Naruto ⓒ Masashi Kishimoto
This story pure is mine
`°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•° `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•° `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°
Genre:: romance/drama/tragic/hurt/comfort;dsb..
OOC;OC;misstypo;dsb..
Rating:: T/K+? (Author masih bingung. Tapi kaya'nya lebih ke T)
`°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•° `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•° `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°
Please Read n Review..!
I don't accept flame in my fict!
My Ending Immortal Like You : Part 2
"Tuliskan namamu di selembar kertas itu. Lalu nama kakakku di selembar kertas lain. Setelahnya nama Ayame di kertas lainnya lagi" ucap Sakura.
Sasuke menatap Sakura penuh pertanyaan, "kenapa namaku?" Tanyanya.
"Karena aku ingin terus mengingat namamu, nama kakakku dan juga Ayame. Walau mungkin suatu saat nanti aku tak akan ingat apa yang sudah kalian lakukan untukku, tapi aku ingin mengenang nama kalian dalam tidur panjangku" jelas Sakura.
Raut wajah Sasuke langsung berubah marah, "kau tak akan tidur panjang! Kau hanya akan tidur 8 jam sehari seperti orang-orang pada umumnya!" Seru Sasuke.
Sakura tersenyum melihat reaksi Sasuke, "tulis saja apa yang aku pinta" ucap Sakura. Baginya bentakan, teriakan, cacian, hinaan itu seperti alunan lagu rock dari headset yang biasa ia pakai.
Sasuke pun menulis apa yang Sakura pinta. Dalam hatinya ia juga berharap akan Sakura kenang, tapi kenapa ucapannya harus diakhiri dengan 'tidur panjang'?
~ MEI LiYo ~
Hari-hari berlalu menjadi minggu. Minggu-minggu berlalu menjadi bulan, keadaan Sakura bukannya membaik malah menurun. Ingatannya mulai rapuh, tubuhnya pun sulit ia topang sendiri. Wajahnya pun tak secerah dulu, wajahnya terlihat lebih pucat. Tapi keceriaan terus terpancar dari wajah pucatnya, semangatnya lebih kuat daripada tubuhnya. Tak ada eluhan, tak ada tangisan, keteguhan hatinya membuat siapa saja yang melihatnya iba. Sekali lagi, walau Sakura tahu pasti ia tak akan pernah sembuh.
Sasuke menatap gadis berambut pink, masih dengan ciri khas emonya. Ia terlihat masih ceria menjalani terapy bersama dengan beberapa suster dan seorang dokter. Rasa sedih terlihat dari wajah Sasuke tatkala melihat gadis itu terjatuh, namun senyum masih mengembang dari wajah gadis itu. Seolah terapy tersebut adalah sebuah permainan.
Selesai terapy, Sakura dibawa ke ruangannya. Ia disarankan untuk beristirahat.
Sasuke memasuki ruangan Sakura. Ia melihat gadis itu seperti sedang menghapal sesuatu. "Apa yang kau hapalkan?" Tanya Sasuke.
"Impyan, tkad, Saske, kakak, dan jga Ayme" jawab Sakura agak kesulitan berucap.
Sasuke tersenyum, lalu menghampiri Sakura. Dielusnya kepala pink gadis itu. "Jujur, dulu aku sangat membencimu" ungkap Sasuke.
"L-lu? S-krang?" Tanya Sakura.
Sasuke menatap Sakura dalam, ia ingin menjawab apa saja yang ingin gadis itu dengar. "Aku menyayangimu" jawab Sasuke.
Sakura diam tak bereaksi. Ia terus menatap mata Sasuke mencari sebuah kebohongan dari ucapannya. "Dak leh" ucap Sakura dan membuang wajahnya.
Sasuke memalingkan wajah Sakura agar menatapnya, "aku mencintaimu Sakura" ucap Sasuke.
"Murku dah tak l-ma gi Sas-ke, bih ba-ik kaw de-ngn Ayme s-ja" ucap Sakura. "L-gi pla ka-mi kem-bar kan?" Sambungnya.
"Selain paras, aku melihat dari semangat dan keyakinan. Kau lebih berani dan bijaksana dibandingkan Ayame" jelas Sasuke.
Sakura menggelengkan kepalanya, "tak b-leh" ucap Sakura kemudian. "Sas-ke, m-sih b-nyak rang di sa-na yang l-bih ba-ik dan h-dup la-ma d-ri a-ku" ucapnya terbata-bata.
"Aku tahu ada jutaan gadis di luar sana, tapi hanya satu gadis yang sepertimu. Hanya satu Haruno Sakura yang aku cintai" jawab Sasuke.
Perlahan mata Sakura berkaca-kaca, tak usah menunggu lama buliran air matanya untuk jatuh.
Sasuke menghapus jejak air mata Sakura dengan ibu jarinya, "penyakit parahmu tak pernah membuatmu menangis. Kenapa justru aku membuatmu menangis?" Ucap Sasuke sambil tersenyum.
