Suara ledakan itu membahana di angkasa raya; angkasa yang berwarna oranye gelap bersapu serabut awan ungu. Teriakan turut menghiasi cakrawala dengan jerit penuh kepedihan. Ketika akhirnya teriakan demi teriakan itu melenyap di antara angin yang berhembus cukup keras, seolah membawa kematian di balik atmosfer. Perlahan dedaunan mengetuk jendela bangunan tua. Sepasang iris violet menatap sejenak kepulan asap merah di kejauhan yang bergerak di sela pemukiman penduduk beratap jerami. Terhenyak dalam kebisuan kata. Hening menguasai tempat itu dengan sensasi dingin—sensasi akan kematian yang mengintai.

Brrrzzt

Brsst

"Na—Natalya?!"

Suara yang memanggil namanya tersebut berasal dari choker yang melingkar di lehernya. Suara yang familiar. Cukup terkejut dengan panggilan mendadak tersebut, sesaat ia memandangi jari manis yang dilingkari oleh sebuah cincin, sebelum akhirnya menghela nafas panjang dan menjawab,

"Apa?"

Nadanya terdengar cukup ketus, seperti biasa. Memang seperti itulah dirinya, sedikit jengkel juga dengan interupsi mendadak. Mungkin kalau yang memanggilnya adalah Kak Ivan, ia tidak akan sekesal ini, masalahnya sekarang situasi dalam keadaan genting—ia masih harus membereskan perabotan dalam ruangan yang jujur saja; tak ingin ia masuki lagi seumur hidup. Ruangan berantakan itu mengingatkannya pada seseorang…

"Brrzztt—brzztt—cepat ke sini—brzzztt—berbahaya sekali kau berlama-lama di sana….brzt…tolong…ini…"

Ck!

"Aku bukan orang lemah. Sudahlah—mereka bisa mendeteksi dengan cepat kalau kau masih menelponku."

Brrzzt-zzttt—Pits.

Mati.

Ia terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan tugasnya. Kostum Alice masih melekat di tubuhnya, menempel dengan bulir keringat akan pacuan adrenalin. Sedikit lagi. Sedikit lagi—

Ia harus melakukannya dengan cepat sekarang. Situasi semakin pelik di era ini dan membuat semua orang berdebar tak karuan.

Ah, Kak Ivan juga sedang di bawah. Aku harus cepat—tidak—tidak boleh membuat Kakak menunggu terlalu lama…Iya, kan? Tentu saja karena aku masih mencintainya, dan aku akan mempertaruhkan nyawa dalam hal ini. Kakak tidak boleh mati—tidak boleh mati—karena aku—

'Natalya...'

Sebesit ingatan berkelebat dalam pikirannya, membuatnya terhenyak sejenak. Terbelalak akan sosok yang tiba-tiba terlintas dalam penglihatannya, bersama senyum hangat yang ditujukan untuknya.

Bodoh, kenapa ia harus memikirkannya sekarang? Bukankah saat ini aku sedang bersama Kak—

DUAAAR

Kembali terdengar ledakan besar—kali ini lantai yang di pijaknya bergetar, beberapa perabotan gugur semakin berhamburan. Suara tersebut berasal dari lantai bawah kastil di mana orang yang paling disayanginya menunggu sembari menduduki sebuah singgasana bertahtakan ruby merah dan hiasan labu oranye. Ini adalah sebuah tempat di mana bendera bewarna merah kebanggannya itu berkibar di puncak menara kastil—di bawah lautan langit oranye yang tak pernah padam. Langit abadi di perhentian waktu, surga dari semua vampir di mana tak ada matahari yang benar-benar menyinari dunia ini.

Apakah mereka…

BOOOM

"KAKAK!"

Ia memanggil dengan sekuat tenaga ketika satu ledakan lagi bergemuruh dan lampu kristal di langit ruangan bergoyang rapuh, pandangannya semakin tajam dan kekhawatiran akan kakaknya yang berada di lantai bawah semakin membuncah. Ia pandangi sekali lagi seisi ruangan yang berantakan itu—apa ia harus meninggalkan tugas dan segera menemui kakaknya di lantai bawah? Tapi—

BRATAK—BRATAK

Suara reruntuhan itu mencelos jantungnya, tanpa aba-aba ia berbalik. Beberapa lemari di ruangan yang di tempatinya itu ikut roboh ke lantai, sebisa mungkin ia bergerak menghindar dengan lincah.

"KAKAAAK!"

BRUAGH

TRAK

TRAK

Tinggal beberapa langkah dari pintu besar tersebut dan rak lemari kayu jatuh berdebam. Dari sana, tempaklah sebuah kotak elektris dengan warna biru dan oranye yang berkolaborasi. Benda milik seseorang yang di kenalnya dekat. Sangat dekat—

Bayangan akan sosoknya kembali berpendar, sosok dengan tawa lebar dan ekspresi cerah. Memanggil namanya dengan suara yang khas—dan pandangan itu—

Namun perlahan tapi pasti rasa amarah membara. Tak lupa ia dengan apa yang terjadi belakangan ini, ini bersangkutan dengan dia.

DUAR

BRAG

DRAK

DRAK

Tapi apa ia sungguh-sungguh ingin mengubur semuanya—menghancurkan semua tetntangnya dalam reruntuhan ini?

BRAK

Batu-batu besar perlahan runtuh di sekeliling gadis dengan surai rambut platinum blonde tersebut. Dengan cepat ia memasang kuda-kuda untuk pertahanan diri. Seketika sekeliling terlihat gelap—sementara kotak elektris itu berada dalam genggaman Natalya Arlosvkaya, seakan-akan ia ingin melindungi benda tersebut dengan kokoh.

Gelap—semakin gelap. Ruangan remang-remang, hanya menyisakan pencahayaan dari langit yang menyala. Kepalanya pusing dan terasa berkunang-kunang, selama sepersekian detik hanya bisa termenung di antara kesadaran yang belum pulih benar.

Pencahayaan lain berasal dari kotak elektris, gadis dengan logat Slavia kentalnya tersebut memandang dengan alis saling bertautan. Apa yang ia pikirkan dengan melindungi benda sampah milik orang brengsek itu?

Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri dari jerat bobot rentetan reruntuhan—beruntung ia masih hidup. Walau harus di akuinya, tubuhnya ngilu bukan main. Barangkali tulangnya keseleo atau apa—pastinya kondisi ini semakin membatasi ruang geraknya dari situasi normal. Berjalan tertatih menuju sela pintu, cahaya luar cukup menyilaukan dan butuh sepersekian detik untuk membiasakan penglihatannya yang sebelumnya berada dalam ruangan gelap.

"Ka…kak?"

Tidak ada yang menjawab.

Tersenyum tipis Natalya kembali melanjutkan langkahnya, berusaha menguatkan diri dalam rasa sakit. Ia harus menemui kakaknya—orang yang—tidak…

Pandangannya teralih sejenak ke kotak elektris murahan tersebut, sebelum akhirnya menekan salah satu sisi. Suara seseorang yang di kenalnya terdengar menyapa. Alisnya kembali bertautan—bisa-bisanya orang seperti itu meninggalkan pesan seperti ini.

Suasana hening. Setelah langkah kesekian, Natalya mengalihkan pandangan ke langit-langit ruangan yang bobrok. Sepertinya ia tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa kastil ini akan hancur.

"Kakak…"

Ia terus berjalan, kostumnya kotor berlumuran debu. Melangkah dengan suara kotak rekaman yang masih bekerja.

