disclaimer: Durarara! © R. Narita & S. Yasuda
details: Izaya/Namie. drama. AT. drabble.
note: enjoy.


.

Schnaps

.


Dia mengikutinya. Dia mengikutinya. Dia mengikutinya.

Memang banyak kemungkinan, tapi Izaya baru saja mengetahui bahwa seorang direktur perusahaan farmasi (—dan, oh, dia juga seorang perempuan) mau menghabiskan uang dan waktunya di sebuah bar yang sedikit jauh dari pusat kota Ikebukuro.

Jam dinding bar sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Namie Yagiri masih saja menenggak Margarita. Sebelumnya Tequila, namun setelah empat gelas, bartender yang melayaninya tidak mengizinkan Namie untuk meminum Tequila lagi dan menyarankannya minum Margarita saja.

(Yang benar saja—semuanya minuman berkadar alkohol tinggi.)

Dari celah pintu bar yang sedikit, Izaya menyeringai. Darimana Namie belajar minum minuman jalang seperti itu, ia tak tahu—tapi dia tahu mengapa Namie meminumnya sampai berpuluh-puluh kali.

Seiji Yagiri dan cinta (dan mungkin patah hati).

Senyuman di bibir Izaya makin mengembang. "Oh, Namie-chan, sampai seperti inikah kau gara-gara Seiji? Aww, manis sekali," gumamnya sembari tetap menyeringai.

Waktu sudah mulai menunjukkan pukul setengah duabelas malam, dan Izaya sudah mempunyai gambaran apa yang akan terjadi selanjutnya: Namie akan tertidur karena mabuk, lalu para bartender akan kebingungan mengingat wanita itu membawa mobil dan memarkirkannya tepat di depan bar.

Yeah—dan benar saja.

Ketika sekretaris informan itu menenggak Margarita-nya yang entah ke berapa kali, mendadak matanya terpejam. Wajahnya merah, napasnya sedikit tak karuan, dan tampak kedinginan. (Hei, mungkin hanya orang gila yang tak pakai baju hangat ketika keluar tengah malam di musim gugur!)

Izaya menghela napasnya, kemudian membuka pintu. Para bartender serentak menoleh ke arahnya, dan pupil merah kecoklatan Izaya berputar.

"Haaah. Santai saja. Aku kemari hanya untuk menjemput wanita ini, kok," jelas informan tersebut tanpa diminta—dan mereka meresponnya dengan alis yang dinaikkan.

Salah satu bartender berujar padanya, "Jika dia kekasihmu, jagalah baik-baik. Kau ini mencintainya atau tidak, sih?"

"Hmm, dia mencintai orang lain tapi aku mencintainya—dan, iya, kami sepasang kekasih," dusta Izaya, sembari menggendong Namie yang tak berdaya di punggung dan memegang kunci mobil yang Izaya 'curi' dari saku rok wanita berambut coklat panjang tersebut.

Ketika dia membawa Namie pergi dan meninggalkan para bartender yang membelalakkan mata, Izaya menyeringai dan mengetikkan suatu catatan di ponselnya. Di mobil, ia tempatkan Namie yang tertidur dengan lemas di bangku penumpang belakang, sementara ia sendiri menyetir.

"Kau tahu, Namie-chan?" Izaya menutup flap ponselnya dan menyalakan mesin mobil, "Kebohonganku tadi itu antara tidak... dan iya. Haah, untung saja kau sudah terlalu mabuk."