Previous Chap :

Tapi sayangnya tangan Sakura sudah terlebih dulu menarik ban bebek Naruto dan membuat pria itu terjungkal.

Naruto tenggelam. Tangannya bergerak liar di permukaan air, membuat banyak cipratan yang membasahi sekitarnya. Sampai akhirnya pria itu muncul ke pinggir kolam dengan nafas tersengal.

"KAU JAHAT! Aku ngga bisa renang, tau!?"

"Cepet keluar." Jawabnya acuh. "Katanya saat kenaikan kelas nanti bakalan ada dua anak baru." Lalu Sakura pun menyeringai. "Mainan baru kita..."

"Oh, oke..." Naruto mengadah, namun kali ini senyuman mesum keluar di bibirnya. "Ehh... ngomong-ngomong dari sini aku bisa melihat celana dalam pink-mu loh, Sakura-chan!"

Dukh!

"ADUH!"

.

.

Kurang lebih butuh sepuluh menit lagi untuk bel istirahat berdering. Dan itu mengartikan bahwa mereka—Naruto dan Sakura yang saat ini membolos pelajaran ketiga—masih mempunyai waktu mengobrol secara empat mata sebelum ketiga angkatan mulai membanjiri seisi kantin.

Sebenarnya Naruto malas, tapi mau bagaimana lagi kalau Sakura memaksa. Sehingga di sinilah mereka, duduk di meja yang di atasnya sudah tersedia hotdog dan milkshake pesanan si pirang.

"Oi, Sakura... ada apaan sih?" Tanya Naruto yang bertopang dagu. Sahabat karibnya sejak SD itu kini memakai kaos kebesaran yang sempat ia lepas sebelum menceburkan diri ke air. Sedangkan, boxer-nya tetap basah, menyebabkan banyak genangan air di bawah bangkunya.

"Kan tadi aku udah bilang, Naruto..." Sakura menghela nafas. "Ada anak baru pas kita kelas XI nanti."

"Apa cuma itu? Lalu sisi menariknya di mana?"

"Menarik dong." Sakura memasang wajah bosan. "Coba deh kamu pikir-pikir. Menurutmu apa di kelas X ini ada orang yang bisa kita mainin kayak dulu?"

"Hmm... ada. Tapi mereka semua nyebelin. Rata-rata pada mengadu ke guru, dan kita yang kena imbasnya." Naruto mengangkat kedua bahunya, lalu mencomot hotdog dan menggigit seperlimanya.

Sakura tersenyum senang. Ternyata mereka benar-benar mempunyai pola pikir yang sama. "Nah, benar sekali. Karena itu sekolah akan sediain kita mainan keren yang masih fresh. Anak baru itu katanya kembar cewek dan cowok."

"Iyaa, aku tau. Kau sudah bilang itu dua kali. Tapi masalahnya kenapa? Kau mau kerjain mereka, hm? Kalau mereka biasa kayak yang lain, menangis dan mengadu, dan kita kena hukum kepala sekolah lagi?"

"Ngga akan. Yah, doain aja deh." Katanya sambil nyengir. "Oh, aku tau! Biar jadi seru, bagaimana kalau kita lomba-lombaan pacaran sama mereka? Kalau kau yang menang, nanti aku kasih hadiah, tapi kalau aku yang menang, kau yang berikan aku hadiah!"

"Ah, itu mah kegampangan!" Naruto mendengus, tampaknya ia sudah menganggap basi tantangan jadul seperti itu. Dibilang sombong sih bisa saja, habis memang itulah yang pantas diremehkan untuk kedua idola sekolah seperti mereka. "Yang lain aja."

"Cih, kau takut, eh?"

Alis si pirang itu terangkat sebelah. "Takut? Menurutmu aku takut? Mana mungkin..."

"Oke. Jadi deal, ya?"

"Deal. Tapi hadiahnya harus mahal, ngga boleh murahan!"

"Iyaa."

.

.

.

TWINS ALERT!

"Twins Alert!" punya zo

Naruto by Masashi Kishimoto

[SasuHina—SasuSaku & NaruHina]

Romance, Friendship, Drama

AU, OOC, Typos, Multipair, etc.

.

.

SECOND. Anak Baru

.

.

April.

Bulan itu mengartikan sudah saatnya ajaran baru dimulai. Selain kenaikan kelas ada juga yang pindah sekolah. Entah karena alasan mengikuti orangtua ke luar daerah, drop out, atau sedang mengikuti program pertukaran pelajar. Dan di Konoha International School sendiri tahun ini pun melepaskan dan menerima beberapa murid baru.

Termasuk Sasuke dan Hinata. Uchiha kembar.

Kini Hinata sedang berdiri di depan cermin kamarnya, membenahi penampilan rambutnya dengan susah payah. Selesai mengepang kedua sisi rambut, ia terdiam sambil memandangi sang refleksi. Kedua alisnya mengerut, terutama sewaktu ia mengetahui kepangan yang kiri dan kanan beda sebelah. Ikatan yang kanan terlihat sangat erat sedangkan yang satunya agak longgar.

Dengan helaan nafas panjang Hinata melepaskan ikat rambut di kepangan yang kanan, dan menyamakan bentuknya seperti yang kiri, sehingga keduanya dibuat jadi agak longgar—karena membuat yang erat dan rapi itu tergolong susah.

Setelah selesai, Hinata melepas soft lense-nya ke dalam suatu wadah. Kemudian pandangan yang sempat buram itu kembali normal sesudah ia memasang sebuah kacamata besar.

Dan Hinata mencoba tersenyum, membagi wajah cantiknya—yang sekarang ditutupi oleh kacamata—ke cermin.

"Hinata..."

