Desclaimer : J.K. Worling. Aku cuma minjem mereka aja dan tanpa menerima keuntungan apapun. Kecuali tokoh Caroline Wihelmina yang memang asli punyaku.

Timeline : Tahun Ketujuh setelah jatuhnya rezim Voldemort.

WARNING : OOC yang mungkin banyak, typo(s), cerita muggle biasa, dan kekurangan lainnya yang tidak bisa aku sebutkan 1'1. Tapi lebih baik baca dulu karena tidak selalu ending sama dengan bayangan kalian.

A/N : Ini real fic pertamaku. Maaf buat yang pernah minta sekuelnya "Perbedaan" aku belum bisa buat sekarang, mungkin kapan-kapan. Hehe, selamat membaca aja, maaf kalo ada yang tidak berkenan di hati. ^^

Chapter 1 : Benarkah ini semua?

.

"Albus Dumbledore.."

Terdengar sebuah suara menyerukkan kata sandi Asrama Ketua Murid. Hermione menyibak rambut coklatnya seraya masuk ke Asrama. Dia agak sedikit tergesa-gesa karena memang dia sudah sangat capek hari ini. Kegiatan murid kelas 7 yang sangat melelahkan, membuat energinya sudah diambang batas akhir.

"Hi, love. Wajahmu murung sekali. Apakah hari ini begitu suram sesuram wajahmu saat ini? Ohh, tentu saja bukan berarti wajahmu sesuram itu." Sebuah suara berkata tiba-tiba dari balik sofa yang berada di depan perapian

Hermione sempat kaget karena suara tersebut menghentikan langkahnya. Ada sedikit energi yang menambah energi Hermione saat mendengar suara tersebut. Lantas saja ia menghampiri seseorang yang memanggilnya "Love" tadi.

Tak ayal jika orang tersebut memanggilnya seperti itu. Sudah 2 bulan terakhir ini Hermione berpacaran dengan partner Ketua Murid-nya. Draco Malfoy. Ya, Draco Lucius Malfoy. Pewaris slytherin, cucu Abraxas Malfoy, anak Lucius Malfoy dan Narcisca Malfoy tentunya. Kurasa dia sudah terlalu populer bagi kalian, dan ehmm itu sudah cukup.

Hermione duduk disamping Draco dan menghela nafas panjang yang sedari tadi ditahannya. Ia benar-benar lelah hingga berpikiran bahwa esok hari ia harus ijin tidak masuk. Ijin sekolah adalah hak setiap siswa bukan? Ah, tapi sepertinya bolos atau bahkanpun ijin tidak ada di kamus Hermione.

"Uhmm—aku lelah sekali." Keluh Hermione yang menghelakan nafasnya lagi.

"Sepertinya terlihat begitu, kau terlihat buruk sekali. Atau aku…."

Jleess, Draco dengan gerakan kilat langsung mendaratkan bibirnya ke bibir Hermione dengan sentuhan lembut. Dari reaksi Hermione yang tidak menolak atau menghindarinya dapat diartikan bahwa ia menikmati hal tersebut.

"Sepertinya caramu cukup bagus untuk mengembalikan energiku yang terkuras, " sela Hermione setelah keduanya melepaskan ciuman mereka.

"Yeah, begitulah. Seorang Draco Malfoy tahu segalanya tentangmu Ms. Know it all, hahahaha" Draco tak kalah serunya membalas ucapan Hermione.

"Kau tau? Sepertinya kau juga sekarang menjadi tahu segalanya alias Mr. Know It all.." Hermione menjulurkan lidahnya. Seakan-akan energinya sudah di-charge oleh ulah Draco Malfoy.

"Oh, begitu? Apakah itu berarti Mr dan Ms. Know It All sangat cocok? Kita sama-sama Know it All. Beri saja sekalian hubungan kita berdua dengan The Relationship of Know It All.." Draco mengatakan hal tersebut sambil mengobrak-abrik rambut Hermione.

