Naruto own Masashi Kishimoto

Warning : AU, Sangat OOC (terutama untuk main characters), maybe typo,

romance hanya sedikit untuk chapter awal. Sebelumnya author minta maaf karena baru di chap ini Sasuke dan Hinata ketemu beneran =="

Don't Like?

Don't Read

Ariya 'no' Miji proudly present:

The Courage on the Field

( Chapter II: Postpone)

.

.

.

Perasaan Sasuke atau memang bandara ini semakin sepi. Padahal saat ia tiba sebelumnya, suasana di bandara cukup padat bahkan ia sampai sulit untuk bergerak apalagi untuk menerobos sekumpulan manusia di depannya. Tapi sekarang? Kosong. Bahkan petugas bandaranya saja sudah berkurang. Aneh.

Sasuke melirik sekilas jam tangan biru tua di pergelangan tangan kirinya yang baru menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Tapi, kenapa sepi sekali ….

Mengacuhkan segala pemikiran aneh miliknya, pria rambut raven ini kembali merogoh saku celananya dan akhirnya mendapati benda yang sedari tadi menyita perhatiannya. Secarik foto lusuh dan … sudah tak berbentuk diraihnya lalu dipandanginya dengan seksama. Sungguh diluar dugaan, ace kita satu ini justru terkekeh kecil tatkala sepasang mata obsidiannya mendapati foto artisnya dihiasi plester hitam.

"Hahaha … pintar! Kalau begini bagaimana wajahnya bisa terlihat?"

Sepertinya … Sasuke sedikit gangguan. Ia menarik napasnya dalam dan memaki takdirnya yang sungguh-sungguh menyebalkan. Sasuke mengutuk takdirnya yang sudah mempertemukannya dengan rekan-rekan tidak berguna. Siapa lagi yang kurang kerjaan memplester foto koyak dengan plester hitam kalau bukan si duo pirang, perching berjalan dan maniak air? Sasuke benar-benar akan memasker wajah mereka dengan tomat setelah ini!

Setengah menit berlalu, akhirnya ide pun datang menyinari kepala sang Uchiha muda. Sasuke menoleh ke kanan dan ke kiri—mencari sesuatu yang dikiranya dapat membantunya. Pandangannya berhenti di deretan kursi sebelah timur—tepat di sebelah toilet bandara. Ia menyeringai. Secepat kilat Sasuke berlari meraih benda berwarna merah muda yang tergeletak tak berdaya di atas kursi kosong. Warnanya memang sedikit 'keterlaluan', tapi … ya sudahlah. Toh gratis.

Sasuke nyengir bahagia menatap bantuannya tersebut. Tapi, belum cukup sampai di sini saja ujian untuknya. Ia masih harus mencari alat tulis untuk menuliskan nama 'Hinata' di atasnya. Dan Sasuke sadar betul ia tak pernah membawa peralatan sebangsa alat tulis bersamanya. Jadi … karena di bandara tidak ada toko alat tulis, mau tidak mau ia harus meminjamnya dari siapa pun yang 'kurang kerjaan' membawa alat tulis ke bandara.

Kebetulan seorang lelaki tua tiba-tiba berjalan mendekat ke arahnya. Perawakannya sedikit familiar untuk Sasuke. Rasanya ia baru saja melihat pria bermata ular itu sebelumnya tapi entah dimana ia pun tak ingat. Sungguh-sungguh hanya ingatan jangka pendek saja yang dimilikinya.

"Permisi, boleh kupinjam spidol milik anda?" tanya Sasuke sopan.

"Oh, ya, silahkan," jawab lelaki tua itu sembari memberikan spidol hitam yang diselipkannya di kemeja putih tanpa menoleh ke arah Sasuke. Ia terus-menerus menunduk dan mengobrak-abrik apa pun yang ada di sekitar deretan kursi. Baik kaki kursi sampai tempat sampah di dekatnya juga jadi sasaran.

