Code Lyoko :

"Aggressive Side" (chapter 1)

By : Yusaki Sanjyou ©2012

.

.

.

Disclaimer : Code Lyoko © Moonscoop. Cerita ini, "Internet Problem" dan cerita-cerita lainnya adalah benar punya Saki. Latar cerita fic ini adalah di Code Lyoko season 2.

Summary : Sissi merasa iri dengan kedekatan Yumi dan Ulrich saat berada di kantin (ruang makan). Sehingga ia ingin melakukan seuatu untuk memisahkan mereka dan juga kelompoknya. Dan ia mendapat sebuah ide dari keadaan itu. Kira-kira ide apa ya?

Rated : T

Genre : Friendship, Romance

Saki's Note! : Ini adalah fic kedua fandom Code Lyoko punya Saki. Saki terhitung masih author baru disini, jadi Saki mohon RnR-nya. Warning, fic ini gaje, nggak suka nggak usah baca. Saki nggak mau nerima review berupa flame, masih nggak kuat mental soalnya.

w w w

Seperti biasa, saat itu sedang makan siang. Para Lyoko Warrior duduk di meja favorit mereka. Odd yang paling bersemangat pergi ke kantin karena menu makan siang kali ini adalah favoritnya, spaghetti dan bola daging.

"Dan begitulah caraku mendapatkan nilai ujian yang lebih baik daripada Sissi…," ujar Odd sambil menyuap spaghetti-nya.

"Wow Odd, aku terkesan dengan nilai ujianmu minggu ini, tiba-tiba saja naik drastis dari nilai harianmu. Apa mood belajarmu sedang muncul?" komentar Jeremy.

"Hehe…, tidak kok, Jeremy… Aku ini memang sudah pintar sejak lahir, kan aku reinkarnasi Einstein…," balas Odd disusul tertawa kecil.

"Huh, reinkarnasi Einstein? Baru sekali mendapat nilai bagus saja sudah sombong begitu," tambah Ulrich yang duduk di sebelah kanan Odd.

"Oww, maaf ya, Ulrich. Mungkin kau iri dengan nilai ujianku yang lebih tinggi darimu ya? Tenang saja, di ujian berikutnya aku akan mengajarimu deh…," sahut Odd sambil menepuk-nepuk punggung Ulrich untuk menyemangatinya.

"Ya…ya, selamat dengan nilai 8.5-mu dalam ujian fisika, tuan reinkarnasi Einstein…," goda Ulrich.

"Jangan khawatir, Ulrich! Aku akan mengajarimu, jadi kau tidak akan mendapat nilai 5.3 lagi nanti…," balas Odd.

"Oh, ya ampun…," lanjut Ulrich.

Yumi baru saja datang dan mengambil tempat duduk di seberang Ulrich, "Hai teman-teman! Apa aku ketinggalan sesuatu?" tanya Yumi setelah ia meletakkan nampannya di meja.

"Ah tidak, kami hanya membicarakan nilai ujian fisika kami minggu lalu…," jawab Jeremy.

Yumi duduk di kursinya, "Oh, ujian fisika… Kau dapat nilai berapa, Aelita? Pasti nilaimu bagus, karena akhir-akhir ini aku sering melihatmu sedang belajar di perpustakaan…," tanya Yumi.

"Iya, perpustakaan memang menarik ya… Maih banyak yang ingin kuketahui dari perpustakaan… Nilaiku 9.2, salah 1 nomor, seharusnya dapat 9.5, tapi nilaiku dikurangi karena ada bekas penghapus yang kurang bersih," jawab Aelita.

Yumi mengangguk dan menoleh pada Jeremy, "Kalau kau, Jeremy? Tunggu, biar kutebak, 100 ya? Kau kau reinkarnasi Einstein," tebak Yumi.

"Aku? Ah tidak, aku dapat 9.95 karena ada bekas coretan di lembar soal, aku lupa menghapusnya saat mengerjakan hitungan… Oh ya, saat ini, Odd-lah yang menjadi reinkarnasi Einstein," jawab Jeremy, pandangannya mengarah pada Odd.

Yumi mengernyitkan dahi, "Odd? Apa nilainya lebih tinggi darimu, Jeremy?"

"Tidak…tidak…, nilai Odd tidak lebih tinggi dariku dan Aelita. Tapi kali ini, dia berhasil melampaui Ulrich," ujar Jeremy.

"Wow, jadi kau sedang niat belajar ya, reinkarnasi baru Einstein?" goda Yumi sambil melirik Odd.