"P'kit-ku dak m'lik-i p'sa'an serti ma-nu-sya, m-reka d'na tan-pa perduli b-g'na p'sa'anku. Kar-na Tu-han yang m'tak-kan-nya d'sna. Ta-pi p'sa'an ma-nu-sya, ia s'ri yang m'lih" ucap Sakura, walau terbata-bata dan sulit dicerna, tapi Sasuke mengerti apa maksud perkataan Sakura.
Sasuke diam, ia mengelus kepala Sakura lembut. "Biarkan terus begini, biarkan aku terus mencintaimu walau kau tak mencintaiku" ucap Sasuke.
Sakura memejamkan matanya, menikmati setiap belaian lembut tangan Sasuke yang hangat.
Beberapa bulan setelahnya, Sakura duduk di depan tembok yang sudah dipenuhi kertas tempel pemberian Sasuke. Ia duduk di kursi rodanya, menatap hampa setiap tulisan itu. Ia tak tahu harus melakukan apa dengan tulisan-tulisan itu. Yang ia tahu, ia hanya harus membaca semuanya. Tidak, 5 kertas yang terpisah dari yang lainnya itulah yang harus ia ingat.
Impian:
Menyatukan seluruh remaja Jepang dan mengajarkan mereka disiplin, kebijaksanaan, tolong menolong dan saling menjaga;
Tekad:
Aku akan menjadi banchou di Jepang, bukan hanya di sekolah. Setelah menjadi banchou, aku akan mengabulkan impianku;
Uchiha Sasuke;
Haruno Sasori;
Haruno Ayame.
"S'ke" gumam Sakura.
~ MEI LiYo ~
Sasuke membuka pintu dan menatap gadis pink itu berdiri di ujung koridor.
"Sasuke! Kemana saja kau? Aku mencarimu!" Tanya gadis itu.
Sasuke diam, ia teringat seseorang yang sudah lama tak ia temui ketika melihat gadis itu.
"Hey! Kau baik-baik saja?" Gadis itu memegang kening Sasuke.
Sasuke menepis tangan itu dan berlalu pergi.
"Sasuke? Tak bisakah kau mempertimbangkanku? Kami sama, walau sifat kami berbeda. Kau sendiri yang bilang kalau aku lebih bisa diandalkan? Tapi kenapa kau malah-"
"Bisakah kau berhenti bicara? Kau punya berapa mulut sehingga membuat telingaku perih mendengar ocehanmu?" Bentak Sasuke.
"Kenapa kau jadi berubah Sasuke!" Bentak gadis itu.
"Dengarkan aku Ayame! Sakura sekarat! Bisakah saat ini kita fokus ke Sakura? Bisakah kau tak egois?" Ucap Sasuke.
"Kenapa semuanya berpihak pada Sakura! Kenapa tak ada yang perduli padaku!"
"Setiap detik yang kita punya adalah sangat berharga. Kau bisa mencari pria lain yang bisa mencintaimu selain aku, karena aku tak mencintaimu. Kau tak perlu membuang-buang waktu untukku.
Walau kau kembar dengan Sakura, kepribadian kalian berbeda. Impian, tekad, dan semangat kalian berbeda. Tak ada yang bisa menyamai Sakura di mataku" jelas Sasuke dan pergi.
"Sasuke!" Panggil Ayame.
"Tunggu!"
Sebuah suara membuat Sasuke menghentikan langkahnya. Sasuke membalikkan badannya dan terdiam menatap siapa yang berdiri di sana tengah menatapnya intens. Wanita berambut ikal berwarna hitam, bermata ruby yang berbinar, serta lekuk tubuh yang indah. Wanita itu berdiri tegap dan perlahan menghampiri Sasuke dan Ayame.
"Guru Kurenai?" Gumam Ayame.
"Ceritakan padaku, apa yang terjadi pada Sakura" ucap Kurenai.
Ayame menatap Sasuke kebingungan. Ia tak tahu harus menjawab apa.
Sasuke menatap guru biologinya yang menjabat menjadi wali kelasnya sekaligus itu. "Ibu seorang guru biologi, jika aku katakan ia mengalami gangguan pada SSPnya? Apakah ibu akan berhenti bertanya?" Jawab Sasuke.
"Apa maksudmu?" Tanya Kurenai.
"Aku sudah menjawabnya, jadi selanjutnya kau bisa pikirkan sendiri" sahut Sasuke dan menarik tangan Ayame menjauh. Ia tahu pasti kalau Sakura tak ingin siapapun dari sekolah mengetahui keadaannya yang sebenarnya.
Keesokkan harinya, Sasuke merasa aman karena Kurenai tak ada menanyai apapun lagi tentang Sakura.
Sepulang sekolah Sasuke langsung ke rumah sakit dengan sebelumnya ia singgah dulu ke kedai untuk makan.
