Minna-san, kali ini Author no Baka dateng lagi dengan cerita yang lain [ngga ada yang nanya!]. Chapter yang ini baru prolognya aja kok… jadi belum ke cerita sih sebenarnya…. Dari pada Author o'on ini kebanyakan bacod, let's read the prolog now…..

"Aku suka dengan gadis itu," kata seorang pemuda berambut pirang berantakan kepada temannya. "Kenapa kamu memprotesnya, Teme?"

Lawan bicaranya hanya mendecak sebal. "Cih, dasar dobe. Apa kau yakin gadis itu juga akan menyukai dirimu?"

"Tentu saja."

"Ah, sungguh menggelikan." Pemuda raven lawan bicara si pirang kemudian menyeringai seperti mencemooh. "Kau ini memang dobe, apa memang terlalu polos?"

"Maksudmu apa, Teme?" tanya Pemuda pirang itu dengan nada tidak sukanya. "Dia gadis baik-baik."

"Heh, dengar ya, Dobe. Sakura yang kau puja-puja itu sudah punya kekasih."

"Oh, ya?" sahut si pirang tidak percaya. "Darimana kamu tau, kalau Sakura-chan sudah punya kekasih?"

"Karena aku adalah kekasihnya, Dobe!" ujar si raven lalu pergi begitu saja meninggalkan pemuda pirang temannya yang langsung membisu setelah mendengar perkataannya.


DISCLAIMER : NARUTO MASIH MILIK MASASHI KISHIMOTO

NO PAIN, NO LOVE!

-PROLOG-


(Naruto POV)

Mengingat kejadian kemarin, membuat kepalaku sakit. Aku hanya tidak mengerti. Aku yang polos apa memang gadis itu yang telah menipuku? Sial! Ternyata Sakura adalah kekasih Sasuke, sahabatku sendiri. Tapi, kenapa Teme itu tidak pernah bercerita kepadaku, kalau ia sudah punya kekasih? Oh, jangan katakan kalau aku memang tak pernah dianggap sahabat olehnya? Memang pantas kau dipanggil 'Teme', Uchiha Sasuke.

Suara ibuku terdengar seperti memanggilku. Saat ini aku sedang berada di kamarku. Ya, aku sedang malas untuk keluar rumah. Kejadian kemarin membuatku malas untuk melakukan apapun. Tiba-tiba saja pintu kamarku di dobrak.

"Apa telingamu itu tuli, Naruto?" teriak Kaa-san dengan muka merah. "Aku sudah memanggilmu dari tadi. Tapi kau tidak menyahut!"

"Memangnya ada apa, Kaa-san? Kaa-san menyiapkan ramen untukku?" tanyaku ogah-ogahan. Kan sudah aku katakan di awal. Aku sedang malas untuk melakukan apapun.

"Hanya ramen saja yang ada di otak bodohmu itu," bentak Kaa-san dengan suaranya yang makin meninggi. "Temanmu sudah menunggu lama di bawah."

"Siapa? Sepertinya aku sedang tidak punya janji dengan siapapun?"

Tiba-tiba, wajah ibuku itu berubah 180 derajat. Wajahnya ceria. "Ada seorang gadis mencarimu. Apa itu pacarmu, Naruto?"

Baru kali ini ada seorang gadis yang datang berkunjung ke rumahku. Aku jadi penasaran, siapa gadis itu? Aku pun langsung menuju ke lantai bawah.

"Oh, ternyata kamu."

"Go-gomen Naruto-kun, aku tidak memberitahumu kalau aku akan datang," ujar gadis itu tertunduk malu. Dia adalah Hyuuga Hinata. Gadis yang selalu tersipu jika bertatap muka denganku. "Aku ke sini ingin menjengukmu. Ka-karena kau tidak datang ke sekolah, tadi."

Aku duduk tepat di hadapan Hinata. Dirinya makin tertunduk. Entah apa yang membuatnya takut untuk menatapku. Sebegitu seramkah diriku?

"Aku tidak sakit. Hanya saja, aku sedang malas untuk ke sekolah."

Hinata cuma mengangguk. "A-aku kira kau sa-sakit, Naruto-kun."

"Tenang saja. Aku baik-baik saja."