Awalnya Sasuke tidak perduli. Tapi, lama-kelamaan ia penasaran juga dengan kegiatan lelaki tua ini yang menurutnya semakin tidak normal karena mengganggu fasilitas umum.

"Ehem, apa yang sedang anda cari?"

"Apa kamu melihat kertas karton merah muda di sekitar sini?" Lelaki tua itu justru balik bertanya.

"Oh, kertas karton …. Tidak li—" Sasuke baru tersadar apa yang baru saja akan dia katakan.

"—hat." Benda yang dicari lelaki tua itu ternyata ada padanya. Dicoret-coret olehnya. Dan lagi … sungguh tidak berterima kasih dirinya sudah meminjam spidol dari orang yang ia ambil barangnya tanpa permisi.

"Apa?" Orang itu meminta penjelasan.

"Ti-tidak. Arigatou .…" ujar Sasuke sembari mengembalikan spidol dan berlalu pergi.

"Huh, sepertinya aku memang tidak beruntung hari ini." Lelaki itu tampak kelelahan dan menyerah. Peluh membasahi tubuhnya yang kurus dan wajahnya yang pucat. Gambaran ini sesungguhnya tidak membuat Sasuke kasihan. Sebaliknya ia takut melihat lelaki tua ini yang justru terlihat semakin menyeramkan.

Jauh di lubuk hati Sasuke, sebenarnya ia ingin sekali mengembalikan kertas karton ini pada lelaki tua di sampingnya. Tapi keadaan memaksanya untuk mengambil benda merah muda ini tanpa izin. Lagipula, kertasnya sudah ia coret. Jadi apa gunanya?

'Kami-sama, maafkan aku…' gumamnya seraya mengelus dadanya berulang kali.

0: TCOTF:0

Seorang gadis mengedarkan matanya ke penjuru kota yang seakan-akan bergerak meninggalkannya dari balik kaca mobil. Matanya menampilkan sorot kekaguman yang luar biasa saat menatap berbagai bangunan serta cahaya-cahaya lampu yang menyinarinya. Membuat malam yang seharusnya gelap justru berubah menjadi surga cahaya. Sungguh pemandangan yang begitu dirindukannya.

"Pertama kali ke Jepang, nona?" sapa supir taksi tiba-tiba.

"Ahh, ti-tidak juga …. Dulu saya pernah kemari bersama keluarga," jawab gadis itu seadanya.

"Tampaknya anda sudah lama sekali tidak kemari?"

"Hn." Gadis bertopi abu-abu polos tersebut bergumam tidak jelas—mengiyakan.

Perjalanan kembali sepi. Gadis itu memilih untuk tidak menyia-nyiakan kesempatannya memandangi keindahan kota Tokyo di malam hari. Ia ragu ia dapat menikmati semua ini setelah kontrak kerja dilaksanakan.

"Apa masih lama, pak?"

"Tidak. Tinggal satu belokan lagi kita sudah tiba di gedung Uchiha corp," jawab sang supir tanpa mengalihkan matanya dari jalanan di depannya.

"Ehm … nona. Apa tidak lebih baik jika topinya dilepas saja? Mungkin akan lebih nyaman untuk anda menikmati pemandangan," saran sang supir ketika melihat si penumpang mulai gelisah dengan topinya.

Berpikir sejenak, penumpang yang dimaksud merasa saran sang supir ada benarnya juga. Tidak ada gunanya lagi ia menyamar dalam taksi. Lagipula, ia memang sudah mulai gerah dengan penutup kepalanya yang telah setia menempel padanya sejak di Bandara Dhulles.

"Kurasa … memang sudah saatnya." Orang tersebut kemudian memegangi peak topinya dan menariknya perlahan ke arah belakang. Menyebabkan rambut indigo panjang yang sebelumnya ia ikat bersama topinya menjadi tergerai bebas.

"Nah, kalau begitu kan—" Kata-katanya tercekat di tenggorokan tatkala matanya tanpa sengaja melirik sosok familiar dari kaca atas mobil. Hampir saja sang supir menabrak pembatas jalan jika saja suara merdu orang itu tak memanggilnya

"Hati-hati, pak," tegurnya sopan. Sementara sang supir tengah sibuk mencari jiwanya yang hilang, orang itu tersenyum simpul di kursi belakang.

