Para tokoh di bawah ini bukan milik saya. Milik JK Rowling tercinta tentunya. Hanya saja menurut saya, seharusnya yang terjadi adalah seperti ini
Harry dan Lily Potter berhasil diselamatkan Severus Snape. Sedangkan James Potter tewas terbunuh dalam usahanya melindungi Harry. Benarkah Lord Voldemort ikut tewas bersama dengan tewasnya James? Apa yang terjadi selanjutnya pada Harry dan Lily? Inilah kisah kehidupan Harry dan Lily bersama anggota keluarga barunya, Severus Snape dan Rosemary Snape (OC).
Lily's Son and Daughter
Chapter 5
Hogwarts, Here I come!
Spinner's End
Tanggal 1 September pun tiba, sudah saatnya murid-murid Hogwarts pergi ke sekolah mereka, memulai tahun ajaran, meninggalkan keluarga di rumah untuk sementara. Ini adalah kali pertama Harry Potter akan datang ke Hogwarts, sudah tak sabar ia menunggunya. Hari demi hari dihitungnya, tanggal demi tanggal di kalnedernya ppun dicoretnya. Akhirnya hari yang dinantinya pun tiba, semalaman ia tak bisa tidur nyenyak, berulang kali terbangun dari mimpi buruk bahwa ia tidak jadi ke Hogwarts karena telat atau halangan-halangan lainnya, ah untung hanya mimpi!
Maka, begitu ibunya menggedor kamarnya untuk membangunkannya, ia langsung terbangun dan bergegas mempersiapkan diri. Setelah rapih, ia membawa kopernya dan kandang Hedwig (nama burung hantu betinanya yang dibelikan Hagrid), meletakkannya di ruang depan, lalu masuk ke ruang makan untuk sarapan.
"Ah, putraku sudah tampak rapih, namun jubah sekolahmu belum saatnya dipakai sayang. Nanti saja di kereta, kalau hampir sampai. Biasanya para prefek akan mengumumkan waktu untuk memakai jubah", ujar ibunya.
"Oh, baiklah. Maaf, aku tidak tahu Mum", ucap Harry seraya menanggalkan jubahnya.
"Tak apa sayang, ayo cepat sarapan".
"Mana Dad dan Rose, Mum?", tanya Harry.
"Oh, Daddy sedang membangunkan Rosemary. Dia perlu dibujuk, semalaman dia menangis karena sedih harus berpisah darimu dan tak bisa ikut ke Hogwarts", jawab ibunya.
"Ah, Rosie pasti hanya ingin ke Hogwarts-nya saja Mum, atau dia tak mau berpisah dengan Dad, bukan denganku. Dia pasti senang aku tak bersamanya, tak ada lagi yang bertengkar dengannya", ujar Harry.
"Hu…uh.. aku juga sedih kehilanganmu tau! Mana enak bermain dan bertengkar sendirian!", seru Rosemary.
"Kalau sendirian bukan bertengkar namanya, tapi bicara seorang diri, seperti orang tidak waras!", ledek Harry.
"Mummy!", rengek Rose.
"Jangan ganggu adikmu, dan cepat selesaikan sarapanmu!", ujar suara dingin di belakang Harry, Severus Snape sudah memasuki ruang makan.
"Kalian ini, oh pasti aku akan merindukan saat-saat seperti ini. Aku dan Rosie pasti akan kesepian sekali tanpa kalian.", ujar Lily sambil menyeka air matanya.
"Ah sudahlah Lils, kau tak akan kesepian. Ada Rosemary yang selalu menemanimu. Jaga ibumu ya Rose", ujar Snape.
"Of course Daddy! Serahkan saja padaku!", ucap Rosemary
"Ah maaf, aku terlalu sentimental, ya sudahlah.. kita selesaikan saja sarapannya ya", kata Lily.
The Knight Bus
Keluarga itupun segera menyelesaikan sarapan, Setelah selesai sarapan, mereka berangkat meninggalkan rumah. Harry mendorong kopernya, sementara Rosemary membawakan kandang burung hantu yang ditutupi selembar kain. Mereka berjalan bergandengan tangan sampai di suatu pinggiran jalan yang sepi. Severus Snape mengacungkan tongkat sihirnya ke arah langit, dan tiba-tiba muncullah bis tingkat berwarna ungu bertuliskan "The Knight Bus". Pintu bis terbuka, keluarlah sang kondektur yang bertubuh jangkung, kurus, dan rambut cokelat berantakan.
"Hallo, Selamat Datang di The Knight Bus! Murid baru Hogwarts sepertinya, ah sudah tentu King Cross Station tujuan kalian! Perkenalkan, aku Stanley Shunpike, dan supir hari ini adalah Ernie Prang. Ongkos untuk 4 orang…"
"Aku sudah tahu, ini ongkosnya, dan kami juga memerlukan 4 gelas cokelat hangat", ujar Severus Snape memotong ucapan Shunpike.
"Ah, dia galak sekali! Hmm.. sepertinya wajahnya tak asing", ujar Shunpike pelan ketika Snape melewatinya.
"Huaaa… Dad tidak bilang akan naik bis ini. Aku senang sekali. Thanks, Dad", ujar Rose riang.
"Jangan senang dulu sayang, bis ini agak berbahaya. Sebaiknya kau duduk berpegangan tangan dengan Mum ya, cokelat hangatmu pun pegang dengan erat, jangan sampai tumpah. Kau juga Harry, peganglah tangan Daddy", kata Lily.
"Memangnya kenapa Mum?", tanya Rosemary.
Belum sempat Lily menjawab, Rose dan Harry pun segera mendapat jawabannya. Bis ini berjalan dengan kecepatan sangat tinggi, mampu menyempitkan diri dan menyelip di antara mobil-mobil muggle, dan dapat terbang. Cokelat hangat Harry pun tumpah mengenai jubah Snape. Snape melotot padanya (Harry mengucapkan maaf dengan pelan) seraya mengacungkan tongkatnya ke arah jubahnya, kemudian kotoran itupun lenyap seketika.
Beberapa saat kemudian, Shunpike menghampiri mereka, "Kalian sudah hampir sampai keluarga Snape. Ah, Harry Potter akan masuk Hogwarts ya tahun ini. Harusnya aku tadi langsung mengenali kalian, apalagi Harry! Maaf ya, hehe.. tapi senang sekali bisa bertemu kalian!"
