Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rated: MA
Warnings: Alternative Universe, Sexual Content, Rape, etc
Don't Like Don't Read
...
Chapter 4: Crazy World
.
.
Sepasang mata hijau teduh tampak kosong, menerawang ke depan dalam diam seolah tenggelam jauh dalam lamunan. Matahari tak lantas membangunkannya karena tirai masih tertutup rapat menghalau sinar matahari yang mencoba menembus disela-sela kain berwarna biru itu.
Sakura menggigit bibir bawah menyadari tubuhnya telanjang di balik selimut tebal. Ia melirik ke samping kanan melalui bulu matanya yang panjang, kosong. Pria itu sudah tak ada di sana setelah semalam memperkosanya secara brutal.
Pria itu menjamahnya seperti binatang, Sasuke tidak memberikannya kesempatan untuk sekedar istirahat membuat Sakura bangun dengan kondisi tubuh yang kelelahan, juga tubuhnya terasa begitu lengket akibat cairan-cairan putih menjijikan yang telah mengering.
"Kau sudah bangun?"
Suara seseorang membuat perhatiannya teralihkan. Sasuke baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan setengah basah, handuk melilit di pinggangnya menampilkan dada bidang dan perut sixpack yang sanggup membuat kaum hawa tergila-gila.
Sakura melirik sekilas, ia tidak berniat menjawab.
Matanya refleks menyipit ketika lelaki dewasa itu membuka gorden membuat sinar matahari berlomba-lomba menerobos masuk ke dalam kamar. Dan Sakura, ia masih belum sanggup menyambut terpaan sinar matahari yang begitu menyilaukan.
"Aku punya kejutan untukmu,"
Sakura terdiam saat Sasuke berjalan mendekat, mendudukkan badannya di samping Sakura kemudian membantu wanita itu untuk bangun. Ia sudah tidak peduli dengan selimut yang melorot ke bawah menampilkan buah dadanya dihadapan Sasuke.
"Aku yakin kau akan menyukainya," Sasuke membuka laci lemari kecil di sebelah ranjang untuk mengambil sebuah seragam sekolah lengkap dengan sepasang sepatu yang terlihat baru. "Lihat ini."
Sasuke menaruhnya di pangkuan Sakura membuat Sakura menatap gurunya dengan dahi mengkerut seolah berkata bahwa ia tidak mengerti.
Sasuke tersenyum lembut. "Benar, mulai besok kau boleh bersekolah kembali." katanya seraya merapikan rambut merah muda Sakura yang menghalangi wajahnya. Dalam hati Sasuke berharap, sebuah senyuman tipis tersungging di wajah Sakura walaupun itu hanya sedikit.
Mimpi.
Sejenak Sasuke terdiam. Iris kelamnya memandangi sudut bibir Sakura yang pecah. "Apakah masih sakit?" tanyanya. Sontak Sakura menghindar dan memalingkan wajah saat jemari itu mulai menyentuh sudut bibirnya.
Ah, bahkan Sakura tidak ingin disentuh olehnya. Sebegitu menjijikannya kah dirinya?
Sasuke mengepalkan tangannya disisi wajah Sakura, ia tahu akan seperti ini, tapi setidaknya Sasuke sudah berusaha memberi perhatian. Lantas Sasuke kembali menarik tangannya, ia menatap jari-jari itu, walau bagaimanapun luka itu tercipta karena dirinya.
Tanpa ragu Sasuke membawa tubuh mungil itu ke dekapannya, membiarkan kulit telanjang mereka bersentuhan tanpa ada penolakan dari Sakura membuat hatinya sedikit menghangat dan ia benar-benar bersyukur.
"Maaf," jeda sesaat. "Maafkan aku yang semalam, aku benar-benar egois." Sasuke mengecup kepala Sakura berkali-kali dengan penuh perhatian dan kelembutan. Ia menyesal dengan perbuatannya semalam, Sasuke tidak ingin kehilangan Sakura sehingga ia begitu kalap dan kembali menyakiti perempuan yang dicintainya.
Tidak ada suara setelah itu, mereka terdiam dalam kebisuan penuh makna. Sakura membiarkan Sasuke memeluknya, memainkan jemarinya di rambut Sakura tanpa membalas pelukan Sasuke sedikit pun.
Kedua tangan Sakura mengepal hingga memerah. Apa pun yang dikatakan Sasuke, apa pun yang dilakukan Sasuke, sampai mati pun ia akan tetap membenci Sasuke.
Benar-benar membencinya.
.
...
.
"Apa kau baik-baik saja?"