"Hi-Hi-Hinata … Hartwin? Anda … kenapa ada di sini?"

Dan selanjutnya … perjalanan menjadi lebih meriah oleh berbagai macam sesi tanya jawab.

0: TCOTF:0

"Argghhhh …."

Sungguh sial nasib Sasuke hari ini. Setelah berlari-lari di bandara untuk mencari sang bintang sambil mengibar-ngibarkan kertas karton merah muda di atas kepalanya, Sasuke harus bersabar menghadapi kerumunan massa yang ternyata terpusat di tengah bandara.

Berbagai macam jenis manusia ia temukan di sini. Dengan bermacam-macam aksesoris serta penampilan yang … rada nyentrik. Dan anehnya … mereka semua membawa serta mengibar-ngibarkan banner foto seorang gadis bersurai indigo panjang. Kan sangat tidak mungkin jika banner yang dibawa itu adalah foto keluarganya sendiri yang akan dijemput. Sebagai sambutan? Norak sekali! Lagipula … seberapa besar keluarganya sampai membawa massa sebanyak ini?

Sasuke hampir saja akan menelpon dokter THT pribadi untuk pemeriksaan gendang telinganya yang sepertinya pecah akibat paduan suara dadakan orang-orang tidak waras di sekitarnya. Sasuke sendiri tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sini. Kerumunan orang ini berdesak-desakkan di sepanjang pagar pembatas bahkan ada yang sampai memaksa melompati pagar jika saja tidak langsung dicegah oleh petugas bandara. Ow, pantas saja Sasuke tak dapat menemukan petugas di depan.

"Hinataaaaaaa-chaaaaan!"

"Hinata-chan where are you?"

"Hinataaaaaa I love youuuu!"

WHAT

Ulangi lagi!

"—where are you?"

Bukan. Bukan yang ini. Sebelumnya!

"Hinataaaaa-chaaaaaan!"

Sasuke melongo. Sepasang oniksnya membelalak walau hanya sesaat. Mereka menyebut nama … Hinata? Jadi, mereka ini sedang menyambut Hinata? Lalu … dimana Hinata?

Secepat kilat Sasuke berusaha menerobos tembok massa di depannya. Sangat sulit. Walau profesinya mengharuskannya untuk dapat menerobos barisan pertahanan lawan, tapi barisan pertahanan orang 'tidak waras' di depannya ini lebih gila dibandingkan lawannya di lapangan terbuka. Beberapa orang bahkan ada yang sampai tega menyikut wajah bak porselen sang ace Taiyou Night Thunder karena kesal dipaksa minggir oleh Sasuke.

"Heh! Cari tempat lain dong kalau mau lihat. Di sini udah gak muat tau!" bentak salah satu fans yang mengira Sasuke adalah fans lain yang ingin merebut posisinya yang strategis. Sedangkan Sasuke, ia justru semakin bersemangat 'mengusir' wanita berusia dua puluh tahunan tersebut dengan kedua tangan yang masih memegang karton merah muda bertuliskan 'HINATA'.

Pantas saja orang ini sampai salah sangka.

"Berisik! Minggir sana!" sahut Sasuke tak mau kalah.

Ya ampun, Sasuke. Dia ini wanita!

"Oh, ngajak kelahi, ya?" Ah, parah! Wanita berambut silver itu tersulut emosinya. Ia melotot dan memasang ancang-ancang akan menghajar Sasuke, sebelum …

"SEMUANYAAAA! CARI DI LUAR! HINATA-CHAN SUDAH TIDAK ADA DI BANDARA!" teriak fans yang lain dengan pengeras suara yang entah didapat dari mana.