Mendadak Sasuke memanggilnya. Tanpa basa-basi ia pun menyambar tas ungu kepunyaannya dan keluar kamar, menjumpai sang kakak yang sudah siap dengan penyamarannya sendiri. Sebenarnya tidak ada yang terlalu berbeda dari Sasuke, ia hanya memakai kacamata besar dan memasukkan ujung kemejanya. Tapi itu tetaplah sebuah kemajuan.

"Ayo berangkat."

"Mm..."

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Jam 09.00 pas, di saat itulah jam pelajaran ketiga dimulai. Maka dari itu, koridor lantai tiga yang kebanyakan dihuni oleh anak kelas sebelas benar-benar sunyi, hanya ada suara samar dari para guru yang sedang memberikan penjelasan. Dan tentu saja keadaan tersebut tidak terlalu berbeda di kelas XI-A, di mana sudah ada Sakura yang dari tadi uring-uringan sendiri.

Dia terpaksa tidak membolos pelajaran hanya untuk melihat siapa anak baru yang hari ini akan diperkenalkan.

Gadis idola sekolah itu terus merengut saat mendengarkan Iruka-sensei sedang membahas geografi di papan tulis. Tapi, ia jauh lebih sebal sendiri ketika tidak mendapat sinyal bahwa pintu akan diketuk—yah, siapa tau kelasnya yang akan mendapatkan salah satu dari murid baru.

Sesekali ia menghela nafas, lalu kembali fokus ke arah pintu masuk sambil bertopang dagu.

"Sakura, kayaknya kamu lagi tegang banget. Ada apaan nih~?" Goda Ino, senyuman lebar tersungging di wajah jahilnya. "Deg-degan, yaa?"

"Diamlaah..." Gumamnya sambil mencoba merengangkan badan.

Terlihat sekali kalau si Haruno itu sedang gugup.

"Iya deh, yang lagi tungguin calon pacarnya dateng..."

Sakura berdecak lalu melirik sinis ke Ino. "Lama-lama aku nyesel udah bocorin tantanganku sama Naruto ke kamu, Ino."

"Ah? Emangnya itu rahasia, ya?" Tanpa dosa Ino bertanya, membuat Sakura melebarkan matanya. "Kupikir buat umum, makanya udah kusebarin ke yang lain—"

"A-APA!? Jadi kamu yang bocorin!?"

"Bukan aku!" Tandasnya, tapi kemudian keseriusan di wajahnya berubah menjadi sebuah mimik mengejek. "Tapi, mulutku iya..."

"AAAA! INO BODOOOH—!"

Tok tok tok.

Kemarahannya terhenti ketika mendengar suara tadi—yang sejak awal ia tunggu-tunggu. Dengan sorot mata serius ia perhatikan wali kelasnya yang segera keluar dan menutup pintu. Dan di saat itu pula cepat-cepat ia mengguncangkan kedua bahu Ino dengan seenaknya.

"Itu pasti anak barunya barusan dianterin ke kelas kita!" Seru Sakura yang kesenangan, sedangkan Ino cuma sweatdrop di tempat menanggapi perubahan sifat temannya yang drastis.

Dan setelah Iruka-sensei kembali masuk, ia tersenyum. "Baiklah. Seperti yang saya pernah umumkan, kelas kita mendapatkan anggota baru pindahan dari Oto High School."

Puluhan pasang mata langsung menoleh ke samping, tepatnya ke seseorang yang akan memasuki kelas.

"Uchiha-san, silahkan..."

Orang yang dipanggil segera mengangguk dan berjalan pelan memasuki kelas. Dan detik-detik gadis berambut biru gelap itu mulai terlihat, semuanya sedikit terpana—termasuk Sakura dan Ino.

"EH!" Mereka berdua memekik histeris. "I-Itu m-murid barunya?"

"Salam kenal, a-aku Hinata Uchiha. Mohon bantuannya..."

Sakura mencoba mengangkat wajah, memandangi seluruh penampilan Hinata. Namun, ketika ia berniat berbicara, sebuah semburan tawa terlepas dari segelnya. "HAHA! I-Ino, dia ituu—ffhfhh!"

"HAHAHA, bodoh! Jangan ketawa! Hargain orang sedikit!"

"SENDIRINYA KAMU UDAH KETAWA!"

Ino segera menghela nafas, dan menghapus setitik air bening di sudut matanya. Tapi saat ia kembali menatap Hinata, perutnya kembali melilit. "Ahaha, ya ampun! Kamu harus lihat sepanjang apa rok yang dia pakai!"

"Rambutnya, bodoh! Lihat rambutnya! Jaman sekarang masih dikepang? Emangnya anak SD!?"

"Kacamata bulatnya lebih parah! Matanya sampai ngga kelihatan begitu! WHAHAHA!"

Mendengar keributan dari arah belakang, Iruka-sensei langsung berdehem. "Kalian berdua yang ada di belakang, tolong diam sebentar."

Masih dengan kikikan yang kali ini lebih ditahan, akhirnya mereka berdua mengangguk. "Iya, Sensei..."

Setelah sesi tanya jawab dibuka, semua mata kembali terpaku di Hinata yang ada di depan. Tapi tidak untuk Sakura dan Ino. "Terus kembarannya apa kabar nih? Pasti satu muka sama adiknya!"

Bersama sebuah tawa Sakura mengiyakan. "Justru karena itu tantangan ini pasti gampang banget, jadi ingin batalin..."

"Tapi kan siapa tau kakaknya ganteng? Kembar juga bisa aja ngga identik loh. Oh, atau mungkin mereka berdua tuh tipe orang yang susah dideketin. Nothing impossible, Sakura..."

"Hm, aku ngga peduli." Tegasnya sambil mengumbar senyum kemenangan. "Yang ngga kukejar aja udah banyak yang bertekuk lutut padaku, jadi gimana dengan yang cupu? Emangnya dia bisa menolak pesonaku?"

