IN THE MIDDLE OF HATE AND LOVE ()
RATE: T
MAIN CASTS: CHINEN YUURI| NAKAJIMA YUTO| YAMADA RYOUSUKE|HANDINI|
GENRE: FRIENDSHIP, ROMANCE, A BIT OF HUMOR
SUMMARY: MEREKA ADA DISINI, DEKAT DENGANKU, TAPI MEREKA SOMBONG! AKU JADI BINGUNG
LAST CHAPTER~
.
.
.
Pelajaran sudah satu jam yang lalu berakhir, tetapi batang hidung Trio kwek-Kwek belum juga kelihatan. Pergi kemana mereka? Memangnya mereka tahu isi sekolah ini? Sekolahku cukup besar, walaupun tidak sebesar sekolah mereka. Tapi mereka kan baru hari ini belajar disini dan dihukum pula. Masa mereka benar-benar marah dengan guruku lalu kabur dari sekolah ini? Sebegitu sensitifnyakah perasaan mereka? Hatiku mulai gusar karena mereka belum masuk kekelasku lagi. Apa mereka sudah kembali ke Jepang? Apakah secepat itu?
"Bu, Yamada, Chinen, sama Nakajima belum masuk kelas pas tadi dihukum sama ." Kuacungkan jariku saat salah satu guruku sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Indonesia. Rasa khawatirku kini tidak dapat tertahankan.
"Oh yang orang Jepang itu? Yaudah kamu cari mereka."
"Iya, saya izin ya bu. Terimakasih." Aku berlari keluar kelas dan mulai mencari Trio Kwek-Kwek pergi. Lorong demi lorong sekolah sudah kutelusuri tetapi keberadaan mereka belum terlihat. Kantin, lapangan basket, tennis, dapur, gedung belakang, sampai ketempat-tempat yang tak pernah kujelajahi kini kujelajahi juga demi menemukan si Trio Kwek-Kwek.
"Pergi kemana mereka-mereka ini." Eluhku saat jalanku mulai terhuyung-huyung dan dapat kulihat dari kejauhan salah satu anggota Trio Kwek-Kwek sedang duduk didekat parkiran motor sekolah.
"Yamada!" Wajahnya menoleh kearahku yang berjarak kurang lebih seratus meter saat kuteriakkan namanya saat ia sedang asyik memainkan jari-jarinya.
"Han…" Dia berlari kecil menghampiriku yang masih kelelahan akibat berkeliling area sekolah demi menemukan mereka. Aku kaget karena ternyata ia menyebut namaku, padahal sejak pagi kami belum pernah berkenalan. Ini suatu reward untukku!
"Darimana saja? Kau kan harus belajar." Tanyaku dengan nada penuh kekesalan namun sedikit lega karena satu dari ketiga geng Trio Kwek-Kwek ini sudah ketemu.
"Maaf." Jawabnya singkat sambil menggaruk-garuk belakang kupingnya.
"Chinen dan Nakajima mana?"
"Tadi saat kami diusir gurumu, aku dan yang lain berkeliling sekolah untuk melihat-lihat. Namun kami terpisah dan aku tidak tahu lagi dimana Chii dan Yuto. Maaf ya, hm—begini, sebagai rasa bersalahku aku akan berlari mengelilingi sekolah ini." Mataku terbelalak ketika ia berancang-ancang ingin berlari. Dan yang semakin aku heran adalah saat ia melucuti pakaian sekolahnya ketika akan berlari. Kini yang kulihat Yamada Ryousuke dengan kaus oblong putihnya. Oh Tuhan, jangan buat aku mimisan hebat disaat seperti ini.
"Yamada, jangan lari! Aku tidak menyalahkanmu, lebih baik kita mencari kedua temanmu itu bersama, ya?" Kupegang lengan Yamada saat ia sudah berlari kecil. Ia menatap mataku. Aku pun berusaha meyakinkannya dengan menatap balik matanya penuh pengharapan walaupun sepertinya aku bisa saja mati sesaat ketika mata kami saling bertemu. Hahahaha, kapan lagi bertatap-tatapan mata dengan seorang Yamada Ryousuke, benar-benar mimpi indah.
"Baiklah, ayo." Ia pun menyetujui saranku dan kami pergi mulai kembali mencari kedua temannya yang terpisah. Satu hal yang membuatku risih, Yamada menarik pergelangan tanganku saat akan mulai mencari Chinen dan Nakajima.
"Yamada, tanganmu." Lirihku pelan saat ia berjalan cepat didepanku sambil menggandengku yang berada dibelakangnya.
"Eh? Apa? O—oh gomen." Wajahnya datarnya berubah saat ia menyadari bahwa tangannya memegang pergelangan tanganku dengan kencang. Aku mengusap-usap pergelangan tanganku setelah ia melepaskannya. Lumayan sakit.
