Aloha ^^, hehe, maaf baru update #digeplak+dibuangkelaut
Maklumin ya, author masih anak sekolahan, mana bentar lagi UN, jadi lg sibuk"nya, ^^v
Dan untuk balasan review, pengen banget bales, cuman gak ngerti gimana balesnya kalo kalian gak login #gaptek
Ada yang bersedia ngasih tau gmn caranya? saia akan sangat berterima kasih
Oh ya, soal pertarungan ayah dan anak, jujur aja sih awalnya kesalahpahaman, tadinya saia mau bikin Scorpius vs Albus :D dan Harry hanya sekedar lewat, tapi berhubung kesalahpahaman ini memberikan ide segar, jadi saia ubah Harry vs Albus, hehe
Di chapter depan akan dibahas mengapa Albus bisa berubah
Eh, terus untuk pertarungannya di chapter depan juga, bukan chapter ini
Title : Beautiful Mistake
:
:
Disclaimer : JK Rowling
:
:
If you don't like don't read
:
:
Seorang gadis cantik berambut merah-lurus terbelalak dengan apa yang ada dihadapannya. Pacarnya kini sedang menciumnya di tengah gang sempit Hogsmeade. Lily sendiri tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Hari ini mereka menjalani aktivitas seperti biasa dan juga berkencan seperti biasa. Memang bukan hal yang aneh Blizh menciumnya. Ayolah! Mereka sudah cukup dewasa untuk mengenal hal seperti ini. Namun yang mengejutkan Lily bahwa selama ini Blizh tidak pernah menciumnya. Mungkin kalian berfikir ini aneh, tapi Blizh memang lelaki yang mempunyai prinsip yang kuat. Sejak Blizh mengaku pada Lily –pada tahun kelima Lily- bahwa ia mencintainya, dirinya berjanji akan selalu melindungi Lily dan tak akan pernah menyentuhnya sampai Lily berumur delapan belas tahun. Sebagian lelaki menganggap bahwa Blizh kuno dan munafik, tapi Lily tak berfikir seperti itu. Ia mengerti bahwa Blizh mencintainya. Sebenarnya Lily-pun sudah jatuh cinta pada Blizh saat pandangan pertama. Ia sendiri tidak pernah tertarik untuk berkencan dengan siapapun –terima kasih pada James, Fred, dan Albus-.
Namun yang ada dihadapannya berbeda, Blizh menciumnya dan menyentuhnya! Entah Lily harus merasa senang atau sedih, tidak Lily pungkiri dirinya ingin sekali merasakan bibir Blizh yang menawan. Tapi dalam hatinya ada sesuatu yang salah, seperti sebuah batu mengganjal, membuat paru-parunya sesak. Dengan sekali sentakan, tangan Lily mendorong dada bidang Blizh. Bisa Lily lihat kilatan keterkejutan datang dari iris cokelat Blizh.
"Lily..." Gumam Blizh pelan.
"Blizh, a-aku tak me-ngerti-.." Suara Lily terbata-bata, "Jujur a-aku me-mang ingin seperti i-ni, ta-tapi aku merasa kau ter-paksa." Dengan susah payah dirinya mengucapkan isi hatinya.
Blizh menghela napas panjang, kepalanya menggeleng pelan kemudian tertunduk dalam. "Maaf, tidak semestinya aku menciummu. Kau ternyata menyadarinya."
Sejenak Lily tertegun, " Jadi kau tidak-.."
"Bukan!" Potong Blizh tegas. "Aku memang ingin sekali menyentuh dan menciummu, Lily. Kuakui itu."
Kata-kata Blizh tentu saja membuat anak bungsu keluarga Potter itu merona.
"Aku-..." Kedua tangan Blizh memegang bahu Lily, menariknya kedalam pelukannya. "Maaf Lily, tapi kau harus bersamaku sampai besok."
"Eh? Apa maksudmu? Kita harus segera kembali bukan?" Tanya Lily polos.
Tangan kanan Blizh mulai menarik tongkatnya perlahan, kemudian menarik Lily dari pelukannya. "Maafkan aku, kau memang tidak bisa kembali ke Hogwarts sekarang."
"Perfecto Totalus!"
Seketika itu juga tubuh Blizh terikat sempurna kemudian terjatuh tepat dihadapan Lily.
