Akhirnya sampai juga chapter yang ketiga,fiuh....
Oke langsung saja baca ceritanya :)
Title : Malaikat Jatuh
Disclaimer : Tetep C. :(
Lucy POV
" Peter, Susan, kalian di mana?" Teriakku sambil menelusuri hutan.
"Kami di sini Lu...!" Teriak Susan. Aku segera melangkah mendekati suara. Aku melihat Peter dan Susan memandangku kosong tanpa ekspresi. Peter lalu mencengkram tanganku kuat. "Apa yang kau pikirkan? Berbahaya menangani orang tadi sendirian!"
"Maaf, maafkan aku, aku hanya tidak ingin kalian terluka. Ini semua adalah salahku!" Peter melepaskan cengkramannya, lalu memelukku lembut. Air mataku bergulir lembut di pipiku. Susan juga ikut memelukku.
"Sebenarnya apa yang terjadi Lu, dan siapa orang itu?" Tanya Susan hati-hati. Aku melepas pelukan mereka lalu menceritakan awal pertemuanku dengan Edmund. Peter dan Susan terdiam dan serius mendengarkan tanpa menyela. Setelah selesai menceritakan semuanya, Peter menghela napas panjang.
"Kita memang harus keluar dari Narnia, berbahaya bila Edmund dan pengawal Miraz menemukan kita." Tegas Peter sambil melirik Susan sedih.
"Tapi mengapa mereka harus membunuh kita? Kita tidak membuat kesalahan?" Gerutu Susan kecil.
Aku juga tidak mengerti mengapa Miraz ingin membunuhku dan kedua kakakku. Kami tidak tahu apa-apa tentang Narnia. "Mungkin aku bisa membantu..." Sahut seseorang membuat kami semua kaget. Kami melihat lelaki tua berjanggut panjang membawa kantung yang besar di punggungnya.
"Siapa anda? Apa anda mendengar pembicaraan kami?" Aku bertanya responsif.
"Kurang lebih, perkenalkan...aku Douglas, kalian bisa memanggilku Bapak Natal." Kami semua mengangguk dan berjabat tangan memperkenalkan diri.
"Aku di sini ingin menjelaskan sesuatu pada kalian. Ini dimulai saat Aslan –Sang Singa Agung- pembuat Narnia pergi dari Narnia karena terusir oleh kehadiran Jadis dan suaminya, Miraz. Aslan membuat ramalan, "Ketika satu anak adam dan dua anak hawa masuk ke dalam Narnia, mereka berdua dan kerajaan mereka akan runtuh tergantung nasib yang menentukan". Itu sebabnya kalian di utus kemari untuk menyelamatkan Narnia. Tetapi semua bergantung pada perjuangan kalian nantinya. Ini dibuktikan saat Lucy masuk pertama kali ke dalam Narnia. Kerajaan Jadis runtuh karena pemberontakan Drawft."
"Tapi kami hanya manusia biasa..." Sangkal Susan, memang diantara kami berdua, Susanlah yang paling masuk akal.
"Kalian bisa berbuat lebih banyak dari kami, itulah mengapa Aslan mempercayakan Narnia pada kalian. Percayalah pada diri kalian sendiri." Bapak Natal mengeluarkan sebuah pedang, panah, dan sebuah botol yang terdapat cairan merah di dalamnya. "Pedang ini untukmu Peter, jagalah keluargamu menggunakan pedang ini."
Peter mengangguk dan berterima kasih. "Panah ini untukmu Susan, panah yang selalu tepat sasaran bila kau percaya padanya." Susan tersenyum dan memeluk Bapak Natal. " Dan yang terakhir adalah Lucy. Ini adalah Cordial, bunga api dari Timur. Bisa menyembuhkan segala luka dan penyakit. Kau penyembuh untuk saudara-saudaramu." Aku mengangguk ragu dan berterima kasih.
"Aku harus pergi sekarang, aku berharap kalian semua berhasil." Bapak natal tersenyum ramah pada kami lalu pergi membawa kantung besarnya. Saat kami berbalik melihatnya lagi, dia hilang entah kemana.
"Jadi apa rencana kita? Apa kita bisa melewati ramalan ini?" Tanya Susan khawartir.
"Sebaiknya kita mencari tempat sembunyi untuk istirahat. Aku lelah berjalan tanpa tujuan." Saran Peter, yang disetujui aku dan Susan. Setelah berjalan beberapa menit, kami menemukan sebuah gua, tempat yang aman untuk bersembunyi. Walau kami harus melewati tebing curam terlebih dahulu, tapi aku senang bersama dengan mereka. Di samping gua terdapat sungai dangkal yang jernih. Peter menangkap ikan untuk kami makan malam harinya. Kami bercanda dan tertawa, seorang tidak ada beban yang sekarang kami tanggung. Aku tahu Peter dan Susan berusaha agar aku menjadi ceria dan melupakan Edmund. Tapi di dalam hati, aku selalu berdoa semoga kami tidak tertangkap olehnya.
Keesokan harinya kami semua bangun pagi-pagi dan bersiap untuk memulai perjalanan. Peter memutuskan untuk mencari portal tempat aku pertama kali datang ke Narnia, lemari Panti Asuhan. Itulah satu-satunya cara agar kami bisa kembali ke Inggris. Awalnya aku menolak usulannya, karena ramalan yang dibuat adalah kami harus melawan Miraz dan pasukannya. Tapi Susan dan Peter pesimis dengan hal itu.