"Han, I can't find them nowhere." Eluhnya ketika kami sudah tiba begitu saja di tempat Gelanggang Olahraga yang jaraknya cukup jauh dari sekolah. Aku juga tidak tahu kenapa aku dan Yamada bisa sampai sana.
"No, we have to find them as soon as possible. Kalau kau capek, tunggu sini saja. Biar aku yang mencarinya." Kusuruh ia duduk dibangku taman dekat lapangan atletik. Wajahnya memang sudah penuh dengan peluh keringat dan aku kasihan padanya.
"Temukan mereka aku mohon." Kali ini Yamada memohon dengan tatapan matanya yang nanar. Sungguh sangat dramatisir.
"Iya. Koko de matte okay." Yamada mengangguk dan aku mulai berjalan meninggalkannya sendirian ditempat itu, sedikit khawatir meninggalkannya sendiri, tapi yang lebih menguatirkan lagi kalau dia tetap ikut denganku mencari temannya. Aku tidak mau menggendongnya kalau sampai dia jatuh pingsan.
"Han…" Panggilnya lagi saat langkahku belum sampai ada satu meter darinya.
"Opo meneh?"
"Gomen ne, kalau aku dan yang lain tadi mengejekmu, ternyata kau baik dan—Tidak aneh." Senyum halusnya terlukis diwajahnya sesaat dalam derasnya peluh keringat yang keluar dari sekujur tubuh dan wajahnya. Semantara aku harus bersikap normal dalam situasi genting seperti ini. Sangat tidak lucu kan kalau tiba-tiba aku pingsan ditempat ketika Yamada bilang kalimat seperti itu. Chinen dan Nakajima kan belum ketemu!
"Iya iya. Hahahaha! Aku tinggal ya, bye" Kutinggalkan Yamada dan kuberlari kecil mencari rekannya yang masih belum ketemu.
Hari semakin sore dan kedua orang itu juga belum ketemu. Hampir frustasi aku mencari mereka disepanjang jalan gelanggang itu. Aku mencoba duduk sebentar dipinggir trotoar saat staminaku benar-benar menipis. Kutenggak air mineral yang entah sejak kapan berada digenggamanku.
"Harus kuat." Ucapku pada diriku sendiri sambil melihat sekeliling tempatku beristirahat. Tepat ku melihat kearah kanan, disana—tampak kejauhan kulihat seseorang dengan tubuh tinggi tegap bersama dua orang yang sepertinya aku kenal. Semakin dekat semakin dekat, ternyata mereka adalah Ryutaro, Shintaro, dan Taiga. Kenapa ada Ryutaro, Shintaro, dan Taiga ditempat seperti ini? Tidak tahulah, yang penting aku harus meminta bantuan mereka.
"Ryutaro!" Kuteriakkan namanya saat mereka sedang berjalan menuju kearahku, dan mereka pun berlari kecil karena mendengar salah satu nama dari mereka dipanggil.
"Ryutaro, Chinen sama Nakajima hilang. Kau bantu cari ya?" Lanjutku saat Ryutaro dan yang lain sudah berada dekat denganku.
"Wah, aku dan yang lain juga sedang mencari mereka. Yamada dimana?" Suaranya yang khas terdengar jelas ditelingaku.
"Yamada kelelahan, kusuruh ia beristirahat didekat lapangan atletik. Ayo lekas kita cari mereka." Semangatku kembali memuncak saat Ryutaro dan yang lain datang membantuku.
"Ikou." Ryutaro memimpin pencarian berlanjut Chinen dan Nakajima, sementara aku, Shintaro, dan Taiga berada dibelakang Ryutaro.
"Taiga, apa kabar? Sudah besar ya ternyata kau. Shintaro juga." Sempat-sempatnya aku bicara hal seperti itu saat Chinen dan Nakajima belum ketemu-temu juga. Mereka juga tidak membalas pertanyaanku, hanya senyum manis yang diberikan kedua lelaki imut itu.
"Itu! Chii dan Yuto!" Tiba-tiba Ryutaro berteriak menyadarkanku dari indahnya wajah tampan Shintaro dan—hm, okay Taiga juga yang sedang beranjak remaja, Ryutaro mengacung-acungkan telunjuknya tepat disuatu tempat makan yang menjual Batagor.
"Hah? Mereka makan Batagor?" Tanyaku dengan nada penuh keheranan.
"Apa? Bata? Go—ru?" Ucap Ryutaro yang ikut bingung.
"Batagor! Saa, cepat kita susul mereka."