Melupakan permasalahannya dengan si pria berambut raven, fans bersurai silver itu langsung berlalu pergi bersama fans yang lainnya. Berdesak-desakkan menjadi pemandangan yang tersaji di depan mata ketika mereka berebut untuk keluar dari pintu bandara yang sebenarnya memiliki ukuran cukup besar.

Beberapa yang tak 'bermata' bahkan sampai ada yang menabrak dan menginjak kaki emas Sasuke yang sudah pasrah terhadap nasibnya. Pasrah? Tumben sekali ace Taiyou ini tak meledak-ledak emosinya. Tampaknya ia sudah cukup lelah menghadapi wanita silver yang tadi.

Sepasang indera penglihatannya memindai keadaan bandara. Sepi. Sungguh keajaiban. Dalam waktu kurang dari sepersekian detik sekumpulan 'makhluk' itu langsung menghilang bagai ditiup topan ketika mendengar kata sakral 'HINATA'.

Aaaah … sepertinya sebentar lagi Uchiha muda ini juga akan segera menyusul 'makhluk-makhluk' itu setelah sel-sel otaknya kembali bekerja. Tapi tujuannya sedikit berbeda. Tentu saja; Uchiha Corp. Orang yang dicarinya pasti ada di sana!

0: TCOTF:0

Tok, tok ….

Dan di sinilah Sasuke sekarang. Berdoa sepanjang perjalanan telah ia lakukan agar diberi umur panjang. Sasuke tidak mau mati muda. Sungguh. Ia benar-benar bingung akan beralasan seperti apa ketika bertemu dengan Tou-sannya kelak.

'Aku lupa, Tou-san.'

Alasan buruk.

'Aku ketiduran.'

Jujur. Tapi … sebaiknya kau pertimbangkan ulang, nak!

'Gomen.'

Gak ada alasannya!

"Masuk," sahut suara maskulin dari dalam ruangan.

Yah, Sasuke belum menemukan alasan yang tepat. Tapi mau bagaimana lagi? Hadapi sajalah Sasuke. Kamu-kan laki-laki.

Kriiieeek

Pintu terdengar berderit tertahan; membuat seorang Uchiha Sasuke semakin kesal. Ia tahu pintu ini baru saja diganti minggu lalu. Mahal pula. Kok masih saja berbunyi saat dibuka. Huh, Sasuke tak habis pikir dengan teknologi masa kini.

Hey Sasuke! Kembali fokus!

"Bocah, darimana saja kau?" Fugaku menatap Sasuke datar dari atas kursi kayu ukir di tengah ruangan kerjanya.

Sedangkan yang ditatap tidak merespons atau pun mengatakan sesuatu. Perhatiannya lebih tertuju pada sosok manis yang tengah duduk bersandar di barisan kursi yang terletak berseberangan dengan kursi yang sedang diduduki oleh Tou-sannya. Dengan kedua tangan yang masih setia membolak-balik halaman sebuah majalah bergambar bola lonjong yang-entah-apa-itu, gadis bersurai indigo tersebut justru terlihat tak tertarik sama sekali pada Sasuke yang tengah dicerca pertanyaan oleh lelaki paruh baya di hadapannya.

"Kau … topi itu …" Bukannya menjawab, Sasuke dengan tidak sopannya justru menunjuk topi Baseball berwarna abu-abu polos dan gadis itu bergantian. "Kau yang di bandara? Kenapa kau di sini?" bentaknya.

"Maaf." Menghela napas berat akibat aktifitasnya terganggu, gadis tersebut pun memilih untuk menyudahi kegiataan membacanya untuk sementara waktu dan meladeni pertanyaan laki-laki raven di sampingnya.

"Siapa anda?" sambungnya dengan intonasi sangaaaaat tenang.

Mendengar nada bicara gadis di sebelahnya yang menurutnya lebih menyebalkan dibandingkan sikap dinginnya, Sasuke serasa ingin menjerit frustasi saat ini juga. Untung saja, satu-satunya orang tertua di ruangan ini berhasil mendamaikan atmosfer gelap keduanya yang sangat tak bersahabat.