...


Under the Pumpkin Sky

Hetalia Axis Power © Hidekaz Himaruya.

Under the Pumpkin Sky © Me

.

AU—From Hetalia Halloween—semi sci-fi. Crack Pair. Mungkin ngaco. Mungkin OOC.
For Ryuna Ohime's 13 Days Halloween Challenge

Ini hanyalah fantasi belaka, segala peristiwa, baik kesamaan karakter, ide atau tempat hanyalah bentuk ketidaksengajaan belaka.

Happy Reading

Don't like don't read


**000

Annyeong, Natalya! Kau baik-baik saja, da ze? Kuharap tidak terjadi apa-apa padamu. Aku cukup khawatir, terutama dengan kondisi dunia kita belakangan ini, da ze. Kau harus lebih berhati-hati. Kelompok Pemusnah dari Dimensi Pertama sudah memasuki setengah areal dalam minggu terakhir, senang sekali tampaknya mereka menghancurkan semua yang ada di sini, da ze! Menyebalkan….

Walau perang semakin berkecamuk, tapi pihak kita nggak akan kalah, da ze! Aku sudah peringatkan si kepala kuning itu mengenai kostum romawinya—pasti berat mengenakan pakaian semacam itu, terutama di tengah kobaran api putih, da ze! Rupanya ia masih belum bosan berkostum aneh itu, haha, tapi aku akui bahannya kuat! Pasti dari Korea, iya kan, da ze?

Mayat semakin banyak bergelimpangan, menjijikan, da ze! Aku merindukan dunia damai—kalau sudah selesai semua ini, aku ingin kembali ke kastil. Tenang saja, Yao-hyung baik-baik saja, da ze. Ivan pasti akan membunuhku kalau sampai Yao-hyung mati, Tapi tanpa di bilang begitu aku pun juga berusaha melindungi semua da ze.

Badanku lelah, dan aku ingin memakan masakanmu lagi—di sini makanannya nggak enak, cuma kentang dan labu. Aku sudah minta burger si maniak hero tapi kayanya nggak bakal bertahan lama sebelum akhirnya aku di tendang keluar, da ze!

**001

Sudah lama sekali sejak kehancuran bumi kita yang terdahulu—aku hampir mengira bahwa waktu itu adalah akhir dari kehidupan semesta alam, da ze. Ketika akhirnya seorang peneliti tua menyelesaikan penelitian ilmiahnya yang brilian; ia membagi kita semua dalam dimensi-dimensi kehidupan lain. Menyelamatkan kita dari kehancuran total muka bumi yang tandus dan bertabrakan dengan sebuah planet yang orbitnya kelewatan! Walau peneliti tersebut akhirnya tewas saat melakukan pemindaian dimensi, da ze...

Cukup kusesali karena tak bisa makan kimchi atau merasakan udara segar Seuol lagi, da ze! Toh aku yang keren ini juga tak menyangka akan bertemu denganmu di dimensi ketiga—Hetaloween—Demi apa aku ketemu dengan mantan si Kiku yang sekarang ikutan jadi bawahan gladiator jadi-jadian, da ze?

Tapi hidup beberapa waktu denganmu itu tak buruk juga! Dadamu—ups, jangan marah, oke? Tenang saja, cuma aku mungkin cowok satu-satunya yang tau ukuran—brzztt. Kau masih di sana Natalya? Baik-baik saja di bawah bendera kekuasaan kakakmu da ze?

Aku jadi merindukan masa-masa di mana kita bersama-sama menguntit kakak-kakak kita, da ze. Ataukah kita ini memang couple stalker tingkat akut yang punya kesamaan yang serupa, da ze? Hahahahaha, aku tidak bilang kalau maksudnya kita ini cocok sekali sebagai pasangan—aku masih mau hidup, da ze, jadi jangan lemparkan pisaumu padaku, oke? Bukankah Alice itu harusnya anggun dan baik hati da ze?

**002

Aku ingin menceritakan dari tempatku kini—kau harus berterima kasih untuk informasi jenius dariku da ze! Mana ada jaringan informatika elektris yang bisa ngasih informasi luar dalam seputar Pemusnahan Dimensi? Apalagi ini spesial di ambil dari sudut pandang orang yang terlibat da ze! kau bisa kasih ini ke Ivan nanti buat nonton atau apalah itu—aku tahu kakakmu itu psikopat yang yandere—aku ambil lagi istilah yang di pinjam si Kiku ini—hei! Yandere itu milik Korea da ze!

Kau cukup makan Natalya? Kuharap jalur logistikmu tetap lancar sehingga kau tetap hidup dalam kastil tua itu—dan semoga di sini juga membaik, da ze . Jalur logistik kami terpotong dan terpaksa makan belalang labu tiga hari tiga malam, da ze.

Ngomong-ngomong hari ini sudah 2 orang yang gugur, Peter dan Vash. Kau tahu, da ze? Si Alis tebal yang berkostum Sherlock itu tampak mau menangis melihat jenazah adik angkat itu di temukan dalam keadaan mengenaskan. Si Tino mah nggak usah di tanya, nangis di pelukan kostum bajak laut Berwald. Elizaveta langsung kehilangan imej sebagai pangeran putih melihatnya—karena ia langsung cengengesan kaya orang gila ngeliat hal macam gitu, penyakit Kiku, kau tahu kan, da ze?

Kau yakin tidak ada yang menyerang kediamanmu? Kalau memang ada segera hubungi aku yang keren ini, da ze! Kurasa si muka datar Lukas nggak keberatan minjemin satu-dua trollnya, kan troll itu punya Korea, da ze!

**003

Natalya bisa mendengar suara ledakan dari kotak perekam itu. Entah kenapa perasaannya carut marut mendengar betapa gaduhnya di luar sana—di medan perang. Bahwa pria Korea itu mempertaruhkan nyawanya hanya untuk berkomunikasi dengannya…

Tenang saja, aku akan bertahan—jadi aku bisa pulang ke kastil dengan Yao-hyung, da ze! Eh, kayanya aku menang deh darimu soal hasil stalker bulan lalu…, aku punya 2784 foto Yao-hyung dalam berbagai pose, da ze! Ayo, kau berhutang kimchi padaku! Eh, tapi jangan khawatir da ze, akan ku kirimkan kamera canggihku yang luar biasa ini nanti, kau pasti bisa menebak dari mana produk ini berasal, da ze! Kau boleh pakai untuk memotret kakakmu. Aku baik kan?

Hari ini kami memecah dalam beberapa kelompok, tersebar di hutan hitam. DUAARR! Ups—ada ledakan lagi, mungkin kau dengar suaranya makin kacau, da ze! Tapi kualitas tetap oke kan? Jangan khawatir da ze, aku masih hidup. Brr—di sini dingin sekali, dan menyebalkan, pohon-pohon hitam ini hidup dan menjerat kaki. Dua puluh kali si maniak pasta terjerembab jatuh sehingga harus di gendong oleh pacarnya yang berkostum gladiator itu! Aku sih cuma sekali lho, da ze!

**004

Ngomong-ngomong, taktik kakakmu itu boleh juga. Aku masih bertanya-tanya apa gerangan yang menyebabkannya enggan untuk bergabung di medan perang , da ze! Padahal semua personel grup yang diikutinya; Allied Force, pada turun tangan. Kau tahu sesuatu, da ze? Beritahu aku ya! Setidaknya kami cukup terbantu dengan strategi buatan kakakmu itu, meski beberapa diantaranya hampir membunuh kami..., tapi tak masalah, da ze! Kami masih akan tetap berjuang untuk melawan kelompok pemusnah!

