Code Lyoko :
"Girls' Aggressive Side" (chapter 5)
By : Yusaki Sanjyou ©2012
.
.
.
Disclaimer : Code Lyoko © Moonscoop. Cerita yang readers baca di profile Saki, itu asli punya Saki.
Summary : Tidak ada respon dari Aelita. Jangan-jangan… Aelita… Ah! Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengannya! Di chapter ini ada (sedikit) pairing JxA.
Genre : Friendship, Romance, Hurt/Comfort, dan (sedikit) Angst (mungkin).
A/N : Maaf kalau masih ada typo di chapter ini. Latar cerita, masih di season 2. RnR (Read and Review) ya!
Warning : Gaje, abal, ecek-ecek, kurang pendeskripisian, dan WWL (Warning-warning lainnya).
w w w
Jeremy's POV
Aelita jatuh karena tidak sanggup berdiri saat pintu scanner terbuka, Aku menahannya supaya dia tidak jatuh membentur lantai. Aku tahu ini semua salahku, dan kuharap, tidak terjadi apa-apa dengannya.
"Aelita? Apa kau baik-baik saja?" tanyaku, tangan kananku memeriksa suhu tubuh Aelita di pipi-nya, sedangkan tangan yang kiri menahan tubuhnya.
DEG!
Dingin… Kenapa suhu tubuh Aelita begitu dingin? Aku terkaget sejenak, aku sudah membayangkan hal-hal buruk yang akan menimpa Aelita. Akhirnya, kubuyarkan pikiranku, dan kuputuskan untuk mengeceknya sekali lagi.
Kuperiksa denyut nadi di pergelangan tangannya, dan aku tidak merasakan apapun disana. Hanya terasa suhu dingin yang tidak biasa.
"Aelita! Aelita! Kumohon, bangunlah!" seruku sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aelita yang tak berdaya, aku masih menopangnya dalam keadaan berdiri.
Tidak! Apa aku hanya akan menyakitinya? Atau membuatnya meningg… Aku tidak sanggup melanjutkan pikiranku, saat ini pikiranku bercampur aduk dengan rasa salah dan rasa penyesalanku.
"Aelita, maafkan aku! Aku tahu ini semua salahku! Aku ini memang tidak berguna…," kukeraskan volume suaraku, dan tanpa kusadari, butir-butir air mata berjatuhan di pipiku, walau sudah kucoba untuk menghentikan tangisanku, tapi semakin lama, air mataku semakin banyak.
Tiba-tiba, kulihat kepala Aelita bergerak perlahan. Memang pelan, tapi, aku yakin kalau Aelita masih hidup.
"Je..Jeremy?" panggilnya dengan suara yang begitu lemah.
Kenapa aku begitu ceroboh? Aku melukai bidadari cintaku, Aelita. Tunggu, itu suara yang kukenal, apa itu suara Aelita?
"A..Ae..lita?" kataku takjub diselingi dengan isakan di setiap suku kata.
Semoga ini bukanlah mimpi atau sebuah khalusinasi. Aelita baru saja memanggil namaku, dari suaranya, aku tahu kalau ia memaksakan dirinya untuk bicara. Dan saat ini, ia sedang mencoba tersenyum padaku.
"Maafkan aku, Aelita! Maafkan aku!" kukeluarkan semua rasa penyesalanku, dadaku semakin terasa sesak. Hampir saja aku melukai Aelita, melukai orang yang selalu kulindungi selama ini, dan orang yang kusukai.
Aelita membalas ucapanku dengan anggukan pelan, semakin lama, kondisi tubuhnya semakin melemah dan melemah.
Kuharap, Tuhan masih membiarkanku untuk tetap berada di sisi Aelita, aku juga berharap, agar aku tidak mengecewakannya.
w w w
Normal POV
Hari hampir sore, para penghuni asrama mulai mengantri untuk mandi, tapi Odd dan Ulrich masih berada di luar asrama bersama Yumi.
"Hei, apa dari tadi kalian melihat Einstein dan Aelita? Kurasa mereka berdua hilang setelah pelajaran biologi selesai," tanya Ulrich pada Yumi dan Odd yang sedang duduk di tepi lapangan.