"Lily! Kau tidak apa-apa?" Sesosok lelaki jangkung berambut merah seperti dirinya mendekat, mencoba memastikan keadaannya.
"Apa yang terjadi? Mengapa kau melakukan ini!" Jerit Lily marah lalu mengambil tongkat sihirnya, berniat untuk mengembalikan Blizh seperti semula. Namun niat Lily dicegah oleh Hugo.
"Dengar, jangan lepaskan manteraku sekarang. Kumohon dengarkan alasanku!" Pinta Hugo sambil menarik Lily meninggalkan Blizh yang masih terkapar.
Mata Lily melotot marah namun tetap mengikuti sepupunya. Ketika Hugo merasa jarak mereka jauh dari Blizh ia menghentikan langkahnya.
"Jelaskan mengapa kau menyerang Blizh?" Tuntut Lily geram.
Bukan menjawab pertanyaan Lily, Hugo mengacak-acak rambutnya frustasi. "Kau tidak akan percaya dengan apa yang akan kukatakan."
"Jangan bercanda Hugo! Kau tiba-tiba datang lalu menyerang Blizh. Dan sekarang kau bilang aku tidak akan percaya apa yang akan kau katakan?" Lily mendecih pelan, "Kau pasti sudah gila."
Hugo tidak menanggapi sindiran Lily, ekspresinya malah terlihat kalut.
"Lils, aku tidak bercanda saat ini. Hogwarts telah diserang!"
Oke, apa pendengaran Lily masih berfungsi normal?
"Apa kau bilang?!" Teriak Lily histeris.
"Ssstt, pelankan suaramu. Aku sudah mengirimkan Patronus pada ayahku beberapa menit yang lalu, namun sampai sekarang tidak ada sekarang kita harus segera pergi dari sini sebelum Alicia kemari!"
"Alicia? Memang ada apa dengannya?"
Sebelum Hugo menjawab, sebuah suara perempuan menginterupsi pembicaraan mereka. Terlihat Hugo menatap dingin pada seorang gadis berambut hitam yang tengah berjalan ditemani oleh Blizh. Sepertinya perempuan itulah yang membebaskan Blizh dari mantera Hugo.
"Kalian tidak bisa kembali ke Hogwarts saat ini. Tolong, jangan buat kami melakukan hal yang tidak diinginkan!" Bujuk Alicia sambil meneteskan air mata.
"Jangan harap kami memenuhi permintaan gilamu. Lepaskan Blizh atau aku tidak akan pernah memaafkanmu!" Teriak Hugo marah.
Sementara itu Lily terdiam memandang Blizh, baru ia sadari mata kekasihnya terlihat kosong dan aneh.
"Lily, kemarilah! Berbahaya jika kau kembali." Kali ini Blizh memohon.
"Jangan dengarkan dia, Lily! Blizh sedang dipengaruhi Imperius Alicia. Itu sebabnya Blizh bersikap aneh padamu hari ini!" Jelas Hugo panik saat melihat sepupunya seperti akan menghampiri Blizh.
Mata Lily membulat mendengar penjelasan Hugo, "Imperius? Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Alicia adalah salah satu dari Death-Eather pemburu Pure Blood. Aku mengetahuinya saat dia tiba-tiba akan menyerangku ketika kami berdua kemari. Sama seperti yang akan Blizh lakukan padamu tadi."
"Mengapa kau baru mengatakannya sekarang!" Omel Lily jengkel, sementara Hugo mendengus sebal.
"Kau! Tidak akan pernah ku maafkan orang yang sudah memperalat kekasihku!"
Tangisan Alicia terhenti kemudian tergantikan dengan senyuman dingin. Tubuh Lily seketika itu juga merinding.
"Blizh berada dalam pengaruhku sekarang, silahkan saja jika kalian masih ingin kembali." Ancam Alicia tenang.
"Tidak kusangka kau seperti ini Alicia. Apa tujuanmu menahan kami di sini?" Tanya Hugo menatap tajam pada –mantan kekasihnya- itu.
Wajah Lily mendekati telinga Hugo, "Kusarankan agar kau mencari kekasih normal, Hugo. Kau tidak ingin berakhir menjadi sakit jiwa sepertinya, bukan?"
"Diam! Mana aku tahu kalau Alicia seorang psikopat?" Dengus Hugo jengkel. Ia tak habis pikir, bisa-bisanya Lily memberikan lelucon di saat seperti ini.