Pertempuran hari ini di menangkan oleh mereka, dan...jari manisku hilang, da ze! Tapi jangan khawatir, cincinnya tetap ada kok. Gilbert terluka parah sehingga kami harus meninggalkannya karena begitu terdesak—semakin lama banyak daerah kita yang luluh lantak oleh ulah mereka, da ze. Kau harus banyak berdoa Natalya, entah apa kau percaya atau tidak akan eksistensi Tuhan—memohonlah, semoga saja keajaiban benar-benar ada sehingga dimensi kita tetap bertahan. Di mana lagi DUAAARR—kita bisa melihat langit oranye dengan awan ungu abadinya, da ze?

Minggu pertama kita nyaris kehilangan 20 orang, da ze. Entah apa yang ada di pikiran mereka untuk menghancurkan dimensi kita. Apa mereka mau membunuhi orang-orang hebat kita—yang secekatan Gilbert, misalnya? Atau memang Hetaloween ini terlihat buruk sekali? Terlalu suram? Penuh darah? Dan membahayakan kekuasaan mereka, da ze?

**005

Kami bergerak ke arah selatan, da ze! Kau masih tahan mendengar kisahku? Mereka terus memburu kami, atau jangan-jangan mereka menargetkan seisi dimensi untuk di musnahkan, da ze? Kalau begitu kau harus hati-hati—kau sudah cukup beruntung bertahan dalam kekuasaan kakakmu itu, pastikan pertahanan kalian diperkuat untuk 13 hari kedepan. Kami hanya punya harapan itu untuk membunuh urat nadi mereka—menghambur-hamburkan persediaan makanan mereka, dan senjata untuk segera kami lucuti nanti. Kakakmu juga berpendapat demikian waktu pertemuan interval dengan Yao-hyung

Mungkin rencana ini kedengarannya mustahil, uhuk, tapi tak ada salahnya mencoba bukan? Jangan khawatir, aku akan memenangi peperangan ini, da ze!

Kau tahu? Aku dengar para kelompok pemusnah itu mengiming-imingi rakyat lokal untuk membunuhi kami dengan harga miliyaran Choco! Gila kan, da ze? Mereka juga menawarkan ini ke organisasi-organisasi besar—mungkin Ivan juga didatangi, da ze! Kuharap tidak ada konspiransi apapun yang akan tertulis dalam sejarah Hetaloween ini. Nggak enak kan ditusuk dari belakang, da ze?

**006

Kami kembali berbelok ke barat sesuai taktik kakakmu, da ze! Yao-hyung percaya banget dengan si hidung besar—ups, dan kami harus mati-matian menaklukan si ogre yang mendiami kastil besar itu. Kami tunjukan bagaimana kekuatan kelompok Asia, da ze! Si Hong bahkan masih make headphone dalam pertempuran! Kau bisa minta Alfred untuk menggambarkannya—oh, dia merekamnya, spektakuler lho!

Tapi sialnya, kastil ogre itu anti sihir—penyihir detektif yang beralis ulat bulu itu jadi nggak bisa ngapa-ngapain untuk mengobati beberapa orang; seperti Elizaveta dan Mei-Mei. Biasanya dia akan mengobati semua dengan sihirnya, da ze! Seperti game-game di Era Pertama, apa kakakmu itu benar-benar mengecek kastil dengan benar, da ze? jangan-jangan kakakmu itu salah cek lagi...

Aku punya firasat buruk, tapi sebaiknya tidak usah ku ceritakan dulu, da ze! Kau masih di sana? Di sini gelap, tidak ada lampu dari Korea, da ze. Lama-lama persediaan makanan kami juga semakin sedikit. Tino memasak daging ogre yang besar—dan tetap harus kolaborasi dengan labu. Dimensi kita ini sungguh identik dengan yang namanya labu, ya, da ze?

**007

Ini hari terakhir dari 13 hari rencana kakakmu itu—tapi tampaknya ada yang salah dengan taktik ini, da ze. Brzzzttt—kau dengar aku? Natalya? Kastil si ogre brengsek ini tampaknya terkunci—brzztt—brzztt BOOOMM—Na…Nat…lya?

...brzzztt datang—mereka datang brzztt—nggiiingg—Nat? Kami terpaksa—brrztt—mayat-mayat yang bergelimpangan ini, da ze—kami terjebak brzzzttt brzztt

Tapi aku akan bertahan, da ze. Aku ingin melindungimu dan segera pulang ke kast—Brzzzttt—brzztt—CPRAT-CPRAT

Bodoh, kau lebih bodoh dari yang kuperkirakan ya? Semua ini memang—

Karena aku…, Natalya, ...karena aku sangat me—


...

Empat bulan sebelum Rencana 13 Hari, langit oranye abadi masih bersemburat awan ungu gelap. Bendera berwarna merah berkibar di atas sebuah menara kastil berbatu kelabu. Sepasang iris violet menatap berang akan sepasang manusia dengan bibir berpaut mesra di sebuah taman kastil yang tertutup.
Natalya tak menghiraukan bahwa roknya berkibar merdeka dalam hembusan angin yang cukup kencang, tak peduli bahwa kukunya sudah menancap tajam di salah satu pohon akibat angkara murka. Sembilu mengoyak hati kecilnya dengan pedas, air mata sudah hampir mendesak keluar kalau saja ia tidak segera berbalik dan menjauh dari tempat itu.

Kesal, kesal—

Kakak…, kenapa sih masih menempel dengan si Cina itu? Kenapa? Apa aku kurang cantik? Aku kurang memberikan kasih sayang? KAKAK—MENIKAHLAH DENGANKU—

BRUAGH

Kakinya terkait oleh akar hidup pohon hitam, membuatnya terjembab jatuh ke dalam sebuah lubang di taman berpohon lebat tersebut. Tubuhnya meluncur jatuh ditarik gravitasi, berdebam dengan seruan rasa sakit seseorang—seseorang yang asing,

"Kau siapa, da ze?"

Pemuda itu meringis sakit lantaran tubuhnya ditindih oleh Natalya, "…Bukannya aku yang harus berkata seperti itu?"

Natalya membalas ketus dan segera menyingkir, "Kau ini penyusup ya?" lanjutnya sambil menodongkan pisau.

"Iiihh—Jan-inhan! Masa aku yang keren gini disangka penyusup?" bela pemuda tersebut dengan sederet kosakata yang tak di mengerti Natalya, "Eh, tapi ngomong-ngomong kau jatuh gara-gara akar brengsek itu ya, da ze?"

"Urusanmu?"

"Ayolah, tak usah malu-malu! Aku juga jatuh gara-gara itu, da ze! Lubangnya ternyata dalam banget—atau ini sebenarnya lubang pembuangan sampah, da ze?"

"Memang. Tapi aku nggak peduli kamu mau jatuh berapa kali." Sahut Natalya dengan mata pisau masih terarah pada pemuda berahoge unik tersebut.

"Sebut namamu, sekarang!"

"Im Yong Soo, cowok ganteng keren dan unyu-unyu dari Korea! Pemilik dari semuanya, da ze!"Jawabnya tanpa ragu dan takut. "Mannaseo banggapseumnida, da ze!" Lanjutnya sembari mengulurkan tangan pada Natalya.

"Apa?"

"Jabat tangan, da ze! "

Natalya memperhatikan baik-baik pemuda tersebut, menatapnya dengan rasa enggan dan dingin, "Alien ya?"

