Disclamer: KHR bukan milik saya. Sayang banget ya... (TT^TT)

Maaf kalo ada ke anehan lagi!

Dan saya lupa memberi peringatan ya di chap pertama?

Warning: Typo(s), OOC pasti ada apalagi di bagian guardiannya yang dari parallel word! OC untuk Hoshi Sei! Dia bukan Giotto lho! NO ROMANCE! Words: 3000+ (Kemaren 2000-an)

Btw, thanks for the Review, Follow/Alert, or Favorite this Fiction! I'm so grateful! m(_ _)m

Thanks for: miharu31, Rin-X-Edden, KyoTsuMu182769, LuckyKittens, skyruu, SR 2721, daehyun, VongolaXII, and JackFrost14.

Let's Begin again!


The Chance

Chapter 2: Who and Why – Suspicious!


"Ini kan..."

"Yup! Itu adalah sarung tangan wol-mu yang biasa kau gunakan untuk bertarung, dan juga Vongola Gear-mu. Oh dan juga kiri no ringu yang ku dengar Mukuro membuatkannya spesial untuk semua anggota Vongola Decimo di duniamu. ASLI!" seru Byakuran dengan bangga.

Tsuna masih memandang isi dalam kotak yang di pegangnya itu dengan pandangan tidak percaya. 'Mantan' boss Vongola tersebut segera mengalihkan wajahnya dari kotak tersebut lalu memandang Byakuran dengan penuh tanda tanya.

Byakuran tidak tahan untuk tidak tersenyum lebar melihat ekspresi Tsuna yang di anggapnya menarik itu. Lalu dia terkekeh pelan, "ingin tahu?" tanyanya sambil melirik Tsuna dengan sorot matanya yang masih 'tertawa'.

Tsuna tidak menjawab, hanya mengangguk singkat.

"Itu karena-"

CREAK

Byakuran berhenti berbicara, Tsuna pun berhenti memandang Byakuran. Sekarang matanya teralih ke arah pintu yang baru saya terbuka. Terlihatlah 6 orang yang berdiri disana dengan 5 wajah yang sangat familiar bagi Tsuna maupun Byakuran. 6 orang itu adalah Gokudera Hayato, Yamamoto Takeshi, Sasagawa Ryohei, Chrome Dokuro, Rokudo Mukuro, dan Hoshi Sei, sebagai pemimpin ke 5 orang di belakangnya itu. Byakuran tahu siapa Hoshi Sei itu, karena sebelum bertemu Tsuna, dia sempat mengecek untuk mengetahui siapakah Vongola Decimo yang ada di dunianya ini.

"B-Byakuran?!" Anggota Vongola Decimo itu memandang Byakuran dengan pandangan kaget, bercampur amarah. Hoshi dan guardiannya mengambil posisi seakan siap untuk menyerang Byakuran kapan saja. Hoshi meraih pisau-atau pedang kecil-* yang -di yakini Tsuna-di ambil dari sakunya, Yamamoto meraih Shigure Kintoki-nya yang selalu di bawanya kemana-mana, Gokudera dengan dinamitnya, Ryohei dengan tangannya yang siap untuk meninju, Mukuro dan Chrome dengan Trisula-nya -yang entah kapan sudah ada di tangan mereka.

Tsuna yang melihat posisi Hoshi dan -walau dia tidak ingin mengakuinya-guardiannya(Hoshi) siap untuk menyerang Byakuran, segera memakai Vongola Gear, cincin kabutnya, dan juga sarung tangannya. Lalu ia segera berdiri di depan Byakuran, mencoba melindunginya dari 6 orang yang siap menyerangnya.

"Apa yang mau kalian lakukan padanya?" tanya Tsuna dengan nada tenang dan tegas, seperti yang sering dia lakukan di dunianya saat mencoba memerintah para guardian-temannya yang kadang selalu ribut, agar tenang. Dan hal itu selalu berhasil.

Hoshi dan ke 5 guardiannya terkejut mendengar nada bicara dari seorang Sawada Tsunayoshi yang selalu di anggap oleh seluruh orang di sekolah sebagai seorang Dame-Tsuna.