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Di dalam kelasnya, Naruto hanya bisa bengong sambil memandang jendela, mengabaikan Kurenai-sensei yang mengajar bahasa inggris. Dan karena saking bosannya, seluruh kalimat asing yang dilontarkan sang guru bagaikan angin lewat—sama sekali tidak ia dengarkan.

Bahkan karena itu pula kelopak matanya menjadi berat.

Hari ini masih sama seperti biasa, tidak ada yang berbeda. Benar-benar membosankan.

Coba aja sekolah ditiadakan...

"Hooaammmm..."

Untuk yang ketiga kalinya Naruto menguap lebar—bahkan sampai terdengar ke satu ruangan. Guru berambut ikal itu sempat menghentikan penjelasannya untuk menghela nafas sabar, tapi kali ini ia biarkan dan kembali mengajar. Untunglah dia termasuk guru yang baik, coba saja kalau Asuma-sensei, mungkin kepalanya akan terkena sepakan penghapus papan tulis lagi seperti minggu lalu.

Tok tok tok.

Sekarang, giliran pintu kelas XI-B yang terkena ketukan. Kurenai-sensei berjalan menuju pintu dan membukanya. Merasa ada sesuatu yang perlu dibicarakan di luar, guru tersebut menoleh ke salah satu murid kepercayaannya di kelas.

"Tsuchi..."

Kin Tsuchi, atau ketua kelas yang lebih sering dipanggil Tsuchi itu langsung berdiri dari bangkunya. "Ya, Sensei?"

"Tolong jaga kelas sebentar, saya akan keluar sedikit lama."

"Baik!" Jawabnya mantap.

Setelah ruangan kelas di tinggalkan oleh guru, biasanya murid-muridnya suka langsung ribut sendiri. Namun, tentu saja hal tadi tidak berlaku apabila Kin masih berjaga. Gadis berambut hitam panjang itu hobi menegur, malah tak jarang membentak teman sekelas yang berani ribut di pengawasannya.

Tapi apa yang ditakuti teman-temannya lain sendiri bagi Naruto. Ia malah tersenyum lebar dan berdiri. Decitan bangku yang bergeser membuat semua orang melihat kepadanya—termasuk mata elang milik Kin.

SREK!

Dia buka lebar-lebar jendela kelas, sehingga menimbulkan suara keras yang berisik. Dan sebelum teman-temannya mengerti apa maksud Naruto melakukan hal tersebut, si pirang mulai mengeluarkan salah satu kakinya ke sana.

"HEI, UZUMAKI! KAMU MAU APA!?"

Sudah pasti suara galak barusan dihasilkan oleh sang ketua kelas, tapi Naruto hanya menoleh dengan wajah memelasnya.

"Aku..." Lirihnya. "Aku mau bunuh diri..."

"A-Apa—?"

Hup!

"WAAAAAA!"

Bukan cuma Kin yang langsung berteriak ketika melihat ulah Naruto, tentu saja murid yang lain juga memekik kencang—terutama perempuan. Namun hanya Kin lah yang berani meninggalkan tempat duduknya dan berlari menuju arah jendela, tempat Naruto menjatuhkan diri dari lantai tiga ini.

Ketika Kin mengeluarkan kepalanya dari jendela dan melihat ke sekitar, ternyata Naruto sudah bergelantungan di dahan pohon dan memerosotkan diri agar kakinya dapat mencapai tanah.

"UHKK! DASAR SIALAN!" Kin menggeram, walaupun ia cukup lega pria itu tidak mati.

Tapi Kurenai-sensei yang baru saja datang sambil membawa Sasuke malah terkejut saat ia melihat ketua kelasnya sedang berdiri, bukan duduk dengan rapi di bangkunya.

"Kin Tsuchi, cepat kembali ke tempat dudukmu!"

Padahal Naruto yang kabur tapi jadi dia yang dimarahi.

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Setelah bel pulang sekolah, Sakura berjalan menuju tempat administrasi yang berada di lantai dua. Kedua tangannya sibuk membenahi map hijau yang akan diserahkan kepada seseorang, sehingga bahunya lah yang dia gunakan untuk mengapit ponsel dengan telinganya—agar ia dapat terhubung ke Naruto.

"Baka, kamu di mana, eh?"

'Dari siang tadi aku udah keluar sekolah. Kenapa? Kangen ya?'

Sakura berdesis kesal. "Dasar bodoooh! Ini kan hari pertama tantangan kita!"

'Eh? Emangnya kita punya tantangan?'

"Ck! Yang dulu-duluan pacaran sama anak baru itu! Masa kamu ngga ingat!?"

Suara di ponselnya terpenuhi oleh gelak tawa. 'Oh... yang itu jadi, ya? Kupikir kau udah lupa!'

"Terserah deh..." Desahnya pasrah. Dan berhubung urusan map sudah selesai ia susun, akhirnya ia bisa menggenggam sendiri ponsel pink-nya dan memindahkan ke telinga sisi lain. "Ngomong-ngomong, kamu sempat liat muka anak baru di kelasmu, ngga? Yang cewek udah aku lihat nih."

Lima detik terlewat tanpa suara.

'OH, IYA! YANG COWOK ITU, KAN?"

Menyadari reaksi 'wah' dari Naruto, Sakura langsung penasaran. "Eh, i-iya! Emangnya kenapa?"

'GILA AJA! GANTENG BANGET! KAU BERUNTUNG BANGET DEH!'

Padahal ia telah bolos sebelum anak baru itu memasuki kelas. Jadi intinya... Naruto mengerjai Sakura. Dan tanpa curiga apa-apa, Sakura terkejut bukan main. Ternyata kata-kata Ino tadi—yang mengatakan kalau bisa aja kembarannya ganteng—ada benarnya. "Hah? Demi apa?"

