IN THE MIDDLE OF HATE AND LOVE

RATE: T

MAIN CASTS: CHINEN YUURI| NAKAJIMA YUTO| YAMADA RYOUSUKE|HANDINI|

GENRE: COMPLICATED, FRIENDSHIP, A BIT OF HUMOR

SUMMARY: MEREKA ADA DISINI, DEKAT DENGANKU, TAPI MEREKA SOMBONG! AKU JADI BINGUNG


THIS STORY IS BELONG TO ME

CHINEN YUURI, NAKAJIMA YUTO, YAMADA RYOUSUKE. SORRY FOR THE SUDDEN DREAM INVITATION!

I GOT IT IN MY DREAM, I WANT IT COMES TRUE, SOMEDAY WILL BE.

DIDASARI DARI KISAH MIMPI SAYA DENGAN SEDIKIT PENAMBAHAN.

PLEASE JUST CLICK THE BACKSPACE BUTTON IF YOU'RE NOT INTEREST WITH MY FIC

ANYWAY,

READ HAPPILY!


Kamis, 26 April 2012

.

.

Hari itu entah mengapa menjadi hari yang membingungkan untukku. Selama kurang dari tiga tahun berada di sekolah ini, baru kali ini ada murid pindahan— bukan maksudku murid petukaran pelajar, ya mungkin seperti itu, aku tidak tahu karena setahuku sekolahku tidak menerima siswa pindahan. Tidak tahu sejak kapan mereka tiba-tiba saja sudah berada dikelasku, belajar pelajaran yang tiga ratus enam puluh derajat berbeda dari sekolahnya yang mewah itu. Entahlah, aku sangat kaget saat itu. Kau tahu mengapa aku terkaget? Aku terkaget karena murid yang ku tak ketahui maksud kedatangannya kesini adalah salah tiga anggota Boyband asal Jepang yang benar-benar sedang sukses-suksesnya tenar seantero Asia. Kusebut mereka si Trio Kwek-Kwek!

"Haaahh!" Suaraku datang menggema mengisi kelas XII Travel 1 yang saat itu sudah mulai banyak teman-teman datang lebih dahulu dibandingku.

"HAAAAHHH?" Kini suaraku bukan menggema mengisi ruangan kelasku lagi,tetapi menggema ke seluruh gedung utama sekolah. Intonasi nadaku meninggi secepat kilat ketika meja tempat aku biasa duduk tiba-tiba diduduki oleh tiga orang asing yang bagiku benar-benar mengejutkan. Seisi kelasa saat itu berhenti melakukan aktivitasnya lalu pandangan mereka terarah kepadaku, tak terkecuali ketiga orang ini. Satu meja belajar dikelas biasanya diisi oleh dua orang saja, tapi ini mereka duduk bertiga dengan seragam yang berbeda pula dengan seragam sekolah menengah keatas kejuruan pada umumnya. Dan ini menimbulkan kesenjangan sosial yang sangat kontras…

"Han, itu anak HSJ kan ya? Yang lo suka kan? Dari pagi banget udah ada dikelas." Tiba-tiba Ayu, teman sekelasku, mendekatiku dan menjelaskan apa yang terjadi dengan nada berbisik sementara mulutku masih menganga lebar menatap si Trio Kwek-Kwek yang memasang wajah tidak mengerti dengan apa yang temanku bicarakan padaku.

"Kenapa… kenapa kalian ada disini?" Kuberanikan diriku untuk menanyakan apa yang mereka lakukan Bahasa Jepangku yang sangat minim.

"Kami ada disini itu bukan urusanmu. Jangan ganggu kami." Laki-laki berbadan jangkung dan kurus itu menjawab pertanyaanku dengan alis mata yang terangkat dan memandang tajam wajahku lalu lanjut berbicara pada kedua temannya dalam Bahasa Jepang, sedikit yang kutangkap bahwa dia sedang mengejekku.