Hoshi segera menggelengkan kepala dari keterkejutannya. Lalu mencoba menjawab pertanyaan Tsuna.

"Da-Sawada-kun... dia, Byakuran," sambil menunjuk Byakuran dengan pisaunya "adalah orang jahat!" jawab Hoshi sedikit tegang. Entah kenapa dirinya, saat menyebutkan Byakuran adalah orang jahat, terasa seakan dia mengatakan hal yang bohong. Hoshi sendiri bingung, yang dia tahu adalah Byakuran itu orang jahat. Dia tahu Byakuran adalah seorang boss mafia yang jahat saat dia dan teman-temannya tidak sengaja terkirim ke masa depan dengan Juunen Bazooka dan mendapatkan info bahwa seorang yang bernama Irie Shouichi dan Byakuran adalah orang-orang yang berada dari Millefiore Famiglia yang ingin menguasai dunia dan membunuh banyak orang yang seakan mengganggu jalan mereka. Terutama dari Vongola Famiglia, karena mereka mengincar cincin Vongola yang katanya memiliki kekuatan dasyat yang dapat melindungi, sekaligus dapat membahayakan dunia.

Tapi entah kenapa, sebelum mereka sempat mengambil kesempatan untuk bertarung, mereka sudah kembali ke masa mereka. Sebelum mereka membalaskan dendam -memperbaiki masa depan, mereka sudah kembali ke masa mereka. Mengingat hal itu, Hoshi menjadi sedih dan kesal. Sekarang dia seakan hanya menunggu dimana masa depan mengerikan itu akan muncul. Dan lebih parahnya, saat ini dia bertemu dengan musuh yang akan di lawannya di masa depan -baginya.

Hoshi menggertakan giginya mencoba menahan diri. Dia ingin melawan Byakuran. Mengalahkannya sekarang agar tidak ada masa depan mengerikan menanti mereka. Tapi saat dia melihat Sawada Tsunayoshi yang berdiri -menatap dirinya dengan tajam, mencoba melindungi Byakuran, membuat dirinya ragu untuk menyerang. Seakan bila ia menyerang Byakuran, dia melakukan kesalahan besar.

Dengan kesal -walau sedikit ragu, Hoshi mengacungkan pisaunya ke arah Tsuna. Tapi bukan untuk menyerang.

"Kenapa?" tanyanya dengan penuh emosi.

Pertanyaannya sangat ambigu. Tapi Tsuna tahu apa yang sebenarnya ingin di tanyakan Hoshi. 'Kenapa dirinya melindungi Byakuran?' 'Kenapa melindungi orang jahat?'.

Tsuna sebenarnya sedikit bingung, kenapa Hoshi masih menganggap Byakuran sebagai orang jahat. Tsuna berpikir mungkin Hoshi pernah mengalami hal yang sama sepertinya, berada di masa depan untuk waktu sebentar karena tidak sengaja tertembak Juunen Bazooka, dan mendapatkan informasi bahwa Byakuran ingin menguasai dunia. Tapi apa tidak ada yang memberi tahu Vongola Decimo di dunia ini bahwa dunia di masa depan sudah berubah? Semua orang yang mati karena Millefiore Famiglia hidup kembali seakan tidak pernah mati. Tempat-tempat yang sudah hancur kembali seperti semula seakan tidak pernah hancur. Atau mungkin Byakuran mencoba muncul di depan mereka dan mengatakan bahwa dirinya sudah berada di pihak yang benar? Mungkin tidak pernah -melihat cara mereka memandang Byakuran seakan baru pertama kali melihatnya di masa mereka.

Sang mantan Boss Vongola berambut coklat ini hanya mengela nafas pelan karena telah memperoses semua hal kemungkinan yang terjadi, di pikirannya. Setidaknya dia bersyukur belum berada dalam Hyper Dying Will Mode(HDWM). Kalau tidak, mungkin semua orang yang ada di hadapannya akan bertanya siapa dirinya yang sebenarnya dan kenapa dirinya bisa berada dalam keadaan HDWM dimana hanya orang-orang tertentu yang dapat melakukannya. Dan lebih parahnya karena dia adalah seorang Dame-Tsuna di dunia tersebut.