'Suueer! Eh, kembarannya yang cewek gimana? Cantik juga, kan?"

Sakura tertawa dalam hati. Tapi karena lumayan kasihan sama Naruto—tentang yang kakak kembarnya ganteng, tapi adeknya sedikit 'begitu'—suatu ide berlian muncul di otaknya. "IYA! Cantik juga kok! Cantiik banget~!"

Mereka berdua sama aja.

'Hehehe... baguslah, nanti aku makin semangat kejar dia!"

Sewaktu Sakura sempat menoleh, dilihatnya Ino yang sedang melambaikan tangan dan akan menghampiri dirinya. "Oi, Naruto... sudah dulu ya, aku mau ke administrasi nih."

"Oke, jaa..."

Klik.

"SAKURAA!"

Sedetik setelah menutup ponsel, Sakura mendapatkan tabrakan kencang dari Ino sampai dirinya mundur beberapa langkah. Sakura tidak terlalu memusingkan. Cukup bawa Ino ke topik utama. "Ketemu Sasuke, ngga?"

"Ngga..." Jawabnya sambil menekuk bibirnya ke bawah.

Nah inilah permasalahannya, mereka sama sekali belum bertemu dengan si Uchiha versi cowok. Padahal setiap jam istirahat Sakura sudah menggunakan banyak pasukan untuk mencari 'mangsanya' di mana-mana. Tapi Sasuke selalu saja tidak ketemu.

"Ya udah... tungguin lagi aja di kantin, jalan pulang kan selalu lewat sana. Kalo udah ketemu, jangan lupa nelfon ya?"

"Sip." Ino mengacungkan jempolnya lalu mulai kembali berjalan menuju tangga. "Jangan lama-lama di admin!"

Sakura mengangguk dan segera berbalik untuk memasuki ruangan tersebut. Dan di Ino sendiri, saat ia sedang menuju tangga ada pria tinggi yang berjalan melewatinya. Tapi karena tidak di mode siaga, Ino sama sekali tidak menyadari bahwa pria berambut biru itu juga akan memasuki ruangan administrasi.

. . .

"Sensei, tolong tanda tanganin ini untuk OSIS..." Sakura memberikan map ke salah satu bendahara sekolah.

"Dicek dulu, ya?"

"Hm..." Ia mengangguk acuh.

Cklek.

Dari belakangnya Sakura dapat merasakan ada yang lewat. Tapi karena tidak penting, ia mengabaikan seorang siswa yang sekarang berdiri di sebelahnya—walau dipisahkan oleh jarak satu meter.

"Ah, bagaimana hari pertamamu?" Salah satu penjaga administrasi yang lain menyapanya.

"Hn, baik."

"Baguslah, kalau semoga kau senang di sini..."

"Hn."

Sakura melirikkan matanya ke samping. Kalau jujur, ia lumayan kesal dengan nada sok irit yang digunakan orang itu.

Eh, untuk apa ia memperhatikannya segala?

Sakura mendesah dalam hati, dan kembali menunggu petugas admin ini menyelesaikan pengecekan mapnya.

Di lain sisi, pria berambut raven itu menyerahkan sesuatu ke meja.

"Ini slip pembayarannya."

"Hn."

Dicatatnya kedua nama Uchiha yang tertera di sana, lalu dia balikan semuanya dengan lengkap. "Baiklah, terima kasih sudah membawa ini—eh?" Mendadak kertas itu terlepas begitu saja dari apitan jarinya. "Maaf, Uchiha-san tolong ambilkan yang tadi..."

Sasuke langsung membungkuk sesuai perintah, berniat mengambil kertas yang jatuh—melupakan kalau dulu ia pernah mengatakan 'ambil sendiri, brengsek' ke salah satu gurunya saat dia dimintatolongi hal seperti ini.

Tapi, nyatanya kertas itu berada di sebelah sepatu orang, dan hebatnya kaki itu tidak sengaja bergerak sehingga menginjak kertasnya tanpa sengaja.

"Permisi."

Kalau Hinata tau, mungkin ia akan takjub karena inilah pertama kalinya Sasuke mengucapkan 'kata' seperti barusan.

Tapi tetap saja tak ada jawaban.

Karena tidak ada anggapan dari si pemilik sepatu, akhirnya Sasuke menegakkan badannya, dan membiarkan kakinya bertindak.

Dukh.

"AAW!" Sakura menjerit saat ia merasakan adanya tendangan kecil di tumit kakinya. Sakit sih tidak, hanya saja ia kaget—seingatnya tak akan ada yang pernah berani melakukan hal seperti tadi kepadanya.

Buru-buru ia lemparkan pandangan kesal ke si pelaku, tapi Sakura malah didahului rasa terkejut ketika ia mendapati ada kacamata tebal yang bertenger di hidung siswa itu—yang mengingatkannya ke sosok Hinata.

Dia yang kini ia tatap berdecak. "Minggir sana."

"A-Apa?"

Masih dengan keterkejutan yang sudah di luar batas, akhirnya gadis itu mundur selangkah, membiarkan Sasuke mengambil kertas yang ada di lantai dan mengembalikannya ke admin.

"Terima kasih."

"Iya, Uchiha-san. Kalau ada yang perlu ditanyakan, jangan sungkan untuk bertanya pada kami."

Sakura mendelik ketika ada sebuah nama yang sempat diucapkan barusan.

"EH, YANG TADI SIAPA? UCHIHA!?"

Semua yang ada di sana langsung menoleh kepadanya. Sakura merutuk habis-habisan dirinya yang bisa berteriak sekecang itu di ruangan administrasi, dan tentu saja membuat si pemilik nama itu menoleh kepadanya—lagi.

