Disclamer: Kalau Katekyo Hitman Reborn itu milikku,di jamin deh! XD #apanya?# Yang pasti KHR itu not mine(yet?). Lol Tapi fic ini asli milik saya!

Ini first fic saya di fandom KHR lho (walau saya udah bikin yg crossover KHR-Eyeshield). Jadi mohon maaf bila.. err- aneh mungkin? Well, kalau jalan ceritanya, saya sudah mikir matang-matang kok, jadi tenang saja!

Mohon maaf kalau tata bahasanya agak HANEH, since it's been long time i'm not write especially publish any fic.

Let's begin!


The Chance

Chapter 1: First Meeting!


Hujan...

Hujan turun dengan derasnya.

"Jyudaime! Cepat pergi dari sini!"

Darah... mengalir dimana-mana.

"Tsuna, kami baik-baik saja! Cepat tinggalkan tempat ini!"

Angin berhembus dengan kencangnya.

"Sawada, kami akan menyusulmu nanti!"

Menghebuskan bau amis akan darah dan tanah yang basah.

"Oya, Sawada Tsunayoshi. Turuti saja permintaan para guardianmu!"

Tak ada suara lain selain hujan.

"Herbivora, cepat pergi atau kubunuh kau!"

Sendiri... walaupun tak sendiri...

"Boss, AWAS!"

"JYUDAIME/TSUNA(-NII)/SAWADA/TSUNAYOSHI/BOSSU!"


"Kenapa? Kenapa? Kenapa hal ini harus terjadi? KENAPA?!"

"Semua sudah terjadi Decimo. Bersabarlah dan hadapilah kenyataan!"

Kenapa?Haruskah?

"Tapi mereka teman-temanku... keluargaku...!"

"Kau seharusnya tahu, hal ini pasti akan terjadi cepat atau lambat."

Tidak!

"Pasti... pasti ada jalan!

"Janganlah melawan takdir, Decimo!"

"TIDAK! AKU TIDAK TERIMA KALAU TAKDIR MEREKA SEPERTI ITU!"

Tidak! Karena takdir mereka... tidak mati karenaku.

"Apakah kau menyesal karena menjadi seorang Boss Vongola, Decimo?"

Menyesal? Apakah aku menyesal? Tapi...

"Tapi mereka mati karenaku... karena aku mengenal mereka! Karena aku memasukkan mereka kedalam Vongola! Kalau aku bukan Boss mereka..."

Kalau aku bukan Boss dan teman mereka...

"...mereka tidak akan mati."

"...apakah itu yang sunggu kau pikirkan, Decimo?"

"Kenapa?"

"Mereka menyelamatkanmu karena kamu adalah kamu, Decimo! Karena mereka peduli padamu!"

Ya...

"Karena mereka mengenalku... mereka mati."

"Decimo-"

"Aku bukan pemimpin yang baik. Aku lemah! Sebagai seorang Boss Vongola, aku lemah! Aku bahkan tidak dapat menyelamatkan diri sendiri saat itu! Kalau saja aku bukan seorang Boss Vongola...! Bukan pemimpin mereka..."

"...Decimo. Apa kau sungguh berpikir seperti itu? Apakah kau tidak menyesal bila hal itu benar-benar terjadi?"

...haruskah?

"Jika itu keinginanmu... akan ku kabulkan!"

DEG

"Bi- bisakah?"

"Ya. Akan ku kirim kau ke salah satu dunia paralel dimana kau tidak menjadi Boss Vongola Decimo... maupun berteman dengan para guardianmu!"

DEG DEG DEG

...kenapa?

"Inilah kesempatanmu Decimo- Sawada Tsunayoshi. Kau yakin?"

"Ya!"

DEG DEG DEG DEG DEG

"Baiklah... inilah hadiahmu Sawada Tsunayoshi! Arrivederci, Decimo. Sampai kita bertemu lagi!"


"Tsuna~! Tsuna! TSU-KUN!"