"Bagaimana kau tahu tentang kami?", tanya Rosemary.
"Ah, ini adik tirimu Harry? Siapa namamu gadis kecil, aku belum tahu tentang dirimu. Tapi kalau kakakmu sangat terkenal kan..", ujar Shunpike.
"Rosemary Snape. Kakakku terkenal? Bagaimana bisa? Dia bahkan belum punya teman!", ujar Rosie agak kesal, ia dikalahkan kakaknya dan ia tidak tahu apa-apa.
"Sudahlah Rosie, kita harus segera turun. Terima kasih Mr. Shunpike", ucap Lily.
"Ah, sama-sama Madam Pot, eh Snape", ujar Shunpike.
Snape melewatinya sambil melotot sekilas, seperti ingin mengatakan sesuatu, namun istrinya segera menariknya lembut.
The Knight Bus pun sampai di depan King Cross Station, begitu Harry dan keluarganya turun, dan ia menengok ke arah bis, bis itu sudah menghilang.
King Cross Station
"Ayo cepat berjalan, jangan menarik perhatian muggle. Segera temukan peronnya!", perintah Snape.
"Tapi Dad, mana ada peron 9 ¾ !", protes Harry.
"Kau penyihir kan? Nanti kau akan bisa temukan itu. Kalau muggle, barulah tak bisa menemukannya!", balas Snape.
Harry cemberut dan hendak protes lagi, namun ibunya menenangkannya dengan mengusap punggungnya.
"Aku pikir peron itu ada di antara peron 9 dan 10. Nah itu peron 9 di sebelah kanan, ayo kita ke sana!", ajak Rosemary.
"Ya honey, itu peronnya, nah cara memasukinya adalah berjalanlah dengan cepat, menembus peron 9 itu. Kalau kau takut, pejamkan matamu. Nah, lihat itu ada keluarga penyihir yang akan memasuki peron, perhatikan mereka ya!", ujar ibunya.
"Weasley", gumam Severus singkat.
"Weasley? Oh ya, tentu saja, rambut merah. Ah, itu Molly. Hai Molly!", tegur Lily.
"Oh, aku tak percaya, bisa bertemu denganmu Lily. Sudah lama tak berjumpa. Ah ya, Harry akan masuk Hogwarts ya? Sama seperti putra bungsuku, Ronald. Anak-anak, perkenalkan ini Lily Snape dan keluarganya. Tentu kalian sudah mengenal Harry Potter dan Prof. Snape kan?", ujar Molly Weasley.
"Harry Potter? Ginny, lihatlah ini pangeran hatimu yang sering kau ceritakan itu, wah akhirnya kau berjumpa juga dengannya. Kau ingin minta first kiss sekarang?", goda salah satu putra kembar Molly, pada adik perempuannya.
Ginny Weasley yang masih melongo menatap Harry pun wajahnya memerah, ia berlari bersembunyi di balik punggung ibunya.
"Fred, jangan ganggu adikmu. Bersikaplah sopan, kalian belum memberi salam pada Prof. Snape!", tegur Molly.
"Itu George, aku yang Fred Mum! Hu.. uh.. Mum masih saja salah!", gerutu Fred.
"Selamat pagi, Prof. Snape. Senang bertemu Anda lagi. Ah, akhirnya bisa bertemu istri dan putra-putri anda. Selamat pagi Madam Snape, anda cantik sekali, kecantikan Anda menjadi salah satu legenda Hogwarts, aku hampir tak mempercayainya, namun kini aku sudah membuktikannya sendiri. pantas saja anda menjadi rebutan pria di angkatan anda. Perkenalkan, saya Percy Weasley, saya Prefek Gryffindor. Oh ya, Harry Potter, aku akan senang sekali kalau kau masuk asramaku, jadi aku bisa membantumu. Dan ini adikmu? Mata hijau kalian sangat mirip mata ibu kalian, sangat indah!", ujar Percy panjang lebar.
"Terima kasih Percy, ya ini putri kami, Rosemary Snape. Dia 2 tahun lagi menyusul kakaknya masuk Hogwarts, sepertinya seumur dengan adikmu?" tanya Lily.
"Oh, Ginny tahun depan sudah masuk Hogwarts, Lily. Lebih tua setahun kalau begitu. Tapi mereka bisa berteman dulu sebelum mereka kle Hogwarts. Saling menemani, karena pastinya Rosie juga kesepian ya ditinggal kakaknya", jelas Molly.
"Wah, Rosie senang sekali tentunya, iya kan honey. Ayo berkenalanlah dengan Ginny", ucap Lily.
"Hi Ginny, aku Rosemary Snape, nice to meet you", ujar Rose.
"Hi Rose, nice to meet you to", balas Ginny.
"Oh ya, kau pasti mau berkenalan dengan kakakku yang terkenal kan, ayo Harry perkenalkan dirimu!", ujar Rose.
Harry menatap tajam ke arah Rosie yang menahan tawa, lalu berkata singkat, "Hi Ginny".
"Hi", ujar Ginny dengan wajah merah tertunduk malu.
"Ah, Ginny, kau harusnya juga perkenalkan kakakmu. Ayo Ronald, berkenalan dengan teman barumu", ujar Molly.
"Hi Harry, aku Ron".
"Hi Ron", ujar Harry tersenyum melihat Ron yang tampak tidak percaya diri.
"Ehem.. tampaknya kereta akan segera berangkat, ayo cepatlah masuk peron!", seru Snape.
"Tunggu dulu dad, ada seorang gadis yang sepertinya kebingungan mencari peron 9¾", ucap Rosemary.
"Muggleborn, seperti aku dulu", ujar Lily seraya menghampiri gadis itu. Gadis berambut cokelat, ikal, dan sangat lebat, berwajah cantik dan cerdas.
"Hallo, kau mau ke Hogwarts juga?", tegur Lily.
"Ah, anda tahu sekolah itu? Kami sudah hampir pulang. Hermione saja yang masih belum menyerah. Dia pikir letak peron menuju kereta sekolah itu harusnya di sekitar sini, namun kami belum menemukannya", ujar ibu dari sang gadis.
"Saya dulu juga pernah kebingungan seperti putri kalian", ujar Lily. "By the way, perkenalkan, Lily Snape. Putra sulung saya, Harry Potter juga memasuki tahun pertama di Hogwarts. Kau bisa berteman dengannya, siapa namamu nak?"
