Anak laki-laki berusia sebelas tahun duduk bersila di atas rumput yang dingin. Mendengarkan. Suara air gemericik mengalir pelan melewati sungai kotor jauh di belakang. Denging halus serangga malam. Desiran angin, menggoyang dedaunan. Serta kepak kelelawar menembus kegelapan.
Lapangan rumput kecil itu temaram, tanpa lampu. Hanya sinar bintang-bintang lemah yang menembus atmosfer bumi. Tidak ada bulan. Malam sempurna untuk menyendiri. Tanpa terlihat manusia lain.
Dia memang sendiri. Tak perlu menyendiri untuk menjadi sendiri. Selama ini, hanya ada dia. Oh, ada ibunya tentu, dan ayahnya. Tapi ibunya terlalu membenci ayahnya, dan membenci dia yang mewarisi seluruh penampilan ayahnya. Dan ayahnya terlalu membenci ibunya, dan membenci dia yang mewarisi sihir ibunya.
Dan karena itulah, dia selalu sendiri.
Sampai dia melihat gadis itu. Seorang Muggle, tadinya. Sekarang penyihir, jelas sekali. Severus menyadari itu dan semakin yakin setelah tiga tahun berteman dengannya. Ya, untuk pertama kali dalam masa kanak-kanaknya, Severus punya teman. Untuk berbicara tentang banyak hal. Untuk melakukan hal-hal yang dilakukan anak-anak. Bermain ayunan. Mencari bunga. Menjelajah. Meski selalu ada Petunia mengikuti di belakang, mencemooh.
Tidak apa-apa. Mereka hanya perlu bertahan sampai September. Kemudian dia bebas. Jauh dari orang tuanya. Jauh dari Petunia. Hanya dia dan Lily. Tentu akan ada anak-anak lain, tapi dia tidak khawatir. Lily sudah jadi temannya. Lily akan tetap jadi temannya.
Dia menatap bintang-bintang. Ratusan kerlip kecil di langit hitam. Muggle percaya bintang bisa mengabulkan permintaan, kalau mereka jatuh. Tapi bintang tidak jatuh. Yang Muggle sebut bintang jatuh adalah asteroid – melesat dan terbakar di atmosfer. Dia baca itu di buku ayahnya. Lily terpesona, tapi Petunia mendengus. Meremehkan. Tapi biar saja. Petunia cuma iri.
Dia merentangkan tangannya di depan mata. Jari-jari pendeknya kotor karena tanah. Bintang-bintang mengintip di sela jemarinya. Dia mengingat-ingat Lily. Membayangkan tahun-tahun kebebasan mendatang. Di Hogwarts, bersama Lily.
Mendadak cahaya putih melesat. Mengkilat seperti roket di langit. Satu, dua, disusul lesatan-lesatan cahaya putih lain. Langit menjadi benderang. Hujan bintang. Satu bintang disusul bintang lain, terus menerus. Bintang jatuh.
Severus tidak percaya bintang bisa mengabulkan permintaan – jatuh maupun tidak. Tapi ketika bintang-bintang melintas bertubi-tubi malam itu, dia menutup matanya. Berharap Lily akan selalu menjadi temannya.
Selamanya.
Disklaim: Severus Snape, Lily Evans, dan Petunia Evans adalah kepunyaan JK Rowling.
Terinspirasi dari lagu Arigatou, oleh Depapepe.