa hakmu memarahiku dan mencaciku seperti itu? Bukan hanya karena kau adalah fangirls-nya yang setia, kau boleh menghina orang lain. Aku tahu aku tidak pantas untuknya, dan aku tahu kalau kau manis, jadi kau merasa pantas untuknya. Aku sudah putus dengannya 'kan? Jadi aku tidak punya urusan lagi dengannya. Karena itu, please give us some privacy."
Siswi itu hanya bisa diam terpaku dan menggeram marah saat Rukia menatapnya. Ia mengangkat tangannya dan melayangkannya menuju Rukia.
Plak!
Kejadian itu berlanjut dengan sangat cepat. Rukia hanya memejamkan mata siap menerima tamparan tersebut, tapi ia kembali membuka matanya saat ia tidak merasakan apa-apa.
Mata violetnya membelalak saat melihat pria berambut orange menggantikannya ditampar.
Kurosaki Ichigo.
Tanpa berkata apa-apa, ia segera menarik lengan Rukia dan membawanya keluar kelas.
Sepertinya Kuchiki Rukia dan Kurosaki Ichigo tidak akan mengikuti kelas pagi ini.
.
.
.
XxXxXxXxX
.
.
.
"Lepaskan, bodoh! Apa yang kau mau sebenarnya!" Rukia tetap berusaha meronta dari genggaman kuat Ichigo yang terus menariknya entah kemana.
Ichigo hanya membisu dan membawa Rukia ke tempat yang menurutnya bisa untuk berbicara hal privasi, tanpa fansnya.
Akhirnya Ichigo berhenti di halaman belakang sekolah, dekat gudang. Tempat yang sepi dan cocok untuk berbicara, pikir Ichigo.
"Apa yang kau mau, brengsek!"
"Dengarkan aku, Rukia. Masalah kemarin―"
"Masalah apa? Aku tidak merasa punya masalah denganmu. We're over now."
"Apanya yang selesai! Ini semua hanya―"
"Misunderstanding? Jangan bercanda, sial! Jelas aku melihatmu dengan gadis itu kemarin dan itu hanya salah paham? Jangan harap aku memakan bualanmu, brengsek! Aku membenci―"
Cup!
Dengan kasar omongan Rukia terpotong karena Ichigo membungkamnya dengan bibirnya. Ia tidak peduli lagi Rukia mau berbuat apa, ia tidak peduli. Ia hanya menginginkan Rukia sekarang.
"Apa maumu, brengsek!" Rukia berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaganya, walaupun ia tahu itu sia-sia.
"Aku mencintaimu, Rukia..."
-TBC-
Halo, minna... Saya minta reviewnya ya, maaf kalau jelek, saya masih newbie di sini... #ditabok
Ciaossu! I'm back!
Gomenasai, minna~ Saya kembali setelah hiatus setahun!
Karena laptop yang rusak, sibuk sama tugas dan WB, saya gabisa update...
Oke, saya tahu, ini makin ancur-_-
Saya berterima kasih banget buat readers yang nungguin fic ini... Yang diyakinkan sangat sedikit atau mungkin ga ada... -3-
Dan makasih buat sukamanga yang udah ingetin saya kalo saya udah ga update setahun :D
Ini didedikasikan buat semua author dan readers yang review dan juga yang minta update kilat. Maaf banget saya gabisa penuhin keinginannya-_-"
Di chapter ini masih bagian konflik ya, saya juga ga tau bakal tamat di chap berapa, mohon sabar ya T_T
Dan saya juga ga tau kapan bisa update lagi, karena setiap hari saya udah sibuk sama tugas dan pr sana-sini. Belom lagi akhir tahun udah harus T.O ;A;
Doakan aja semoga saya ada waktu dan inspirasi buat lanjutin fic ini...
Review para log-in-ers udah di kotak inbox masing-masing ya ;)
Kalo chapter ini masih ada yang ga memuaskan ato kurang, tolong tumpahkan di kotak review ya.
Sekali lagi, saya nerima flame, tapi flame membangun, yang berdasarkan alasan yang jelas. Arigatou~
Balesan review buat yang ga log-in:
mitsuki ota:
Thanks for review! Iya, chap kemaren emang alurnya kecepetan banget, soalnya gaada ide.. Maaf ya, kalau chap ini mengecewakan juga TAT
Ini udah update, mind to review again? ;)
Yulia:
Udah di update, makasih reviewnya! ^^
Mind to review again?
Kurosaki Sora:
Hehe, makasih~
Di sini Rukia belum ada perasaan sama Ichigo, jadinya dia ga cemburu. Mungkin selanjutnya kita bisa liat dia cemburu~ Hohoho~ #ditabok
Mind to review again? :3
Ryuzaki Kuchiki:
Iya, ini semua karena Ichigo selingkuh :p
Makasih reviewnya ya, mind to review again? :p
sukamanga:
Iya, ini saya udah update, maaf kalau mengecewakan ya... Makasih banget, udah mau nungguin ceritaini^^
Mind to review again?
Thanks for:
curio cherry
Mey Hanazaki
Wakamiya Hikaru
mitsuki ota
Yulia
Kurosaki Sora
Purple and Blue
nenk rukiakate
Nana-chan Kurochiki
Cim-jee
Sora Yasu9a
Rani iyura-chan ghetoh
Ryuzaki Kuchiki
Utgard Loki15
sukamanga
Arigatou! Mind to review again? ;*