"Sasuke! Bersikaplah lebih sopan terhadap Nona Hartwin!" Ow, tentu saja Sasuke yang harus didamaikan terlebih dahulu.

"Ha-Ha-Hartwin?" eja Sasuke.

"Perkenalkan, nama saya Hinata Hartwin, Tuan … Uchiha-san?" tanya Hinata memastikan. Ia kemudian berdiri menghadap Sasuke sembari mengulurkan tangan kanannya—untuk bersalaman.

Sasuke menatap intens gadis beriris pucat di depannya dari atas sampai ke bawah; seakan menelanjanginya. Ia baru menyadari bahwa gadis di depannya ini ternyata begitu menawan. Rambut indigo panjangnya yang dibiarkan tergerai bebas sehingga membuat beberapa helaiannya bergerak anggun seiring gerakan sang pemiliknya. Penampilannya yang sangat sederhana namun justru membuatnya terlihat semakin natural dan menambah kesan manis di dalamnya—seperti malaikat.

Bayangkan saja, untuk ukuran aktris internasional setingkat Hollywood, dia hanya mengenakan kaos oblong abu-abu polos yang panjangnya hampir menutupi setengah pahanya, celana jeans hitam panjang yang secara tak langsung melukis bentuk kaki jenjangnya, lalu jaket keunguan dengan sedikit kombinasi hitam di beberapa sisinya.

Tanpa sadar, bungsu Uchiha ini bergumam pelan, "Menakjubkan ..." Dan tetap tak melepaskan matanya dari objek di depannya; seakan menikmatinya.

Hinata—yang menjadi objek bagi kedua oniks Sasuke—memang bukan orang yang dapat dengan pasti mengartikan tatapan orang lain. Tapi, ia berani bersumpah bahwa pemuda di depannya ini sangat tidak sopan karena memandangi wanita yang baru ditemuinya kelewat batas—menurut Hinata.

"Sebaiknya ... jaga mata anda, Uchiha-san," tegurnya halus seraya menarik kembali tangan kanannya lalu mendudukkan kembali dirinya.

Sedangkan Sasuke? Ia malah tersenyum kecil—menyeringai—karena ke-sensitifan gadis tersebut dan juga sifatnya yang terang-terangan menegur kelakuannya.

Tapi ... sebaiknya kau jangan kagum terlebih dahulu Sasuke. Karena dia ...

"Fugaku-san. Kurasa anak anda harus diajari sedikit tata-krama."

... benar-benar akan blak-blakan pada siapa pun.

Pudar sudah seringaian tampan di wajah ace kita. Tergantikan mulut yang menganga lebar dan tatapan tak percaya yang kembali ditujukan pada sang gadis indigo.

"Ma-maafkan atas ketidaknyamanan ini, Nona Hartwin." Baru pertama kali Sasuke melihat Fugaku meminta maaf sambil menundukkan kepalanya. Dan itu berarti buruk baginya ...

"Sasuke! Duduk dan perbaiki sikapmu!" bentak plus perintah Fugaku.

"Sekali lagi maafkan saya atas ketidaknyamanan ini, Nona Hartwin. Mulai saat ini saya akan lebih tegas lagi mengajarinya tata krama," ujar Fugaku sembari meminta maaf (lagi) di hadapan seorang gadis yang umurnya jauuuuuh di bawahnya. Sasuke sendiri heran. Sebegitu hebatkah pengaruh gadis ini terhadap keberlangsungan hidup perusahaan sampai-sampai Tou-sannya yang keras kepala pun takluk hanya karena masalah 'sepele'.

"Tidak masalah, Fugaku-san. Saya dapat memakluminya," balas Hinata santai—seakan tidak terjadi apa-apa—disertai senyuman manis dari bibirnya. Uh, sungguh berlawanan dengan kata-katanya yang 'pedas' barusan.

"Tapi … saya tetap merasa tidak nyaman terhadap Nona—" Ia terdiam sejenak, kemudian melirik Sasuke dari ekor matanya.