"Kalian tidak perlu tahu mengapa kami mencoba menahan kalian. Tidak bisakah kalian menurut saja?" Dengus Alicia sarkastis.
Mata Hugo melirik Lily, seolah mengerti isyarat yang diberikan, mereka berdua mengarahkan tongkat sihir pada Alicia dan Blizh dengan cepat.
"Stupefy!"
"Protego!"
Terdengar debuman keras, pihak Hugo terlempar jauh karena terkena mantera sendiri. Sementara Alicia dan Blizh dengan cepat mendekati mereka.
"Sudah kubilang ikuti saja permainan kami-..."
"Immobulus!" Teriak Hugo.
Seketika itu tubuh Alicia lumpuh, tidak menyia-nyiakan kesempatan Lily segera merebut tongkat Alicia kemudian mengucapkan kontra kutukan Imperius pada Blizh.
"Bagaimana Lily? Apakah Blizh sudah kembali sadar?" Hugo melirik sepupunya merangkul Blizh masih dalam keadaan setengah tak sadar sambil mengarahkan tongkatnya pada Alicia yang tidak berdaya .
"Mungkin sebentar lagi, sepertinya Alicia cukup lama menggunakan mantera Imperius padanya." Jawab Lily jengkel melihat kekasihnya terlihat mengenaskan. "Lalu selanjutnya apa rencanamu?"
"Aku tidak yakin Lily. Tapi yang bisa kita lakukan sekarang adalah menunggu Patronus balasan dari ayah dan menunggu Blizh sadar sepenuhnya."
Kini mata Hugo melihat Alicia sedih, "Dan aku terpaksa harus menginterogasi kau, Alicia."
"Kau tidak akan bisa memperoleh informasi yang kau inginkan, Hugo." Ujar seseorang pada Hugo.
"Blizh! Kau sudah sadar?" Jerit Lily senang sambil memeluk kekasihnya erat.
"Yeah, terima kasih karena kalian membebaskanku." Ujar Blizh sambil membalas pelukan Lily.
Merasa terabaikan, Hugo bertanya pada Blizh,"Hei, jangan bersenang-senang dulu! Jelaskan dulu apa maksud perkataanmu tadi?"
"Seperti yang kukatakan tadi, Alicia tidak mungkin memberikan informasi yang kau inginkan, Weasley. Dia sama sepertiku, terkena kutukan Imperius. Ada seseorang mengendalikannya dan akhirnya dia mengendalikanku." Jelas Blizh panjang lebar.
"Mengapa kau begitu yakin Alicia dikendalikan oleh seseorang?" Kali ini Lily bertanya.
"Hem, kejadiannya cukup rumit dan aku kurang begitu mengingatnya. Tapi pada saat itu aku melihat seorang pemuda mengenakan kerudung hitam mengarahkan tongkatnya pada Alicia. Merasa pemuda itu berbahaya, aku berteriak padanya dan tanpa kuduga Alicia mengarahkan tongkatnya kepadaku, selanjutnya pasti kau tahu apa yang terjadi."
Hugo kelihatan berfikir, "Berarti pemuda tersebut sengaja memperalat Alicia agar saat kau sadar, dirinyalah yang dipersalahkan."
"Tepat sekali. Satu kata untuk pemuda itu adalah licik dan briliant. Dugaanku sementara dia masih murid Hogwarts."
"Dan pasti berasal dari Slytherin's House."
Serempak Hugo dan Blizh melihat Lily. "Benar bukan? Memang tidak bisa dibuktikan karena kita tidak mengetahuia isi hati manusia. Tapi untuk sampai menggunakan Imperius, Slytherin paling mungkin melakukannya." Ujar Lily berspekulasi.
"Tapi apa tujuan pemuda itu sebenarnya? Apa gunanya menyerang Hogwarts dan mengendalikan orang tidak bersalah?"
Ketiganya terdiam memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
"Apa mungkin pemuda pemimpin Death-Eather pemburu Pure Blood adalah dia?" Sebenarnya Hugo tidak sepenuhnya yakin, namun semua teka-teki ini terasa saling berhubungan dengan berita terbaru tentang Death-Eater yang mulai mendekati Hogwarts. Dimulai dengan penyerangan Hogwarts sampai dengan pengendalian Alicia.