Sesampainya di ruangan Sakura, betapa terkejutnya Sasuke mendapati Kurenai sudah duduk di sisi ranjang Sakura dan mengajaknya berbincang.
"Guru Kurenai?" Seru Sasuke terkejut.
Kurenai tersenyum, "sepertinya petunjukmu kemarin benar-benar mengantarku pada Sakura" ucap Kurenai. "Ketika kau katakan SSP, semalaman aku berpikir apa artinya. Dan aku mendapatkannya, Sistem Saraf Pusat. Aku lalu mencari informasi ke seluruh rumah sakit untuk mencarinya, dan akhirnya pagi tadi suster rumah sakit ini menelponku" cerita Kurenai.
Sasuke menatap Sakura, "ia tak ingin seorang pun tahu keadaannya" ucap Sasuke.
"Tapi ia sudah lupa. Bahkan ia tak ingat siapa aku" ucap Kurenai.
"Hanya Sakura yang lupa, tapi aku tidak. Aku akan menjadi pembatas Sakura, pengingat Sakura, pelindungnya dan juga pecintanya" ucap Sasuke, ia lalu membelai lembut rambut gadis yang sudah terlihat tak sehat itu.
"Terkadang Tuhan memang memberikan jalan yang tak sesuai dengan apa yang kita inginkan" ucap Kurenai.
"Jangan bicarakan apa yang Tuhan inginkan di depanku! Karena Tuhan tak pernah mengabulkan apa yang aku inginkan!" Ucap Sasuke.
"S'ke" panggil Sakura.
Sasuke langsung menggenggam tangan Sakura, dikecupnya tangan itu lembut "ada apa? Kau butuh sesuatu?" Tanya Sasuke.
Sakura tersenyum, "S'ke dak 'leh m'rah da Tu-han, pa gi b'tak Tu-han. Tu-han s'dah c'kup b'ik p'damu, ia m'rimu na'fas s'ra g'tis tan-pa nta b'las" ucap Sakura terbata-bata.
Kurenai tanpa sadar menitikkan air matanya. Ia baru pertama kali melihat gadis seperti Sakura yang terkenal brutal dan nakal menjadi rapuh dan bijak seperti itu.
"Baiklah. Aku berjanji tak akan meragukan Tuhan lagi. Istirahatlah," ucap Sasuke. Dikecupnya dahi Sakura. Lalu menarik lengan Kurenai untuk keluar dan bicara.
"Kenapa Sakura jadi begitu?" Gumam Kurenai.
"Sakura mengidap epilepsi, afasia dan ataksia. Semuanya gangguan pada otak," jawab Sasuke.
"Dimana kekasaran anak itu? Aku ingin melihatnya melompat ke atas meja lagi saat aku menegurnya. Aku ingin melihatnya mengancam adik kelasnya lagi seperti sebelumnya" isak Kurenai.
"Bukan begitu Sakura. Ia begitu pasti ada sebabnya" ucap Sasuke.
"Gadis punk itu, harusnya saat ini sedang tawuran bersama ganknya" ucap Kurenai.
Sasuke membawa Kurenai melihat-lihat ruangan Sakura.
Iris ruby Kurenau terlihat bulat sempurna tatkala matanya itu mendapati tulisan-tulisan milik Sakura di dinding itu. Entah itu pengharapan, sesuatu yang harus diingat, ataupun sebuah kata-kata yang membuat siapa saja ingin menangis membacanya. "Siapa sebenarnya Sakura ini?" Gumam Kurenai bingung.
Sasuke menunjuk kertas tempel lain yang berada terpisah dari yang lain. "Itu impiannya, dan juga tekad yang harus ia raih. Kau bisa lihat ada namaku di sana, nama kakaknya juga Ayame. Ia bilang, ia ingin mengingat nama-nama itu agar ia bisa mengenang nama itu sampai ia mati. Walau ia tak akan mengingat apa yang sudah kami perbuat untuknya" cerita Sasuke.
"Bagaimana Sakura di sini?" Tanya Kurenai.
"Ia selalu tersenyum, tak pernah mengeluh dan selalu bangkit setiap jatuh. Semangatnya begitu besar dan kuat, berbanding terbalik dengan keadaannya yang rapuh" jawab Sasuke.
"Tak ada obat untuknya?"
Sasuke menggeleng, "obat-obatan hanya mengurangi kemungkinan terbesar kambuhnya penyakit tersebut. Tak ada obat yang dapat menyembuhkannya" jawab Sasuke lagi. "Pertama bertemu dengannya, penilaianku sama sepertimu sebelumnya. Tapi setelah menyelami dirinya yang sesungguhnya, ia jauh berbeda dari remaja pada umumnya.
Sakura itu mengayomi, bijaksana, melindungi, pantang menyerah, tak pernah mengeluh pada hal apapun" cerita Sasuke.