"Sebagai gantinya … Sasuke akan saya tugaskan untuk menemani anda selama seminggu ini mencari sekolah sementara di Tokyo," tegasnya.

"A-apa?" lontar Sasuke tidak percaya.

"Dan anda bebas memerintahnya sesuka hati," tambahnya.

Ckckckc ... Sasuke, kau dijual ayahmu!

"Dengan senang hati, Fugaku-san."

Mereka gila!

Mendengar pernyataan santai gadis remaja blasteran di sebelahnya, Sasuke semakin tidak bisa menebak seperti apakah sosok asli bintang Amerika yang tengah memerhatikan penjelasan Tou-sannya dengan seksama. Dan akhirnya, ia pun hanya dapat mengangguk pasrah mengetahui penolakan terhadap Tou-sannya tak akan ada gunanya.

"Oh, ya, Sasuke. Sekarang antar Nona Hartwin ke rumahnya di area Surugadai, Chiyoda," perintah Fugaku.

.

.

.

TBC

.

.

.

(Sedikit RE-EDIT)

Fiuh, gak nyangka bisa ngelanjutkan fic SH satu ini. ^^

Curcol sedikit ya? Sebenarnya Saya heran. Kenapa ya saya gak pernah bisa buat fic yang ada feelnya. Saya suka deskripsikan tempat, tapi susah banget buat bangkitin feel di dalamnya. Huh Dasar Amatiran #memaki diri sendiri. Tapi bener lho, saya iri banget ama temen saya dan author lain yang bisa ngebangkitin klan#plak (ralat) ngebangkitin feel untuk ceritanya.

Ada yang tau gak gimana caranya ? #author bingung

Gomenne, OOC berat. Haha,, rasanya jiwa Sasuke dan Hinata di sini tertukar yah.

suhi-18: wahwah…100 buat anda. Hehe, tampaknya Suhi punya sixsense deh tebakannya jitu #habisficguegampangketebaksih ==". Ini udah ketemu lho, walau auranya masih mendung gitu. Terimakasih udah mereview ^^

sasuhina-caem: Oke, ini chap lanjutannya. Terimakasih udah ngereview ^^

Ms Reika: Iya, terserah mau dipanggil apa. Wah makasih ya udah suka. Tampaknya sih ilang waktu di publish. Makasih ya udah dikasih tau ^^

Hiu kisame: hehe gantung ya? Sorry. Oke silahkan… Thanks for review ^^

n: semoga aja ini cukup seru #bingung sendiri… Thanks for review ya ^^

SHlOv3r: Gak usah nyesel, saya gak bakal ilang kemana-mana #GR..Hahaha,, emang sih, Sasuke jadi kurang ambisius di sini. Thanks udah ngereview ^^

Hiu kisame: Hoho,, ia tuh emang lagi sial nasib Sasuke. Saya juga kurang tahu. Tampaknya sih emang Ochi #author bingung sendiri.. Thanks udah ngereview ^^

Lizy94: Makasih. Ini mungkin gak juga kilat, tapi udah saya update. Terimakasih udah ngereview ^^

Jangan panggil aku ninja: hemb,, saya juga ngarapnya gitu sih. Saya juga suka Obito kok, kita sehati #plak. Mungkin disini bakalan banyak penghalangnya. Terimakasih udah ngereview ^^

LalaNurrafa GemasangkalaOke: Boleh,, kamu punya akun gak? Ntar saya pm no hp saya. Wuaaaaaaaaah, anda reviewer pertama yang berhasil menebak pertanyaan saya yang satu itu. Selamat #maksa salaman. OOT ya, Lala anak FESI juga? Hehe, makasih ya udah dikasih tau kesalahannya. Saya pikir sama, ternyata itu buat baseball ==" Hahaha café khayalan saya. Lead blocker? Apa gak serem tuh? Udah update… Thanks yah udah ngereview ^^

Oh, iya.. ngomong-ngomong gimana yah kehidupan Sasuke dan Hinata setelah ini? Saya sendiri aja bingung #parah

See ya..

Review if you mind ^^