"Hehehe… Kau salah, Yumi. Malah, aku tidak belajar sama sekali untuk ujian minggu lalu… Mungkin IQ-ku memang sudah tinggi, jadi tidak belajar-pun, nilaiku tetap bagus…," balas Odd sombong.

"Hmm… Memangnya kau dapat nilai berapa? Apa selisihnya sedikit dengan Jeremy atau Aelita?" tanya Yumi lagi, ia penasaran tentang Odd yang tiba-tiba saja bisa mendapatkan nilai bagus.

"Nilaiku? Umm… 8.5! Memang kecil kalau dibandingkan dengan Aelita ataupun Jeremy, tapi jauh berbeda kalau dibandingkan dengan Ulrich," sahut Odd.

"8.5? Apa tidak terbalik? Jadinya 5.8 deh. Hahaha, hanya bercanda Odd... Jadi, Jeremy dapat 9.95, Aelita 9.2, Odd 8.5, dan kau dapat berapa, Ulrich?" goda Yumi lagi.

"Tidak mungkin aku dapat 5.8… Tapi nilai itu sangat mungkin dalam matematika," sambung Odd.

"Aku dapat….," Ulrich menghembuskan nafas. "…5.3,"

"5.3? Kau serius, Ulrich? Lalu, apa kata Ibu Hertz soal nilaimu ini?" komentar Yumi.

"Haah… Aku sedang tidak ingin membicarakannya…," jawab Ulrich.

Yumi tersenyum, "Sepertinya kau butuh bantuan reinkarnasi Einstein kita yang baru ini,"

"Hei, kurasa reinkarnasi Einstein juga butuh satu hal. Kalian tahu apa itu? Makanan. Dan, soal makanan… Apa kalian akan menyia-nyiakan spaghetti dan bola daging itu? Jika ya, itu akan lebih berguna jika kalian memberikannya padaku," ucap Odd mengalihkan pembicaraan.

Semuanya tertawa, "Haah, dasar Odd…," komentar Ulrich.

"Lho, tapi itu memang benar kok!" seru Odd membela diri.

"Ini," Jeremy menyodorkan nampannya pada Odd, "Kau boleh ambil punyaku. Lagipula, aku tidak terlalu lapar, dan aku punya hal lain yang lebih berguna yang harus kukerjakan saat ini," kata Jeremy bersiap meninggalkan kantin.

"Apa itu? Apa kau membuat proyek baru lagi?" tanya Ulrich.

"Tidak, aku akan mencoba data-data yang baru kudapatkan dari sektor 5 ini pada Aelita. Akan kucoba satu persatu dan kita akan tahu yang mana yang cocok untuk antivirus yang akan kubuat untuk Aelita," jelas Jeremy.

"Kau juga bisa ambil makan siangku, Odd. Aku akan ikut dengan Jeremy," kata Aelita sambil memberikan nampannya pada Odd.

"Wah, terima kasih ya, siang ini, aku pasti akan kenyang, dan jika aku kenyang, aku akan mudah tertidur untuk pelajaran matematika setelah istirahat," ujar Odd, saat ini ia bersiap menghabiskan makan siang Jeremy.

"Hihihi, kau selalu saja begitu. Baiklah, kami pergi dulu ya…," Aelita melambaikan tangan dan ia menuju kamar Jeremy. Jeremy sudah berada di depannya.

w w w

"Ergggh! Kenapa? Kenapa Ulrich sayangku selalu saja senang saat ia dekat dengan Yumi?" gerutu Sissi saat ia melihat Ulrich tertawa saat mengobrol dengan Yumi di meja makan.

"Itu karena dia suka pada Yumi, Sissi. Jadi harapanmu akan percuma, jadi…denganku saja ya," balas Herb.

"Hei, dengar ya, orang aneh! Aku tidak akan bersama dengan orang lain selain Ulrich, dan itu artinya tidak dengan orang sepertimu!" potong Sissi.

"Sissi, apa kau punya rencana untuk mendapatkan Ulrich?" tanya Nicholas.

"Hmm… Tumben sekali kau menanyakan hal itu, tak kusangka, masih ada yang mendukung cintaku pada Ulrich… Aku punya rencana, dan rencana itu akan berhasil, Ulrich akan jadi milikku," jawab Sissi.

"Re..rencana apa itu, Sissi?" tanya Herb.

"Kalian tidak perlu tahu, karena ini hanya urusanku dengan ayahku," jawab Sissi, lalu ia meninggalkan kantin (ruang makan) dan pergi menuju ruang kepala sekolah.

"Kira-kira, apa yang direncanakan Sissi ya?" tanya Herb pada Nicholas.