Ino menatap khawatir sahabat merah mudanya yang terlihat tidak sedang baik-baik saja. Setelah beberapa hari absen dengan alasan yang tidak jelas, sekarang Sakura kembali dengan kondisi yang terlihat kacau.
Ino masih ingat, dulu Sakura bilang bahwa Ino lah tempat dimana dirinya menumpahkan segala kekesalan dan penderitaan yang tengah dihadapinya. Namun sekarang Sakura bungkam, sahabatnya itu benar-benar tak mau bicara.
Ia tahu bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh Sakura pasti lah bukan masalah kecil. Meskipun Ino menghormati keputusan Sakura yang tidak ingin menceritakan masalahnya tapi tetap saja Ino merasa cemas. Setidaknya Ino ingin melakukan hal yang berguna untuk Sakura.
"Setidaknya ceritakan sedikit padaku, aku adalah sahabatmu kalau kau lupa."
Sakura tertegun. Ingin rasanya ia mencurahkan semua yang ia alami pada Ino tapi Sakura tidak bisa. Permasalahan yang Sakura hadapi bukan masalah biasa, ini menyangkut nyawa neneknya. Sakura pun hanya bisa menggeleng. "Aku baik-baik saja, Ino."
Ino menghela napas, tiba-tiba saja ia merasa sedih. Seberat itukah permasalahan yang dialami Sakura hingga wanita itu merahasiakannya. Yang Ino tahu, selama ini masalah Sakura hanyalah uang untuk mengobati nenek Chiyo tapi wanita itu tak pernah sampai merahasiakannya.
"Aku tahu kau berbohong, wajahmu terlihat berantakan bodoh."
Tak ada respon yang berarti dari Sakura, perempuan merah muda itu hanya mengangguk-angguk kepala menjawab ucapan Ino. Tangannya sibuk menorehkan pena di atas kertas tanpa melirik Ino sedikit pun.
Melihat diamnya Sakura, membuat sebuah ide terlintas dibenaknya. Ino memang tidak yakin, tapi setidaknya ia ingin membantu Sakura menyelesaikan sedikit bebannya.
"Sasuke-sensei!" teriak Ino tiba-tiba membuat Sasuke menghentikan kegiatan menulisnya.
Sebelah alis Sasuke terangkat tinggi, merasa terganggu dengan ulah gadis pirang tersebut. "Ada apa, Yamanaka?"
Ino menunjuk sosok merah muda di sampingnya. "Sakura, dia ingin ke toilet." dan pernyataan Ino sukses membuat Sakura membulatkan mata.
"Aaa..." Sasuke terlihat menimbang-nimbang permintaan Ino. Sesekali guru muda itu melirik Sakura sebelum memberi keputusan. "Baiklah."
"Ino, aku..."
Ino berdecak sebal menyela ucapan Sakura, "Pergi sana, cuci wajah berantakanmu itu!" katanya tak menggubris ucapan Sakura. Ia terus mendorong tubuh Sakura agar segera pergi dari sana tanpa bisa ditolak.
Sakura hanya bisa menghela napas pasrah, ia beranjak tanpa memandang Sasuke walaupun hanya sekilas.
"Mari kita lanjutkan, sampai dibagi—" ucapan Sasuke menggantung saat melihat Ino mengeluarkan ponsel dari sakunya setelah kepergian Sakura, lantas Ino mengetikan sesuatu di ponselnya dengan cepat.
Sebuah senyum mencurigakan tersungging di bibir tipis Ino seolah gadis pirang itu telah berhasil melakukan sesuatu.
"Maaf, aku akan segera kembali." kemudian Sasuke berjalan keluar ruangan dengan langkah terburu-buru, ia menyadari apa yang sedang terjadi dan terus menggigit kuku ibu jarinya untuk mengurangi kepanikannya.
"Sial!"
...
"Sakura-chan!"
"Sakura-chan!"
"Sakura-chan, berhenti. Aku ingin berbicara denganmu!"
Naruto sekuat tenaga mencoba mengejar punggung Sakura yang terus berlari menghindarinya. Namun Sakura tidak peduli dengan panggilan Naruto, ia tetap berlari meskipun ia tahu itu percuma karena langkah Naruto lebih cepat darinya.
Lagi pula ini adalah taman belakang sekolah yang tak terawat, Sakura selalu menggunakan jalan ini sebagai jalan pintas menuju toilet. Tidak banyak orang yang mengunjungi tempat ini terlebih saat jam pelajaran sedang berlangsung.