"Sasuke, aku punya rencana untuk mengabulkan keinginan Sakura" ucap Kurenai.
Sasuke menatap Kurenai heran.
~ MEI LiYo ~
Keesokan harinya, Sasuke dan Kurenai mewawancarai para suster dan dokter di rumah sakit tersebut dengan handycam milik Kurenai. Lalu mengumpulkan beberapa foto yang sempat diambil saat Sakura sakit dan sebelum sakit hingga saat ini. Setelah selesai, Kurenai mengeditnya hingga menjadi sebuah film dokumenter yang akan ia perlihatkan di depan seluruh murid di sekolah tempatnya mengajar itu. Kemudian mempresentasikan beberapa slide penting mengenai apa itu epilepsi, afasia dan ataksia.
Seluruh siswa dan siswi kini berada di ruang serba guna, menatap proyektor besar yang akan memberi penjelasan pada mereka mengapa mereka ada di sana.
Kurenai memperlihatkan film dokumenternya. Film itu dimulai dari beberapa foto Sakura saat masih kecil, hingga ia remaja yang selalu terlihat dingin dengan dandanan emonya yang sudah mendarah daging.
"Film apa ini?" Tanya Naruto pada teman yang duduk di sisinya.
"Bukankah itu Sakura? Untuk apa ia memperlihatkan ini? Sakura sudah lari, segala ucapannya hanya 'b*#l5#!*'," ucap pemuda yang duduk di sisi Naruto yang 'dulu' merupakan anggota gank Sakura.
Tak lama film itu memutar komentar seorang dokter.
"Ya, saya sudah lama menjadi dokter tapi baru pertama kali bertemu dengan gadis seperti Sakura.
Dibalik penampilannya yang tak bisa dibilang sopan, ternyata sifatnya jauh lebih sopan daripada anak-anak remaja zaman sekarang.
Bahkan ia pernah menyelamatkan nyawaku serta keluargaku. Kami berhutang budi padanya."
"Menurut anda, bagaimana kepribadian Sakura?"
"Ia gadis yang selalu ceria, entah itu sebenarnya perasaannya sedih atau marah. Ia selalu berusaha menunjukkan pada semua orang bahwa ia tegar, ia kuat dan ia mampu.
Tak banyak orang di dunia yang sepertinya, mungkin 100.000.000:1."
"Sebagai dokter yang merawat Sakura, apakah Sakura pernah mengeluh pada anda?"
"Tidak sama sekali. Ia selalu menunjukkan senyum walau ia terjatuh, ia selalu tertawa bahkan saat tak dapat mengingat nama benda yang disebut 'uang'. Bagi semua orang, siapa yang dapat melupakan uang? Tapi bagi Sakura penderita afasia, uang bisa saja ia lupakan. Bahkan tak akan pernah mengingatnya lagi."
Sesi wawancara dengan dokter berakhir, film itu lalu menampakan foto-foto Sakura seperti screensaver saat sedang terapy dan meminum obat.
"Apa itu afasia?" Tanya Naruto.
"Aku tak tahu" jawab pemuda di sisinya. "Apakah ia sakit?" Tanyanya masih fokus pada layar proyektor.
"Bagaimana ya menjelaskannya? Sakura itu pasien yang paling bisa diatur. Tak pernah mengeluh. Serta memiliki optimisme yang tinggi.
Terkadang ia bercerita padaku tentang terapy yang menurutnya cukup melelahkan, tapi senang menjalaninya. Menurutnya, ia bisa mengenal kami para suster dan dokter adalah sebuah kebahagiaan. Baru pertama kali bagiku, aku merasa begitu sangat dihargai dan dibutuhkan oleh pasien."
Film itu kemudian memperlihatkan video saat dimana penyakit Sakura kambuh. Ia kejang-kejang dan terlihat sangat tersiksa.
"Hentikan! Aku tak sanggup melihatnya!" Jerit seorang siswi, ia terisak setelah melihat video itu.
"Haruno Sakura.. Gadis itu cukup tangguh. Kau bisa bayangkan? Ia mengidap tiga penyakit di otaknya sekaligus. Siapa yang bisa bertahan sejauh ini?"
Kemudian selanjutnya film itu memperlihatkan foto-foto Sakura dalam berbagai keadaan. Tapi dari semua foto itu, Sakura selalu terlihat tersenyum. Walau sebenarnya keadaannya tak baik.
"Impian Sakura adalah menyatukan seluruh remaja Jepang, dan membuat mereka menjadi disiplin, bijaksana, tolong menolong dan saling menjaga dengan cara dirinya menjadi banchou.
Tapi sepertinya semuanya lenyap ketika penyakit itu harus melahap hidupnya."
Setelah menampilkan keterangan dari Sasori. Film itu memperlihatkan kertas-kertas tempel di dinding ruang rawat Sakura.
Banyak siswa dan siswi tak kuasa menahan tangis mereka membaca tulisan-tulisan tangan itu.