"Hermione Granger, Mrs. Snape. Saya sudah membaca tentang keluarga anda. Anda lebih cantik dari bayangan saya. Prof. Snape akan menjadi salah satu guru saya bukan?", ujar Hermione.
"Wah aku jadi malu, kau tahu banyak tampaknya Miss Granger. Nah, ayolah kau ikut aku. Mr dan Mrs. Granger, tenanglah, putri kalian aman bersamaku", ujar Lily.
"Dad, Mum, aku pergi dulu ya. Aku akan segera mengirimkan kabar. Tenang saja, pasti Hogwarts akan menyenangkan, dan aku akan berusaha sebaik mungkin!", ucap Hermione seraya mencium pipi kedua orang tuanya.
"Baik-baik di sana ya nak", ujar ayahnya.
"Aku akan sangat merindukanmu", ujar ibunya.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Hermione berjalan mengikuti Lily.
"Mum, cepatlah, keluarga Weasley sudah masuk duluan tuh. Dad juga sudah ga sabar!", ujar Rose menghampiri ibunya.
"Ya honey, perkenalkan dulu, ini Hermione Granger. Ini Harry, Rose, dan suamiku, Severus Snape", kata Lily.
"Selamat pagi Prof. Snape, Harry, dan Rose, senang berjumpa dengan kalian", ujar Hermione.
"Wah, kau cantik sekali Hermione, aku senang jika kau bisa dekat dengan Harry, menatapnya biasa aja dong Harry!", goda Rosemary.
"Eh, oh, Hi..", ujar Harry gugup.
"Oh, ayolah, kita harus cepat menembus peron ini. Harry kau berjalan paling depan sambil mendorong kopermu. Lily pegang tangan kedua gadis itu. Aku akan berjalan paling akhir. Serahkan kandang burung hantu itu pada Dad, Rose", ujar Snape.
Harry yang pertama kali menembus peron, merasakan hal yang aneh, antara takut, cemas, takjub, dan penasaran. Dia berusaha membuka matanya, namun seakan-akan ada tarikan dari dalam peron, ia merasa jalannya tidak terlalu cepat, namun menjadi sangat cepat, maka ia pun memejamnkan matanya. Satu persatu rombongan pun menembus peron dengan cepat, tanpa terlihat muggle seorang pun.
Di balik peron 9 ¾ tampaklah kereta api merah hitam yang sangat panjang, cerobongnya berasap tebal. Kereta itu bertuliskan "Hogwarts Express" pada setiap gerbongnya.
"Wow, keretanya bagus sekali! Mum, aku mau menaikinya sebentar saja, boleh ya?", rayu Rosemary.
"Tidak boleh sayang, kita hanya boleh mengantar sampai sini", ucap Lily.
"Yah, kenapa tidak boleh? Sebentar saja koq. Boleh ya Daddy?" rayu Rose lagi.
"Tidak bisa Rose, sebaiknya kau bersikap agak dewasa. Kalau tidak, dua tahun lagi pun aku tidak akan mengizinkanmu ke Hogwarts!", ancam Snape.
Rosemary terdiam ketakutan. "Baiklah aku harus jadi anak yang baik, jadi Dad tidak marah padaku", pikirnya.
"Harry, jaga dirimu baik-baik ya sayang. Turuti perintah Dad, jangan melanggar peraturan sekolah. Belajar yang rajin. Kirim kabar dengan teratur", nasihat Lily seraya mencium dan memeluk putranya.
"Oke Mum. Mum juga hati-hati ya!", ujar Harry.
Setelah itu Lily mendekati suaminya.
"Sev, jaga Harry ya, jangan sering dimarahi. Aku akan sangat merindukanmu", bisik Lily dalam dekapan Snape.
"Jaga dirimu baik-baik Lils, aku akan bicarakan dengan Dumbledore, semoga dia mau mengabulkan permintaanku. Bersabarlah dulu", bisik Snape sambil mencium lembut bibir istrinya.
Snepe kemudian berjongkok dan memeluk putrinya, "Jaga Mum untuk Daddy ya Rose!".
"Oke Daddy, jangan sering marah, nanti Daddy cepat tua! Harry kau juga jangan sering membuat Daddy marah ya! Aku mau dengar ceritamu tentang Hogwarts 3 hari sekali, jadi kau harus sering mengirimkan Hedwig padaku. Hermione, laporkan saja kalau kau tahu kakakku berbuat nakal!", ujar Rose.
Hermione tersenyum haru melihat perpisahan keluarga itu., "Selamat tinggal Madam Snape dan Rose, terima kasih atas bantuannya tasi. Sampai jumpa!".
Hermione pun menaiki Hogwarts Express disusul oleh Harry dan Snape. Setelah semua penumpang memasuki kereta, Hogwarts Express pun segera melaju. Harry masih sempat melihat ibunya mengusap air mata, ayahnya pun memandang ibunya dengan cemas.
Hogwarts Express
Hermione menepuk bahu Harry, "Mmm.. Harry, cari tempat duduk yuks".
"Eh, oh iya, baiklah. .., Dad, aku ", ujar Harry.
"Yah, pergilah cari kompartemen kosong. Aku harus keliling dulu, nanti aku ke tempatmu", potong Snape.
Harry dan Hermione menyusuri lorong kereta mencari kompartemen kosong, banyak anak banyak menjulurkan kepalanya dari pintu dan jendela kompartemen, berbisik-bisik sambil menunjuk bekas luka di dahi Harry yang seperti petir. Harry merasa sangat tidak nyaman, untuk menoleh kanan dan kiri, maka Hermiona-lah yang mencari kompartemen kosong. Sayangnya sampai ujung mereka berjalan, hampir tak ada lagi kompartemen kosong, namun tiba-tiba Harry merasa dirinya dipanggil, "Harry!"
Harry menoleh, tampaklah Ronald Weasley beserta para saudaranya di kompartemen paling ujung di sisi kanan, " Hi Ron, oh kompartemenmu pun sudah penuh ya? Aku dan Hermione sedang mencari tempat.."
"Oh tidakHarry, kami akan meninggalkan kompartemen ini. Mana mau kami terkurung sepanjang perjalanan dengan adik yang super membosankan seperti Ron", ujar salah satu kakak kembar Ron. Harry belum bisa membedakan keduanya.
"Ya, Harry, masuklah. Aku juga harus pergi ke kompartemen para prefek", ujar Percy.