ZREG

"HIIII! Eh?" Sawada Tsunayoshi baru saja terbangun dari tidurnya dengan ekspresi kebingungan. Remaja berambut coklat itu melirik kekiri dan kekanan seakan dirinya berada di tempat yang asing baginya.

Kamarku? Aku berada di kamar lamaku?

Lalu Tsuna melirik ibunya. "Kaa-san?"

"Hai, Tsu-kun? Doushitano? Aih~ Tsu-kun, wajahmu pucat! Kamu demam?" Sawada Nana menempelkan telapak tangannya kebagian wajah Tsuna.

Tsuna buru-buru melepaskan tangan ibunya. Lalu ia tersenyum, "Aku baik-baik saja Kaa-san. Hanya mimpi buruk."

"Kalau ada apa-apa bilang Kaa-san ya!? Kaa-san kan khawatir padamu!" ucap Nana sambil membalas senyum Tsuna walau masih ada guratan kecemasan yang dapat Tsuna lihat dan rasakan.

Aku benar-benar berada di tempat lain. Di sisi Kaa-san.

"Oh iya,Kaa-san. Sekarang jam berapa?"

"Hampir jam 8- Gawat Tsu-kun! Kamu nanti telat!" teriak ibu rumah tangga tersebut yang baru saja menyadari jam berapa dan kenapa ia membangunkan anak satu-satunya itu sampai kekamarnya.

"Telat? Telat?! HIIIIIIIIIIIEEEE!"


"Ittekimasu!" Tsuna segera berlari dengan kencangnya setelah mengetahui keadaannya dia saat itu dan seberapa telatnya dia saat ini.

Sekarang ini, Sawada Tsunayoshi adalah seorang remaja SMA berumur 17 tahun yang bersekolah di Namimori High School. Dengan reputasi yang masih sama seperti dulu dan sekarang. Seorang Dame-Tsuna. Bagaimana dia mengetahuinya? Gampang sekali! Dia menemukan beberapa kertas ujiannya dengan nilai yang sangat rendah, beberapa perban dan plester untuk luka yang selalu siap di tasnya, dan juga handphone yang didalam daftar teleponnya tidak ada nomor milik siapapun kecuali rumah dan sekolahnya. Dame-Tsuna yang tak mempunyai teman.

Mengingat hal itu, Tsuna hanya dapat tersenyum miris. Tanpa sadar dia kembali mengingat masa-masa SMP sampai sepuluh tahun kedepan dimana dia tidak pernah kesepian semenjak Reborn datang kerumahnya untuk melatih dirinya menjadi seorang Vongola Bossu. Dia juga mengingat bagaimana pertama kali dia mendapatkan handphone pertamanya. Gokudera dan Yamamoto menemaninya membeli dan memilih handphone yang cocok untuknya. Dengan menyimpan nomor handphone kedua sahabatnya tersebut yang berada di daftar paling atas.

Masa-masa yang indah dan hangat.

Tanpa sadar, air mata Tsuna mengalir di pipinya. Tsuna terdiam sejenak dari larinya yang terburu-buru tadi. Tentunya tanpa menghembuskan nafas kelelahan karena latihan yang sering ia jalani di dunianya yang asli. Remaja 'mantan' Boss Vongola tersebut segera mengusap kedua matanya untuk menghilangkan jejak air matanya.

Janganlah menjadi orang yang lemah, Sawada Tsunayoshi! Para guardianmu-temanmu masih hidup di dunia ini, Tsuna! Janganlah menyesal, bodoh! Batin Tsuna kesal. Dia masih merasa hatinya tidak nyaman. Dia harus terus mengingat bahwa di dunia yang sekarang dia tempati itu bukanlah masa lalunya. Bukan dunia dimana teman-temannya adalah temannya. Dimana dia sendiri dan terus menjadi Dame-Tsuna!

Mengelap air matanya lagi yang kembali menetes, dia kembali lari, melanjutkan perjalanannya menuju sekolahnya.

Tsuna berhasil masuk sebelum gerbang sekolahnya tertutup. Dia segera berlari menaiki tangga untuk mencapai kelasnya yang berada di lantai atas.