Tak ada yang mau berbicara sampai bibir si Uchiha bergerak pelan. "Apa lihat-lihat?"

"ISH!" Desisan kasar langsung terucap begitu saja.

Tanpa rasa hormat kepada yang lain, ia ayunkan kakinya untuk berlari keluar dan segera menuju kantin.

Tidak peduli lagi sudah berapa banyak orang yang ditabraknya setelah keluar dari ruangan tadi. Yang penting pikirannya hanya terfokus untuk menemukan teman-temannya untuk bercerita. Ia terus berlari, sampai akhirnya ia memasuki kawasan kantin dan langsung disapa oleh bebauan makanan yang dijual di sana.

Bersama nafas yang terengah ia mencari kelompoknya berada. Ketemu, cepat-cepat ia bergegas ke area meja itu dan menggebraknya tanpa permisi.

"INO! TENTEN!" Jeritnya tanpa mempedulikan orang lain yang keberisikan. "AKU UDAH MELIHATNYA, AKU UDAH MELIHATNYA!"

"Siapa?"

"I-ITU!" Gagapnya. "SI ITUU!"

"Si itu siapa?" Ino meringis tidak mengerti, membiarkan Tenten yang menyadarkan kewarasan si kepala pink tersebut.

"Oke Sakura, tenangin dirimu dulu..."

Sambil memejamkan mata, ia menarik nafas, lalu ia keluarkan hembusan nafasnya bersama sebuah teriakan susulan yang lebih kecil volumenya. "Aku udah melihat Sasuke Uchiha, kembaran si Hinata!"

Perlahan senyuman penasaran Ino berkembang. "Lalu bagaimana?"

"Tampangnya sama aja kayak adiknya!" Tanpa sadar, saking emosinya Sakura mulai mengacak-acak rambutnya sendiri. "TAPI DIA LEBIH NYEBELIN!"

"Loh? Kenapa jadi kamu kayak malah berharap dia ganteng, sih?"

"Ya habisnya Naruto bilang dia begitu kok!"

Ino dan Tenten langsung sweatdrop. "Ya kali Naruto kamu percaya..."

"Eh, sekarang orangnya di mana?" Kiba yang dari tadi mendengarkan ikut nimbrung walaupun masih sibuk memakan mie soba-nya.

"Dia pasti lagi ke bawah, mungkin bentar lagi..." Gadis pink itu berdiri, lalu menjulurkan lehernya untuk mencari sosok yang lumayan dia hafal itu—tentu saja karena baginya Sasuke tuh over mencolok. Tapi mendadak ia terdiam, kemudian bersama senyuman lebar ia menjentikkan jari. "OH! Aku tau!"

Yang lainnya terheran, hanya bisa melihat apa yang mau dilakukan oleh Sakura.

"Lee!"

Teriakan Sakura langsung direspons baik oleh Lee yang sedang makan di meja lain. "Eh! Ada apa Sakura-chan Manisku~?"

Sebenarnya nada Lee sedikit menjijikkan. Tapi untuk kali ini ia abaikan. Segeralah ia mengisyaratkan agar pria bermata belo tersebut mendekat. Dan tentu saja dengan senang hati Lee menuruti dan membiarkan Sakura berbisik di telinganya.

Bisikan itu berdurasi 30 detik, entah apa yang direncanakan Sakura bersama Lee.

"BAIK!" Setelah selesai, Lee berseru. Namun, kemudian raut wajah semangatnya digantikan oleh senyum malu-malu. "Lalu, ka-kalau aku berhasil... aku bakalan dikasih apa sama Sakura-chan?"

Cup.

Ciuman singkat diterima pipi Lee.

"Ngga perlu harus berhasil. Kau mau menjalankan permintaanku saja aku seneng kok..." Ucap Sakura menggunakan nada manis—yang sudah pasti ada maunya.

Lee yang kini memasang tampang paling happy sedunia itu langsung mengerjapkan matanya kencang-kencang dan akhirnya mulai beraksi. "OKE! MANA ORANGNYA!?"

Sakura membagi senyum liciknya ke arah teman-teman semejanya ini.

"Hei, kamu suruh apa ke dia?"

"Lihat aja nanti..." Kikiknya.

Dan setelah beberapa menit menunggu, persis seperti dugaan sebelumnya, Sasuke pun melewati kantin—karena itulah rute yang harus dilalui apabila mau keluar sekolah. Lalu Sakura mulai menyikut pelan tangan Ino dan Tenten agar pandangan mereka tersita ke Lee yang sudah berjalan mendekati si Uchiha.

Sasuke yang tidak tau apa-apa sedang sibuk sendiri membaca pesan di ponselnya. Ternyata Hinata baru mengabari kalau ia menunggunya di salah satu mall yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Dan setelah balasan terkirim, tatapannya kembali lurus ke depan. Namun, ada sesuatu yang menggangu pandangannya.

Lee.

Ia yang menyandar di tiang penyangga kantin berdehem.

Sedangkan Sasuke hanya mengernyit.

'Untuk apa orang sialan ini menghalangi jalan?' Dari dalam hati Sasuke bergumam.

"Kau tau Sakura, eh?"

'Ngga.'

"Lalu apa kau suka padanya?" Tanyanya dengan mata yang sengaja dibuat melotot.

'Orangnya aja ngga tau, bagaimana bisa suka?'

"Mau mendapatkan Sakura—?" Lee merubah posisinya menjadi tegak dan siap dengan kuda-kuda menyerang. "LANGKAHI DULU MAYATKUUU!" Teriakan itu menggema ke seluruh kantin, membuat puluhan pasang mata tertuju pada Lee yang sudah mengangkat kakinya tinggi-tinggi—untuk dia sepakan ke sisi wajah Sasuke yang ada di hadapannya.

"WACHAOU!"