"Kau Prefek? Wah, menyenangkan sepertinya bisa jadi Prefek Hogwarts. Perkenalkan, aku Hermione Granger".
"Ya, Miss Granger, aku Percy Weasley. Kita akan bertemu lagi kalau kau masuk Gryffindor. Belajarlah dengan tekun dan jangan melanggar peraturan. Maka kesempatan menjadi Prefek terbuka lebar untukmu", jelas Percy.
"Terima kasih penjelasannya, aku akan belajar dengan tekun", ucap Hermione.
"Oh kita bertemu Prefek masa depan, kau ingin minta tanda tangannya sebelum dia terlalu sibuk George?", ujar Fred.
"Tentu saja, sebaiknya kita juga foto bersama, ah kau belum memperkenalkan diri pada nona cantik ini, Aku Fred Weasley, dan ini saudara kembarku, George. Kami akan sangat senang bila nona berkenan menjadikan kami pelayanmu", goda Fred.
"Jangan menggoda murid baru Fred, sebaiknya kau pergi saja, sebelum aku memberimu hukuman. Oh, bahkan sekolah belum dimulai saja, kau sudah membuat ulah", tegur Percy.
"Wah kita lupa bahwa ada Prefek di kompartemen ini", ujar George.
"Ya, kita lupa bahwa kitalah yang membawa Prefek itu dari rumah kita, seharusnya kita mengurung dia di loteng bersama sang hantu kubur", ucap Fred sambil nyengir.
Wajah Percy sudah sangat merah, namun sebelum dia mengeluarkan amarahnya, kedua adik kembarnya sudah cepat berlari meninggalkannya.
"Ah kedua adikku itu memang sangat menyebalkan. Jangan segan-segan melaporkan mereka padaku kalau kalian diganggu. Aku akan tetap menghukum siapapun kalau mereka berbuat salah, tak peduli bahwa itu adikku, hokum harus tetap ditegakkan. Yah, silakan duduk bersama Ron. Aku harus pergi", ujar Percy seraya meninggalkan kompartemen.
"Yeah, duduklah Harry dan Miss Granger", ujar Ron.
"Panggil saja aku Hermione, Ronald".
"Ah, aku cukup dipanggil Ron".
"Oh ya, ada kotoran di hidungmu Ron", ujar Hermione.
Ron tampak malu, wajahnya memerah dan ia segera membersihkan hidungnya.
"Harry, kau tentunya sudah tahu bagaimana kehidupan di Hogwarts. Ayah tirimu kan salah satu gurunya. Tolong ceritakan, aku sama sekali tidak tahu. Orang tuaku bukan penyihir, kami sangat kaget mendapatkan surat itu. Yah, walaupun aku menyadari bahwa memang aku berbeda dari teman-temanku. Orang tuaku sebetulnya agak khawatir tentang sekolah itu. Mereka tidak begitu setuju aku menjadi penyihir. Mereka ingin aku menjadi dokter gigi juga seperti mereka", kata Hermione.
"Yeah, tentu saja kau muggleborn, seperti ibuku. Makanya ia langsung menghampirimu tadi. Ia merasakan hal yang serupa denganmu, tidak tahu apa-apa tentang Hogwarts. Hmm.. sebetulnya tidak juga sih. Mum sudah dapat cerita dari Dad", ujar Harry.
"Ibu dan ayah kandungmu sudah berkenalan sejak kecil?" tanya Ron.
"Oh, bukan. Bukan ayah kandungku. Tapi ayah tiriku. Kalian tadi sudah bertemu dengannya kan. Snape dan Mum merupakan tetangga, Snape yang Half-blood memperhatikan keanehan-keanehan yang ditunjukkan Mum kepada kakaknya, Snape menghampiri mereka dan member tahu bahwa Mum adalah seorang penyihir. Sejak itulah mereka dekat", cerita Harry.
"Hah, ibumu lebih dulu kenal Snape? Kupikir Snape yang merebutnya dari ayah kandungmu Harry. Snape kan mantan anak buah You-Know-Who, pasti dia jahat sekali. Ibuku sangat kaget mendengar pernikahan mereka. 'Oh, bagaimana bisa Lily dengan Severus, aku mengkhawatirkan Lily dan putranya', begitu komentar ibuku setiap kali membicarakan kalian", ujar Ron.
"Hei, bagaimana bisa kalian mengenal keluargaku? Bahkan kau juga Hermione, kau kan muggleborn, aku saja tidak tahu bahwa keluargaku begitu banyak dibicarakan. Pantas tadi begitu banyak kepala menoleh padaku, sepertinya mereka membicarakanku", ujar Harry agak kesal.
"Oh, kau kan Harry Potter yang terkenal! Anak Laki-laki yang bertahan hidup! Kau mengalahkan You-Know-Who pada saat kau berumur satu tahun. Ayahmu tewas pada peristiwa itu. Kau dan ibumu berhasil diselamatkan Snape. Begitulah yang diceritakan orang-orang, masa kau tidak tahu?", ucap Ron.
"Ah, aku tak pernah tahu rinciannya atau mengenai You-Know-Who, Mum selalu menangis jika aku menanyakannya. Dad juga bersikap sangat galak kaalau aku mencoba bertanya tentang hal itu. Yah, Dad memang galak padaku, kami tidak akur. Tapi dia sangat mencintai Mum, kurasa Mum juga begitu", ujar Harry.
"Dia sepertinya baik Harry, yah walaupun masa lalunya kelam, namun sepertinya ia berusaha memperbaikinya. Aku melihat ada cinta yang besar di matanya untuk ibumu. Dia tidak akan mengecewakan ibumu, Harry", ujar Hermione.
"Hei, ada penjual makanan, ah uangku hanya bisa membeli sepotong kue labu, tapi aku lapar sekali", ujar Ron.
"Biar aku yang belikan, Madam, kami mau beli, wah apa ini? Banyak sekali makanannya, aku hanya tahu beberapa yang pernah dibelikan Mum saja. Madam, aku mau beli semua jenis makanan itu, masing-masing tiga ya", ujar Harry pada sang penjual makanan.
"Ah kau Mr. Potter tentunya. Uang ayahmu cukup banyak ya daripada uang yang diberikan Prof. Snape", ujar sang penjual makanan sambil tersenyum.
"Haha, jangan beri tahu dia ya Madam, aku membeli sebanyak ini", ujar Harry.
"Tentu saja aku tidak akan melapor pada guru galak itu", ujarnya.