Setelah hampir mencapai kelasnya, dia melihat seorang remaja laki-laki berambut kuning sedikit pirang yang juga berlari menuju kelasnya.

"Ah!"

Remaja berambut kuning bermata biru tersebut menyadari keberada Tsuna yang sudah tepat berada di pintu depan kelas 2-7

"Tunggu Da-Sawada-kun!" panggil remaja tersebut.

Remaja tersebut segera mendekati Tsuna. Dia berhenti dengan nafas yang terengah-engah. Lalu dia menatap kearah Tsuna sambil tersenyum walau dengan kewalahan.

DEG

Perasaan apa ini?

Tsuna menatap balik ke arah remaja dihadapannya itu dengan pandangan bingung sekaligus terkejut.

Jangan-jangan dia...

ZREG

"Apa yang kalian lakukan di depan pintu kelas? Cepat masuk!" perintah seseorang yang baru saja membuka pintu kelas kedua remaja tersebut.

"Maaf sensei, saya telat! Tadi ada barang saya yang ketinggalan, dan saya kembali lagi kesana!" ucap remaja berambut kuning tersebut sambil membungkukkan badannya kuat-kuat dihadapan wali kelasnya.

"A-ah, maafkan saya juga, sensei!" ucap Tsuna juga setelah menyadari situasinya.

"Haahh~ lagi-lagi kamu, Sawada. Sudah berapa kali kamu telat, tidak pernah mencoba memperbaiki diri! Dan untukmu Hoshi, karena ini pertama kalinya kamu telat, akan saya maklumi. Sekarang cepat kalian masuk!"

Lalu Tsuna dan remaja berambut kuning yang di panggil Hoshi tersebut segera masuk ke dalam kelas lalu duduk di kursi masing-masing.

Kelas dan tempat dudukku pun sama...

Di kelas 2-7 tersebut, Tsuna menyadari bahwa keempat temannya-guardiannya pun berada di kelas yang sama.

"Su-sumimasen Jyudaime! Seharusnya saya saja tadi yang mengambil barang anda yang ketinggalan itu!"

"Hahaha... Seharusnya aku yang mengambilnya, Sei. Barang itu kan ketinggalannya dirumahku!"

"Kufufufufu... Hoshi Sei, seharusnya kau lihat seberapa berantakan rambutmu karena berlari seperti tadi,"

"Maaf, Bossu. Pa-padahal aku yang lupa membawanya tadi!"

Gokudera Hayato, Yamamoto Takeshi, Chrome Dokuro, dan Rokudo Mukuro adalah 'mantan' teman Tsuna yang berada sekelas dengannya.

Tidak kusangka Mukuro akan berada di sekolah Namimori ini. Syukurlah mereka akrab-akrab saja. Tsuna hanya dapat tersenyum kecil melihat sahabat dan guardian yang sangat ia sayangi itu berinterakaksi dengan akrab satu sama lain.

Lalu Tsuna melirik Hoshi Sei yang juga akrab dengan empat guardiannya itu.

Ternyata dugaanku benar, dia adalah Vongola Boss yang kesepuluh di dunia ini. Jadi perasaan tadi itu karena ada orang lain selain diriku ya, sebagai seorang Vongola Jyudaime?

Hoshi yang menyadari dirinya sedang di tatapi seseorang itu segera mencari asal tatapan tersebut. Dia menyadari bahwa Sawada Tsunayoshi sedang menatapi dirinya.

Sadar bahwa Hoshi sedang menatap balik dirinya, Tsuna segera memberikan senyum, walau canggung, lalu segera kembali menatap papan tulis. Hoshi hanya tersenyum bingung melihat tingkah laku teman sekelasnya itu.

"Ada apa, Jyudaime?" tanya Gokudera sambil mengikuti arah tatapan Hoshi.

"Ada apa dengan Sawada Tsunayoshi, Sei?" tanya Yamamoto juga yang menyadari tingkah temannya sekaligus boss-nya itu.

"Nothing! Hanya lihat-lihat saja!" jawab Hoshi sambil tersenyum ke arah teman-temannya.