BRAKH!

Suara itu membuat banyak orang meringis ngilu seolah-olah mereka yang kesakitan. Bukan karena kasihan melihat Sasuke yang menjadi tempat sasaran kaki itu berlabuh—karena memang orang itu tidak kena. Ya, lebih tepatnya... salah sasaran—dan sebagai gantinya, kaki kurus Lee malah dengan kencang menabrak tiang kantin.

Sasuke yang dari tadi belum bergerak dari tempatnya tetap diam. Tapi, bagi Lee itu merupakan suatu ejekan yang telak.

"Heh... kau meremehkanku, ya!?" Ia abaikan rasa sakit yang terasa, lalu ia kepalkan tangan kuat-kuat dan berlari ke arah Sasuke.

"HEAAAH!"

Oke, kali ini semua orang bisa melihat bagaimana mudahnya Sasuke menggerakkan tubuhnya ke kiri. Dan karena gerakan Sasuke yang begitu cepat, lagi-lagi Lee tidak mendapatkan tempat sasaran, dan akhirnya...

Dia lah yang harus menabrak meja kantin sampai meja itu terbalik.

BRAKH!

PRANG!

"KYAAAA!"

"Hei! Ada apa ini!?" Mendadak Asuma-sensei muncul dan menengahi Sasuke dan Lee. Semua yang ada di kantin langsung mengurungkan niatnya untuk mendukung Sasuke yang memenangi pertarungan aneh tadi, dan menyisakan Sakura yang sedang memukul keningnya sendiri.

Biasanya kalau ada dua orang yang bertengkar, sudah pasti keduanya digiring ke ruang guru. Namun, untuk kasus ini Sasuke diperbolehkan pulang duluan sedangkan Lee akan diceramahi habis-habisan. Secara tampang Sasuke terlihat alim, karena itu dia lolos.

Sakura berdecak, apalagi ketika ia sempat melihat sebuah seringaian yang tercetak di bibir Sasuke sebelum pria itu benar-benar keluar sekolah.

"Damn."

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Suara campuran dari backsound masing-masing mesin mainan memenuhi sebuah game center di dalam mall. Karena ini sudah jamnya pulang sekolah, tak heran di dalam ruangan kedap suara itu telah dipenuhi oleh berbagai macam kalangan manusia, termasuk Naruto Uzumaki yang sudah membolos sejak siang tadi. Suara game balapan yang tengah dimainkannya berderu kencang, menambah ambisi untuk memenangkan game tersebut.

"Tsch, ayolaah..." Gumamnya sambil meringis sebal. Kemudi serta gas sudah ia mainkan sepiawai mungkin, tapi tampaknya dewi fortuna tidak membelanya, karena dengan cepat tulisan game over langsung tertera di layar dan mengakibatkan Naruto mengerang pasrah.

"Sialan, kok bisa kalah sih...?"

Tanpa memperdulikan antrian yang memanjang, Naruto mengambil kartu dan menggesekkan lagi kartu game-nya, tapi mesin itu tidak mau berkerja.

"Aaaah, saldonya habis!"

Sebenarnya sih Naruto ingin beli saldo, tapi berhubung ia sudah menopoli permainan milik umum ini selama tiga jam, lebih baik ia berdiri dan keluar dari sana sekaligus meregangkan badannya.

Sambil mendengungkan sebuah lagu ia berjalan menelusuri jalanan mall di lantai dua, dan karena kebetulan menemukan toko McDonald, ia pun ke sana untuk membeli soda.

Setelah menerima soda dan uang kembalian, ia selipkan semua kertas secara asal-asalan ke saku. Tapi, sewaktu ia mengedarkan pandangan, secara tidak sengaja ia terpaku ke sebuah sosok di ujung sana. Dilihatnya seorang gadis berambut biru tua itu sedang mendongak, menatap sebuah boneka yang terpajang di kaca etalase.

Sebenarnya sih biasa saja, gadis itu tidak cantik—secara ia memakai gaya rambut jadul dan juga sebuah kacamata besar. Tapi berhubung pakaian seragamnya menjelaskan kalau dia bersekolah juga di Konoha Internasional School, tidak ada salahnya untuk tebar pesona, kan? Yah, sekedar menambah penggemar.

Sambil tersenyum di sesapan sodanya, Naruto mencoba mendekati Hinata. Kekehan pelan mulai keluar ketika ia menyadari betapa lucunya cara gadis itu memandang pajangan toko tersebut. Bila dilihat dari samping, jarak antara kaca pajangan dan dagunya mungkin hanya berjarak lima senti.

Merasa ada ketertarikan, dengan senyum menggoda ia dekatkan dirinya ke arah perempuan berseragam sekolah itu. "Hai."

Yang dipanggil hanya menoleh sedetik, lalu mengembalikan pandangannya ke atas. Hinata tidak menunjukan ekspresi apa-apa ketika melihat sosok tampan itu di sampingnya.

Yah, Naruto diabaikan.

"Ada yang bisa kubantu?"

Kali ini ia menoleh lagi, tapi lebih lama. "N-Ng... ngga."

"Kau lagi lihat apa?"

"Itu lucu..." Jawabnya sambil menunjuk sebuah boneka rubah berwarna kuning.

Naruto tersenyum, senyum yang selalu ia gunakan untuk mengaet perempuan. "Mau kubeliin?"

Mata Hinata yang kini ditatapnya langsung mengerjap pelan. "Eh? Ngga perlu..."

"Ngga apa, aku ikhlas kokk."

Oke, pertanyaan Naruto yang semakin mendesak itu membuat Hinata mundur satu langkah—sekedar menjaga jarak. "Kata Niisan aku ngga boleh menerima barang dari orang asing. Jadi... se-selamat tinggal."