Harry pun menberikan Hermione dan Ron masing-masing satu bungkusan lengkap makanan yang terdiri atas Kue labu, permen segala rasa, cokelat kodok, dan beraneka makanan lainnya.
"Oh Harry, terima kasih, tapi aku tak akan sanggup menghabiskan sebanyak ini" ucap Hermione.
"Simpan saja kalau tak habis, atau kau bisa memberikannya padaku, Thanks Harry", ujar Ron.
Mereka pun asyik makan permen segala rasa, segala jenis rasa mulai dari yang menyenangkan sampai menjijikkan ada . Ron sedang mengunyah permen rasa kotoran hidung ketika pintu kompartemen tiba-tiba dibuka.
"Errr.. maaf, a.. aku sedang mencari kodokku yang hilang, kalian ada yang melihat katak coklat berukuran setelapak tangan loncat ke sini?", tanyak anak berwajah bulat, gemuk, dan tampak sangat takut.
"Oh, kami tidak melihatnya, namun kami akan memberi tahumu kalau kami menemukannya. Eh, siapa namamu? Aku Hermione Granger, ini Harry Potter dan Ron Weasley".
"Ka.. kau Harry Potter? Ma..maaf aku tidak mengenalimu tadi. A.. aku Neville Longbottom".
"Hi Neville, baiklah kami akan mengabarkanmu kalau melihat seekor katak yang loncat kemari. Sejauh ini kami hanya memiliki cokelat kodok. Kau mau makan di sini bersama kami?", sapa Harry.
"Ti.. tidak usah, terima kasih", ujar Neville.
Ron hanya melambaikan tangan, mulutnya penuh makanan, Hermione mengernyit padanya. Neville akan keluar dari kompartemen ketika tiga orang anak lagi masuk ke kompartemen itu, sehingga mereka bertabrakan.
"Huuh, siapa kau? Berani-beraninya menabrak Draco Malfoy!", bentak anak laki-laki berwajah runcing, pucat, angkuh, dengan rambut pirang.
"Ma.. maaf Malfoy, aku tidak sengaja", ujar Neville sangat ketakutan ketika mengetahui bahwa anak laki-laki yang ditabraknya adalah Malfoy.
"Sudahlah, pergi sana, siapapun kau, aku tak ada urusan denganmu! Aku mau bertemu dengan Harry Potter", bentak Malfoy.
"Ah, Harry Potter, perkenalkan, aku Draco Malfoy. Dan ini kedua temanku, Vincent Crabbe dan Gregory Goyle. Kurasa kau sebaiknya bersamaku disbanding dengan orang-orang aneh ini", ujar Draco.
"Terima kasih atas tawaranmu Draco, tapi aku lebih suka bersama mereka. Mereka temanku, jadi seharusnya kalau kau ingin berteman denganku, hormatilah mereka juga", ucap Harry.
"Ah kau akan menyesal kalau memilih mereka dibandingkan aku Potter. Akan sangat menyenangkan berteman denganku, ayahku berteman dengan ayah tirimu, jadi seharusnya kau juga berteman denganku", ujar Draco.
"Oh, aku tak peduli ayah tiriku berteman dengan siapa, namun aku peduli untuk memilih temanku sendiri", ujar Harry.
Draco mengacungkan tongkat sihirnya dengan sikap mengancam, Harry pun melakukan hal yang sama, mereka sudah siap berduel ketika Severus Snape masuk ke kompartemen itu.
"Apa yang kalian lakukan? Sampai Hogwarts saja belum, kalian sudah berduel? Turunkan tongkat kalian!", bentak Snape.
"Oh, maaf Profesor, aku sebenarnya ingin berteman dengan putra tirimu, namun ia terlalu angkuh", ujar Darco.
"Kembalilah ke kompartemenmu Malfoy, sudah saatnya mengganti jubah", perintah Snape.
"Kalian juga, cepat ganti jubah kalian!" bentak Snape lagi.
Anak-anak itu pun segera mengganti jubah, namun Snape mendekati Harry ketika ia bersiap untuk mengambil jubahnya, "Potter, aku tak mau kau mempermalukanku lagi. Ingat itu!".
Harry menggumam lemah, "Maafkan aku Dad, aku berusaha tidak mengulanginya lagi. Tapi tadi Malfoy yang mulai".
"Aku tidak peduli siapa yang mulai, tapi sebaiknya kau menghindari pertengkaran dengan Malfoy!", ujar Snape seraya meninggalkan Harry.
Ketika para murid sudah siap dengan jubah Hogwarts mereka, mereka semua memandang jendela kereta, tampaklah kastil Hogwarts yang megah di kejauhan. Anak-anak kelas satu berteriak "WOW!"
Kereta itu pun akhirnya sampai di Hogwarts Station. "Anak kelas satu! Anak kelas satu! Kalian ikut aku", ujar suara yang sudah taka sing bagi Harry.
Ketika dia menemukan asal suara itu, tampaklah Hagrid, manusia tinggi besar dengan rambut dan jenggot yang panjang. Severus Snape keluar menarik tangan Harry dan menyerahkannya pada Hagrid, "Hagrid, kutitip Harry padamu jaga dia, jangan sampai iaa berbuat harus bergegas menuju sekolah, bertemu Dumbledore".
"Tentu saja, serahkan Harry padaku, Prof. Snape. Dia akan naik perahu bersamaku", ucap Hagrid.
Severus Snape menoleh sekilas dengan pandangan mengancam pada putra tirinya, memastikan ia naik perahu bersama Hagrid lalu berjalan sangat cepat meninggalkan mereka.
"Ayah tiriku lewat mana Hagrid?", tanya Harry.
"Oh, guru Hogwarts punya cara sendiri menuju sekolah, Harry. Tenanglah kau pasti akan segera bertemu lagi dengannya. Nah, ini teman-temanmu? Ayo naik bersamaku", ajak Hagrid pada Hermione, Ron, dan Neville.
"Ta..tapi aku harus menemukan Trevor dulu", ujar Neville.
"Siapa itu Trevor?", tanya Hagrid.
"Katak Neville, Mr. Hagrid, dia kehilangan katakknya sejak kami masih di kereta", ujar Hermione.
"Hei, itukah katakmu, Neville?", tunjuk Ron pada katak di rerumputan yang sedang berloncatan ke sana-sini seakan mencari sesuatu.