Dan lagi, sangat sulit berlari di atas permukaan tanah tak rata yang dipenuhi semak belukar serta akar-akar pohon yang mencuat ke atas. Berkali-kali Sakura tersandung dan hampir terjatuh. Sakura menyesal menggunakan jalan ini, ia tidak tahu bahwa Ino akan menjebaknya.
"Ada apa denganmu?" Naruto menyentuh pundak Sakura, berusaha menghentikan langkah Sakura.
Ia tidak boleh mensia-siakan kesempatan ini, Ino telah membantunya untuk bertemu dengan Sakura dan kali ini Naruto tidak akan membiarkan wanita itu pergi sebelum memberikan jawaban yang jelas.
"Aku baik-baik saja." jawab Sakura acuh seraya menepis tangan Naruto di bahunya. Saat ini yang ia inginkan adalah pergi menjauh dari Naruto sebelum mantan kekasihnya bertanya sesuatu yang akan menyudutkannya.
Sakura tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang kembali ketika Sasuke memergoki dirinya sedang bersama Naruto. Sikapnya yang ceroboh hanya akan membahayakan nenek Chiyo.
Naruto lantas tak mau kalah, ia mempercepat langkahnya menyusul Sakura, ia berdiri tepat di hadapan Sakura membuat wanita merah muda itu terpaksa berhenti dan menatapnya tajam.
"Jangan berbohong!"
"Sudah kubilang aku baik-baik saja!"
Naruto mencengkram kedua bahu Sakura erat. "Sakura-chan, kumohon katakan yang sebenarnya!" mata birunya menatap Sakura penuh harap.
"Hubungan kita berdua baik-baik saja sebelum kau tiba-tiba saja memutuskanku dan menghindar. Bukankah kita berdua sudah berjanji akan terus bersama, tapi kenapa?" suara Naruto terdengar lirih, tatapannya tak lepas dari Sakura. "Aku... Aku akan berusaha menerimanya jika kau memberikan sebuah alasan yang masuk akal!" jelasnya penuh penekanan, suaranya begitu parau, kentara sekali bahwa Naruto tengah menahan tangis. Ada gurat kesedihan di wajah pemuda tersebut membuat Sakura luluh.
Sejenak Sakura diam mematung.
Setelahnya tubuh Sakura gemetar hebat, ia tahu bukan hanya dirinya yang terluka tapi pemuda yang tengah mencengkram erat bahunya jauh lebih terluka. Sakura hampir saja menangis dan mencurahkan segala masalahnya pada Naruto jika saja ucapan Sasuke tak terngiang di telinganya.
"Jangan memaksaku!" Sakura mendorong tubuh Naruto, semakin lama ia berada di dekat pemuda itu, semakin sulit untuknya mengendalikan diri agar tak menceritakan segalanya.
Sakura berusaha keras melepaskan diri dari Naruto hingga punggungnya menabrak ranting pohon besar di belakang yang sedikit runcing.
"AKHH!"
"Sakura-chan!" Naruto terkejut. Dirinya mulai panik ketika melihat kondisi Sakura yang kesakitan seperti sekarang. Naruto mencoba membantu Sakura namun lagi-lagi tangannya ditepis kasar.
"Sebaiknya kau kembali, aku akan membawa Sakura ke ruang kesehatan."
Seseorang datang mengalihkan suasana. Mereka berdua melihat ke sumber suara, tak jauh dari tempatnya, Sasuke Uchiha berdiri dengan tenang.
Guru muda itu kemudian berjalan mendekat, berbeda dengan Naruto yang tidak terlihat terkejut. Sakura, wanita itu melebarkan mata seketika. Rasa sakit di punggungnya menghilang setelah melihat kilat kemarahan yang terpancar dari kedua bola mata Sasuke.
Jelas, Naruto tidak menyadarinya.
"Sensei, aku..."
"Aku sudah menyuruhmu untuk kembali ke kelas bukan?"
Keadaan berubah hening. Perkataan Sasuke membuat Naruto bungkam. Pemuda pirang itu hanya mematung menatap kepergian Sasuke dan Sakura. Naruto benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi. Ia merasa sangat bodoh telah menyakiti Sakura.
Ia menyesal.
Naruto tidak bisa berpikir apa-apa. Hatinya hancur, gadis yang selama ini mengisi hari-harinya dengan canda tawa kini beranjak meninggalkannya. Pikiran Naruto berkecamuk penuh penyesalan hingga tak menyadari bahwa Sasuke tidak berjalan ke arah ruang kesehatan.
.
...
.
