Title : Beautiful Mistake

:

:

:

Disclaimer: JK Rowling

:

:

:

Just Read :)


Rose menghela napas panjang, memandang sekilas ke arah jam sihir yang ada di ruangan rapat yang sepi. Waktu menunjukan jam sebelas malam, Rose tahu rapat sudah berlalu dua jam yang lalu. Dan ia harus segera tidur agar dapat mempersiapkan diri untuk ujian yang akan datang.

Tapi Head Girl Gryffindor itu sama sekali tidak peduli, ia malah diam memandang sebuah foto yang ada di genggaman tangannya. Lalu sekali lagi menghela napasnya, mencoba untuk tidak menangis.

Seorang Gryffindor tidak pernah menangis, jangan menjadi wanita lemah, Rose! Tekadnya pada diri sendiri.

Pikiran Rose melayang memikirkan apa yang sudah terjadi antara dirinya dengan saudaranya di masa lalu. Sampai sebuah suara mengagetkannya. Rose berbalik dan mendapati cowok berambut-pirang sama terkejut sepertinya. Mata hazel berbinar cerah bertemu dengan kelambu sedih.

"Apa yang kau lakukan di sini? Rapat sudah bubar dua jam yang lalu." Tanya Scorpius datar.

Bukannya menjawab pertanyaan Malfoy. Rose mendengus jengkel, memandang rendah pada Scorpius. "Tempat ini tidak layak untuk tempat mesum ,Malfoy."

Sang pemuda Slytherin menyeringai sinis, sedikit bingung dengan nada sarkastis Rose,"Jadi, apa yang kau bicarakan sebenarnya?" Tanyanya balik bertanya.

"Kau tahu apa maksudku, Malfoy. Semestinya sebagai prefek kau bisa menjaga wibawamu." Jawab Rose sinis.

Scorpius tertawa pelan, mulai mengerti apa yang dibicarakan Rose. "Aku tahu harimu sedang buruk karena sahabatku, tapi aku kemari karena ingin mengambil tasku yang tertinggal. Tidak ada maksud untuk mengajak salah satu temanku untuk bermain malam ini."

Rose mengerut keheranan sebelum akhirnya melihat sebuah tas tergeletak di salah satu mejanya. Segera wajahnya memanas karena malu sudah menuduh Scorpius yang tidak-tidak.

"Baiklah, ambil saja tasmu! Anggap saja aku tak pernah bertanya." Kata Rose galak –menutupi rasa malunya sambil beranjak pergi. Tanpa menyadari foto yang ia pegang jatuh, Rose memandang Scorpius dingin sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan ruangan.


Scorpius POV

Telingaku mendengar suara pintu tertutup agak kencang, menandakan Rose sudah keluar dari sini.

Huh, sebenarnya apa yang dia pikirkan? Memangnya dia pikir aku sebegitu brengseknya hingga meniduri gadis manapun yang aku suka, seperti yang dilakukan sepupunya saat ini?

Yah, aku cukup berani mengakui diriku seorang pemuda- brengsek, namun aku masih mempunyai tata krama dimana saat yang tepat dan tempat yang tepat untuk bermain.

Kakiku mulai mendekati meja tempat tasku berada. Saat aku melangkah, terlihat selembar kertas putih tergeletak di dekat meja yang si-Head Girl itu duduki. Sepertinya meraih kertas itu, sebuah foto? Dibelakangnya terdapat tulisan "A.R". Apa ini punya Rose? Dan maksud inisial ini adalah nama Albus dan Rose?

Karena penasaran, aku membalikan foto itu dan melihat seorang gadis kecil dan anak laki-laki saling merangkul satu sama lain. Mereka terlihat begitu bahagia. Mungkin ini foto Al dan Rose saat mereka masih kecil, kira-kira saat mereka berumur tujuh tahun.

Entah mengapa terdapat dorongan untuk memukul Albus. Mendecih kesal, aku menggelengkan kepalaku.