"Tapi sepertinya tidak mungkin. Lily berspekulasi bahwa pemuda tersebut berasal dari Slytherin. Sedangkan kebanyakan murid Slytherin adalah keturunan Pure Blood-..." Kata-kata Blizh terhenti ketika dirinya merasa ada yang salah.
"Ada apa Blizh?" Terlihat Lily kembali khawatir disertai Hugo menatap Blizh penasaran.
"Coba kalian pikir, ada sesuatu poin terpenting yang kita lewatkan, bukan?" Suara Blizh terdengar parau, mencoba menahan kegelisahan. "Kita melewatkan mengapa Alicia dan aku dikendalikan dengan perintah membawa kalian kemari, menjauh dari Hogwarts."
Wajah Hugo pucat seperti menyadari sesuatu namun Lily tetap terdiam, belum mengerti dengan perkataan Blizh.
"Jadi, maksudmu pemuda tersebut mengenal kami?" Tukas Lily polos.
Dengan tiba-tiba Hugo menarik kedua bahu Lily, terlihat ekspresi terluka tampil dari wajahnya, "Kita tidak hanya mengenalnya Lily. Dia adalah Albus, kakak kandungmu, saudaraku!" Teriak Hugo frustasi.
"Ti-tidak mung-kin.."
Dalam hati Lily terus menyangkal. Tidak mungkin bukan kakaknya adalah pemimpin dari para Death-Eather? Tidak mungkin, benarkan?
Namun semua percakapan dan bukti-bukti yang baru saja mereka kemukakan terbayang kembali diingatan Lily, Slytherin's House, Death-Eather, Imperius, dan soal kakaknya yang bukan keturunan Pure Blood. Itukah sebabnya setahun belakangan ini kakaknya berubah?
Suara hati Lily berteriak terus menyangkal, air matanya perlahan menetes. Kepalanya mengheleng pelan.
Hugo segera memeluk sepupu kesayangannya itu, menyembunyikan wajahnya yang semakin pucat. Blizh memandang kedua saudara tersebut sedih, merasa bersalah menyampaikan hal mungkin –mengerikan- pada mereka.
"Jangan menangis Lily, belum ada bukti kuat benarkah Albus dalang dibalik semua ini." Hibur Hugo mengelus punggung Lily lembut.
"Kurasa satu-satunya jalan adalah kembali ke Hogwarts." Saran Blizh menatap keduanya, "Jika memang Albus merupakan Half-Blood Prince yang selama ini dicari, kemungkinan besar dia tidak akan mencelakai salah satu di antara kalian."
Lily melepaskan pelukan Hugo, "Biarkan aku ikut."
"Lily!"
"Jangan menghalangiku Hugo! Aku ingin memastikan sendiri benarkan Albus melakukan semua hal-mengerikan ini!"
Hugo menatap Blizh sinis, "Kau tidak mengatakan apa-apa dan hanya diam mendengarkan?"
Blizh tidak menanggapi kata-kata Hugo, dirinya sibuk memikirkan cara terbaik yang bisa ia lakukan.
"Saat ini Alicia masih dikendalikan dan kita tidak bisa melakukan sihir kontra padanya. Sebaiknya salah satu dari kita ada yang menjaganya."
Lily melirik Hugo kesal, "Karena kau bersamanya, maka kau yang harus menjaganya, Hugo."
"A-apa? Aku tidak bisa membiarkan kau pergi dengan Blizh, tidak ada yang melindungimu!"
"Aku bisa melindunginya, Weasley." Tukas Blizh, merasa agak tersinggung.
Kali ini Lily memegang tangan Blizh, "Percayalah padaku, Hugs. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kalau kau tetap menahanku, aku akan mulai membencimu." Ancam Lily tegas.
Lama Hugo memandang sepupunya, sedetik kemudian dirinya menghela napas, "Baiklah. Aku percaya padamu."
Lily tersenyum senang mendengar keputusan sepupunya, "Terima kasih Hugo. Aku mencintaimu-..."
"Jangan senang dulu, Lils. Kekasihmu juga harus berjanji padaku membawamu dengan selamat!"
Blizh menelan ludahnya gugup saat Hugo memberikan deathglare andalannya, "Tentu saja, dengan hidupku taruhannya."
Ahh, gmn? Maaf kalau makin aneh, hehe
Review Please