"Aku hampir saja dibodohi oleh sahabat pirang sialanmu," Sasuke menutup pintu, ia membawa Sakura ke ruangan pribadinya. Menarik wanita itu ke dalam lalu mengambil sebuah kotak obat di atas lemari penyimpanan yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Yah... mungkin lain kali aku akan memberikan hukuman padanya." ucapnya enteng sambil mengeluarkan kapas dan alkohol dari kotak obat.
Sakura tersentak. Wanita itu sudah menegang sejak memasuki pintu ruangan pribadi Sasuke dan bertambah tegang saat perkataan lelaki itu bergema di telinganya. Hukuman untuk Ino?
Tidak mungkin.
"Buka bajumu dan berbalik." perintah Sasuke dengan nada datar.
Sakura mengangkat kedua tangan, dengan perlahan ia melepas seragamnya sesuai perintah Sasuke tanpa berkata apa-apa. Ia sudah pasrah, melawan pun percuma bukan. Setelahnya, ia berbalik memunggungi Sasuke.
"Hmm... sepertinya kita tidak memerlukan ini, lagi pula lukamu tidak terlalu dalam." Sasuke menaruh kembali kapas dan alkoholnya. Ia memperhatikan punggung Sakura sesaat sebelum kembali angkat bicara, "Mungkin kita bisa melakukan sesuatu sebelum aku kembali ke kelas."
Tangan Sasuke menyentuh punggung Sakura pelan namun reaksi tegang yang diberikan wanita merah muda itu membuat bibirnya terangkat membentuk seringai.
Pria itu merasa senang.
"Seharusnya kau sudah terbiasa dengan sentuhanku, Sakura." bibir tipisnya mendekat, menjilat dan menghisap luka di punggung Sakura membuat Sakura meringis perih.
Sakura, ia hanya diam seraya menggigit bibir bawah membiarkan Sasuke bermain-main dengan punggungnya. Pikirannya melayang pada Ino, Sakura tidak ingin Sasuke menyakiti sahabatnya.
Dulu Sasuke mengancamnya dan sekarang laki-laki biadab itu akan menyakiti Ino. Apa yang harus ia lakukan? Sakura tidak ingin Ino berakhir sepertinya dirinya yang menjadi boneka sex pemuas nafsu Sasuke.
Sementara Sakura sibuk dengan pikirannya, Sasuke telah melepas pengait bra yang dipakai Sakura hingga terjatuh di atas lantai.
Tangan Sasuke tidak tinggal diam, merambat naik ke payudara Sakura, meremas dan memilin tonjolan kecil sang wanita secara halus. Sebelah tangannya menelusup masuk ke dalam rok Sakura kemudian meraba kewanitaannya mencoba memberikan sensasi geli kepada wanita merah muda itu.
"Enghh..." Sakura menggigit bibir bawah lebih keras, kedua tangannya mengepal di atas meja berusaha menahan erangan. Dalam hati ia merutuki mulutnya karena hampir mengeluarkan suara menjijikan yang tak pernah ia inginkan.
"Sensei..."
"Hn?"
"K-Kumohon jangan menyakiti Ino, ini tidak ada hubungannya dengannya."
Sasuke tersenyum dibalik punggung Sakura, ia tahu Sakura mati-matian untuk tidak mengeluarkan sebuah desahan. "Kau menyuruhku untuk melepaskannya setelah gadis sialan itu berani membodohiku, hm?"
"Hu-Hukum aku sebagai gantinya, sensei."
Mulut Sasuke bergerak ke atas, menggigit dan menjilat telinga Sakura penuh hasrat. "Apa kau yakin?" tanyanya dengan nada sensual seraya memasukkan jari telunjuknya ke dalam kewanitaan Sakura membuat wanita itu memekik.
Sakura memejamkan mata tak menjawab.
Desahan yang tak diinginkan lolos begitu saja dari mulut Sakura ketika kini tangan Sasuke menyentuh titik sensitifnya. Tubuh Sakura membungkuk menyerah, ia sudah tidak kuat berdiri jika saja Sasuke tidak menahan tubuhnya.
Sementara sebelah tangannya bekerja di bawah sana, laki-laki itu membalikkan wajah Sakura ke arahnya. Menciumnya penuh nafsu kemudian menarik dagu Sakura agar membuka mulut, memberi jalan untuk lidah dingin Sasuke memasuki mulut Sakura dan mengajak lidahnya beradu.
Darah Sasuke kembali berdesir ketika ia mendengar suara desahan tertahan yang lolos dari tenggorokan Sakura. Sasuke ingin membawa Sakura ke dalam kenikmatan jika saja tidak ada seseorang yang berdiri di hadapan mereka berdua dengan pandangan terkejut. Seketika Sasuke menggeram kesal, ia lupa mengunci pintu lagi dan lagi.