"Ah ya, itu Trevor, dia pasti kebingungan mencariku. Terima kasih Ron", ucap Neville seraya menangkap kataknya.
"Nah, kalau sudah lengkap, segeralah naik ke perahu", ujar Hagrid.
Ketika semua murid kelas satu sudah berada di perahu masing-masing (satu perahu sekitar 4-5 orang), maka perahu itu pun segera melintasi danau hitam gelap yang menyeramkan. Hermione bertanya pada Hagrid, "Mr. Hagrid, apakah danau ini menyimpan makhluk-makhluk menyeramkan di dalamnya?".
"Ah, aku tak tahu pasti nona, tapi di sini memang terdapat gurita raksasa dan para duyung", jawab Hagrid.
"Wow, kata Fred, di danau itu juga ada Monster air raksasa penghuni danau!", ujar Ron.
"Fred? Kau adik si kembar nakal itu? Jangan percaya kakakmu, tidak ada monster seperti itu, yah kecuali kalau kau menganggap si gurita raksasa menyeramkan seperti monster", ujar Hagrid.
Perahu mereka semakin lama semakin dekat ke kastil, kastil Hogwarts tampak sangat indah, para murid terpesona sampai lupa menutup mulut. Tak ada lagi pembicaraan, semua takjub memandang kastil itu dan langsung merasa jatuh hati pada kastil itu.
"Welcome to Hogwarts!", teriak Hagrid pada semua murid, para muridpun berdiri bertepuk tangan untuk sekolah mereka.
Hogwarts
Para murid turun satu persatu mengikuti Hagrid berjalan kea rah gerbang Hogwarts. Gerbang itupun otomatis terbuka begitu Hagrid sampai di depannya. Mereka menyusuri halaman kastil sampai tiba di pintu utama, seorang guru perempuan tua bersanggul dan bertopi runcing hitam, berwajah galak, berkata, "Tinggalkan mereka di sini Hagrid, aku akan membawa mereka ke aula besar".
"Baiklah Prof. McGonagall", kata Hagrid.
"Anak kelas satu berbaris rapih ikuti aku", perintah Prof. McGonagall.
Anak-anak langsung menuruti perintah guru itu, tidak ada yang rebut, sakan tidak mau mencari masalah dan mendapatkan hukuman dari guru yang terlihat galak itu. Sampailah mereka di aula besar. Murid-murid dari kelas yang lebih tinggi sudah duduk di keeempat meja panjang. Di depan mereka, guru-guru duduk di atas panggung. Harry segera menemukan ayah tirinya yang sedang menatap ke arahnya. Di sebelah ayah tirinya, duduk Prof. Quirrel, guru yang sudah dikenalnya ketika bertemu di Diagon Alley, Prof Quirrel sedang membelakanginya, berbicara dengan guru lainnya. Tiba-tiba luka di dahi Harry berdenyut sakit, "Ah mengapa tatapan Snape membuatku sakit?", batinnya seraya mengusap dahi. Snape menatap curiga campur agak cemas.
"Kelas satu, berjajarlah di depan panggung, kalian akan melewati proses seleksi asrama, sebelumnya tunggulah sebentar. Kepala sekolah akan memberikan kata sambutan", ujar McGonagall.
Seorang pria sangat tua, dengan rambut dan jenggot panjang keperakan, berkacamata bulan separuh, bertopi runcing berwarna ungu, berjalan ke arah podium dan berbicara, " Welcome to Hogwarts! Selamat datang pada murid-murid baru, dan selamat datang kembali pada murid-murid lama! Senang berjumpa kembali dengan kalian!, Ah aku tak mau member sambutan panjang-panjang dulu, nanti saja setelah acara seleksi yang sudah tak sabar dinantikan ini. Aku hanya ingin memperkenalkan diri pada murid-murid baru, Aku Albus Dumbledore, kepala sekolah kalian. Nah, Minerva, silakan mulai prosesi seleksinya".
"Oh, akan ada proses penyeleksian? Aku tak tahu, aku belum belajar apapun, aduh bagaimana ini?", tanya Hermione panik.
"Kata George, prosesnya agak menyakitkan, aku agak cemas", ujar Ron.
"Berbaris dengan tenang, anak-anak. Aku akan memanggil kalian satu persatu. Majulah dan duduk di kursi itu ketika nama kalian dipanggil", ujar Prof. McGonagall.
"Sepertinya hanya disuruh duduk di kursi", bisik harry pada Ron.
"Abbot, Hannah!", seru McGonagall.
Gadis berambut ikal coklat muda dan berwajah lonjong maju ke depan dan duduk di kursi yang ditunjuk Prof. McGonagall. McGonagall memakaikan topi lusuh di atas kepala gadis itu. Kemudian topi itu berteriak, "HUPPLEPUFF!".
Harry menoleh dan berbisik ke Ron dan Hermione, "Sepertinya tidak menyakitkan, dan hentikan gumaman-gumamanmu Hermione. Kau tidak perlu menghafal apapun".
Satu persatu murid dipanggil berdasarkan urutan abjad nama keluarganya. Hermione Granger dipanggil tidak lama kemudian, dan dia ditempatkan di Gryffindor. Sebelumnya Gregore Goyle ditempatkan di Slytherin. Kemudian sampailah pada huruf P. Kembar Patil ditempatkan di asrama berbeda, Padma Patil di Ravenclaw, Parvati Patil di Gryffindor. Kemudian, McGonagall berseru, "Potter, Harry!".
Semua kepala menoleh pada Harry. Ayah tirinya memandang tajam ke arahnya sambil bertopang dagu. Harry maju dengan cemas. Dia takut kalau harus masuk Slytherin, dia tidak mau bertemu ayah tirinya sepanjang waktu.
Harry duduk di kursi dengan gugup, topi seleksi sudah menempel di kepalanya. Topi itu bergumam, "Hmm.. sulit, sangat sulit! Cerdas, berani, jujur, dan ingin membuktikan diri. Hmm.. kau akan menjadi orang yang hebat di Slytherin".
"Not Slytherin.. Not Slytherin.. Not Slytherin!", bisik Harry.
"Eh, Not Slytherin? Hmm.. baiklah kalau begitu, GRYFFINDOR!", teriak topi seleksi.
Meja Gryffindor bergemuruh, semua muridnya berdiri memberikan standing applause pada Harry. Percy Weasley membuka tangannya lebar-lebar, menyambut Harry. McGonagall tersenyum sedikit, Dumbledore mengangguk pelan, Hagrid bertepuk tangan keras-keras, sementara Snape hanya melempar pandangan sengit. "Akhirnya, aku lepas darimu Snape", batin Harry menatap ayah tirinya.