"Hei, jawab pertanyaan Jyudaime, Dame-Tsuna!" teriak remaja berambur silver abu-abu itu masih dengan memegang dinamitnya yang untungnya belum di nyalakan atau di lemparnya.

Tsuna memandang remaja berambut silver abu-abu itu tanpa mengucapkan apa pun. Sejujurnya, dia cukup tidak terbiasa –tidak nyaman mendengar dirinya di panggil Dame-Tsuna oleh seseorang yang selalu memanggil dirinya Jyudaime dan hampir selalu memujinya dimana saja bahkan walau sang 'Tangan Kanan'nya itu tidak sedang bersamanya. Senang sih, tapi hal itu tidak membuatnya sombong.

Lelaki berambut coklat jabrik itu merendahkan posisinya. Tsuna menatap 6 orang di hadapannya dengan pandangan yang tajam.

"Apa salahnya melindungi orang yang tidak bersalah?" dia menjawab –berbalik bertanya.

Dahi keenam orang di hadapan Tsuna itu mengerut.

"Tidak bersalah? Kau tidak tahu apa-apa tentang si Brengsek pecinta makanan manis itu, Sawada Tsunayoshi!" ucap Mukuro kesal, sambil berjalan mendekat dan menodongkan trisulanya ke depan wajah Tsuna.

Ujung trisula Mukuro yang tajam dengan wajah Tsuna hanya berbeda beberapa senti. Tapi Tsuna tidak terlihat takut. Cahaya matanya terlihat tenang. Ketenangannya yang mematikan. Melihat mata Tsuna yang terlalu tenang itu membuat Mukuro melangkah mundur dan menurunkan trisula-nya. Mata Tsuna seakan mengatakan "Mundur atau mati". Mukuro tidak pernah semenurut, selemah, dan merasa setakut ini, bahkan tidak di depan Hoshi Sei, pikirnya.

Hoshi, Yamamoto, Gokudera, Ryohei, terutama Chrome, melihat Mukuro yang menampilkan ekspresi 'lemah' atau tidak dapat melawan itu, terkejut. Mukuro, seorang remaja lelaki yang terkenal kuat dan licik, dan bahkan biasanya langsung menggunakan ilusinya di depan lawannya tanpa ragu-ragu itu, mundur di hadapan seorang remaja berambut coklat yang di kenal sebagai Dame-Tsuna? Apa yang terjadi? Mereka semua tercengang, diam tak berkata.

Tsuna hanya tersenyum kecil, melihat Mukuro menuruti 'perintah'nya. "Bagus," katanya singkat.

"Jadi-" Tsuna melirik ke arah Hoshi, lalu ke lima orang lainnya secara bergantian. "-mau mendengar penjelasanku baik-baik atau masih mau mencoba menyerang?" lanjutnya.

Hoshi masih ragu apa yang harus dia lakukan. Yamamoto masih memegang erat Shigure Kintoki-nya, seakan tidak mendengar apa yang sang remaja berambut coklat di depannya itu katakan. Gokudera menurunkan dinamitnya, entah kenapa dia merasa bahwa bila menuruti sang Dame-Tsuna di hadapannya itu tidak akan membawa masalah. Walau dia sendiri terkejut dengan pemikirannya yang tiba-tiba muncul begitu saja. Ryohei merendahkan ancang-ancangnya, tapi matanya masih menatap tajam Byakuran yang masih berada di belakang sang remaja berambut coklat itu. Chrome merendahkan trisula-nya. Remaja perempuan itu berpikir, bila Mukuro-sama-nya saja merasa 'kalah' saat mencoba melawan seseorang yang terkenal sebagai Dame-Tsuna itu, kenapa dirinya tak mengikuti saja. Bila Mukuro-sama-nya saja bisa kalah, bagaimana tidak dengan dirinya? Gadis remaja itu memilih untuk menuruti keinginan remaja berambut coklat di depannya itu.