"Whatttttssss? Gila! Ngimpi apa gue semalem ketemu artis ngocolnya setengah mampus!" Balasku dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang sengaja kubuat sangat nge-slang lalu pergi kebelakang mencari bangku yang kosong. Lalu—kenapa aku harus mengalah padanya? Itukan tempat dudukku dan teman sebangku Putri, dan kenapa aku harus pergi kebelakang mencari tempat duduk baru? Ah, sial!

"What did you say?" Tiba-tiba saja Yamada Ryousuke berdiri berbalik kearahku, seketika seisi kelas yang sedang ramai kembali menjadi diam sesaat melihat kelakuan orang asing itu yang benar-benar ingin diajak ribut.

"S-W-T!." Jawabku asal, hanya itu yang bisa kukatakan. Karena perasaan yang masih kaget bercampur kesal saat itu menjadi tercampur aduk begitu saja. Asal kalian tahu, aku ini pengagum berat mereka, Hey! Say! JUMP. Dan tanpa susah-susah aku menunggu mereka datang konser di Indonesia atapun aku pergi ke Jepang untuk melihat mereka bernyanyi , sekarang mereka sudah ada tepat didepanku. Tetapi na'as, rasa bahagia tak secuil pun kurasakan malah rasa kesal dihati yang berbuih ramai siap meledakkan hatiku. Oh, apalagi disitu ada Yuuri Chinen. Ya, dia adalah laki-laki yang selalu membuatku ceria dan ingin sekali aku bisa berbincang dengannya—tidak, melihatnya saja seharusnya aku sudah menggelepar hebat. Tapi kenyataannya berbeda. Mereka sombong! Lihat saja, ketika salah satu temanku menyapa mereka, hanya tatapan merendahkan yang ia berikan pada temanku yang sangat baik dan sopan itu. Sungguh benar-benar menyebalkan! Apakah itu sifat asli publik figur saat ia merasa paling hebat diantara kerumunan remaja sebayanya yang popularitasnya tidak setenar mereka? Benar-benar menjengkelkan! Mengapa mereka harus ada disekolah ini!

"Aihh! Malesin banget! Ngapain sih mereka sekolah disini? Kayak gak ada sekolah yang lebih keren aja."

"Sabar neng." Tanya temanku Grace yang duduk didepanku.

"Semoga." Ucapku datar sambil menyangga kepalaku dimeja dengan kedua telapak tanganku, sementara kedua mataku tetap menatap ketiga punggung para Trio Kwek-Kwek yang asyik sendiri dengan dunianya. Bel masuk pun berbunyi dan dimulailah hari yang menurutku benar-benar menyedihkan.


Jam keempat pelajaran Bahasa Inggris pun berakhir dan istirahat pertama dimulai. Suasana ramai kelas pun ikut riuh menyambut bel istirahat yang hanya berdurasi dua puluh menit. Sementara aku masih fokus memantau gerak-gerik yang dilakukan Trio Kwek-Kwek sejak jam pejalaran tadi. Terbesit dibenakku tentang ucapan yang kukatakan tadi pagi. Seharusnya aku menyapa mereka dengan cara yang lebih sopan sehingga mereka pasti akan meresponku dengan cara yang sama pula. Lagipula aku malu dengan Yuuri Chinen, aku sangat mengaguminya tapi saat bertemu dengannya aku malah—ah pokoknya aku harus bersikap sopan pada mereka. Kesempatan hanya datang sekali-kali, dan kesempatan ini harus digunakan sebaik mungkin sebelum kata-kata menyesal datang kepadaku.

"Ehem, halo." Sapaku sambil berdeham pelan ketika sampai dibelakang meja mereka. Acara bincang-bincang ketiga orang itu pun terhenti sementara, mencari sumber suara yang mengganggu aktivitas mereka.

"Oh, kau lagi." Cetus Yuuri dengan picingan matanya yang seperti minta dilempar buku OAG, juga diikuti kedua temannya yang lain. Ini sangat membuat hatiku merasa tertohok batu prasasti. Aku harus bersabar, biar begini mereka adalah alasanku hidup didunia.

"Ya, aku lagi. Aku ingin meminta maaf dengan apa yang aku ucapkan tadi pagi. Maafkan aku ya."