Setelah semua murid baru telah diseleksi masuk ke asrama masing-masing (Neville dan Ron juga masuk Gryffindor, sementara Malfoy dan Crabbe masuk Slytherin seperti Goyle), Dumbledore berdiri untuk memberikan pengumuman di awal tahun ajaran.
"Anak-anakku sekalian, sebelum ketika kita menikmati makan malam yang sudah tak sabar dinantikan perut kalian, aku harus menyampaikan beberapa pengumuman terlebih dahulu untuk tahun ajaran ini. Pertama kalian dilarang memasuki Hutan Terlarang serta menginjakkan kaki di koridor sebelah kiri lantai tiga. Kedua kalian dilarang melakukan sihir apapun di luar kelas, termasuk segala macam mainan sihir seperti bom kotoran dan lainnya. Mr. Filch sudah menyampaikan hal ini padaku di akhir tahun lalu sebanyak 493 kali, jadi aku harus benar-benar menyampaikaannya ke kalian. Kurasa hanya itulah yang perlu disampaikan, dan sekarang Selamat Makan!", Dumbledore mengakhiri pidato singkatnya, kemudian muncullah berbagai macam hidangan lezat di meja masing-masing asrama.
"Wow!, makanan-makanan ini sungguh lezat!", ujar Ron sembari memegang kalkun panggan dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya sudah mengambil tuna goreng.
Di saat mereka sedang makan, bermunculanlah sosok manusia transparan yang melayang di atas meja. "Whoaa.. para hantu Hogwarts!", seru seorang anak berkulit hitam yang bernama Dean Thomas.
"Hello! How are you? Welcome to Gryffindor! Perkenalkan aku Sir Nicholas de Mimsy-Porpington", seru seorang hantu yang melayang di sepanjang meja Gryffindor.
"Whoa… Nick Kepala Nyaris Putus!", seru Ron.
"Kepala nyaris putus, kenapa?", tanya Harry.
"Aha, kaukah Harry Potter yang terkenal itu? Senang bertemu denganmu Sir, panggil aku kalau kau butuh bantuan hantu. Yah, mereka memanggilku begitu karena ini", Nick memiringkan kepalanya ke arah kanan, dan terlihatlah bahwa kepalanya nyaris putus dari lehernya. Luka besar terentang di antara keduanya.
"Hueeekkk, hentikan itu, aku jadi mual", ujar Ron.
"Nah, bagus untuk menghentikan nafsu makanmu yang besar itu", ujar Hermione.
"Yeaaahhh, meskipun aku sudah tak bisa lagi menikmati makanan-makanan itu, tetaplah harus kau hormati. Nah, Harry, senang sekali kau masuk Gryffindor seperti ayah dan ibumu, tidak mengikuti jejak ayah tirimu di Slytherin. Mungkin ia juga sudah menduganya. Darah Gryffindor terlalu kencang mengalir di nadi kita, jadi tak mungkin dihambat", kata Nick.
"Dia tidak akan kecewa dengan hal ini, kurasa dia lebih suka berjauhan dulu denganku. Sudah bosan kami bertemu setiap hari di rumah. Tapi lain halnya kalau adikku yang tidak masuk Slytherin, dia akan sangat kecewa", ujar Harry.
"Yah, sangat menyenangkan tidak melihatmu sementara waktu Potter. Namun, sebelum malam ini kita berpisah, aku harus menyampaikan beberapa hal dulu padamu. Ikut aku", ujar suara dingin Severus Snape di belakang Harry.
"D..dad?", ujar Harry gugup.
Harry segera menghentikan makannya dan berjalan mengikuti ayah tirinya.
"Ah, Profesor, Harry harus kembali ke sini segera, ia belum tahu letak asramanya", ujar Percy.
"Biar aku yang mengantarkannya ke sana Weasley", balas Snape.
"Dad, mau ke mana kita?", tanya Harry yang berusaha mengikuti langkah Snape yang sangat cepat. Mereka menelusuri lorong-lorong gelap dan turun ke bawah tanah yang lembab.
"Ke ruanganku", jawab Snape singkat.
"Di bawah tanah? Semua ruang guru di sini?", tanya Harry lagi.
"Tidak, setiap guru bebas menentukan di mana ruangannya, selama ruangan itu tersedia", jawab Snape.
"Kurasa Mum tidak akan setuju kau tinggal di sini Dad", ujar Harry.
"Hmm... dia sudah tahu dan dia sangat mengerti aku", ujar Snape.
"Masuk Harry", perintah Snape seraya membukakan pintu.
Ruangan Severus Snape di ujung lorong bawah tanah merupakan ruangan yang sangat gelap, beraroma berbagai macam bahan ramuan, dan agak lembab. Ketika Snape mengacungkan tangannya dan berseru "Lumos!", tampaklah berbagai macam jenis dan ukuran botol yang tertata rapih. Ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan-hewan aneh yang diawetkan, cairan-cairan berbagai warna, serta serbuk-serbuk dan padatan dalam botol-botol itu.
"Duduk dan minumlah. Tadi kau belum sempat minum", ujar Snape dengan memberikan gelas berisi the hangat pada Harry.
"Thanks Dad", ucap Harry.
"Nah, ada beberapa hal yang harus kubicarakan padamu. Pertama kau hanya boleh memanggilku Dad pada saat kita berdua saja. Selebihnya aku adalah gurumu. Maka panggil aku Sir atau Profesor. Kedua, kau harus belajar dengan tekun dan tidak melanggar peraturan sekolah apapun. Kau sudah berjanji padamu tentang hal ini, namun kurasa harus tetap memperingatkanmu. Aku tidak ingin kau mengecewakaknku, terutama pada pelajaran yang kuajar. Walau kau mungkin tidak menyukaiku atau pelajaranku, tapi setidaknya bersikaplah seperti ibumu. Ia sangat tekun belajar. Pelajarilah materi yang akan diajarkan malam sebelumnya. Jadi kau bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan. Miss Granger sepertinya bisa membantumu, dia kelihatan cukup cerdas. Aku sudah menduga kau akan masuk Gryffindor, yah seperti orang tuamu. Namun, jangan berbuat terlalu nekad dan nakal seperti ayahmu. Contohlah sikap-sikap ibumu. Lily pasti sudah banyak menasehatimu supaya jangan melanggar peraturan. Ini bukan hanya sekedar menyelamatkan piala asrama atau menjaga nama baik kami, namun juga untuk melindungi dirimu sendiri. Kau tahu, keadaan kita sangat berbahaya. Orang yang memberimu luka di dahi itu masih hidup dan bisa muncul sewaktu-waktu. Jika ia muncul, kaulah yang akan pertama kali dijumpainya. Aku akan tetap berusaha melindungi kau, Rose dan Lily, namun agak sulit kalau kita berada dalam keadaan terpisah seperti ini, apalagi kalau kau sampai mengabaikan peringatanku ini. Mengerti Harry?", ujar Snape.