Odd menjawab pertanyaan Ulrich sambil memainkan portable game-nya (ingat episode 34?, saat Ulrich masuk ke rumah Yumi untuk mengambil gaun untuk Sissi, sedangkan Odd berjaga di luar), "Hmm.., tidak… Kalau mereka berdua hilang, pasti…" Odd sengaja tidak menyelesaikan ucapannya.
Odd, Yumi, dan Ulrich saling bertatapan dengan senyum jahil, "Sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dari kita," kata ketiganya bersamaan.
"Apa 'sesuatu' itu ada kaitannya dengan kita, atau hanya rahasia mereka berdua, ya?" ujar Ulrich.
"Pasti ada sesuatu, besok, kita intrograsi saja si Einstein!" usul Odd.
"Yeah, ide yang bagus!" balas Ulrich menyetujui ide Odd.
w w w
Jeremy's POV
Hatiku semakin sakit melihat Aelita semakin lemah. Urgh! Kalau saja aku tidak memulai prosesnya hari ini… Pasti, Aelita masih bisa tersenyum di sisiku.
TES! TES! TES!
Air mataku semakin tidak karuan, beberapa kali, aku melepas kacamataku dan mengelapnya, tapi tak kunjung berhenti mengalir.
"Aelita… Kau pasti tidak ingin mendengar alasannya kan?" suaraku bergetar pada kalimat ini. Jika ini adalah saat terakhir-nya, aku akan berusaha menceritakan semuanya.
Aelita tersenyum lagi, "Je..las..kan..lah, Je..re..my..," pintanya, dengan jeda di setiap suku kata yang diucapkannya.
Aku semakin tidak tega melihatnya memaksakan diri untuk bicara ataupun untuk tersenyum, sebaiknya… Kujelaskan semuanya…
"Aelita… se.. sebenarnya..," kucoba menjelaskan kata demi kata tapi…
Aelita terjatuh dan kepalanya membentur pantai, ini karena energi-ku terkuras karena tangisan tadi, sehingga aku tidak bisa menopangnya.
Firasat burukku muncul lagi. Apa saat ini Aelita sudah meningg..al? Walau aku tahu, sudah tidak mungkin untuk menyatakan suka padanya, tapi lebih baik kukatakan sekarang saja, agar semua beban yang melekat di dalam diriku hilang terbawa oleh angin.
Kudekati Aelita yang tergeletak di lantai, kusentuh rambut permen kapas merah muda-nya. Kuperhatikan wajahnya yang begitu menawan untuk terakhir kalinya, dan kuhirup nafas dalam-dalam, aku siap untuk mengatakannya.
"Aelita… Aku su..,"
Tiba-tiba saja, di pikiranku terlintas soal X.A.N.A dan menara yang di aktifkannya tadi. Kubatalkan niatku untuk menyatakan perasaan pada Aelita, dan kuputuskan untuk kembali ke lab, memeriksa posisi menara yang di aktifkan.
Dengan lemas, kulangkahkan kakiku kembali ke elevator. Saat ini, aku hanya bisa pasrah. Mungkinkan keajaiban seperti di film-film fantasi bisa terjadi padaku dan Aelita? Sepertinya, otakku mulai sulit membedakan yang mana kenyataan dan yang mana fiksi, kesedihan ini hanya membuatku otakku error.
Saat sampai di Lab, segera kuperiksa superscanner, aneh, menara itu di-non-aktifkan dengan sendirinya. Apa Odd, Ulrich, dan Yumi sudah pergi ke Lyoko dengan scanner otomatis? Tidak mungkin! Hanya Aelita-lah yang dapat me-non-aktifkan menara, dan, dia ada di sini, bersamaku, bukan di Lyoko.
Tunggu! Kalau X.A.N.A sudah me-non-aktifkan sendiri menara yang di aktifkannya, pasti telah terjadi sesuatu. Apa 'sesuatu' itu ada kaitannya dengan Aelita?
Apa dia masih hidup?
Apa masih aku masih boleh berharap?
~To Be Continue~