Melihat si indigo pergi, Naruto mengernyit. "Eh, tapi kan niatku baik...!"

Kelihatan sekali kalau Hinata menghindari Naruto. Tapi, justru karena Naruto mengira Hinata sok jual mahal kepadanya, cepat-cepat ia mengikuti Hinata yang sudah berjalan menelusuri lantai dua mall ini.

"Oi, aku bukan orang jahat! Sumpah!"

Merasa diikuti, Hinata semakin ketakutan dan mulai berlari. "A-Aku kan bilang ngga mau! Lagian kenapa k-kau mengikutiku!?"

"Makanya tunggu sebentar!"

"Ngga—!"

Nyut.

"UWAH!" Hinata tersentak saat kaki kanannya terasa nyeri.

Sepertinya ia sedikit terkilir. Dia hentikan langkahnya sebentar lalu segera berpegangan menuju pagar pembatas lantai dua, sehingga ia dapat beristirahat sekaligus melihat orang-orang yang berlalu lalang di lantai dasar.

Hinata menoleh ke belakang dengan tubuh bergetar. Walaupun terhalang oleh kacamata besarnya, Naruto yakin bahwa gadis itu ketakutan.

"Denger, aku ngga akan ngikutin kalau kamu sendiri ngga lari kebirit-birit kayak tadi!" Jelasnya lagi sembari maju selangkah.

"Jangan mendekat!"

Sambil meringis Naruto kembali memberhentikan langkahnya.

Kenapa dia dianggap segitunya sih? Apa dia punya wajah pemerkosa?

Naruto pun menyerah PDKT dengan gadis aneh ini.

Ia mengangkat kedua tangannya. Helaan nafasnya terdengar. "Oke, maaf. Silahkan lewat..."

Merasa gerakan si pirang sudah tidak ada. Hinata memberanikan diri untuk mengambil langkah ke depan, berniat menerobos Naruto yang menutupi sedikit jalannya. Tapi, otak iseng Naruto ternyata masih menyala. Sekedar mengerjai, sewaktu gadis berambut biru itu akan melewatinya, segeralah ia peluk kepala Hinata dari belakang dengan senyuman lebar.

"NGGA AKAN KUBIARKAN LOLOS! HAHA~!"

Kedua mata Hinata membulat sewaktu ia merasakan ada kedua tangan yang mendekapnya.

Apa? Itu berarti... sekarang dia sedang berada di pelukan pria asing dong?

"HYAAAAA!"

Dukh!

Dengan muka memerah, secara spontan ia mendorong dada bidang Naruto agar menjauh.

"Eh?"

Set—

Naruto berhasil menahan tubuhnya agar tidak terjungkal ke belakang, tapi naasnya ada yang tidak selamat. Akibat dorongan Hinata tadi, refleks Naruto melempar segelas plastik soda yang masih berisi setengah itu. Dan lebih hebatnya lagi, jatuhnya bukan di tempat mereka pijak sekarang, melainkan terbang ke lantai satu.

PREK!

Dari bunyinya, mereka berdua tau kalau soda itu tidak menjatuhi lantai. Namun lebih ke arah... menghantam 'sesuatu'.

Di saat itulah sebuah sapphire dan lavender di balik kacamata saling memandang.

"SHIT!"

Dari balik tiang penyangga lantai dua, kepala Naruto dan Hinata muncul secara bersamaan, berniat melihat apa yang dijatuhi oleh si soda.

"APA-APAAN INI!?" Geram pria dewasa berotot besar di sana. Lalu dengan wajah memerah karena emosi, ia mengadah dan mengacungkan telunjuknya pas ke wajah tan Naruto. "KAU! PASTI KAU YANG MELEMPAR MINUMAN DARI ATAS!"

Oke, sekarang di bawah sana sudah ada orang yang mengumpat dan merutukinya dengan berbagai macam hinaan. Tidak heran, kepala dan kaus bagian atasnya basah oleh cairan soda, sementara gelas plastiknya terkapar di lantai sebelah kaki orang itu.

Cepat-cepat Naruto menggeleng sambil mengibaskan kedua tangannya. "Bu-Bukan aku! Tapi orang ini yang—" Kalimatnya terputus ketika sang gadis yang merupakan tersangka utama tak lagi ada di sebelahnya. "Eh?"

Dia abaikan teriakan pria di bawah dan mengedarkan pandangan ke sekitar—mencari Hinata. Lalu ketika matanya menemukan Hinata yang sedang nyempil di salah satu kerumunan masa yang mengitarinya, Hinata segera memberikan tatapan memelas. "Ma-Maaf, aku sudah dijemput Niisan. Sa-Sampai jumpa..."

Dan gadis itu pun hilang begitu saja.

"EEEEEEEHHHHHH! WOI, TU-TUNGGU—!"

"BRENGSEK KAU, BOCAH!" Teriakan dari bawah yang menyela kalimatnya semakin membuat bulu kuduk Naruto merinding.

"A-Aduhh!"

"KAU HARUS MEMBAYAR INI SEMUA!"

Menyadari dirinya sedang di posisi terjepit, Naruto menjambak rambutnya sendiri. Ia sudah sering mendapat ancaman, tawuran atau apapun yang lebih menantang ardenalin. Tapi baru kali ini dia dipermalukan di depan umum sampai segininya.

Sekarang ia ingin lari, namun apa daya kalau semua orang di dalam mall—dimulai dari lantai satu dan dua ini sedang melihat ke arahnya. Ya, dan jumlahnya tidak sedikit. Dan ini semua gara-gara...

"DASAR CEWEK SIALAN! LIHAT AJA NANTI KALAU KETEMU!"