"Untuk apa meminta maaf, aku saja tidak tahu alasan apa yang membuatmu meminta maaf pada kami." Yamada mengambil alih pembicaraan.

"Eh? Menyebalkan sekali."

"Apa katamu?"

"Tidak hahaha… Hey! Itu kertas apa?" Karena tidak mau memperpanjang masalah, aku pun mengalihkan pembicaraan tersebut karena mulai penasaran dengan kertas-kertas yang sedang dipegang Yuto.

"Wah, science formulas?" Aku takjub melihat kumpulan rumus-rumus Sains yang ditulis rapih oleh pemiliknya, Yuto. Rumus-rumus itu terlihat rapih dan enak dipandang, tetapi tidak ada satu pun yang aku mengerti dari tulisan itu. Sekolah kejuruan sepertiku tidak mungkin belajar dengan hal-hal yang seperti itu, hanya membuang-buang waktu. Jadi aku sedikit takjub dengan istilah-istilah ilmiah yang tidak kuketahui arti dan kegunaannya. Sedangkan mereka dengan wajah bingung hanya bisa duduk mengamati tingkahku yang seperti orang bodoh yang terpesona melihat rumus-rumus itu.

"Ayu! Sini!" Kupanggil temanku yang paling pintar dipenjuru sekolah untuk melihat isi kertas yang sedang kukagumi.

"Apa?" Tanyanya saat menghampiriku dengan wajah yang penuh bertanya-tanya.

"Ini, liatkan? Rumusnya susah banget ya, gimana soalnya."

"Ohh, iyalah. Mereka kan SMA Han, eh tapi kita juga diajarin Matematika kan? Nah itu juga banyak rumusnya. Ya biar Matematikanya yang dasar banget sih."

"Iya ya? Hm…" Kuanggukkan kepalaku saat mendengarkan penjelasan Ayu. Dan saat itu juga terlintas dipikiranku untuk menunjukkan catatan Matematika-ku pada mereka.

"I also have Math formulas. If you want, I will lend it for you. " Si Trio Kwek-Kwek menelaah sejenak perkataanku lalu mengangguk pelan.

"Okay, let us see it." Dengan sigap kuberlari cepat kearah meja belajarku dan mengambil sebuah buku catatan Matematika yang entah kapan pernah kubuat.

"Hm, pelajaran ini sungguh mudah dan setahuku ketika SMP kita pernah belajar tentang ini, iya kan Yamachan, Yuto?" Ucap Yuuri saat melihat sekumpulan rumus-rumus dari catatan antah-berantah punyaku. Sedangkan aku berdiri didepan meja mereka mendengarkan komentar-komentar yang keluar dari mulut ketiga orang itu.

"Un, demo… Kau ini kan jago yang namanya Matematika. Jadi apapun dibilang mudah." Yamada terus melanjutkan membolak-balikan halaman buku catatanku, ucapan itu didukung anggukan setuju dari Yuto sementara Yuuri tersenyum bahagia mendengar pujian secara tidak langsung dari temannya. Aku pun masih terdiam melihat kelakuan mereka sampai Yamada mulai mengambil sebuah ponsel yang berada disaku celananya lalu mengangkat buku catatan tersebut dan berancang-ancang untuk memotret menggunakan ponselnya. Alisku berkerut bingung, kenapa Yamada harus memotret buku catatanku? Apakah ada yang spesial didalam buku itu? Setahuku buku itu tidak kutulis dengan tinta emas atau pun sesuatu yang wah untuk sebuah buku catatan biasa.

"WOOOYYY! MANA KERTAS NASKAHNYA?" Tiba-tiba teriakan seseorang terdengar jelas dikelasku, asal suara itu datang dari luar kelas. Saat itu juga aku keluar melihat apa yang terjadi.

"Gue tuh udah kasih ke elo ya. Gak usah pake mukul bisa kan?" Ternyata adik kelasku yang sedang ribut dengan temannya mencari naskah dramanya yang hilang entah kemana. Perkelahian pun tak terelakkan, dan ini hanya membuat Trio Kwek-Kwek semakin ilfeel apabila mengetahui perilaku murid penghuni sekolah ini.