"Salah! Itu bahasa Korea, da ze! Oh, alien itu punya Korea, da ze!"

"…."

Orang idiot….

"Yaah, kalau begitu. Sampai jumpa." Ujar Natalya, berdiri bangkit membersihkan pakaian yang kotor sebelum akhirnya bersiap untuk memanjat naik. Tak tertarik untuk meladeni pria tak jelas tersebut.

Guits

Oh.

BRUAGH

"APA?!" kali ini Natalya tak lagi menahan emosinya. Pisau lipat itu sudah berada di leher pemuda berambut kecokelatan tersebut. Sedikit lagi dan dia akan tewas tertusuk pisau akibat mencuatkan perempatan di pelipisnya.

"Yongseo!" Yong Soo meminta maaf, "Tapi aku kan belum tahu namamu, geulib…"

"Natalya Arslovkaya. Dan aAku adalah Alice di sini, puas?!" Natalya menjawab ketus. "Kau ini benar-benar mengganggu."

EH?

….

"Eh? Natalya? Natalya? Beneran?"

Natalya sedikit terperanjat mendapati reaksi Yong Soo mendengar namanya.

"Orang Belarus kan? Kamu yang mantan pacarnya Kiku, da ze?"

BUGH

Satu tinju mendarat di perut pemuda tersebut, Yong Soo meringis kesakitan akan hantaman spesial gadis tersebut, "Kau itu bisa diam sedikit tidak sih?"

"Ungh…ungh…Mian he—" lenguh Yong Soo, "Tapi kenapa orang sepertimu malah bisa terjebak di sini juga sih da ze?"

"Kau sendiri kenapa juga? Lagian ini kan memang wilayah kami. Jadi wajar kalau aku berkeliaran di sini."

"Eo, geuraeyo? Jangan-jangan kamu ini bawahannya si hidung besar lagi!"

"Jangan katakan seolah-olah kakakku adalah raja jahat, dasar brengsek."

"…He? Jadi orang yang nempel-nempel sama kakakku itu kakakmu, da ze!"

"Hah?"

"Aku hanya sedang mengumpulkan foto Yao-hyung, da ze. Entah kengapa di sini mereka melakukan hal begitu—bikin kesal saja." Sungut Yong Soo dengan nada jengkel. Bagaimanapun juga ia tidak senang kakaknya dekat-dekat dengan si hidung besar itu—seperti halnya Hyung Soo.

"Kau menguntit kakakmu sendiri?"

"Tentu saja! Aku tidak senang dia dekat-dekat dengan si Ivan, da ze!" Jawab Yong Soo dengan sungguh-sungguh, "Kau sebagai adik jagalah kakakmu itu dari kakakku, da ze!"

Plik

Plik

Dan, hawa hitam pun menyelubungi Natalya. "Menjaga kakakku? Hei, bukannya kakakmu itu yang kegatelan deket-deket dengan kakakku?"

"Kakakku sehat dan nggak gatelan karena minum teh Korea, da ze! Jangan nuduh yang tidak-tidak! Kakakmu itu yang—"

"Cih, sudahlah, pulang sana ke rumah." Natalya menyudahi debat kusir tak jelas dan memanjat naik kembali, mengalihkan pandangan dari wajah bloon Yong Soo.

"Heei~, Natalya! Bagaimana kalau kita kerjasama misahin mereka!" Teriak pemuda itu tepat ketika Natalya sudah naik dengan sendirinya di bibir lubang.

Natalya memandang sinis pemuda itu. "Aku bisa melakukannya sendiri. Memangnya kau pikir aku akan mau semudah itu?"

Yong Soo memandang gadis itu dengan cengiran lebar, wanita yang cukup menarik, da ze. Ia raih kameranya dan memeriksa, beruntung kameranya masih utuh. Bersandar di salah satu sisi, ia pandangi hasil jepretannya. Seperti biasa, hasilnya menarik—berbagai ekspresi kakaknya terabadikan dalam benda kotak tersebut. Meski cukup kesal juga kakaknya dan si Ivan itu…

Pluk

Sesuatu mendarat di atas kepalanya, sebuah tali panjang. Ia bisa melihat iris violet itu menatapnya sebal, "Kau sampai kapan mau di situ hah? Cepat naik!"

Sepertinya dia ini gadis yang kuat, ... selera Kiku begini ya…

"Aku bisa naik sendiri nanti, aku punya tali dari Korea, da ze!"

"Bodoh, kau ke sini bukan untuk berdiam dalam lubang!" Balas Natalya dengan nada kasar, "Cepat naik dan jauhkan kakakmu itu dari kakakku!"

Apa ini berarti Natalya menerima tawarannya? Perlahan Yong Soo menaiki tali tersebut, sepenuh tenaga—hup, dan ia akhirnya sampai di bibir lubang. Berhadapan dengan Natalya dalam jarak beberapa senti. Selintas pemikiran terlewat di pikirannya.

"Ngapain bengong gitu hah?"

Dengan semburat merah dan ekspresi kecut seperti itu, Natalya keliatan lebih lucu di matanya.

"Ahahahaha, " Tertawa lepas dengan cerah, Yong Soo akhirnya berkata dengan senyum mengembang, "Ganshamnida…"


Sembilan puluh hari sebelum Rencana 13 hari. Bianglala Jack O' Latern bergerak perlahan di tengah cahaya matahari kelabu di langit oranye. Keramaian memadati arena taman bermain dan sepasang teropong memperhatikan kerumulan manusia di salah satu tempat tinggi yang tersembunyi.

"Arah pukul dua, Yong Soo. Mereka benar-benar pergi ke sini."

"Haaah…, katanya mau ke toko obat, da ze. Yao-hyung…." Yong Soo berguman lesu dan meneguk sebotol cairan hijau rasa cokelat, "Bisa-bisanya diam-diam bohongi aku, da ze…."

Natalya mengalihkan pandangannya sesaat, memperhatikan pemuda Asia yang masih berkostum norak itu, "Sampai kapan sih kau harus makai kostum aneh itu?" tanyanya dengan pandangan ilfeel, "Menjijikan."

"Eh? Masa?" Yong Soo memandangi pakaian yang dikenakannya, "Ini kostum Dynasty Warrior, da ze! Keren! Aku jadi keliatan makin ganteng kan?"

Natalya mendecih kesal dan kembali berkutat dengan teropongnya, "Daripada itu—sepertinya kita harus segera melancarkan siaga satu. Kakakmu terlihat meminta sesuatu yang—"

"Itu mah kakakmu yang keganjenan Natalya—" Yong Soo menghentikan kata-katanya sesaat ketika Natalya mendelik padanya. "Oke-oke, kita siaga satu, da ze! Mari kita rusak acara mereka! Yosh, botolnya ku lempar ya?"

PLUK

"Aw—apa ini, da?"

"Aru?"

...

"NICE JOB, DA ZE!"

BLETAK!

"Nggak usah muji diri sendiri, deh!" Geram Natalya dengan pandangan sebal, "Beraninya kau lempari kakakku dengan botol—"

"Botolnya dari Korea, da ze!—Ampun, ampun! Berhenti Nat, kau hampir membunuhku nih."

Natalya mengabaikan keluhan yang dibuat-buat itu dan mencomot botol cairan minuman, Bermaksud meneguknya, sebelum akhirnya tersadar dan tersedak mendadak, "Da ze? Hei, Natalya? Kau baik-baik saja?"