"Kakashi-sensei!" Sakura melebarkan mata seolah melihat malaikat penyelamat hidup. Perasaan hangat menjalar hebat dihatinya membuat air mata tiba-tiba jatuh membasahi pipinya yang memerah. "Syukurlah..."
Wanita merah muda itu segera melepaskan diri dari Sasuke kemudian berlari ke arah Kakashi. Ia tidak peduli dengan pakaiannya yang berantakan, ia tidak peduli pada Kakashi yang telah melihatnya dalam keadaan memalukan, ia juga tidak peduli jika Kakashi melihat dadanya yang telanjang.
Sakura, ia hanya ingin diselamatkan.
"Kakashi-sensei selamatkan aku!" Sakura mencengkram sebelah tangan Kakashi dengan tangan bergetar, lantas ia menunjuk ke arah Sasuke dengan pandangan penuh kebencian. "Orang itu, dia telah memperkosaku, dia mengancamku dan sekarang dia akan menyakiti sahabatku! Kumohon selamatkan aku, kau harus segera mengambil rekamannya dan melaporkannya pada polisi. Cepat sensei! Sen... sei?"
Ucapan Sakura tiba-tiba terhenti kala melihat Kakashi tidak bergeming, pria dewasa berambut perak itu hanya berdiri sembari menatap Sakura dalam diam. Dan kejadian berikutnya sanggup membuat Sakura membeku karena Kakashi...
...tiba-tiba saja membungkuk kepada Sasuke.
Pegangan Sakura terlepas.
"Sasuke-sama, saya mohon maaf telah mengganggu kesenangan Anda." ujarnya seraya pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua, meninggalkan Sakura dalam kebingungan tak berujung.
EH?
'Apa yang terjadi? Kenapa Kakashi-sensei tidak melakukan apa-apa? Kenapa dia meninggalkanku? Dia wakil kepala sekolah 'kan? Lantas kenapa dia tidak menolongku?'
Suara tawa Sasuke menyadarkan wanita merah muda itu dari lamunannya, iris hijaunya melihat pria berengsek itu tengah tersenyum mengejek.
"Sakura... Sakura... Apa kau tahu?" Sasuke menggeleng-gelengkan kepala menahan tawa, ia berjalan mendekat sementara Sakura masih mematung di tempatnya berdiri. "Kakashi Hatake, dia adalah bawahanku yang paling setia."
Mata hijaunya membulat sempurna, perkataan Sasuke sukses membuat Sakura kembali terdiam membeku dengan darah yang berdesir di tempat ia berdiri. Tubuhnya terasa terpaku, jiwanya terasa hampa, secercah harapan yang sempat menguar dalam hati kecilnya sirna seketika.
"Nah sekarang mari kita pikirkan," Sasuke berdiri di hadapan Sakura, ia membungkuk mendekat lalu berbisik di telinga Sakura, "Hukuman apa yang pantas untukmu, Sa-ku-ra."
Pria itu menjauh, suara tawa darinya memenuhi ruangan. Napas Sakura terasa sesak. Hatinya sakit bagai ditusuk beribu pedang. Sasuke mengejeknya, pria itu mempermainkan dirinya tanpa belas kasih.
Satu hal yang Sakura tahu.
Ternyata, dunia ini—
Sudah gila.
.
.
To be continue
...
Aku ngetik di hp jadi rada rancu dan kurang rapi gimana ya penulisannya, nanti kuperbaiki kalo lappie udah balik. Habisnya beneran pengen update. Terima kasih sudah membaca, ada yang bisa nebak hukumnya apa? Hehe...
Special thanks to:
uchihaliaharuno, Shirazen, Undhott, t-chan, Blijajanono, Sami Haruchi 2, Lussia Archery, zarachan, Lady Bloodie, Dewazz, Jamurlumutan462, Stanlic, Me, Lucia Nanami19, sasusakulunatic, Kurogawa Daichi, Guest, Haruno Rani, Hyemi761, hanazono yuri, kagaaika uchiha, Cherry0424, BubbleChickenButt, williewillydoo, IndahP, AsahinaUchiHaruno, Kirara967, Anka-chan, novi indri, cherry, Uchiha Javaraz, Mana365, yencherry, geni uchiha, sasusakulovesarada, cherystyflorenza, laily, Hebadigri, Guest, not your busines, uchiha kara, rievenna97, Afa, Sakura Istri Sah Sasuke, dinarock35, Dian rs chan love anggi, Mustika447.