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

Author's Note :

Um... hai, apakabar? *pembukaan gak penting* Oke, pasti banyak readers yang mau ngeliat aku nanggepin apa untuk segepok reviewan kalian untukku. Pertama, TERIMA KASIH BANYAK untuk para reviewers—yang ngedukung ataupun sebaliknya.

Kedua, aku mau jelasin kenapa kolom karakter di sini harus Sasuke U. & Hinata H. Jawabannya cuma satu, mereka "TOKOH UTAMA" fict ini, ngga ada yang lain. Jadi, end pairing fict ini adalah SasuSaku dan NaruHina. Maaf untuk para SHL yang ngira ini fict berending pair SasuHina :(

Dan... aku ngga mau masukin ini ke archive SasuSaku ataupun NaruHina. Kenapa? Karena porsi romance SasuSaku dan NaruHina kubuat pas. Ngga ada yang kutonjolin lebih.

Ketiga, maaf ya bagi yang 4 reviewnya kuapus. Flame kamu ngga buat aku sebel, ketawa ataupun marah kok, tapi itu cukup buat aku ngela nafas panjaaaaaang banget terus pundung dan curhat ke grup diary fb #ngik.

Yang terakhir, kuucapin makasih banyak untuk para senior, my-super-seme & my-super-anak (bah), anak-anak DNA dan reviewers yang udah ngedukung aku. Terharu banget ngebaca dukungan kalian :')

Hmm... kayaknya chap ini masih terlalu didominasi NaruSaku-SasuHina, ya? Chap besok porsi SasuSaku-NaruHina bakalan aku banyakin deh~! Maaf bacotannya panjang (/_\)

.

.

Thankyou for Read & Review!

Special Thanks to :

Karinhyuuga, Dee, Ice cream blueberry, uchihablozzom. yahoo. com, RK-hime gak login, Blue Darkfish'sky, Andromeda no Rei, chu, Flamee 'Cry, Inolana WillowShimmer, suka snsd, nohiru hikari, uchiharuno phorepeerr, Ritard. S. Quint, Endless Fear, Doku-chan, Chikan, Fita sasuhina lovers, Dae Uchiha, Master-OZ, Yamanaka Emo, elmoelmo, Mai Zuko, Fujisaki Fuun, chunkybar, noname, n, UQ, Rika Chikanatsu, Y. C, Crimson Fruit, Darkflash Light males log-in, ChivRuz, Yukina Scarlet, Lucine Fiorenza, fuyu-yuki-shiro gk login, Aoyama Return, no name, hableh, Andra namikaze, raya diu.

.

.

Pojok Bales Review :

Sasuke kasar, ya? Iya, aku ga bisa buat sifat Sasuke jadi lembut sih. Aku cuma suka Hinata doang. Wah, kalo aku hampir suka semuanya :D Apa nanti SasuHina bakal dikerjain sama NaruSaku? Iya, tapi bisa aja kebalikannya, kan? :p SasuSaku-nya banyakin. Oke. Sasuke sister-complex ya? Bukan, dia cuma family-complex :)) Tadi ada beberapa typo. Semoga chap ini lebih bersih. NaruSaku dan SasuHina tuh sahabat masa kecil, ya? Ngga. Yang sahabat masa kecil cuma Naruto sama Sakura. Pembukaannya udah lucu. Terima kasihh. Kenapa masukin SasuSaku di sini? Zoro-san mau ngajak berantem, ya? NaruHina aja kalian bisa diterima, kenapa SasuSaku ngga? Lagian kalau kalian ngga suka, gampangnya sih tinggal klik tombol back :) Pengennya Sasuke ngejar Sakura mati-matian. Wah, kayaknya di sini malah kebalikannya. Neji dikemanain? Kalo ada Neji, mana tahan aku ngga ngebuat dia incest-an sama Hinata. Kalo Naruto jadi mesum, rasanya gak cocok untuk NaruHina. Aa, Naruto ngga mesum, dia cuma genit #samaaja. Maaf kalo ngga sukaa :D Di chap 1 seharusnya "farewell baby". Sebenernya sih "vaarwell baby" itu bahasa Belanda. Iseng ajaa hehe :D Aku seneng zo buat OTP fav-ku! OTP tuh apaan, ya? Kalo kesukaanku sih NaruHina sama SasuHina~! #gakditanya. Sasuke jangan jadi kutubuku. Hm, mungkin jadinya lebih ke pendiem aja ;Dd Zo mau bikin pair-war, ya? Jujur aja, komentar ini bikin aku tersinggung. Apa di sini ada pair yang dirugikan—atau kukenain bashing—ampe dibilang kayak gitu? Kalo iya, silahkan ngasih komentar yang jelas siapa yang dirugiin :) Naruto seksi bangeet! Aaa itu pacarku! Lucu nih ngebayangin Sasuke jadi culun. Haha, pengennya sih gitu, tapi aku ngga tega. Jadinya cuma dikasih kacamata :D Menurutku kalo udah nulis kayak gini, ini udah masuk ke zona bahaya loh. Eh, udah zona bahaya, ya? Padahal padahal cita-citaku masukin keenam pairing big4 ke satu fict :D Review-ku diapus, ya? Takut review-ku diliat orang-orang? Iya sih, aku ngapus 4 review, tapi itu bukan berarti aku takut. Cuma ngehindarin kotak review jadi forum debat aja :)

.

.

Next Chap :

"Nah, tuh dia orangnya... coba sapa dulu."

"Kau pikir aku ngga dendam karena kejadian kemarin, hah?"

"Astaga! Simpan rekaman ini dan laporkan ke Tsunade-sensei! Ada kasus pelecehan!"

"AAAAAAH! KENAPA KAMU NYEBELIN BANGET SIH! SUDAH BAGUS AKU SUDI AJAK KAMU BICARA!"

.

.

Review kalian adalah semangatku :')

Mind to Review?

.

.

THANKYOU