"Ini botolmu..., kau lempar botolku, ya?!" Mengabaikan pertanyaan Yong Soo Natalya berseru, perempatan menyembul di pelipisnya, "Kau ini—"

"Tapi kan minuman kita sama, da ze! Jadi tak masalah—Eeh, atau jangan-jangan kau marah—kau menganggapnya seperti ciuman tak langsung di komik-komik?"

BLETAK!

Satu hantaman lagi untuk Im Yong Soo, bakpao panas tercipta di kepalanya.

"…Ampun deh, ntar aku ganti, da ze!" Yong Soo berseru membentuk tanda peace dengan belati sudah teracung di depan hidungnya. "Please, jangan anarkis, da ze! Ambil saja minuman bagianku, oke, da ze? Kau pasti haus!"

Haus apa? Kau terlihat lebih haus—menghabiskan setengah botol padahal baru beberapa menit membelinya.

"Ppalli!" Seru Yong Soo mendadak sembari menarik tangan Natalya, bergerak menuruni undakan tangga dengan terburu-buru, "Mereka bergerak ke arah barat taman, da ze!"

"Barat?"

"Tempat yang rimbun dengan pepohonan, da ze!"

Dan seharian mereka habiskan waktu bersama untuk menguntit kakak mereka yang tengah berpacaran.


Cairan warna hijau akhirnya turun di permukaan tanah kering, bulan sabit terbentuk di langit berawan. Hujan deras melanda dimensi Hetaloween beberapa jam terakhir.

Pintu geser tersebut terbuka. Seorang pria dengan rambut terikat panjang masuk ke kediaman bergaya klasik tersebut dengan tertatih-tatih. Menyalakan lampion merah yang menjadi penerang lorong panjang tersebut.

"Yao-hyung?"

Yang dipanggil menoleh. Sosok pemuda dengan rambut cokelat gelap menghampirinya dengan pandangan khawatir. Yao tersenyum tipis dan melemparkan sorot pandangan hangat padanya, "Yong Soo? Kau belum tidur, aru?"

"…Kau baik-baik saja, da ze?" tanya Yong Soo mengabaikan pertanyaan kakaknya, pandangannya tertuju pada bahasa tubuh kakaknya yang berdiri tak tegap—seolah menahan sebuah rasa sakit, "Yao-hyung—terluka?"

Yao terkesiap mendengarnya, bagaimanapun juga ia hapal luar kepala tabiat adik-adiknya. Kalau sampai mereka tahu…, terutama Yong Soo dan Kiku…bisa-bisa…

"Aku baik-baik saja, Yong Soo—jangan khawatir. Cuma terjatuh, di luar jalanan cukup licin, aru." Sahut Yao dengan nada tenang, menepuk kepala pemuda Korea itu, "Kau harus segera tidur, aru. Ini sudah sub—"

SREET

"...A—?!"

"Yao-hyung…"

"—Apa yang kau lakukan, aru?!" Bentak Yao dengan pandangan nyalang, menutupi mulutnya yang baru saja bersentuhan dengan bibir adiknya. Semburat merah tergaris jelas di pipinya, "Kau tahu ini tidak …"

"Bau vodka…"

"...?!"

"Yao-hyung…."


"Jadi begitu."

"Yaah, begitulah, da ze!" Yong Soo berguman dan memandangi langit terbuka, "Kau pasti juga tahu kan?"

Natalya mengangguk dalam diam, menyerahkan selembar foto pergermulan mesra dua orang lelaki pada Yong Soo yang berebah di dekatnya. Ekspresi Yong Soo membeku dan terlihat datar sebelum akhirnya merobek kertas foto tersebut, membiarkannya diterbangkan angin yang berhembus lewat.

….

"Untuk apa kau menyimpan foto mengerikan seperti itu? Cuma bikin sakit hati, da ze."

Natalya kembali tak menjawab dan membiarkan keheningan mengisi pertemuan mereka itu.

Gyut

Sepasang pupil violet gadis Belarus itu membeliak ketika menyadari tangannya di genggam oleh tangan berlapis sarung tangan hitam Yong Soo. Ia bisa merasakan detak jantung yang memburu.

"Apa kau membenci Yao-hyung, da ze?"

"Apa aku harus menjawabnya?"

"Hahahaha, respon yang lucu, da ze!"Komentar pemuda Korea tersebut dengan tersenyum riang, "Kalau kupikir-pikir sebenarnya aku juga bingung harus membenci kakakmu atau tidak, da ze."

"Apa ini artinya kau menyerah untuk merebut kembali kakakmu?" Nada Natalya terdengar sakratis, jengkel dengan penurunan semangat pemuda di sampingnya tersebut, "Gelagatmu aneh."


...

Enam puluh empat hari sebelum Rencana 13. Sudah cukup lama kebersamaan mereka dalam kepentingan memisahkan pasangan erat yang merupakan kakak mereka sendiri. Matahari kelabu menyinari sebagian tubuh mereka yang tengah berada di puncak menara kastil.

"Hehe, aku nggak tahu pasti, da ze." Perlahan Yong Soo bangkit dan melepaskan pegangannya dari tangan Natalya, "Tapi aku tidak akan menyerah, da ze. Tenang saja."

Natalnya tak merespon apapun, kepalanya mendongak kala pemuda itu bangkit berdiri.

"Yak, kurasa aku harus bicara dulu dengan kakakmu itu, Natalya…"

"Aku ikut kalau begitu."

"Nggak usah, da ze! Aku kan tidak akan mencium kakakmu juga—oke, oke, ampun, kau ini tidak bisa melunak sedikit padaku, da ze?" Yong Soo menyahut dengan senyum kecut, "Percayalah padaku. Kita ini teman, bukan?"

...

Cahaya kelabu sang mentari menyusup lewat deretan jendela gothic yang artistik. Langkah terdengar menyeruak di sepanjang lorong. Suara tapakan alas sepatu di permukaan lantai granit makin lama terdengar semakin nyaring. Sepasang iris pemiliknya bertemu dengan iris cokelat Asia di salah satu titk. Langkahnya terhenti, hanya beberapa meter—

"Yong Soo, da?" Ivan mengawali percakapan dengan senyum lebar.

Cahaya matahari hanya menerpa sebagian jubah warna merahnya, pemuda yang di maksud balas tersenyum dengan mengangguk patuh seolah tak terjadi apa-apa.

"Yoo—anyeong Ivan." Sahut pemuda Korea tersebut dengan riang, "Kau tidak berubah ya, da ze."

"Ahahaha, begitukah, da?"

Keduanya berjalan beriringan dengan akrab, bercakap mengenai beberapa hal sebelum akhirnya Ivan berkata, "Nee nee, tidak biasanya kau datang kemari, daa. Kau perlu sesuatu?"

CRANG

Sepasang grim reaper teracung pada pemuda Russia tersebut, menyudutkannya di dinding. Iris violet ini tetap tenang tak terpengaruh, Ivan masih menarik senyumannya. Kepulan asap merah berpendar redup dalam botol di lorong yang mulai gelap. Keduanya tak berbicara selama beberapa saat sebelum akhirnya pemuda berambut platinum blonde itu melanjutkan,

"Aku anggap itu jawaban 'iya', daa."

Yong Soo menyeringai lebar sebelum akhirnya melonggarkan sedikit grim reaper-nya, sedang Ivan tersenyum sembari mengambil revolver di saku celana; menodongkannya di depan Yong Soo dengan kalem.

"Kau mencari seseorang, daa?"

"Yao-hyung."