"Tidak tahu…," balas Nicholas yang lebih konsentrasi pada menu makan siangnya daripada pertanyaan dari Herb.

w w w

"Ayah…! Ayah…! Aku ingin minta sesuatu pada ayah!" seru Sissi saat ia berlari memasuki ruangan kepala sekolah.

"Sissi, ketuk pintu dulu sebelum masuk, dan jangan berlarian di koridor! Ada apa, Sissi? Duduklah dulu, tenangkan dirimu, baru cerita pada Ayah…," Kepala sekolah Delmas a.k.a ayah Sissi memperingatkan.

Sissi duduk di tempat yang disuruh ayahnya, "Aku punya permintaan, Yah!" lanjut Sissi.

"Permintaan? Kau ingin peralatan kosmetik baru lagi? Kan belum ada seminggu ayah memberikannya, masa kau ingin yang baru lagi?" tanya Kepala sekolah Delmas.

"Iiiih, ayah! Bukan itu permintaan yang aku maksudkan! Tapi, begini…," Sissi berbisik pada ayahnya.

"Oh, begitu… Ya, baiklah. Nanti ayah akan meminta Jim ntuk menyiarkannya lewat siaran sekolah ya," kata Kepala sekolah Delmas menyetujui ide putrinya itu.

"Waah! Terima kasih, ayah sayang! Aku cinta ayah!" seru Sissi, lalu ia mencium pipi ayahnya itu dan meninggalkan ruang kepala sekolah. Saat ia ingin kembali ke kantin untuk mengatakannya pada Nicholas dan Herb, di perjalanan ia bertemu dengan Nicholas dan Herb.

"Sissi, bagaimana ide-mu? Apa berhasil?" tanya Nicholas penasaran.

"Ya, itu adalah ide yang sangat sempurna, Nicholas. Aku berhasil menyampaikannya pada ayahku, selanjutnya kita hanya tinggal menunggu saja," jawab Sissi sambil memutar badannya, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

"Sissi.., sebenarnya, apa ide-mu kali ini?" tanya Herb.

"R-A-H-A-S-I-A~~~! Aku baru akan memberitahukannya pada kalian apabila Jim sudah mengumumkannya di siaran sekolah sore nanti," balas Sissi sambil tersenyum sinis.

"Lihat saja nanti, Ulrich… Aku pasti akan mendapatkanmu kali ini, lihat saja!" gumam Sissi.

~*To Be Continued*~

Sekilas soal fic kedua Saki :

Behind the story…

Saki : Moshi-moshi, minna~ Cerita Saki yang "Internet Problem" tetap berlanjut kok… Cuma Saki belum ada inspirasi, jadi nulis fic lain dulu, abisan Saki pingin publish/update!

Odd : Yah, ini kan cuma mindahin inspirasi kamu yang kamu simpen di hp! :P

Saki : Yang penting kan tetep ngetik, Odd! Masa liburan kali ini Saki nggak update/publish sama sekali?

Odd : Terserah Saki aja deh, aku lagi nggak pingin debat soalnya…

Saki : Oh iya, minna! Nanti di chapter/part 6 di "Internet Problem" Saki balas review-nya via review button ya, tapi bagi username yang bukan author atau reader, Saki bales di fic Saki bagian bawah ya, terima kasih atas perhatiannya~

Odd : Apa aku sudah boleh pergi? Menu makan malam hari ini adalah favorit-ku! Aku tidak boleh sampai kehabisan!

Saki : Iya, kamu boleh pergi! Sana!

Odd : Terima kasih, Saki! *lari pake kecepatan super sprint ke ruang makan/kantin*

Ulrich : *tiba-tiba muncul* Apaan maksudnya Odd lari pake kecepatan lari aku di Lyoko, hah?

Saki : Ne, ne, gomen Ulrich~ Jangan marah gitu dong! Saki kan baru sembuh dari sakit, jangan dimarahin… *masang puppy eyes*

Ulrich : Jiah, jurus itu lagi! Udah nggak mempan sekarang!

Saki : Kali ini Saki beneran, tahu!

Ulrich : Ya udah deh, kasian Saki

Saki : Saki nggak mau dikasihanin kamu, Ulrich!

Ulrich : Ya udah kalo nggak mau dikasihanin, aku dorong kamu ke digital sea! *d0r0ng Saki ke digital sea*

Saki : Huaaaaa~~~!

Ulrich : Minna, bagaimana fic Saki yang kedua ini? Saki membutuhkan review dari kalian nih! Mudah kok, tinggal tekan aja tombol review di bawah ini… Ya?