TENG TENG TENG

Bersekolah berbunyi tanda istirahat dan waktunya makan siang. Murid-murid mulai melakukan aktivitas lain-lain. Ada yang ke kantin sekolah, ada yang menuju klub ekskulnya, ada yang kumpul bersama memakan bekal di kelas, ada juga yang memilih membaca buku saja atau tidur siang.

"Istirahat ya? Akhirnya..." ucap Tsuna dengan leganya sambil mendekatkan kepalanya di atas mejanya dan merenggangkan kedua tangannya.

Jika kalian pikir Tsuna meresa lega karena akhirnya berhenti belajar, itu salah. Tsuna merasa lega karena akhirnya dia bisa berpikir untuk keluar dari kelas yang membuatnya tidak tenang itu. Bukan karena berada di kelas berarti mengingatkan akan belajar. Karena umur asli Tsuna seharusnya sudah 27 tahun, tentu dia tidak ada masalah dengan pelajaran anak SMA. Yang jadi masalah baginya adalah berada di kelas yang sama dengan orang yang sudah di anggap keluarganya sendiri di dunianya. Merasa lebih buruk lagi karena dia pun tidak dapat bicara apa-apa pada mereka. Hanya dengan melihat mereka saja, perasaan Tsuna sudah bercampur aduk. Senang sekaligus sakit! Entah apa yang harus dia pilih. Senang, karena mereka yang sudah di anggap keluarganya sendiri berada dalam keadaan sehat. Sakit, karena harus melihat teman-teman yang tidak akan dekat dengannya. Dan iri... Tsuna tidak bisa menyembunyikan rasa irinya karena melihat Hoshi Sei, Vongola Decimo Boss dari dunia yang di tempatinya ini bercanda ria dengan 'sahabat-sahabat'nya itu.

Merasa lebih buruk karena memikirkan hal yang tidak-tidak, Tsuna memutuskan untuk keluar dari ruang kelasnya. Tentu saja dengan wajah yang menahan sedih.

Menyadari bahwa Sawada Tsunayoshi keluar dari kelasnya, Hoshi menatap Tsuna dengan pandangan bingung dan sedikit cemas. Sedari tadi saat belajar, entah kenapa Hoshi merasa ada yang aneh dengan Tsuna. Dari dulu sejak ia pertama kali bertemu dengan Tsuna, dia memang sudah merasakannya. Tapi tidak sekuat ini! Ada perasaan ganjil di dadanya. Seakan menyuruhnya untuk segera memecahkan masalah itu sebelum terlambat.

Sebagai seorang Vongola Kesepuluh, Hoshi tahu beberapa hal tentang Sawada Tsunayoshi. Dia tahu bahwa Tsuna mempunyai darah keturunan Italia. Dia tahu bahwa ayah Tsuna ketua dari CEDEF. Tapi yang dia tahu bahwa Tsuna sama sekali tidak tahu bahwa ayahnya bekerja di dalam Mafia. Hoshi sendiri adalah campuran Jepang, Italia, dan Inggris. Itulah alasannya kenapa dia memiliki rambut kuning pirang dan mata biru laut. Hoshi sendiri lebih sering menggunakan bahasa Inggris daripada Italia. Karena darah Inggrisnya lebih jelas dari darah Italia-nya. Walau darah keturunan Jepangnya lebih jelas dari darah keturunan negara yang berada di benua Eropa tersebut. Itulah kenapa marga dan namanya lebih ke-Jepang-an daripada ke-Eropa-an.

Hoshi sempat tinggal di Italia selama 3 tahun sejak lahir, lalu pindah ke Inggris selama 5 tahun, sampai akhirnya menetap di Jepang untuk waktu yang lama. Karena bila dia sudah tetap menjadi Vongola Decimo, dia kemungkinan besar akan tinggal di Italia lebih lama daripada di Jepang.

Karena asik melamun memikirkan rasa penasarannya akan Sawada Tsunayoshi, Hoshi tidak mendengarkan sama sekali apa yang para guardiannya itu bicarakan.

Sampai akhirnya Yamamoto mencoba menepuk pundak Hoshi.