"Yeah Dad, aku akan berusaha mematuhimu kalau begitu. Walau aku belum mengerti kenapa penyihir jahat itu mengincarku? Kau juga akan diserangnya bukan? Kau mengkhianatinya", ujar Harry.
"Yah, aku tahu. Aku pasti akan dibunuhnya. Ia pasti marah sekali padaku. Namun aku ada cara-cara yang bisa melindungi kita semua dari ancamannya. Jadi menurutlah padaku", ujar Snape.
"Dad, amankah meninggalkan Mum dan Rose di Spinner's End?", tanya Harry.
"Untuk sementara ini aman. Tidak ada yang tahu mereka di sana. Mereka dilindungi mantra Fidelius, aku penjaganya. Namun, aku akan berusaha memindahkan mereka sesegera mungkin agar berdekatan dengan kita. Jadi aku lebih mudah melindungi kalian semua", jawab Snape.
"Mum dan Rose akan tinggal di Hogwarts bersama kita?Tapi...".
"Tidak sesederhana itu Harry. Tidak mudah memindahkan mereka e Hogwarts. Tidak ada guru yang pernah membawa keluarganya ke sini. Ruanganku juga tidak muat menampung mereka. Izin dari Dumbledore dan Dewan Sekolah juga akan sulit didapat. Aku harus memikirkan cara lain", ujar Snape.
"Oh, baiklah. Aku tidak mengizinkan Mum tinggal di ruangan suram ini. Dia pasti tidak akan mau, apalagi Rosie, tidak ada tempat untuk meletakkan boneka-bonekanya", kata Harry.
"Aku tahu bagaimana harus memperlakukan orang-orang yang kucintai, tak perlu mengguruiku!", ucap Snape sebal.
"Sorry Dad, yah, kau tidak akan mengecewakan Mum lagi", ujar Harry.
Snape menatap Harry sebal, "Apakah anak ini sudah mengetahui masa laluku? Ah tidak mungkin. Aku tidak melihat apapun di pikirannya, dia hanya asal ucap", pikirnya.
"Dan kaupun jangan sampai mengecewakannya. Dan satu hal lagi, walau orang lain tak bisa melihatmu dengan jubah gaibmu, aku tetap akan mengetahui kalau kau memakainya, ingat janjimu! Sudah, itu saja yang ingin kusampaikan, sekarang akan kuantar kau ke menara Gryffindor", ujar Snape.
Mereka kembali berjalan menyusuri Hogwarts, dan menaiki beberapa tangga sampai tiba di depan sebuah lukisan wanita gemuk memakai gaun sutra merah muda. Wanita itu tampak sedang tidur, dan dengkuran napasnya terdengar. Lukisan-lukisan di Hogwarts memang bisa bergerak, berbicara, bahkan berpindah tempat. Percy Weasley sudah menunggu di depan lukisan itu, "Ah, Profesor Snape dan Harry Potter. Terima kasih Profesor, sudah mengantarkan Harry sampai sini, selanjutnya biar saya yang urus".
"Yah Weasley, aku harus mengurusi urusan lainnya, Sampai jumpa besok di kelasku Potter", ujar Snape.
"Yeah, Dd.. eh Sir, terima kasih, sampai jumpa", ucap Harry.
Snape pun bergegas meninggalkan Harry bersama Percy, desiran jubah hitam panjangnya menyapu lantai, dan ia dengan segera menghilang dari pandangan.
"Caput Draconis!", seru Percy.
"Ah kau membangunkan tidur nyenyakku Weasley, jadi Mr. Potter sudah datang? Ah, aku tidak melihat ia diantar ayah tirinya. Padahal aku ingin melihat hubungan ayah anak ini dan melihat Snape ke sini. Sudah lama sekali tidak berjumpa dengannya, yah sejak peristiwa dia menunggu Lily berjam-jam di bawah lukisanku. Mengancam akan tidur di sini jika Lily tidak mau menemuinya", kenang wanita dalam lukisan itu.
"Prof. Snape melakukan itu? Ah, dia benar-benar mencintai ibumu, Potter. Anda kan tadi sempat mengintip kedatangan mereka, Fat Lady! Sudahlah, bukakan pintu untuk kami. Harry sudah tampak lelah", ujar Percy.
"Hohoho… jangan membuka rahasiaku, Weasley! Yah, silakan masuk Mr. Potter dan Mr. Weasley. Jangan lupa mengucapkan kata kunci tahun ini untuk melewatiku ya!", ujar Fat Lady.
Lukisan itu terayun ke depan, dan tampaklah sebuah lubang di dinding itu, Percy loncat melewati lubang itu, Harry mengikutinya. Sampailah mereka di sebuah ruangan besar, nyaman dan hangat, penuh sofa berlengan yang empuk, perapian yang masih menyala, panji-panji berwarna merah keemasan dengan lambing singa mengaum di tengahnya. Di dinding sebelah kiri terdapat papan pengumuman, salah satu isi pengumuman yang sempat terbaca Harry adalah 'Dicari Seeker baru untuk Tim Gryffindor!'. Percy mengantarkan Harry sampai ke anak tangga sebelah kanan dan berkata, "Naiklah, kamarmu di ujung lorong, berjalanlah dengan pelan, mungkin teman-teman sekamarmu sudah tidur. Nah, sampai jumpa Harry!".
"Terima kasih Percy", ucap Harry.
Sesampainya di kamar, Harry melihat Ron, Neville, Dean, dan seorang anak laki-laki lainnya juga ada di kamar itu dan sudah terlelap. Harry segera berganti pakaian dan bersiap tidur. Tempat tidurnya yang empuk sudah menyambutnya, dan segera saja ia tertidur lelap.