Dari arah dapur, ibuku membawakan makanan dan minuman untuk Hinata. Ibuku terlihat senang dengan kehadiran Hinata. Mungkin karena Hinata adalah gadis pertama yang mau datang ke rumahku. Biasanya yang datang ke sini adalah teman laki-lakiku, seperti Kiba, Shikamaru, atau Si irit kata, Sasuke.

"Silahkan, Hinata-chan. Dimakan ya, kuenya?" ujar Kaa-san lalu meletakan berbagai macam jenis makanan di hadapan Hinata. Menurutku, sambutan Kaa-san pada Hinata cukup berlebihan. Padahal biasanya, jika teman-teman laki-lakiku main ke sini, mereka tidak pernah disuguhi apa-apa. Kembali Hinata hanya bisa mengangguk kecil. Setelah Kaa-san sudah kembali ke dalam, Hinata mulai berbicara lagi.

"A-ano, Naruto-kun. Apa semua ini tidak berlebihan?" tanyanya seperti berbisik. Suaranya begitu lembut hingga terdengar seperti berbisik. Untung saja Kami-sama menganugerahiku pendengaran yang baik. Hingga aku masih mampu menangkap suaranya yang kecil itu.

"Tidak usah kau pikirkan, Hinata. Kaa-san memang seperti itu," sahutku. "Selain menjenguk, apa ada urusan lain denganku?"

Hinata membuka tasnya dan memberikanku buku catatannya. "Tadi Asuma-sensei memberikan tugas, yang harus di kumpulkan dua hari lagi. Aku hanya ingin menyampaikan itu. Dan tadi Asuma-sensei juga memberikan beberapa catatan di papan tulis." Hinata lalu meletakkan bukunya di hadapanku. Perhatian sekali gadis ini.

"Terima kasih, Hinata," ujarku.

"Sama-sama, Naruto-kun."

Hinata pun pulang saat jam di ruang tamuku menunjukan pukul 5 sore. Setelah hinata pulang. Kaa-san mulai menggodaku. "Hinata itu pacar kamu ya?"

"Bukan, kok," sahutku sambil membantu Kaa-san membereskan meja ruang tamu.

Mata Kaa-san menyipit. "Benarkah? Lalu kenapa dia begitu perhatian denganmu, Naruto?"

Aku mengangkat bahu. "Entahlah, di kelas pun dia seperti itu."

"Berarti, gadis itu menyukaimu."

"Hehehe, Kaa-san sok tau," ujarku sedikit terkekeh. "Tak ada satupun gadis di sekolah yang menyukai diriku, Kaa-san."

"Kenapa?" tanya Kaa-san.

"Entahlah?" ujarku. Mana ada cewek yang suka dengan cowok yang berantakan dan berisik sepertiku. Mungkin Hinata perhatian kepadaku karena aku ini teman sekelasnya. Tidak ada perasaan lebih.

(End Naruto POV)


(Konoha High School)

Di kelas XI-A, sedang berlangsung pelajaran Biologi yang diajar oleh seorang guru yang bernama Kabuto. Pria berkacamata bulat itu sedang serius menerangkan tentang hewan vertebrata dan invertebrata di depan kelas. Tapi pemuda berambut kuning terang yang bernama Naruto tengah asyik bergelut dengan lamunannya. Sedangkan matanya tanpa lelah mengamati seorang gadis berambut merah muda sebahu yang tengah sibuk mencatat penjelasan dari guru Biologinya. Naruto jatuh cinta pada gadis yang bernama Haruno Sakura itu. Ia sudah menyatakan cinta pada gadis itu. Dan gadis itu belum memberikan jawabannya. Tanpa harus menunggu jawaban dari gadis itu, sebenarnya Naruto sudah tau kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan.

Bel tanda pelajaran berakhir telah berbunyi. Kabuto-sensei menyudahi jam pelajarannya. "Yak, anak-anak, pelajaran hari ini sampai disini dulu. Kita lanjutkan lagi besok," seru Kabuto-sensei lalu bergegas pergi meninggalkan ruang kelas XI-A.

"Kenapa kau, Dobe?"

Suara Sasuke, teman sebangkunya membuyarkan semua hayalan indah Naruto tentang Sakura. "Sialan kau, Teme. Aku kaget, tau!"