"Sei!" panggil Yamamoto mencoba menyadarkan Hoshi yang sedang melamun.

"Eh? Iya, apa?" Hoshi terkejut karena tiba-tiba di tepuk seperti itu oleh Yamamoto.

"Ahahaha, Sei, jangan melamun! Kau tidak mendengarkan sama sekali apa yang kita bicarakan, kan?" tegur Yamamoto sambil tersenyum, tepatnya nyengir.

"Haha, sorry! Hanya sedang memikirkan sesuatu."

"Tentang apa, Jyudaime?"

"Tentang teman sekelas kita, Sawada Tsunayoshi. Dia yang sedang kupikirkan,"

"Bossu, ada apa dengan Sawada-san?" tanya Chrome pelan, tapi terdapat nada penasaran disana. Karena sedari tadi saat pelajaran pun, gadis manis pemalu itu menyadari bahwa Boss nya itu tengah sesekali melirik Tsuna dengan pandangan yang cukup sangat penasaran.

Tentu saja Mukuro juga menyadarinya. Tapi dia menyerahkan semua bagian pertanyaan kepada teman-teman sesama guardiannya itu.

"Aku merasa ada yang aneh dan menarik tentangnya!" jawab Hoshi sambil tersenyum menyeringai.


"Haahh~," Tsuna menghela nafas tanda bosan. Saat ini dia berada di atas sekolahnya sambil memakan roti yang baru saja di belinya di kantin sekolah. Tentu saja karena dia lupa membawa bekal. Tidak seperti yang pernah dia alami dulu di dunianya. Walaupun dia sering lupa membawa bekal yang sudah di siapkan Kaa-sannya, pasti akan ada yang mengantarkannya ke sekolahnya. Seperti Fuuta, I-pin, Lambo, bahkan Bianchi. Walau pastinya akan terjadi keributan besar bila Lambo atau Bianchi sudah ikut campur di sekolahnya.

Dan sekali lagi, Tsuna tersenyum miris.

Dia benci harus mengingat kenangan tentang keluarganya yang bahkan tidak di kenalnya di dunia yang sekarang ia coba tinggali ini. Beda dengan saat dia berada di dunianya, walaupun mungkin sampai setahun dia tidak dapat bertemu keluarga dan teman-temannya itu karena sibuk mengerjakan pekerjaan tulis-menulis yang berada beratus-ratus yang harus di kerjakannya sendiri sebagai pemimpin Vongola -walau kadang para guardiannya membantu-, dirinya masih menyempatkan untuk mengirim surat atau menelepon keluarganya walau hanya sedetik. Kalau mungkin di lakukan, dia pasti akan menyempatkan untuk meliburkan diri(kabur) dari pekerjaannya hanya untuk merayakan pesta ulang tahun semua keluarga dan teman-temannya.

Tsuna selalu mendahulukan orang-orang yang dia cintai dan dia sayangi lebih dari dirinya sendiri. Dan dia tidak pernah -TIDAK AKAN pernah menyesal melakukan hal itu! Hal itu adalah Kewajibannya, dan juga HAK-nya. Begitulah yang pemuda-yang saat ini bersosok remaja- pikirkan.

Seandainya ada orang yang mengenal siapa dirinya di dunia yang baru ini. Siapa saja!

Dan sekali lagi Tsuna menghelakan nafasnya sambil menunduk karena memikirkan harapan yang dia pikir konyol.

"Jangan terus membuang kebahagiaanmu seperti itu, Tsunayoshi-kun!"

DEG

Tsuna segera memutar kepalanya untuk mencari asal suara yang baru saya menyebutkan namanya itu.

Suara itu... jangan-jangan.

"Boo,"

"AAAHH!" Tsuna terlonjak kaget mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari sisi telinga kanannya.

"Ahahahaha, aku tidak tahu kalau Tsunayoshi-kun yang terkenal hebat itu bisa terlonjak kaget seperti itu. Ahahahaha... hiburan yang menarik!" ucap seorang remaja laki-laki berambut putih keunguan yang sedang tertawa sambil memegang perutnya dalam keadaan terbang dengan sayap putih di terletak di punggungnya.