Ivan menurunkan senjatanya dan tertawa riang, Yong Soo menghela nafas dan menurunkan senjatanya pula. Tampaknya ia tidak bisa benar-benar membunuh orang ini, mungkin di kemudian hari saja.

"Ahahahaha, sudah ku duga. Yao-yao ada di kamar, daa. Kurasa di lelah sekali…"

"Kau harusnya menghubungi kami, da ze." Yong Soo berkata dengan enggan, "Tiga hari tidak pulang, da ze."

"Kalian pasti khawatir sekali, da."

"...Dan Pyong Soo, da ze?"

"Masih bertugas di zona 19 di sebelah utara Hetaloween, daa." Jelas Ivan dengan tenang, "Dia tidak menelponmu sama sekali?"

"Kau pasti tahu tabiatnya sebaik aku, da ze."

Ada kekesalan yang tak dapat di jelaskan saat ia berbicara dengan orang ini.

"Tidak seperti itu, daa. Kau tahu, sebenarnya dia sendiri cukup sering memantau keaadanmu, daa."

Ia sebal.

Yong Soo mengangguk dan menyimpan kembali grim reaper-nya, "Yaah, sayangnya aku belum percaya dengan kata-katamu, da ze." Ia menyeringai pada sosok besar Ivan Branginski, "Sayang sekali ya bukan timmu yang menang di pesta Halloween kemarin."

"Kol kol."

Yong Soo semakin menarik seringai lebarnya dan berbalik, seolah tak terpengaruh apa-apa dengan aura hitam mengerikan pemuda di belakangnya. Ia hanya sedikit bermaksud mengisengi pemuda tersebut, dan tampaknya cukup membuat orang itu mengeluarkan jurus andalannya.

"Tapi, daa—kau pasti tidak datang hanya untuk mengatakan itu kan?"

Yong Soo menghentikan langkah sejenak, pandangannya berkabut sebelum akhirnya membalikan wajah. Ekspresinya membeku, tak terlihat lagi sosoknya yang periang seperti biasa. Bahkan keriwilannya yang unik pun seakan kompak menunjukan ekspresi datar seperti Tuannya. Hati yang sedari kelabu dan berusaha di kuburnya kini kembali bangkit—perasaan yang mengglung dan mengganjal tak nyaman itu.

"Yaah~"

"…?"


**008

Bzzt

Bzzt

Ahaha bzztt aku tahu mungkin kau masih marah padaku, da ze. Kau boleh berpikir bahwa aku ini orang brengsek yang membocorkan semuanya bzzzttt bzztt da ssttt ze….

Tapi Natalya ak bzzzttt bzttt ak…

….

DUAR

...

Yaah bzztt aku…bzzt bzztt…memang awalnya dari dimensi pertama bzztt—aku adalah salah satu dari bagian Kelompok Pemusnah bzztt…kau deng bzztt ngar?

Bzztt…tapi…bzztt siapa yang menduga bah bzztt ak bzztt aku akan bzztttt memb ztttt belot dari mereka bzzttt


Cahaya putih itu berasal dari kelipan lampu bianglala Jack O'Latern terbesar. Kelelawar beterbangan di langit labu berselaput semburat awan keunguan. Angin berhembus kencang dengan aroma anyir samar yang menggairahkan kaum penghisap darah. Para penyihir mulai bergabung dengan gerombolan kelelawar di cakrawala, menciptakan pola rasi bintang memikat di angkasa dengan manik cokelat dan manisan. Sapu terbang mereka menghasilkan kelipan cantik bewarna hijau dan biru, mewarnai langit labu abadi Hetaloween.

"Hoi, sudah pukul 6, Yong Soo!" Natalya berseru dengan nada kesal. Rambut platinum blonde-nya yang di ikat ekor kuda itu melambai dalam hembusan angin. Jaket berbulu serigala yang melapisi pakaian Alice-nya itu tak mampu menahan rasa dingin yang menusuk. Gadis itu memandang sekeliling sebelum akhirnya menepuk bahu si pemuda Korea, "Hoi, kakakmu itu sudah bergerak jauh tuh."

"Tapi spot-nya lagi bagus nih, da ze."

Natalya menatap sebal pemuda itu; pemuda yang mendadak berubah sikap menjadi seorang pemalas.

Dengan menemplok dengan pagar besi di tepi jurang, Natalya bisa melihat kelap-kelip lampu taman di bawah sana. "Apanya yang bagus?" Natalya mengomentari dingin, "Aku bahkan muak melihat langit oranye yang tak pernah berganti."

Di luar dugaan sepasang iris Asia milik Yong Soo menatap Natalya dengan penuh arti, sebelum akhirnya tertawa lepas, "Yaaahh~" Yong Soo berkata sambil merenggangkan otot, "Aku ini kan mutasi dimensi, da ze."

"Kau pendatang?"

"Kau ingin tau lebih dalam mengenai diriku, da ze?" Yong Soo merespon dengan penuh semangat. Tak biasanya gadis dingin dan berlidah tajam ini akan terlihat tertarik mengenai hidup seseorang. Natalya hanya diam tak bergeming meski Yong Soo sudah ada dalam jarak beberapa sentimeter dari mukanya.

"Aku tidak bilang begitu."

"Dinginnya, da ze—"

Natalya memalingkan wajah, "Aku tidak tertarik, kecuali itu tentang kakaku."

"…."

"Apa? Nggak suka?"

"Yaah, tidak begitu, da ze." Yong Soo berkata dengan senyum tipis, memanjat pagar hitam pembatas tersebut, "Sayang banget sih kau tidak mau mendengar kisah keren dariku ini, da ze."

GUITS

Sepasang pupil beriris violet membelalak lebar ketika tangan berlapis sarung tangan hitam menariknya yang tengah duduk dip agar pembatas. Pemuda berambut cokelat gelap itu menariknya jatuh bersamaan di udara bebas sore. Natalya nyaris tak bisa berkata apa-apa untuk hal mendadak seperti ini. Cahaya matahari kelabu menimpa tubuh mereka, menembus di sela keduanya.

"Tapi langit labu sore ini benar-benar indah bukan? Kau tidak akan pernah menemukan langit seperti ini di dimensi lain da ze!" Yong Soo meneriakan dengan keras di desingan angin kuat gravitasi

BLETAK! Satu jitakan panas ditujukan untuk Im Yong Soo. Natalia Arslovkaya tepat berada di atasnya yang kini sedang merentangkan tangan bebas. Semua orang yang berada di pagar pembatas mungkin bisa melihat daleman yang berkibar—ups, Natalya mengeluarkan pisau lipatnya, menatap garang pemuda Asia yang secara seenaknya saja menariknya di langit terbuka seperti ini.

"MEMANGNYA INI SEPERTI TERJUN ROMANTIS DI SENJA HARI?! DASAR BUOOODDOOOHH!"

"EH? ROMANTIS ITU DARI KOREA, DA ZE!"

Bahkan para penyihir—beberapa orang yang menaiki sapu terbang dan tengah menabur manisan di langit labu tertawa mendengar teriakan dua orang yang terjun konyol di udara. Memandang geli dari kejauhan akan keributan tak jelas itu. Teriakan yang bahkan mampu mengusik gagak-gagak hitam.

Pisau lipat yang berkilat itu tak kunjung jua menusuk jenjang leher pria berlapis armor itu, entah apa yang menahan Natalya untuk membunuh orang idiot di hadapannya.

"Eh? Kenapa, da ze?"