Film itu pun berakhir. Kurenai berdiri di depan podium, ia membuka beberapa slide dan menjelaskan tentang apa itu epilepsi, afasia dan ataksia. Lalu bagaimana gejala, serta akhir dari penderita penyakit ini. Selesai menjelaskan ia pun mulai mengungkapkan isi hatinya.
"Bagi Sakura, banchou adalah tekad untuk menggapai impiannya. Impian seorang gadis remaja yang polos namun sangat mulia.
Aku berharap, kalian bisa membantu kami. Kami ingin mengabulkan impian luar biasa gadis malang itu.
Walau ia terkadang kasar, tapi ketika kita ingat kembali, apa yang ia lakukan adalah untuk melindungi yang lemah, menyetarakan derajat semua orang. Tak perduli kaya atau miskin, sehat ataupun cacat, bagi Sakura semuanya sama dan harus dilindungi dari penindasan.
Jika kalian dapat membuka pintu hati kalian, bantulah kami untuk mengabulkan impiannya. Umur gadis itu sudah tak lama lagi. Tak ada yang tahu kapan Tuhan akan mengambilnya dari sisi kita, dan meletakannya di sisi-Nya.
Untuk itu, mari kita merenung bersama-sama mengingat Sakura. Untuk membuka hati serta pikiran kita" ucap Kurenai.
Semua hening. Yang terdengar hanya isakan. Semuanya benar-benar merenung.
Selesai acara, seluruh murid diperkenankan kembali ke kelas. Seorang guru multimedia menghampiri Kurenai, ia meminta izin untuk memasukkan video rekamannya sepanjang acara tadi untuk diuploadnya ke dalam acount Youtube miliknya.
~ MEI LiYo ~
Seminggu kemudian, tak ada kabar dari siapapun. Sepertinya seluruh manusia di Jepang sudah tertutup pintu hatinya untuk mengabulkan impian seorang gadis yang tak berumur lagi. Bahkan para dokter saja tak yakin Sakura akan merasakan bagaimana ketika ia berusia 17 tahun dan mendapatkan SIM.
Namun sebuah keajaiban terjadi, atau sebenarnya rencana semua orang untuk merahasiakan kejutan besar ini dari mereka yang menjaga Sakura?
"What the hell on here?" Seru Sasuke tak percaya melihat apa yang ada di halaman depan rumah sakit.
"Apakah ini mimpi? Apakah film dokumenter itu berhasil?" Gumam Kurenai.
"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Ayame heran.
Mereka pun turun untuk memastikan.
"Apa ini?" Tanya Sasori pada mereka semua. Ya. Semua. Jutaan orang berkumpul di depan rumah sakit itu. Mereka mengenakan pakaian model emo layaknya Sakura. Mereka juga membawa beberapa spanduk yang bertuliskan macam-macam, seperti 'We love you, Sakura!', 'Stay strong!', 'Smile, you don't cry', 'We'll always in your heart', 'We'll be what you want', 'Nothing gonna change you', dan ungkapan semangat lainnya.
"Seperti konser Michel Jakson saja" gumam Ayame takjub.
"Lihat, bulu kudukku berdiri semua" ucap Kurenai.
"Mereka, berkumpul kemari untuk Sakura" gumam Sasuke. Ia menitikkan air mata bahagia.
"Tolong pertemukan kami dengan Sakura!"
"Sakura!"
"Lihat kami! Kami disini untukmu!"
"Bersemangatlah Sakura!"
"We love you!"
"Sakura!"
Sasuke berlari menuju ruang rawat Sakura. Ia lalu berbicara perlahan pada Sakura, "Sakura? Ini aku Sasuke, kau ingat?" Tanyanya.
"S'ke?" Angguk Sakura.
"Bagus. Kau ingat impianmu?" Tanya Sasuke.
Sakura diam, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri mencari potongan ingatannya akan sebuah impian.
"Tak apa jika tak ingat," ucap Sasuke. Ia lalu menarik kursi roda dan mendudukkan Sakura di sana. Ia perlihatkan pada Sakura kertas-kertas tempel di dinding. "Lihat, kertas impian dan juga tekad itu. Apa kau ingat? Kau yang menulisnya, walau pada bagian tekad adalah tulisanku" ucap Sasuke.
Sakura menatap kertas itu, "i-yya, a-ku s'kit ngat" jawab Sakura.
Sasuke tersenyum, lalu berjongkok di hadapan Sakura. "Impianmu akan terkabul, kau ikut denganku" ucap Sasuke dan membawa Sakura ke sisi jendela dan memperlihatkan jutaan orang yang bersorak-sorai menyerukan nama Sakura.
Sasukepun membawa Sakura turun untuk bertemu orang-orang itu.
Sakura disambut hangat oleh mereka. Seruan mereka membuat siapa saja yang melihat langsung pasti merinding.
Dengan senyum Sakura menyambut mereka, "ha-hay.." Sapa Sakura.