"Eh berantemnya bisa nggak sih nggak disini? Bikin malu aja lo, ada artis nih dikelas gue. Sana!" Kedua murid itupun berbalik menatapku tajam mendengar ucapan yang keluar dari mulutku dan aku tidak peduli. Kudorong mereka menjauh dari lorong kelas dan saat kuhendak berbalik ternyata Trio Kwek-Kwek sudah berdiri didepan pintu, sepertinya mereka sudah melihat semuanya.

"Shinpai shinaide. Tadi itu mereka hanya latihan drama. Bukan apa-apa, hahaha." Ucapku saat mereka kembali memandangku aneh.

"Sekolah ini aneh dan kau juga, bukan begitu Yamachan? Yuto?" Ucap Yuuri, kembali dengan nadanya yang merendahkan.

"Apppaa…?"

"Aku tidak percaya materi Matematika disekolah ini sebegitu ini buku catatanmu. Terimakasih, aneh." Suaranya sedikit ditekankan saat menyebut kata terakhir untukku saat Yuto menempelkan buku catatan tepat ke dahiku. Dan dalam hitungan detik mereka kembali masuk kedalam kelas, dan dalam hitungan detik juga sepertinya asap putih sudah mengepul tebal diatas kepalaku bertepatan dengan bel masuk yang berdering kencang, tak mau kalah dengan suara gaduh sekitar sekolah. Sepertinya aku salah sudah berbuat baik padanya. Harusnya ini tidak terjadi dari awal.

"Lo belom aja ngerasain yang namanya ngitung International flight fare sama ngapalin key entries CRS kan? Belom kan? Belagu! Gue jejelin buku Worldwide General fare baru nyaho lu!"


"Class, let's preview the materials of passing sight that we'll prepare for Old Banten Tour. Ferdi, please stand here and explain about…" Ucap Mr. Uday, guru yang mengajar kepramuwisataan kepadaku dan teman sekelas di laboratorium tempat kami biasa praktek. Ruangan itu terdapat komputer disetiap mejanya dan selalu digunakan saat pelajaran kejuruan. Seperti biasa—untuk saat ini, aku duduk di belakang. Sementara Trio Kwek-Kwek itu duduk dibarisan depan tepat berbicara. Asal kalian tahu, aku paling malas duduk dibelakang karena penglihatanku yang kurang berfungsi dengan baik dan daya konsentrasiku yang mudah hilang. Tapi semenjak Trio Kwek-Kwek ada disini aku tidak sudi duduk satu barisan dengan mereka. Apa itu, si artis yang menyebalkan minta ampun. Rasanya aku ingin melempari mereka dengan keyboard yang sedang bertengger manis diatas mejaku ini. Kurang lebih lima belas menit aku memantau gerak-gerik mereka tanpa mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulut temanku Ferdius saat ia menjelaskan tentang bahan pramuwisata saat akan melakukan praktek di kota Banten. Saat itu otakku sedang berputar-putar mencari alasan mengapa mereka bisa berperilaku seperti itu. Apakah video-video lucu mereka yang sering ku download hanyalah bualan belaka? Dan artikel-artikel hasil wawancara dengan mereka yang sering kubaca diinternet bahwa anggota Hey! Say! JUMP adalah laki-laki yang baik dan menyenangkan juga hanya sebuah kebohongan? Artis memang susah ditebak.

"Apa kau lihat-lihat?" Bisik Yuuri yang menyadari bahwa mereka sedang diperhatikan oleh diriku sendiri. Aku yang sedang tertangkap basah hanya bisa terkaget malu.

"Apa? Weeek!" Sanggahku sambil menjulurkan lidah.

"Aneh." Yamada ikut berbisik kearahku dengan wajah datar yang sangat membuatku makin naik darah.