"Chinen! Nakajima! Darimana saja kalian? Kau tidak tahu kalau aku sangat khawatir mencari kalian dimana-mana?" Tanyaku bertubi-tubi pada kedua orang itu dan ketika mereka melihatku wajah mereka terlihat sangat menyedihkan dan air mata Chinen sudah hampir berkaca-kaca ketika melihatku memarahinya. Aku yang saat itu kesal padanya menjadi merasa bersalah karena sudah memarahinya. Tapi aku salah, mereka terlihat sedih bukan karena omelan dariku. Chinen hampir menangis juga bukan karenaku.
"Ryu, Shin, Taiga… Huuuuuaaaaahhh! Tolong kami. Kami tersesat, huhuhuhu." Chinen melompat dari tempat duduknya dan memeluk erat temannya yang lebih muda darinya. Gayanya terlihat sangat manja sedangkan aku hanya bisa diam melihat kejadian ini.
"Sudahlah Chii, kau jangan bersikap seperti ini." Ryutaro melepas pelukan Chinen dengan paksa dan mengacak-acak rambut temannya penuh kasih.
"Kalian seharusnya berterimakasih pada wanita ini. Dia, pergi mencarimu daritadi. Kalau aku tidak bertemunya mungkin aku juga bingung mencari kalian." Ryutaro berucap dengan penuh kebijaksanaan dan semua tak terkecuali aku ikut diam sejenak mencerna kalimat Ryutaro. Nakajima lalu menatap kearahku dan dengan sekali langkah kini ia memelukku.
"Huaaaahhhh! Handini maafkan kami sudah membuatmu khawatir. Huuuaaahhh!" Suaranya berayun-ayun tepat ditelingaku. Aku tercengang bukan main.
"Iyaa Handini aku juga minta maaf ya, huhuhu." Chinen ikut memelukku dari arah belakang dengan suaranya yang berayun manja. Aku tidak tahu! Aku tidak tahu apakah mereka sedang memainkanku atau sungguhan. Tapi ini benar-benar seperti kenyataan.
"Aku ikutan." Shintaro ikut menjangkauku diiring Taiga yang tak mau kalah.
"Apa boleh buat." Ryutaro ikut merangkulku dan yang lain juga. Kini tubuhku mulai hangat—bukan—panas! Tubuhku panas dan wajahku juga panas. Kejadian diwarung Batagor ini membuat yang empunya warung bingung melihat aksi mereka.
"AAAAAHHHHHHH!" Teriakku kencang saat mereka masih memelukku. Aku harus melakukan hal sebelum terjadi hal yang buruk padaku.
"DOUSHITANDA?" Mereka refleks melepaskan pelukannya sambilmengucapkan kata yang seragam dan kompak pula dengan nada yang tak kalah kencang dengan suaraku tadi.
"Itu… Anu… YAMADA! Yamada! Iya, Yamada ditaman sendirian." Kataku dengan wajah yang mungkin masih memerah dan suara yang terbata-bata.
"Hahahahahahaa!" Mereka tertawa bersama-sama mendengarku bicara tadi, dan aku pun juga ikut tertawa. Akhirnya mereka bisa ketemu lagi.
"Hm, jadi hari ini kalian akan pulang?"
"Begitulah." Jawab Chinen dengan senyum simpulnya yang terlihat manis. Matanya yang hitam pekat memandang jauh kehamparan langit jingga yang terlihat cantik sore itu. Kami dan yang lain berjalan bersama menuju tempat mereka pulang. Tapi aku dan Chinen berjalan paling belakang diantara Nakajima, Yamada, Ryutaro, Shintaro, dan Taiga.
"Kalau begitu hati-hati ya selama perjalanan." Ucapku dengan ikut memandang kearah langit juga. Saat kami terdiam, aku mencoba melihat kearah Chinen yang berjalan tepat disampingku. Aku menjadi salah tingkah saat mengetahui ternyata ia sedang memandang kearahku.
"Kau tahu tidak Chinen, sebenarnya aku ini pengagum beratmu loh." Aku mencoba mengalihkan perhatiannya.
"Oh, ya? Benarkah? Terimakasih ya." Wajahnya tersipu malu sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Iya, tapi saat tadi kau disekolah. Ternyata kau benar-benar menyebalkan. Jadi kata-kataku yang tadi itu kutarik kembali saja ya." Godaku pada Chinen yang membuatnya kini semakin malu akibat perbuatannya tadi pagi.
"Bohong kok! Aku tadi hanya bercanda. Aku tahu sebenarnya kau dan yang lain itu baik. Tadi juga aku sempat terbawa suasana jadi sempat menuduhmu yang bukan-bukan tadi pagi. Maaf ya hehe." Lanjutku sambil menatap kilat wajahnya.
"Hm, sebenarnya. Kalau aku boleh jujur, sebenarnya aku senang bisa mengobrol denganmu."