Natalya batal menghunuskan pisau lipatnya. Yaah, tentu karena ia masih perlu Yong Soo, bukan? Kakaknya yang itu perlu dijauhkan sejauh mungkin dari kakak si Yong Soo.

Tinggal hitungan menit—atau detik, mereka akan jatuh menyentuh permukaan bumi dimensi….

"Ayo, da ze!" Tak ada rasa takut sama sekali yang terlihat di raut wajah Asia tersebut. "Kita bisa jatuh bersamaan, da ze—"

Natalya bergumam dongkol, "Memangnya kita harus pegangan gitu?"

"Apaaa? Kau bilang apa tadi? Eh, Nat—lihat deh!"

Jari telunjuk Yong Soo menunjukan bentangan langit. Lukisan abstrak langit di kanvas labu itu kini semakin diramaikan oleh guguran bintang warna perak yang mencolok; senja yang bermandikan harapan meteor jatuh. Untuk sesaat Natalya terpana akan coretan di langit oranye. Iris violetnya memantulkan sebuah cakrawala.

"Tuh, keren kan, da ze?"

Helaian rambut mereka berombak dalam pergerakan angin, surai platinum blonde itu bergerak lembut. Tanpa sadar pita hitam yang sedari tadi terikat di rambut Natalya mulai lepas, kemudian terbang merdeka di langit terbuka. Natalya membeliakan mata terkejut dan bergerak, mencoba untuk menangkap...

SRET

"Dapat, da ze!"

Dan kini tangan berlapis sarung tangan milik Yong Soo mendapatkannya, menampilkan seringai lebar meskipun hal tersebut kontradiktif dengan raut Natalya yang mendadak cemberut. Ia sedikit ngeri dengan adegan yang terlalu dramatis ini. Apa ia harus sekalian bersemburat merah dengan hal tersebut? Oh, tidak—ia tidak akan membagi cintanya untuk Kak Ivan!

Menyadari suatu hal, buru-buru ia mencari sesuatu di saku celemek. Kembali terkejut ketika sadar benda itu tidak ada.

"Apa'an, da ze?"

Natalya tak menghiraukan pertanyaan itu. Sialan, cokelat payungnya tidak ada—kalau seperti ini mereka berdua bisa jatuh keras ke tanah—

"Air, da ze?"

Pandangan Yong Soo beralih ke bawah, permukaan air yang luas itu hanya tinggal beberapa meter. Natalya malah makin menatap garang si biang keladi hal ini.

"Tidak apa-apa, da ze. Buat pengalaman!"

Apa—

BYUUUURRR

Pola riak air kasar terbentuk di permukaan air biru tersebut, dua tubuh berdebam jatuh—masuk ke dalam zona air beku yang tampaknya belum pernah tersentuh manusia. Buih-buih kecil terbentuk sebelum akhirnya dua tubuh kembali mengambang di permukaan air.

….

"Hahaha~, eh, Nat, besok kita stalker lagi nggak?" Yong Soo bertanya mendadak sementara tubuhnya basah kuyup, masih dengan ekspresi tak bersalah sama sekali. Natalya tak menjawab, hanya membelakangi tubuh pemuda berbaju armor tersebut—sibuk dengan sesuatu. Keheningan menyeruak di antara mereka sesaat, sebelum akhirnya Yong Soo tersadar akan sesuatu dan bergerak perlahan mendakati Natalya.

"…OH MY! Aku lupa! Kamu beneran tadi sudah cuci foto ya, da ze?!"

Ada banyak lembaran foto luntur dengan menyedihkan. Satu yang terakhir di telan ikan sisik lompat yang mendadak muncul. Semacam lumut lada bergerak menjijikan dengan liur menetes-netes di kepala Natalya, sementara ia masih diam tak bergeming sekalipun liur lumut lada telah menetes sampai ke ujung rambut—

"Mukamu menjijikan." Itu komentar pertama yang dilontarkan Natalya dengan tajam. Diliriknya sosok Im Yong Soo, "Tentakel danau."

Oh, ya—memang ada makhluk hidup berbentuk tentakel yang menempel di muka Yong Soo. Tentakel ungu mengerikan, Yong Soo terlihat seperti berlubang dengannya.

Dan, mereka pun saling menertawakan kesialan masing-masing, ups, tentu saja Natalya tak lupa mengamuk lantaran kameranya rusak kemasukan air. Seluruh lembaran foto kakaknya yang baru dicuci juga luntur.


Cuaca terik dan kelopak matahari biru beterbangan di udara, keadaan damai dan ilalang bewarna pudar bergoyang damai dalam keheningan alam. Bangunan kastil berbatu itu berdiri teguh melawan sutra kelabu sang surya, sementara bendera merah berkibar di puncak menara. Tak ada yang aneh dari kediaman tersebut hingga seorang gadis bersurai platinum blonde membalik terkejut akan sosok yang tiba-tiba muncul di belakang saat ia tengah melangkah.

"Yong Soo?!"

Entah mengapa melihat sosok itu membuatnya sedikit bersemangat—namun alis segera terangkat ketika menyadari ada yang berbeda dari sosok tersebut.

...

Sorot matanya berbeda.

"Apaan sih nyebut-nyebut adikku?"

Di luar dugaan ia mendapat jawaban seperti itu. Natalya terhenyak sesaat sebelum akhirnya tersadar bahwa yang di hadapinya bukanlah Im Yong Soo. Kakak pria Korea tersebut akhirnya pulang setelah tugas dari Ivan di area selatan –002. Sudah lebih dari setahun orang itu tidak kemari.

Natalya tak mengatakan apa-apa dan pria tersebut bersamanya berjalan menyusuri koridor, menanyakan beberapa hal basi seperti kabar.

"Aku tidak menyangka kau mengenal adikku yang mesum itu." Ia menghela nafas berat, "Kau harus berhati-hati."

Natalya tak merespon, hanya menanggapi dengan bahasa tubuh yang dingin. Keheningan mengisi waktu sesaat sebelum akhirnya sepasang iris violet memandang tubuh Asia tersebut.

"Kau masih hidup?"

"Eh?"

Natalya menatap pria Korea tersebut dengan intens. Yang di tatap jadi tak enak dan memegang tengkuknya, seakan ada hawa tak nyaman yang berhembus.

"Aku tanya, apa kau masih hidup?"

Di area selatan memang banyak serigala terong—makhluk beracun yang mengubah seseorang menjadi zombie.

"Kau khawatir?"Ia bisa membaca gelagat gadis itu.

Natalya enggan menjawab, hanya menatap tajam orang tersebut. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang salah…

BRUGH

Dan pria tersebut ambruk hanya selang beberapa menit kemudian, perban-perbannya terbuka—menunjukan berbagai lebam dan gigitan mengerikan. Darah bewarna hitam menetes…


Petir menyambar-nyambar dan partikel hijau menetes ke bumi. Hawa anyir datang dengan sensasi dingin menusuk. Api putih berkobar di nyala obor ruang bawah tanah. Organ tulang-belulang bewarna merah kehitaman membentuk nada menyedihkan untuk penghuni ruangan.

Seorang pria tua dengan rambut pirang panjang membacakan sebuah kitab—kata-kata asing terluncur dari mulutnya yang lihai merapal mantra. Raut wajahnya menggambarkan keseriusan dan kekhusyukan dalam ritualnya.