"Banchou! Sakura! Jadilah banchou kami!" Seru mereka.
"N'cou? I-tu m'piku, b'nar S'ke?" Ucap Sakura.
Sasuke mengangguk, "ya, itu impianmu dan sekarang tercapai" ucap Sasuke.
Sakura tersenyum, "j'dilah s'ti a'pa yang-" tiba-tiba Sakura terdiam. Tubuhnya mulai bergetar dan tak stabil. Ia lalu jatuh dan mulai kejang-kejang.
"Sakura!" Seru Sasuke dan mendekap gadis itu erat walau Sakura masih kejang di dalam dekapannya.
"Sakura!" Seru orang-orang itu berteriak dan keadaan menjadi kacau serta riuh.
Sasuke, Sasori dan Ayame segera membawa Sakura ke dalam rumah sakit untuk diperiksa lebih intensif.
Kurenai berusaha menenangkan orang-orang itu.
Dokter dan para suster berusaha menenangkan Sakura yang terus menegang. Otot-ototnya berkontraksi tanpa kendali dan membuat mereka kewalahan.
Semua orang yang tadinya bersemangat menyerukan nama Sakura, kini menjadi bersedih dan banyak berdo'a.
Sasuke, Sasori dan Ayame senantiasa berada di sisi Sakura. Walau bagaimanapun mereka merasa tak tega melihatnya yang begitu tersiksa.
Keadaan Sakura mulai tenang, ia disarankan untuk istirahat. Namun tak lama kedua mata emerald itu membuka.
"S'ke" panggil Sakura.
Ayame tak kuasa menahan tangis melihat saudari kembarnya itu.
Sasuke dengan segera menghampiri Sakura, menggenggam tangannya yang sedikit bergerak liar. "Ada apa? Kau ingin aku melakukan apa?" Tanya Sasuke.
"A-ku 'ngin p'lang. Du-duk di b'kang ru-mah d'ngan S'ke, di ba-wah p'hon sa-ku-ra b'sma d'ngan-mu" pinta Sakura susah payah, masih dengan senyumnya.
Sasuke menolak, "kau harus istirahat. Kau sedang tak sehat" ucap Sasuke.
Sasori menepuk pundak Sasuke, "antar dia" gumam Sasori.
"Tapi!" Bantah Sasuke.
"Mungkin, ini permintaan terakhirnya" ucap Sasori dan membuang mukanya. Ia menangis, ia tak sanggup apabila benar hal itu adalah permintaan terakhir adiknya.
Sasuke menatap Sakura, lalu memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Baiklah, aku akan menggendongmu sampai ke sana" ucap Sasuke. Ia lalu menggendong Sakura ala bridal dan berjalan menuju rumah Sakura.
"Maafkan aku, aku memang egois. Maafkan aku Sakura" ucap Ayame saat Sasuke yang menggendong Sakura melewatinya.
Sakura hanya tersenyum. Senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya.
Jutaan orang menatap Sasuke dan Sakura, dengan senang hati mereka membuka jalan untuk mereka.
"Tuhan memberkatimu, nak!"
"Tuhan mencintaimu!"
Seruan-seruan do'a mengantar perjalanan mereka pulang ke rumah Sakura.
~ MEI LiYo ~
Sesampainya di rumah Sakura, mereka langsung menuju halaman belakang. Sasuke membawa Sakura duduk di bawah pohon itu bersamanya. Tak lama, sebuah keajaiban terjadi. Pohon sakura itu menampakkan dedaunannya yang berwarna merah muda dan mulai berjatuhan menimpa Sasuke dan Sakura.
Sakura tersenyum, "n'dah ya, S'ke?" Gumam Sakura.
"Iya, sangat indah" ucap Sasuke menatap pohon itu. "Padahal bukan musim semi" sambungnya.
"S'ke, ku maw d'sni dan t'dur d'sni" gumam Sakura, ia mulai memejamkan matanya dan bersandar di dada Sasuke.
"Tidak! Kau tidak boleh tidur! Sakura! Buka matamu!" Seru Sasuke menggoyang-goyangkan tubuh Sakura.
"S'kit, S'ke" jawab Sakura. Matanya terbuka. Ditatapnya pemuda tampan yang sejak awal selalu menemaninya itu. "Co-ba pe-jam-kan m'ta-mu, r'sa-kan na-fas Tu-han yang su-dah me'gil-ku" ucap Sakura masih dengan senyum yang tak pernah menghilang.
Sasuke menatap sedih Sakura, "jangan tinggalkan aku, Sakura! Jangan! Kau adalah satu-satunya orang yang berharga bagiku! Tetaplah hidup untukku, tahun depan kita akan menikah. Aku janji padamu, tetaplah hidup untukku" seru Sasuke.