"Kalian ngajak ribut ya." Gumamku kesal sambil kuangkat siku kiriku kearah mereka. Namun mereka tak menggubrisnya, malah Yuto mengeluarkan tempat minumnya yang sedotannya panjang luar biasa lalu minum dengan santainya didalam kelas.

"Sorry kid, we are in class. The door is wide open if you want to drink or do something unless studying." Mr. Uday mengambil yang empunya botol minum dan menyuruhnya untuk keluar dari kelas, tetapi Yuuri dan Yamada juga ikut keluar dari kelas. Mungkin karena mereka tidak mau berpisah, atau apalah aku juga tidak tahu. Saat itu aku cukup senang menegur dan menyuruhnya keluar. Muka Yuto merengut kesal karena hukuman yang diberikan Mr. Uday. Aku pun tersenyum puas melihat mereka keluar dari kelas. Siapa suruh minum didalam kelas saat pelajaran dimulai.

"Huuu! Rasakan! Week!" Ejekku pada Trio Kwek-Kwek yang berjalan terhuyung-huyung keluar kelas. Mereka bertiga juga tidak lupa melirikku tajam saat aku ejek.

"Awas kau nanti." Ancam Yamada.

"Aku tidak takut."

"Aneh! Dasar aneh! Week!" Sambung Yuuri sambil menjulurkan lidahnya. Wajahnya terlihat sangat lucu.

"Wek!" Aku ikut menjulurkan lidahku kearah Yuuri lalu tersenyum bahagia melihat mereka.

"Ih Handini masih aja suka sama anak HSJ, udah tau mereka sombong-sombong tuh." Cetus Novya yang duduk di sebelah mejaku. Tidak tahu kenapa aku bisa sebal sebegitu mudahnya pada mereka karena kelakuannya yang sombong dan tidak sopan itu. Tapi dari sikapnya yang seperti itu, aku merasa seperti sudah sangat dekat sekali dengannya. Itulah hal yang membuatku bertanya-tanya hari ini. Mereka ada disini, dekat denganku. Tetapi mereka sangat sombong. Aku jadi bingung.

"Gatau deh, mau dia sombong, belagu, ngocol, gue gak peduli. Yang penting adalah, mereka ada didepan mata gue. Bisa ngeliatnya aja udah bersyukur banget. Apalagi berantem sama mereka. How lovely!" Semburat senyum menyimpul diakhir kalimatku. Kata-kata itu mengalir begitu saja dari bibirku saat Novya bicara padaku. Kupandangi langit biru dengan kumpulan awan putih yang menghiasi hamparan langit dihari yang terik siang itu. Mungkin aku harus mencari sisi positif dari apa yang mereka lakukan padaku hari ini. Layaknya matahari yang selalu dibenci orang-orang ketika sedang tinggi-tingginya bertengger menyinari bumi, seharusnya kita berterimakasih padanya karena dengan sinar matahari kita dan makhluk hidup lainnya bisa terus melakukan aktivitas sampai hari ini dan seterusnya. Begitu pula dengan Trio Kwek-Kwek yang bertingkah angkuh seperti itu, seharusnya aku bersyukur karena tanpa ada paksaan ataupun permintaan apapun dariku, tiba-tiba mereka sudah ada disekolah ini, berada satu kelas denganku. Jarang sekali kesempatan ini datang pada siapapun, dan aku harus bersyukur karena bisa menjadi salah satu orang yang beruntung dari ribuan pengagum mereka yang mungkin lebih tinggi tingkat kekagumannya dibandingku.

"Mungkin aku harus lihat dari segala sisi…"

Tsudzuku.


Hyaaaaahhhh! Hahaha! Kependekan gak sih itu ceritanya? Kalau kependekan mohon maaf! Saya bikin the flash, soalnya takut lupa sama alur ceritanya. Soalnya ide ini datang pas bangun tidur. Abis buka mata, saya ingat abis ngimpiin anak HSJ trus abis mesem-mesem gajelas ditempat tidur langsung ambil laptop dan tulis-tulis deh. Hahahah. Ini ada dua chapter, setelah ini silakan pergi ke chapter dua yaa!~ Ditunggu reviewnya~