"Hn," sahut Sasuke tidak jelas.

"Gah, apa tidak ada ucapan yang lebih panjang dari Hn-mu itu, Teme?" seru Naruto agak mengeraskan suaranya.

"Ada!"

"Apa itu?" tanya Naruto penasaran.

"Dobe!" ujar Sasuke singkat dan padat(?).

"Teme! Berhenti memanggilku Dobe!" seru Naruto kencang hingga membuat telinga sasuke agak berdenging.

"Cuma itu panggilan yang pantas buatmu, Dobe," sahut Sasuke masih dengan mimik wajahnya yang datar.

"Berbicara denganmu sepertinya bisa memperpendek usiaku, Teme," ujar Naruto lalu memajukan bibirnya karena kesal dengan teman sebangkunya itu.

"Bukankah itu bagus, Dobe?"

"Apanya yang bagus, Teme!" teriak Naruto.

"Karena orang yang berotak bodoh sepertimu akan berkurang satu!"

"Kami-sama, kenapa orang brengsek ini harus ada, sih?" gerutu Naruto.

Sasuke hanya tersenyum kecil mendengar gerutuan dari sahabat pirangnya. Ia memang begitu senang mengolok-olok sahabat pirangnya itu.


"Apa kau patah hati?" tanya Sasuke ketika ia dan Naruto sedang duduk-duduk di atap sekolah saat jam istirahat.

"Maksudmu apa?" Naruto balik bertanya. "Karena kau adalah kekasih Sakura?"

"Apa kau sakit hati denganku, Dobe?" tanya Sasuke lagi.

"Untuk apa? Lagi pula, aku senang jika kau punya kekasih. Jadi, perkiraanku selama ini yang mengira kalau kau penyuka sesama jenis itu salah," seru Naruto sambil menyunggingkan cengiran khasnya.

"Justru aku yang mengira kalau dirimu itu yang tidak normal, Dobe," balas Sasuke. "Ternyata kau bisa suka juga dengan perempuan."

Naruto agak tersinggung dengan ucapan dari sahabatnya itu. Seperti itulah Naruto dan Sasuke. Mereka sudah terbiasa dengan saling mengejek satu dan lainnya. Dulu teman-teman sekelas mereka sempat mengira kalau Naruto dan Sasuke adalah pasangan kekasih sesama jenis. Sasuke yang pendiam dan irit kata bisa mengumbar berbagai macam ejekan pada Naruto. Padahal dengan yang lainnya, Sasuke jarang berbicara banyak. Paling hanya menyahuti dengan ala kadarnya jika ada yang mengajaknya bicara. Namun dengan Naruto, Sasuke bisa mengeluarkan ekspresi yang jarang diperlihatkan. Ia bisa tertawa lepas, tersenyum, dan banyak lagi yang lainnya. Maka dari itu teman-teman mereka sempat mengira kalau mereka berdua itu berpacaran.

"Eng, Teme, aku boleh bertanya sesuatu padamu?"

"Hn,"

"Apa Kau dan Sakura-chan sudah lama berpacaran?" tanya Naruto dengan wajah seriusnya.

Sasuke malah balik bertanya. "Menurutmu?"

"Mana aku tahu, Teme, memangnya selama ini kau pernah bercerita kalau kau dan Sakura itu berpacaran?"

"Heh, dasar Dobe, untuk apa aku bercerita soal itu?" ujar Sasuke yang memancing kekesalan naruto.

"Apa aku masih kau anggap teman, Sasuke?" tanya Naruto tanpa dapat menyembunyikan rasa kekesalannya. "Jawab aku, Teme!"

"Tentu saja, Dobe. Karena kau sahabatku, makanya aku tidak menceritakannya padamu."

Naruto terkejut dengan ucapan dari Sasuke itu. "Maksudnya?"

"Alasannya akan kau temukan nanti."

Naruto mengaruk kepala pirangnya yang mendadak terasa gatal. Karena kepalanya dipenuhi rasa penasaran. "Beri tahu aku alasannya, Teme. Aku ingin mengetahuinya."