Partikel warna biru muda mulai mengelilingi. Sulur-sulur dedaunan merah membelit sebuah tubuh mati telanjang di udara. Tanaman tersebut mengeluarkan bau harum yang menenangkan. Prosesi pemakaman itu berjalan khidmat, perlahan sulur itu menggerakan tubuh tersebut dalam posisi bayi, bunyi gemeretak tulang terdengar. Tak ada yang menanggapinya jijik atau ngeri, seakan suara itu adalah suara terindah yang hanya berlangsung sesaat. Sulur itu membentuk bola menutupi seluruh tubuh jenazah, semakin mengecil—dan kecil, menghancurkan tulang belulang sebelum akhirnya kelopak mata sang pemimpin prosesi pemakaman terbuka, iris biru itu menatap bola sulur merah dengan tenang sebelum akhirnya menarik nafas panjang.

"Kembalilah kau pada-Nya. Melebur dalam api jiwa…."

BWOSSSHHH!

Api biru safir cantik mendadak muncul, membakar sulur tersebut. Pembakaran tersebut hanya berselang beberapa detik sebelum akhirnya melenyap, meninggalkan sebuah benda kecil berbentuk persegi panjang warna hitam. Benda pipih dengan hiasan berwarna merah marun. Semua orang menghela nafas lega—setidaknya Api Jiwa mau menerimanya.

Sepasang mata cokelat gelap memandangi prosesi dengan datar. Hilang sudah senyum seorang Im Yong Soo. Tak ada satupun orang yang berbicara padanya—hanya sekedar berbasa-basi mengucapkan turut berduka cita. Semua keluarganya tenggelam dalam suasana duka.

Hetaloween—dimensi nomor tiga. Dimana semua orang, termasuk keluarga yang di kenalnya dengan baik terletak di sini. Penantiannya, pengorbanannya untuk mencapai dimensi ini. Semua yang telah di lakukannya hangus tak berbekas, orang yang bahkan belum pernah di temuinya setelah sekian lama. Orang yang ingin ia ganggu, ia ajak mengobrol…ia hanya…hanya ingin…untuk kakaknya…

Sebagai saudara kembar…

Ketika semua orang sudah bubar dari prosesi makam tersebut. Sang pemimpin ritual memberikan benda pipih tersebut pada Im Yong Soo, "Simpanlah benda milik kakakmu ini, hanya ini serpihan jiwa yang tersisa untuk dunia…"

"Yong Soo, da?"

Di sela pembicaraan tersebut, Ivan datang dengan nada riang seperti biasa. Pendeta tadi menatap takjub dan akhirnya bergerak mundur sebagai tanda hormat. Membiarkan dua orang tersebut berbicara, bagaimanapun Ivan memiliki peranan penting di dimensi tersebut.

Orang yang menugasi kakaknya untuk pergi ke daerah berbahaya seperti daerah selatan—dalang dari luka mengerikan yang harus di tanggung kakaknya. Brengsek—

"Ada yang harus kubicarakan, daa…" Ivan menarik senyum lebar, dan keduanya keluar dari ruang bawah tanah itu dengan lorong khusus.

"Ini berkenaan dengan kakakmu, daa."

Yong Soo terdiam sejenak. Matanya bertemu dengan iris violet itu di satu titik.

Misi perluasan wilayah—melawan penguasa setempat yang tersohor akan ilmu hitamnya. Yah..., ia sudah menduga. Yong Soo menghela nafas lesu, barangkali si hidung besar ini akan membicarakan mengenai barang-barang kakaknya, pesan, atau semacam harta warisan…, mungkin?

"Kau tidak perlu berbelit-belit, da ze."

Pria tersebut tetap menarik senyum lebarnya, seolah tak terjadi apapun di dunia ini. Seolah tak ada kematian yang terjadi—tidak kakaknya, bukan juga dia, bukan juga orang lain.

Sial.


Langit membentuk pola riak air—dan serbuk praktis membentuk rangkaian sketsa indah di langit. Karena ini sedang berperang, dimensi tiga di keroyok dua dimensi sekaligus dan dimensi keempat seolah tak mau tahu dengan mengambil posisi netral. Tak ada penyihir yang melukis langit seperti biasa.

Sepasang iris cokelat tua memandang langit oranye dengan senyum tipis di bibirnya. Hawa dingin mengusik malam dengan bebauan anyir akan darah. Sementara daun kering pohon hitam bergerak leluasa di cakrawala. Api putih berkobar, menari dengan malam yang semakin larut sebelum akhirnya api putih tersebut meredup dengan warna kelabu dan akhirnya melenyap bak hologram elektris.

Im Yong Soo menghela nafas dan memperhatikan tenda sekelilingnya, tak ada yang begitu menarik. Uap tipis tercipta, nafasnya mengkukus. Ia hanya terduduk sendiri di luar tenda untuk berjaga, memastikan bahwa perisai tamengnya masih bekerja.

Apa ia harus tidur sekarang? Ia menggeleng, berusaha menyegarkan diri sendiri. Ia masih harus tetap bangun dulu, ia baru akan tidur jika proses penguncian tamengnya selesai. Saat ini masih menunjukan angka 50 persen—ia lirik tangan kanannya yang terikat dengan sebuah kayu kecil yang menancap ke tanah. Ia bisa merasakan energinya yang mengalir ke tanah, membentuk semacam perisai untuk areal perkemahan. Begitu penguncian selesai, secara otomatis energinya juga habis dan segera tertidur. Kedengarannya…rumit?

Ia tak menghiraukan hal tersebut, pikirannya sedari tadi melayang kemana-mana. Sudah sejak lama ia meninggalkan dunia penuh kedamaian. Tak ada yang manis dari peperangan ini—dan lama-kelamaan pasukan dimensi ini semakin terdesak. Im Yong Soo mendesah kecewa.

Pandangannya terarah keberbagai sudut, memastikan bahwa tidak ada siapapun. Penguncian masih dalam proses lama dan ia merasa bosan. Sesuatu terlintas di benaknya—membuatnya lebih segar. Segera ia cari benda tersebut dalam tasnya, kotak elektris murahannya ada di sana dalam keadaan kosong. Terdiam sejenak sebelum akhirnya mengorek kembali benda dalam tasnya.

Dengan tangan kirinya yang bebas, ia menemukan benda tipis bernama chips. Benda bewarna kekuningan itu ia masukan kedalam kotak pemutar, mengatur setting sebelum akhirnya berbicara.

Berbicara sendiri di tengah malam—menuangkan segalanya—rasanya menyenangkan bisa membaginya dengan orang lain.

Walau ia tahu mungkin orang itu akan membuangnya….

Im Yong Soo tidak bisa melupakan bagaimana iris violet itu menatapnya dengan penuh angkara murka, bagaimana atmosfir dingin seakan menusuknya dengan kuat. Menerkamnya yang hampir seperti kehilangan kekuatan.

….

Ia tidak bisa lupa.


To be continue.


+ Reich Akira's Private Corner +

play; Lily - Face

.

Yosh, minna... kembali dengan , moga kalian nggak bosen liat saya mejeng di sini..., memang muka saya awesome #dilempar -bercanda, fict ini didedikasikan untuk challenge mama Ryuna.

Saya sempet ragu berhasil publish apa nggak... hambatan banyak (makasih sebelumnya buat onee-chan yang bersedia publishin+editin kilat) bagaimana menurut minna tentang fict ini? Iya saya tahu ini agak terburu-buru. Ngebut saya ngetiknya QAQ

Silakan komentar, kritik, saran kalian~~ #dogeza
btw, mari kita budidayakan KorBel! MUAHAHAHA, demen saya ama dua stalker ini #shoot

Selamat bertemu di chapter depan!

Reich.