"Itu terserah kau saja, aku mau mandi dan setelah itu aku mau langsung tidur. Jangan rindukan aku Mr. Know It All" goda Hermione sambil bangkit untuk ke kamar mandi.

"eehh, tunggu" Draco menarik lengan Hermione dan kembali mengecup bibir Hermione.

"Anggap saja ini ramuan agar tidurmu lebih nyenyak dan besok tubuhmu kembali bugar". Hermione melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi sambil tersenyum-senyum kecil selama perjalanannya menuju kamar mandi.

ooOoo

Dan benar saja, esoknya Hermione sudah kembali ceria seperti hari sebelumnya. Ia juga sempat mengomel pada Draco karena telat bangun tidur padahal 1 jam lagi akan ada kelas Ramuan. Hermione sudah hafal betul bahwa 1 jam tidaklah cukup untuk seorang Draco Malfoy menyiapkan diri.

Di Aula Besar saat jam makan siang setelah pelajaran Ramuan

Sudah hal yang lazim jika kedua Ketua Murid di Hogwarts berdampingan saat menuju ke Aula Besar. Kini sudah tidak ada lagi tatapan-tatapan ganjil dari sesama murid di Hogwarts. Hermione menuju meja Gryffindor dan Draco ke meja Slytherin.

"Uhh, senangnya jadi Hermione. Aku iri sekali dengannya, andai Draco Malfoy adalah kekasihku." Ucap seseorang dari meja Gryffindor pada Hermione.

"Bercandamu bagus sekali, Carol". Hermione memutar bola matanya karena sedikit merasa tak nyaman dengan candaan Caroline, sahabatnya. Hermione memang bersahabat dengan Harry Potter dan Ron Weasley, namun di Gryffindor selain Ginny Weasley ia juga punya sahabat sejak pertama kali di Hogwarts. Namanya Caroline Wilhemina. Sebelum menjadi Ketua Murid, Caroline adalah teman sekamarnya bersama Ginny, Lavender dan Padma. Lanjut ke percakapn mereka.

"Aku tidak bercanda, Mione. Aku hanya sedang berkhayal jika seandainya Draco Malfoy adalah kekasihku. Hahahaha!" tawa Caroline sebelum meneguk jus labunya.

"Terserah kau, sepertinya kau tak akan bisa mendapatkannya." Hermione menjulurkan lidahnya lalu mengambil beberapa makanan dari meja makan.

"Kau belum tahu siapa aku, Mione. Oh iya, aku mendapat titipan minta maaf dari Ron dan Harry bahwa dia minta maaf karena ia tak bisa menemui makan siang ini. Mereka harus menjalani detensi karena tidak mengerjakan PR Ramuan 'lagi'."

"Okelah, aku tak habis pikir dengan mereka yang selalu mendapat detensi." Hanya itu jawaban Hermione tanpa menggubris perkataan Caroline sebelumnya. Hermione melanjutkan makan tanpa menyadari bahwa orang yang tadi menjadi bahan bercandaannya dengan Caroline beranjak dari kursinya dan pergi entah kemana.

ooOoo

Beberapa hari sebelum liburan Natal…

Butiran salju mulai menyelimuti desa Hogsmade. Hembusan nafas yang mengeluarkan asap tipis pun kini ada di setiap orang yang bernafas tentunya.

"Draco, mau kah kau menemaniku ke Hogsmade siang ini? Aku perlu beberapa hadiah natal untuk keluargaku di Australia". Pinta Hermione pada Draco yang terlihat sibuk sendiri padahal ia hanya melakukan hal yang tidak begitu penting.

"Kau tak mendengarku?" ulang Hermione.

"Kau juga tak melihatku sekarang aku sedang apa? Draco malah berbalik bertanya pada Hermione dengan suara yang agak meninggi.

"Aku bertanya karena sepertinya kau terlihat bosan dengan pekerjaanmu itu. Daritadi kau hanya mencoret-coret kertas dan tidak menghasilkan apapun. Aku hanya bertanya, jika tidak bisa, kau hanya perlu menjawab, 'Maaf, aku tidak bisa'. Apakah itu sulit?"