"Ada apa, Hoshi-kun? Yamamoto...-kun?" Tsuna bertanya, melihat Hoshi yang masih ragu-ragu dan Yamamoto yang terlihat tidak bergeming.

Baru saja Tsuna ingin mengatakan sesuatu lagi, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sudah lama ia tidak dengar...

"Baka-Sei, Yamamoto, rendahkan senjata kalian!" suara yang familiar di telinga Tsuna itu memerintahkan Hoshi dan Yamamoto untuk merendahkan senjata mereka.

Tsuna segera berbalik untuk melihat asal suara tersebut. Matanya menangkap dua sosok yang di kenalnya. Seorang bayi –yang terkenal sebagai Hitman nomor satu di dunia-dengan jas atasan dan bawahan hitam, dengan topi fedora berwarna hitam-oranye, sambil memegang pistol berwarna hijau, dan seorang remaja berambut hitam mengenakan kemeja berwarna putih dengan baju gakuran hitam yang menggantung di punggungnya dan dengan lambang ketua Komite Kedisiplinan di lengan kanannya, sambil memegang tonfa di kedua tangannya.

"Reborn? Hibari-san?" alis Reborn menyerit mendengar namanya di sebut oleh remaja berambut coklat tersebut.

"Siapa kamu?" tanya Reborn dengan nada jengkel, tidak suka namanya di sebutkan begitu saja oleh orang yang tidak begitu di kenalnya.

Tsuna berteriak kepada dirinya sendiri di dalam pikirannya. Menyalahkan dirinya karena reflek menyebutkan nama Reborn begitu saja.

"A-aku? A-aku Sawada Tsunayoshi." Jawabnya agak canggung.

Reborn menyeritkan alisnya lagi. "Aku tahu namamu, Sawada Tsunayoshi! Yang kutanyakan, 'Siapa kamu'?" dengan menekankan bagian 'kamu'.

Tsuna tidak suka dan tidak nyaman dengan nada bicara Reborn yang di tunjukkan kepadanya. Reborn yang di hadapannya saat ini bukan Reborn yang dia kenal. Bukan karena Reborn yang berada di dunia aslinya sudah terlepas dari kutukan Arcobaleno dan menjadi seseorang yang lebih dewasa seiring berjalannya waktu. Tapi Reborn yang di hadapannya saat ini bertanya kepadanya dengan nada yang di tunjukkan kepada orang asing. Dan sebenci-bencinya Tsuna untuk mengakui hal itu, tapi dia tidak bisa memungkiri, bahwa dirinya di dunia ini, bukanlah orang yang Reborn kenal.

"Bukankah tidak baik bila tidak mengenalkan diri sendiri terlebih dahulu?" suara Byakuran menyadarkan dirinya dari pikiran yang tidak nyaman tadi.

Byakuran hanya tersenyum walau di tatapi dengan tatapan yang terasa seakan dapat membunuh dari sang Hitman bayi tersebut.

"Byakuran Gesso... apa yang kau lakukan di sini?" tanya Reborn, dengan nada amarah dan tidak nyaman.

Hibari yang berada di samping kiri Reborn sudah menyiapkan ancang-ancang untuk siap menyerang. Tapi masih di tahannya, untuk tidak menganggu pembicaraan sang bayi.

"Di Jepang? Di Namimori? Tentu saja untuk bertemu Tsunayoshi-kun!" jawab sang remaja berambut putih keunguan itu dengan riang sambil merangkul Tsuna dengan tangan kirinya. "Oh! Dan juga untuk mengirimkan sebuah paket, sebagai tujuan utama!" tambahnya.

Sang Hitman berbadan mungil tersebut memandang curiga ke arah Byakuran dan Tsuna. "Paket?"

"Un, Pa-Ket! Ada yang aneh dengan hal itu?" tanya balik Byakuran dengan santai.

Tsuna yang ada di sampingnya, menyikut pelan Byakuran dengan sikutnya. "Jangan memancing, Byakuran!" tegas Tsuna sambil berbisik.