Sakura tersenyum, "ma-af.. A-ku sa-yng S'... Ke" kepalanya jatuh ke dada Sasuke. Tangannya pun jatuh ke tanah. Tuhan benar-benar memanggilnya, dan tak menyisakan apapun selain raganya. Tapi lihat, senyum itu tak hilang dari wajah pucatnya.
"Sakura!" Jerit Sasuke tak bisa menahan dirinya. Ia tak bisa kehilangan Sakura. Bukannya tak bisa, iIa hanya belum siap jika harus kehilangannya.
Sasuke tatap duduk di sana, dipandanginya gadis yang sudah mendingin itu. "Dingin, kau dingin Sakura. Aku akan menghangatkanmu, bangunlah.. Buka matamu.. Tak ada yang bisa menggantikanmu, Sakura. Tak akan ada" isak Sasuke dan mendekap gadis itu erat. Sangat erat, seolah tak akan pernah melepaskannya.
Sasori menghampiri Sasuke ketika hari mulai senja. Dari kejauhan Sasori menangis melihatnya, ia tahu pasti kalau jiwa adiknya sudah tak bersama raganya lagi. "Sasuke, Sakura harus istirahat" ucap Sasori.
"Ia ingin di sini, aku akan pergi jika ia yang minta" jawab Sasuke.
"Tidak, Sasuke. Ia harus tidur, tidur di tempatnya yang seharusnya" sahut Sasori.
"Ssstt! Dia sedang tidur. Nanti dia akan bangun, dan saat itulah aku akan menanyainya apakah ia mau kembali atau tidak" ucap Sasuke dan kembali mendekap gadis itu dengan pandangan kosong.
"Sasuke! Lepaskan Sakura! Ia sudah mati! Ia harus berbaring dalam tempatnya!" Seru Sasori dan berusaha merebut Sakura.
"Lepaskan! Jangan ambil Sakura! Ia belum mati!" Seru Sasuke.
Tak lama Naruto dan anggota gank Sakura dulu membantu Sasori untuk memisahkan Sakura dari Sasuke yang terlihat syok.
"Jangan bawa Sakura! Ia ingin di sini! Jangan bawa dia! Sakura!" Jerit Sasuke, hingga akhirnya ia jatuh pingsan.
Keesokkan harinya, pemakaman Sakura pun diselenggarakan dan disaksikan hampir seluruh rakyat Jepang.
Sasuke berdiri di sisi peti kaca yang di dalamnya terbaring Sakura yang menggunakan pakaian bridal dengan seikat bunga di tangannya. Senyumnya terus menghiasi wajah pucatnya yang sudah dirias cantik.
Alunan lagu kematian mengantar kepergian gadis itu ke dalam makamnya. Makam yang dibuat di halaman belakang rumah mereka, tepat di bawah pohon sakura milik Sakura yang sejak kecil ia tanam.
Awan mendung menyelimuti kota kala itu. Membuat suasana berkabung semakin terasa.
Terima kasih, atas semua yang sudah membantuku. Maaf jika selama ini aku merepotkan kalian.
Tuhan, aku akan ikut bersamamu. Asalkan satu hal ku pinta padamu.
Berikan orang-orang ini sebuah kebahagiaan, berkati hidup mereka seperti mereka memberkatiku. Jangan biarkan kesusahan membelenggu mereka. Cintai mereka, seperti kau mencinta bapa di surga..
Tiba-tiba awan mendung tersibak oleh cahaya matahari yang terang. Bagai cahaya dari surga yang menyinari daerah tempat pemakaman Sakura yang dihadiri ribuan orang? Mungkin.
Selesai acara pemakaman, dengan pandangan kosong Sasuke pergi pulang. Ia tak tahu harus bagaimana meluapkan perasaannya. Menangiskah? Berteriakkah? Apa yang bisa ia perbuat tak akan membuat gadis itu hidup lagi.
Sepertinya do'a Sakura dalam tidurnya tak terkabul pada Sasuke.
Sesampainya di rumahnya, Sasuke masuk ke kamar, menyalakan DVD Playernya. Tak lama sebuah alunan musik sendu yang sangat pas sekali menyeruap ke indera pendengaran Sasuke.
I'm so tired of being here
supressed by all my childish fears
and if you have to leave
I wish that you would just leave
'cause your presence still lingers here
and it won't leave me alone
these wounds won't seem to heal
this pain is just too real
there's just too much that time cannot erase
when you cried I'd wipe away all of your tears
when you'd scream I'd fight away all of your fears
and I held your hand through all of these years
but you still have me
all of me
you used to captivate me
by your resonating light
now I'm bound by the life you've left behind
your face it hurts
my once pleasant dreams
your voice it chased away
all the sanity in me
these wounds won't seem to heal
this pain is just too real
there's just too much that time cannot erase
when you cried I'd wipe away all of your tears
when you'd scream I'd fight away all of your fears
and I held your hand through all of these years
but you still have me
all of me
I've tried so hard to tell myself that you're gone
but though you're still with me
I've been alone all along…
when you cried I'd wipe away all of your tears
when you'd scream I'd fight away all of your fears
and I held your hand through all of these years
but you still have me
all of me…..