Apa yang aku pikirkan? Mengapa aku ingin memukul sahabatku sendiri? Dan mengapa juga aku merasa tak terima melihat Rose masih menyayangi Albus begitu dalam?

Pertanyaan di kepalaku tak terjawab hingga aku tiba di Asrama Slytherin. Ketika melewati ruang rekreasi, sahabatku itu sedang berciuman panas dengan Christine. Kegiatan mereka terhenti ketika mereka berdua menyadari kehadiranku.

"Kembalilah ke asramamu! Kita lanjutkan lain waktu." Sahutnya pada Christine. Dengan cepat gadis Racenclaw itu mengangguk kemudian pergi sambil membenahi pakaiannya. Setelah yakin cewek itu sudah pergi, aku dan Albus terdiam beberapa saat.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Ujar Albus memulai pembicaraan.

Tanganku meremas foto A.R. dengan kuat. "Al, pernakah kau merasakan simpati pada orang yang selama ini tak pernah dekat denganmu?"

Albus tertawa pelan, seperti ucapanku barusan adalah lelucon menarik baginya, "Jujur aku tidak mengerti apa maksudmu, Mate?"

"Ya, aku sendiri-pun bingung. Bersimpati pada gadis-asing bukanlah style-ku. Bahkan wanita yang bermain denganku. Tapi ini berbeda, dia berbeda. Ada keinginan untuk memilikinya. Saat ada lelaki yang mendekatinya, ingin sekali aku patahkan leher mereka. Lucunya, aku baru menyadarinya setelah sekian lama" Jelasku panjang lebar, sementara Albus menguap bosan.

"Itu artinya kau jatuh cinta. Masalah sederhana." Jawabnya pendek.

Apa katanya? Jatuh cinta?

"Jangan bercanda, Albus. Tidak mungkin aku jatuh cinta padanya."

"Memangnya siapa gadis itu? Hebat sekali ia bisa membuatmu melankolis seperti ini." Tanya Albus bingung, lalu menuangkan dua gelas Fire Whisky.

Menduga apa yang akan terjadi, perlahan aku memasukan foto Rose ke dalam jubahku.

Binggo! Dugaanku benar, Albus memberikan minuman itu padaku.

"Mungkin dugaanmu salah, Mate"

"Baiklah, terserah padamu. Tapi aku yakin kau jatuh cinta pada gadis-entah-siapa-itu." Tukas Al enteng, membuatku sedikit jengkel.

"Memangnya casanova sepertimu pernah jatuh cinta?" Tawaku mengejek.

Seketika tatapan Albus padaku berubah gelap, "Ya, aku pernah. Tapi bukan pada orang yang tepat. Pada saatnya nanti aku akan memberitahunya."

Pernyataan Albus membuatku sedikit terkejut. Seseorang sepertinya bisa jatuh cinta?

Kejutan yang menarik.

Aku meneguk Fire Whisky-ku dan setelahnya menaruh di atas meja. "Mengapa dia bukan orang yang tepat? Apakah gadis yang kau cintai mempunyai orang lain di hatinya?"

"Tentu tidak. Dia adalah milikku, tidak ada yang boleh menyentuhnya selain aku." Entah mengapa aku merasa terancam dengan perkataannya.

Kulirik Albus kembali meneguk minumannya,"Sebaiknya kita teruskan besok, aku ingin segera tidur."

Kepalaku menggeleng pelan, "Tidak. Kau masih berhutang penjelasan padaku, Mate. Siapa gadis yang kau cintai? Setidaknya berikan aku ciri-cirinya."

Satu alis Albus terangkat, "Yeah, berikan dulu ciri-ciri gadismu itu, Scor."Ujarnya licik.

"Baiklah, aku beritahu siapa gadis itu."Tukasku datar.

Tersenyum penuh kemenangan, akhirnya kusebutkan ciri paling mencolok khas keluarganya, "Gadis berambut merah."