"Byakuran?!" Tsuna terkejut dengan apa yang di lihatnya. Tapi terdapat guratan senang di wajahnya.

Byakuran lalu mengusap air mata tertawanya lalu memandang Tsuna sambil tersenyum.

"Tsunayoshi-kun, aku kesini karena membawakan sesuatu untukmu! Oh, dan juga aku tahu situasi yang sedang kau hadapi, Tsunayoshi-kun."

Guratan senang yang ada di wajah Tsuna menghilang, digantinya dengan senyum pahit. Lalu dia merubah ekpresinya menjadi lebih tenang -diam, dengan pandangan mata yang dingin.

"Bagaimana kau bisa tahu tentangku, Byakuran? Ku kira hanya aku dan Primo yang mengetahui hal ini," tanyanya tanpa ekspresi.

"Tsunayoshi-kun," PLAK "Jangan menggunakan ekspresi seperti itu dihadapanku! Aku bukan musuhmu, ingat?" balas Byakuran yang baru saja menepuk kedua pipi Tsuna dengan cukup keras. Setidaknya cukup untuk membuat Tsuna mengganti ekpresi dinginnya menjadi ekspresi yang lebih ber-manusiawi.

Tsuna memegang kedua pipinya yang terasa cukup panas karena 'tamparan' dari Byakuran tadi. Lalu Tsuna menundukkan kepalanya sambil membisikkan kata "maaf" yang setidaknya dapat Byakuran dengar.

Byakuran tersenyum lagi, dia tidak marah dengan sikap yang Tsuna tunjukkan kepadanya tadi. Di usapnya kepala Tsuna dengan lembut.

"Ah!" Byakuran segera melepaskan tangannya dari kepala Tsuna karena mengingat sesuatu kenapa dia berada di sana -di atap sekolah bersama Tsuna. "Ini, ambil dan lihatlah." ucap remaja bermata ungu itu sambil menyerahkan sebuah kotak yang baru saja di ambilnya dari lantai -yang tadi dia taruh sebelum tertawa.

Tsuna mengambil kotak tersebut dengan ekspresi bingung. Lalu di bukanya kotak tersebut.

Remaja(karena saat ini memang dia sedang remaja) bermata coklat iru terkejut dengan isi kotak yang di lihatnya. "Ini kan..."


Okay, bersambun dulu! Mohon maaf semuanya! Pengen sih nulis yang panjang panjang, tapi nanti bingung untuk chapter ke 2-3 nya. Summimasen!

Dan saya ulangi, saya minta maaf bila ada kata bahasa yang HANEH dan mungkin agak gak jelas! Saya takut saya ketularan Gokudera dalam hal menjelaskan sesuatu. (^^")

Gokudera: "Apa maksudnya dengan hal itu, Saki?!" -sewot- "DAN KENAPA AKU PERHATIAN SAMA ORANG LAIN SELAIN JUUDAIME? VOOIII, INI PENGHINAAN!"

Err- sorry?

Gokudera: "Sorry? Kau bilang "Sorry"?! APA-APAAN ITU? DAN SIAPA SI HOSHI SEI ITU?!" -nunjuk Hoshi yang sedang memperhatikan Tsuna dengan rasa penasaran dan kesal(?)-

Easy Goku, easy! Hoshi Sei itu salah satu kandidat Vongola Decimo yang ada di parallel world!

Dan untuk yang penasaran dengan siapa Hoshi Sei itu dan kenapa dia merasakan perasaan aneh pas dekat dengan Tsuna, akan di bahas di chapter selanjutnya! Atau selanjutnya! Atau selanjutnya! Atau selan- -BUKK- (pingsan)

Tsuna: -memandang sang Author yang pingsan dengan teragis?- "EHEM! Karena ini fic pertama Saki-san di fandom KHR, tolong di maklumi! Dan dia akan senang hati melanjutkan chap ke 2 nya kalau dapat review!" -membungkuk- "Mohon Review-nya!"