"Bukan kami tidak ingin menyelamatkan Narnia, tapi kita hanya manusia biasa Lucy, mungkin satu anak adam dan dua anak hawa bukanlah kita..." Susan memberikan teorinya.
"Ya, lagipula kita tidak terlatih untuk perang, aku tidak mau kau dan Susan terluka." Tambah Peter setuju.
Aku hanya bisa diam dan mulai mempercayai pendapat mereka. Mungkin mereka benar, mungkin Aslan membuat kesalahan dengan mengirim kami.
"Ayo kita berangkat, lebih cepat lebih baik untuk kita." Peter memeriksa tas-nya. "Tuhan, aku meninggalkan senterku, aku akan kembali ke gua, kalian tunggulah di sini." Peter berlari turun kebawah dengan hati-hati lalu tidak terlihat. Susan hanya memutar bola matanya.
"Di saat seperti ini dia melupakan senternya, dasar bodoh.." Maki Susan pelan. Aku tersenyum kecil mendengar gerutuan Susan. Sifat mereka memang tidak bisa berubah. Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah bawah, suara Peter bergema dari bawah. "Susan,Lucy,cepat pergi dari sini!" diikuti suara lolongan serigala.
"Peter! Ada apa denganmu?" Teriak Susan tidak ada jawaban.
"Peter!" Aku mencoba turun dari tebing diikuti Susan. Saat kami tiba di mulut gua, Peter tidak terlihat. Yang terlihat hanyalah pedangnya yang berlumuran darah serta sobekan bajunya. Aku syok melihat genangan darah dimana-mana.
"Peter..." Guman Susan lemah diiringi air mata.
Aku menggelengkan kepala, tidak percaya, Peter...tidak mungkin Peter telah pergi, ini tidak mungkin!
"Tidak...ini tidak mungkin, katakan Peter masih hidup..." Aku berlari dan memeluk pedang Peter, meraung dan menangis histeris. Susan memelukku dan mencoba menenangkanku.
"Susan...katakan ini hanya mimpi! Tidak mungkin Peter pergi...ini tidak mungkin!"
"Lucy...tabahlah, aku juga tidak percaya, tapi kita harus pergi. Ini adalah pengorbanan Peter untuk kita, kita harus tetap hidup." Aku menggeleng lemah, Susan memaksa menarikku dari dalam gua. "Ayo kita pergi sebelum serigala-serigala itu mengejar kita." Kami berdua berlari dalam keadaan bingung dan lelah. Aku mencoba tetap fokus namun pikiranku terus melayang, menangis sedih mengingat Peter. Seandainya aku saja yang mati, akan lebih baik bagi Peter dan Susan, aku tidak keberatan jika aku di serang serigala bila itu menyelamatkan nyawa kakakku.. Aku tahu diri, aku hanyalah seorang anak panti asuhan yang mendapat kebahagiaan dari mereka. Ayah dan Ibu pasti kecewa dengan kematian Peter.
Edmund POV
Aku menyeringai senang melihat maugrim membawa seorang pemuda berambut pirang dalam keadaan lemah dan terluka. Pemuda itu menatapku penuh dengan kebencian.
"Kau...apa yang akan kau lakukan padaku?" Teriak Pemuda itu marah
Aku mendesah ringan, tersenyum tipis menanggapi pertanyaannya. "Kalian adalah penghalangku, maka inilah akibatnya menjadi penghalangku."
"Apa..apa maksudmu?"
Aku melirik marah padanya lalu mencengkram kemejanya. "Gara-gara kalian Lucy pergi dariku. Dia lebih memilih kalian dibandingkan aku!" Geramku marah.
Pemuda itu tersenyum sinis menatapku menantang. "Kau pikir dia akan memilihmu? Jangan konyol! Dia mencintai aku, mencintai keluargaku!" Aku segera menampar pemuda itu, membuatnya jatuh tersungkur ke tanah.
"Mungkin kau benar..."sambil menarik pedangku. "Tapi aku tidak perduli dia mencintai siapa karena aku tahu aku mencintainya." Aku mengacungkan pedangku tepat di dada laki-laki itu, "Selamat tinggal kakak tersayang." Sahutku dingin sambil menusuk dadanya kuat-kuat, darah mulai keluar membanjiri menjerit kesakitan sebelum akhirnya diam tak bergerak. Aku menarik pedangku dan melihat para maugrim berjalan agak jauh dariku. Sepertiya mereka ketakutan melihat aku membunuh pemuda tersebut.
"Sekarang pergilah, bila aku membutuhkan kalian, aku akan memanggil..." Ucapku tenang.
"Ya, yang mulia, kami akan pergi..." Seketika itu juga para maugrim menghilang dari hadapanku sambil membawa mayat pemuda pirang tersebut. Aku tersenyum penuh kepuasan, satu orang pengganggu telah tersingkir, tinggal beberapa langkah lagi aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan.
Aku mengambil perkamen yang ada di dalam tas-ku dan menulis surat, mengikatnya di kaki burung-pengantar-surat dan menunggu balasan dari ayahku tersayang.
Yah..itu benar, Peter mati di sini. Jadi apakah Lucy bisa menyelamatkan diri dari Edmund?
Please review