Draco belum sempat menjawab pertanyaan Hermione karena Hermione langsung berlari keluar dari Asrama Murid dan langsung pergi tanpa Draco tahu kemana.

'Maafkan aku, Hermione. Mungkin sekarang bukan saatnya' rutuk Draco dalam hati.

ooOoo

Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan Draco sekarang. Hermione merasa akhir-akhir ini atau kira-kira 2 minggu belakangan ini Hermione merasa Draco menjauhinya. Selalu saja ada alasan ini itu jika Hermione mengajaknya melakukan suatu hal bersama. Kecuali saat mereka berpatroli, mereka melakukannya bersamaan namun tetap saja Draco menjauhinya. Dia diam dan selalu berjalan mendahului Hermione. Mengapa? Itu pertanyaannya, Hermione juga tak tahu mengapa itu semua terjadi. Dia hampir frustasi setiap malam, tidurnya tak lagi nyenyak sekarang.

Ia berjalan dengan sedikit terisak menuju Asrama Gryffindor. Ia berniat mengajak Ginny atau Caroline untuk pergi ke Hogsmade. Sebelum masuk ke dalam Asrama Gryffindor, Hermione terlebih dahulu menyeka air matanya dan kembali dengan wajahnya yang ceria.

"Hai, Gin. Ayo temani aku ke Hogsmade, aku tak mau kesana sendirian." Hermione masuk ke ruang rekreasi dan langsung menemukan orang yang ia cari.

"oh oh oh, ternyata kau Mione. Tapi, dimana Draco?" Hermione tahu, pasti itulah pertanyaan itu yang akan dilontarkan Ginny.

"Uhh—ehmm, dia sedang sibuk. Aku tak mau mengganggunya." Sedikit kebohongan mungkin tak apalah.

"oke, baiklah.." Ginny percaya dan langsung mengambil mantel serta sarung tangan. Mereka berjalan menuju Hogsmade dengan sedikit bersenandung. Hermione masuk ke sebuah toko pernak-pernik yang menjual banyak accesoris. Hermione mulai memilih-milih beberapa barang yang sepertinya bagus untuk dijadikan hadiah natal.

"Hermione…" panggil Ginny dengan suara yang sedikit bergetar.

"Apa, Gin?" Hermione masih memperhatikan sebuah gelang yang menurutnya menarik bentuknya.

"Aku rasa kau tidak mau melihat ini, tapi lihatlah itu." Ginny menunjuk keluar toko yang kebetulan kacanya tembus pandang. Seorang, oh tidak 2 orang yang dikenalnya sedang berjalan berdampingan dan saling merangkul lengan mereka sambil tertawa-tawa ringan di depan mata Hermione. Hermione menjatuhkan gelang yang tadi ada yang ditangannya.

"Ini tidak mungkin." Ginny bergumam pelan namun masih terdengar oleh Hermione.

"Ohh—Draco dan …. Caroline"

ooOoo

Maaf ya kalo ceritanya sedikit gaje atau bahkan mungkin emang gaje. Aku cuma pengen meramaikan fandom harpot khususnya Dramione yang kayaknya makin sepi aja, hehe :D Ini ada lanjutannya sih, tapi nunggu respon kalian dulu~

Kalau misalnya ada cerita yang sama dengan fic ku ini, aku bener-bener gatau karena ini real buatanku dan belum ada cerita alurnya kayak gini *kayaknya* di fandom harpot Indonesia. Jadi maaf kalo misal memang ada cerita yang alurnya mirip.

Ohya, saya butuh review kalian untuk fic ini. Kritik boleh tapi jangan flame ya. Makasih yang udah mau baca. Tunggu lanjutannya~

HAPPY BIRTHDAY TOM FELTON :3 *hampir lupa* xD

Keep Calm and Always Dramione

-GiaMione