"Apa? Hahaha, kalau aku boleh jujur juga. Aku sangat super duper senang bisa bicara denganmu seperti ini. Dulu aku berharap kapan bisa bertemu denganmu. Dan Tuhan kini mengabulkannya, bahkan Ia memberiku bonus padaku karena selain bisa bertatap muka denganmu aku juga bisa bicara denganmu layaknya teman dekat. Terimakasih Tuhan! Hahaha."
"Kau taat pada Tuhan ya?"
"Tidak juga, aku hanya selalu ingat padanya. Memangnya kenapa?"
"Kau bawa-bawa nama Tuhan terus."
"Memang kau tidak pernah melakukan itu?"
"Selalu."
"Baguslah." Setelah itu selang beberapa menit kami saling diam, saling sibuk dengan pikiran masing-masing sampai Chinen mulai membuka suara lagi.
"Han."
"Iya."
"Kau menyukai Yamachan ya?" Seketika liurku masuk ketenggorokkan saat mendengar Chinen pertanyaannya yang tiba-tiba.
"Apa itu pertanyaan yang tiba-tiba sekali? Yamada? Hahaha, Tidak Chinen, aku tidak menyukainya."
"Lalu siapa yang kau sukai diantara kami?"
"Pertanyaan yang sulit. Hahaha. Kau mau tahu jawabannya?" Aku berhenti melangkah dan menatap lawan bicaraku yang terlampau lebih pendek dariku lekat-lekat.
"Ya." Jawab Chinen singkat, dia pun juga ikut berhenti melangkah demi mendengarkan jawaban yang akan kuberikan padanya.
"Yang kusukai adalah—Chinen Yuuri!" Kudekatkan wajahku ke telinganya, aku tidak mau teman-teman yang lain medengarkan ucapanku. Dengan cepat kuucapkan kalimat memalukan itu pada orang yang benar-benar kusukai. Dan dengan cepat kuambil langkah lebar meninggalkan Chinen yang mungkin shocked dengan apa yang aku ucapkan. Dapat kurasakan wajahku yang memanas, lebih panas saat kejadian di warung Batagor tadi.
"Han." Tubuhku bergetar hebat saat seseorang menyentuh bahuku dari belakang, dan refleks itu juga membuat kepalaku menoleh kebelakang untuk melihat seseorang yang memanggilku.
'Cup!'
"Atashi mo suki!" Ciuman kilat mendarat dipipiku tepat ketika aku menoleh kearahnya. Dan saat itu juga kupingku menjadi pengang sesaat mendengar kata-kata yang keluar dari suara laki-laki itu. Sepertinya seluruh kinerja indera-ku bekerja lebih daripada normal. Mataku terbelalak besar, kupingku mendengung-dengung mendengar kalimat tadi, hidungku mencium bau wewangian yang nikmat, tanganku—tanganku kini hanya bisa merasakan panas yang memuai di sekitar wajahku, mulutku seakan terkunci, tidak bisa mengucapkan apapun. Kini gantian aku yang shocked mendapat perlakuan dari seseorang yang tadinya sempat ku hujat-hujat dalam hati. Dan sekarang ia sudah berjalan menyusul temannya yang berada jauh didepannya. Akupun tak mau berdiam diri seperti orang bodoh, meskipun memang sudah terlihat bodoh.
"Woy! Tunggu aku!" Panggilku, dan mereka pun berhenti untuk menoleh kearahku.
"Makanya jalannya harus cepat." Nakajima membalas teriakanku dan melambaikan tangannya agar aku bisa menyusulnya segera. Saat itu aku sudah tidak tahu lagi dengan jalan ceritanya, karena itu semua hanya terjadi didalam alam bawah sadarku saat aku tertidur pulas. Berharap menjadi kenyataan? Semua orang yang menyukai Hey! Say! JUMP pastinya sangat ingin mimpinya berubah menjadi kenyataan, begitu juga denganku. Tapi kita lihat saja nanti, apa aku bisa mewujudkannya atau hanya menjadi mimpi-mimpi manis belaka yang bisa membuat hari-hariku lebih berwarna. Aku tidak tahu, tapi aku harus berusaha, itulah jalan hidupku!
It's a trully lovely moments!
=IN THE MIDDLE OF HATE AND LOVE, FIN=
Cieeeeee! Author terbang parah dicerita ini demi deh! Hahahah! Maaf kalo banyak typos atau Bahasa Inggris dan Jepangnya cacat. Yang penting Author bisa ngimpiin mereka. Apalagi saat- saat Yuuri, aihhh! *nosebleed deras*
Btw, ini kenapa dibikin dua chapter? Karena saya pengen aja nulis yang berchapter, biar dikata asoy gitu. Huahaha!
Baiklah, Author ucapkan selamat membaca, jangan lupa di review. Sampai jumpa di cerita selanjutnya!