Oke, thanks to my genius bestfriend, Fika! Thanks banget udah bikin gombalan tentang Trematodanya!
ENJOY!
.
.
Gombal! (OkaMori version)
A Hey! Say! JUMP fanfic—"Kau tahu Trematoda?" Apa Ryutaro bermaksud menyindir Keito?
All Hey! Say! JUMP's members belongs to Kami-sama, their parents, and Johnny's Jimusho
Gombal! (OkaMori version) belongs to Mochiraito
WARNING! Contains: OkaMori, Sho-ai NOT yaoi, OOCness, ABALness, GAJEness, LOCH(?)ness, EPIC FAIL plot, EPIC FAIL gombalan.
DON'T LIKE DON'T READ!
.
ENJOY!
.
.
Sebuah ruang make-up di sebuah studio pemotretan tampak sedang dipenuhi dengan berbagai aktivitas. Beberapa penata rias tampak sibuk merapikan riasan lima dari sepuluh pemuda yang ada di ruangan itu. Mulai dari mengecek kerapian baju mereka, tatanan rambut mereka, sampai seulas tipis polesan make-up di wajah mereka yang sudah tampan dari sananya. Sedangkan para pemuda yang termasuk ke dalam sebuah boyband ternama di Jepang itu menunggu dengan melakukan berbagai aktivitas berbeda.
"Ne, Yama-chan, Fujigaya-senpai titip salam untukmu," kata Yuto tanpa melepaskan tatapannya dari layar keitainya.
"Ah, sou ka..." gumam Ryosuke, mencondongkan tubuhnya untuk ikut menatap layar keitai sahabatnya.
Di sebelahnya, seorang pemuda lain tengah sibuk mengetikkan sesuatu di keitainya juga. Perhatiannya sama sekali tak teralihkan oleh suara-suara teman-temannya maupun tangan penata rambut yang sedari tadi merapikan poninya dengan telaten. Tiba-tiba saja ia terlonjak senang, "Yes! Aku akan makan siang dengan Ohno-senpai besok!"
"Waaah... Omedetou Chii!" seru Hikaru sambil bertepuk tangan dengan heboh, diikuti Yuto, Ryosuke, dan Kouta.
"Arigatou..." Yuuri tersenyum senang.
Di pojok ruangan, Daiki tampak duduk diam dengan sebuah majalah di pangkuannya. Terlihat sekali pemuda itu tidak sedang membaca satu pun huruf yang tertulis di dalamnya.
"Dai-chan, ngantuk ya?" Kei menepuk pundak pemuda bertubuh chibi itu. Sang lawan bicara hanya mengangguk pelan.
"Ryuu, mainnya sudahan dong... Aku kan mau pinjam..." rengek Yuya sambil mengguncang-guncang tubuh pemilik nama itu.
"Aduh, diam dong... Nanti malah jadi mati!" Ryutaro mengibas-ngibaskan tangan kirinya ke arah Yuya, mencoba mengusir pemuda yang lebih tua lima tahun darinya itu. Sementara tangan kanannya menjauhkan PSP miliknya dari jangkauan Yuya.
"Ryuu..." rengek Yuya lagi, malah semakin mengguncang tubuh Ryutaro, "pinjaaaaaaam..."
"Aaaaaah!" Ryutaro menatap tulisan merah yang berkedip di layar PSP miliknya dengan kesal. Kemudian ia menoleh ke arah teman segrup yang sejak tadi mengguncang tubuhnya, "Tuh kaaan! Jadi kalah!" serunya marah.
"Ah, gomen..." Yuya menggaruk belakang lehernya yang sama sekali tidak gatal.
"Sudahlah Ryuu, kau pinjamkan saja PSPnya. Toh kau sudah memainkannya sejak di mobil kan?" lerai Keito yang baru saja selesai ditata rambutnya. Mendengar itu, Ryutaro menyerahkan PSP itu pada Yuya dengan ekspresi yang sama sekali tidak ikhlas.
Pemuda bermarga Okamoto itu duduk di sebuah kursi yang menempel di salah satu dinding ruang rias itu. Ia mengambil tempat duduk tepat di samping Ryutaro yang sedang menekuk bibirnya dengan kesal. "Kau kesal?" tanya Keito.
"Sudah jelas kan?" gumam Ryutaro.
"Kalian kan bisa saling pinjam," katanya Keito.
"Tapi aku bosan!" Ryutaro melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kalau begitu lakukan sesuatu yang tidak membuatmu bosan," usul Keito.
"Misalnya?" tanya Ryutaro, menaikkan sebelah alisnya.
"Terserah padamu," Keito mengangkat kedua bahunya bersamaan, "kau yang bosan, kan?"
Ryutaro hanya bermanggut-manggut mendengar jawaban dari pemuda bermarga Okamoto itu. Ia sendiri sangat bingung. Baginya PSPnya adalah satu-satunya hal yang bisa mengusir kebosanan di saat menunggu. Sama sekali tak terpikir olehnya saat PSP itu tidak berada di tangannya saat ia sedang bosan menunggu. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikirannya.
"Keito, aku tahu hal yang tidak membosankan!" katanya dengan senyum lebar di bibirnya.
"Apa itu?" tanya Keito penasaran.
"Mengingat pelajaran biologi!" serunya, "Habisnya sebentar lagi aku akan ulangan, jadi mau tidak mau aku harus belajar kan?" tambah pemuda itu. Keito mengangguk.
"Keito, aku mau tanya dong!" Keito melirik lawan bicaranya.
"Kau tahu cacing trematoda dari phylum Platyhelminthes?"
"Ha?" Keito mencoba mengingat-ingat nama itu, "Cacing hati?" tanyanya.
"Ping pong! Tepat sekali!" Ryutaro mengangguk dengan semangat, "Tahu tidak? Aku ingin sekali jadi cacing trematoda!"
Keito menunjukkan ekspresi bingung, "Maksudmu? Kenapa kau ingin jadi cacing?"
"Karena dengan menjadi cacing trematoda atau cacing hati, aku bisa hidup di hatimu!" kata Ryutaro.
Keito tak langsung merespon kata-kata anggota termuda Hey! Say! JUMP itu. Ia tak tahu harus mengatakan apa. 'Apa maksudnya menyindirku kalau aku penyakitan?' Tapi Keito sama sekali tak mengutarakan kalimat yang sudah terlontar dalam benaknya itu.
.
.
THE END
Endingnya gaje banget ya? Hahahaha gomen... Aku bingung sih mau dibikin gimana. Hontou ni hontou ni gomen kalau gombalannya super gaje tingkat dewa! Kayanya gombalan kaya apapun sama sekali ga akan mempan buat Keito deh! Huahahahahaha
Entah kenapa waktu Fika ngomongin gombalan trematoda, aku langsung kepikir Ryutaro. Jadi akhirnya aku masukin Ryuu deh!
Review?