- (Evanescence - My Immortal) -
Sasuke merebahkan dirinya di tempat tidur. Meresapi berkah yang sudah diberikan Tuhan untuknya secara gratis. Udara. Itu yang Sakura pernah katakan padanya.
Hari-hari Sasuke menjadi selalu mendung. Tak ada seseorang yang dapat membuatnya kesal maupun senang sekaligus seperti Sakura. Hatinya terkadang sakit ketika melihat Ayame yang parasnya sama seperti Sakura.
Sudah 5 tahun kepergian Sakura. Setiap minggu Sasuke pasti berkunjung ke makam Sakura. Beberapa peziarahpun sering mengunjungi makamnya sebagai rasa simpati.
Sasuke kini sudah bekerja, ia menjadi dokter di sebuah rumah sakit. Ia berjanji akan menolong siapa saja yang membutuhkannya, seperti Sakura yang tanpa pamrih menolong orang.
~ MEI LiYo ~
Pemerintah yang mendengar berita tentang Sakura pun meminta agar makam Sakura digali, lalu jenazahnya diletakkan di makam pahlawan.
Sasuke menolak dengan pasti permintaan itu karena Sakura lebih menyukai makamnya yang berada di bawah pohon sakura itu menurut Sasuke.
Tapi atas izin Sasori dan Ayame yang merupakan saudaranya pun akhirnya makam Sakura digali.
Semua orang yang melihat acara penggalian itu terperanga tatkala melihat peti mati berwarna putih itu masih rapi, di dalamnya masih terbaring gadis berambut merah muda itu yang menggenggam bunga yang masih segar. Wajah gadis itupun seperti tak termakan waktu, wajahnya masih segar seperti dulu sebelum ia meninggal. Bunga-bunga yang mengelilingi tepian petinya pun masih wangi dan indah.
Tak ada yang dapat mempercayai hal itu. Ia seperti malaikat saja, wajah cantiknya yang alami membuatnya benar-benar mengagumkan walau jiwanya tak lagi di raganya tersebut. Tetap saja gadis itu bisa membuat orang kagum.
Sasuke yang melihat Sakura yang masih dalam keadaan baik itu pun meminta, "bisakah ia kita letakan di gereja saja?".
Pada akhirnya peti mati Sakura pun diletakan di salah satu kapel gereja, dimana orang-orang dapat berkunjung untuk mendo'akan gadis itu.
Hingga suatu ketika, Sasuke divonis mengidap gagal jantung.
"Seperti inikah perasaan Sakura?" Gumam Sasuke ketika mengetahui penyakitnya.
3 tahun kemudian, Sasuke meninggal. Sebelumnya ia sempat berpesan agar petinya diletakan di sisi peti Sakura.
Sama seperti Sakura, jenazah Sasuke pun tak termakan oleh waktu. Wajahnya masih terlihat seperti sebelum ia meninggal.
Stay low.
Soft, dark, and dreamless,
Far beneath my nightmares and loneliness.
I hate me,
For breathing without you.
I don't want to feel anymore for you.
Grieving for you,
I'm not grieving for you.
Nothing real love can't undo,
And though I may have lost my way,
All paths lead straight to you.
I long to be like you,
Lie cold in the ground like you.
Halo,
Blinding wall between us.
Melt away and leave us alone again.
The humming, haunted somewhere out there.
I believe our love can see us through in death.
I long to be like you,
Lie cold in the ground like you.
There's room inside for two and I'm not grieving for you,
I'm coming for you.
You're not alone,
No matter what they told you, you're not alone.
I'll be right beside you forevermore.
I long to be like you, sis,
Lie cold in the ground like you did.
There's room inside for two and I'm not grieving for you.
And as we lay in silent bliss,
I know you remember me.
I long to be like you,
Lie cold in the ground like you.
There's room inside for two and I'm not grieving for you,
I'm coming for you.
- (Evanescence - Like You) -
- end -
Setelah berulang kali berfikir, akhirnya aku putuskan untuk upload fict ini. Aku sudah tanya sama teman-temanku apakah fict ini patut di upload atau nggak? Dan ternyata mereka memberi respon positif. Tapi mereka bilang, pada bagian akhir ceritanya terlalu cepat. Setelah aku baca ulang ternyata memang benar, pengen sih aku edit, tapi aku udah nggak punya inspirasi lagi.
Fict ini padahal pengen aku upload dalam satu chapter. Tapi, setelah aku lihat halamannya udah sampai 51, dan akhirnya aku baru sadar kalau aku terlalu menghayati cerita ini rupanya. Hahaha ...
Jadi fict ini aku buat dalam dua part, semoga para readers bisa menikmati fictku ini. Terima kasih...
Boleh minta review?