Sasuke bangkit dari duduknya. "Suatu saat nanti kau akan tau sendiri." Sasuke lalu beranjak pergi. Meninggalkan Naruto yang masih terpekur dengan ucapan darinya.

"Dasar Teme sok Misterius!" jerit Naruto kesal.


Naruto merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Sasuke darinya. Sebetulnya, Naruto menyadari jika sahabatnya itu memang agak tertutup. Pemuda tampan bermata oniks itu tidak pernah menceritakan masalah pribadinya pada dirinya. Berbanding terbalik dengan dirinya yang bisa mencurahkan segala perasaannya pada teman-temannya. Entah itu perasaan sedih, senang, bahkan Naruto memberitahukan niatnya untuk menyatakan cinta pada Sakura. Namun Sasuke langsung memprotesnya.

"Kau terlalu agresif. Kenapa tiba-tiba kau ingin menyatakan cintamu padanya?" tanya Sasuke sambil mengangkat alisnya.

"Aku suka dengan gadis itu," ujar Naruto. "Kenapa kamu memprotesnya, Teme?"

Sasuke hanya mendecak sebal. "Cih, dasar dobe. Apa kau yakin gadis itu juga akan menyukai dirimu?"

"Tentu saja."

"Ah, sungguh menggelikan." Sasuke kemudian menyeringai seperti mencemooh. "Kau ini memang dobe, apa memang terlalu polos?"

"Maksudmu apa, Teme?" tanya Naruto dengan nada tidak sukanya. "Dia gadis baik-baik."

"Heh, dengar ya, Dobe. Sakura yang kau puja-puja itu sudah punya kekasih."

"Oh, ya?" sahut Naruto tidak percaya. "Darimana kamu tau, kalau Sakura-chan sudah punya kekasih?"

"Karena aku adalah kekasihnya, Dobe!" ujar Sasuke lalu pergi begitu saja meninggalkan Naruto yang membisu setelah mendengar perkataanya.


(KONOHA CITY PARK)

Sasuke terlihat sedang menunggu seseorang di sebuah bangku taman. Ia terlihat beberapa kali melirik arlojinya yang ia kenakan di tangan kanan. Akhirnya orang yang ditunggunya itu muncul. Ia adalah Haruno Sakura.

"Gomen, Sasuke-kun, aku agak telat," ujar Sakura sambil membungkukan badan.

"Duduk," ujar Sasuke datar. Dan Sakura mengikuti perintah dari Sasuke. Duduk di sampingnya.

"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan denganku, Sasuke-kun?" tanya Sakura dengan wajah tersipu.

"Putus!"

"Eh?" Sakura kaget dengan apa yang diucapkan Sasuke. "Apa yang tadi kau ucapkan, Sasuke-kun?"

"Aku ingin kita PUTUS!" ulang Sasuke dan memberikan penekanan pada kata 'PUTUS'. Ucapan Sasuke membuat muka cantik Sakura pucat pasi. "Apa perlu aku ulang kembali?"

"Ke-kenapa? Kenapa Sasuke-kun?" tanya Sakura bergetar menahan airmatanya yang akan tumpah. "A-apa alasanmu?"

"Kenapa harus ada alasannya?"

"Ja-jadi selama ini kau menganggap a-aku apa?" tanya Sakura terisak. Airmata mulai mengalir di pipi mulusnya.

"Teman, tidak lebih!" sahut Sasuke tenang seolah tidak terjadi apa-apa antara dia dan Sakura.

-PLAK-

Sakura menampar wajah Sasuke. Pemuda rambut emo itu tetap tenang setelah mendapat tamparan keras dari mantan kekasihnya itu. Sakura akhirnya pergi meninggalkan Sasuke dengan hati yang sangat terluka. 'Maafkan aku, Haruno!' ujarnya dalam hati. Ada setitik air bening yang muncul di sudut matanya.

-TBC-

Gomen ya kalau terlalu pendek. Sebenarnya alasan Sasuke mutusin Sakura itu apa ya? Kira-kira readers sekalian punya jawabannya ngga? Jawab lewat review ya, akhir kata, Author undur diri dulu [hush… hush…. Diusir readers]…. Maaf jika masih ada kesalahan-kesalahan.. jadi readers jangan sungkan untuk menegur Author [dibully pun Author rela, hiks]