"Paket apa?" tanya Hoshi sambil berteriak. Sang Vongola Decimo di dunia ini sepertinya tidak senang dirinya di abaikan karena kedatangan sang Hitman -dan ketua Komite Kedisiplinan- yang mengambil peran untuk bertanya kepada Sawada Tsunayoshi, teman sekelasnya yang mulai di curigai itu.

"Kau tidak lihat apa yang ku pakai?" tanya Tsuna balik sambil melambai-lambaikan kedua tangannya yang masih mengenakan sarung tangan wol-nya yang menampilkan angka 27.

Hoshi dan Reborn menyeritkan alisnya. "Sawada Tsunayoshi, kau pikir kau bisa membodohiku?!" sang Hitman bertanya dengan kasar. Dia mulai kehilangan kesabarannya.

"Kau pikir aku bohong?"

"Kau pikir aku akan percaya bahwa sang Boss dari Gesso Famiglia jauh-jauh dari Italia datang ke Jepang hanya untuk mengirimkan sepasang sarung tangan rajut?"

Sang remaja berambut coklat itu berdecak kesal. "Sayangnya, YA! Dan yah... ku akui. Sepertinya mengantarkan sarung tanganku ini hanyalah salah satu dari alasan dia datang jauh-jauh dari Italia kesini. Kurasa," ucapnya sambil melipat tangannya dan melirik ke arah Byakuran yang hanya sedari tadi tersenyum senang?

"Umm!" Byakuran mengangguk. "Mengantarkan sarung tangannya Tsunayoshi-kun memang hanya salah satu dari alasan kenapa aku datang ke Jepang! Alasan kedua, karena aku ingin bertemu Tsunayoshi-kun secara langsung untuk pertama kalinya."

"Untuk pertama kalinya? Jadi kau belum pernah bertemu Sawada? Lalu kenapa dia melindungi orang Brengsek sepertimu seakan dia tahu siapa kamu sebenarnya?!" geram Yamamoto Takeshi, sambil mencengkram Shigure Kintoki-nya dengan kuat. Mata coklat madu sang remaja tersebut memperlihatkan amarahnya yang sepertinya tidak dapat tahannya lagi.

"Apa yang di katakan Yamamoto itu EKSTRIM BENAR! Kalau kau belum pernah bertemu Sawada, kenapa dia melindungimu?!" teriak Sasagawa Ryohei yang juga penasaran dan tidak tahan untuk mulai bicara.

Tsuna memutar bola matanya, merasa tidak nyaman dengan pertanyaan kedua orang yang sudah menjadi salah satu anggota keluarganya itu di dunianya. Sang remaja itu berdecak kesal lagi.

"Sudah ku bilang kan; Apa salahnya melindungi orang yang tidak bersalah? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan! Apa itu juga salah?! Lalu apa yang seharusnya aku lakukan menurut kalian, HAH?!" Tsuna membalas dengan kesal.

Semua yang berada di sana terkejut melihat seorang Sawada Tsunayoshi yang terdengar pendiam, penakut, dan lemah, dapat kesal dan berteriak di depan 'banyak orang'. Bahkan Hibari Kyouya sendiri terkejut melihatnya. Tapi tidak menunjukkannya lewat ekspresinya. Yang dia tunjukkan saat Tsuna marah hanyalah menyeringai kecil, tertarik dengan hal itu. Dan yang Byakuran lakukan hanyalah diam dan tersenyum kecil. Sang Boss Gesso Famiglia tersebut tidak terkejut dengan Tsuna yang sudah meledak –marah. Tapi dia sedikit terkejut karena Tsuna masih melindunginya dan terus berkata bahwa dirinya tidak bersalah. Senang sih, tapi sedikit merasa bersalah. Mengingat dirinya yang berada di dunia paralel di masa depan sudah pernah melakukan hal yang sangat buruk. Tapi berkat Tsuna dan Yuni –yang saat ini(di dunianya yang ini) seharusnya dia masih kecil dan belum menjadi pemegang pacifier Sky Arcobaleno-, dia menjadi salah satu sekutu mereka. Yang bahkan rela untuk menolong kedua pengguna api langit itu(selain dirinya) walau harus rela kehilangan nyawa.

"Tsunayoshi-kun,"

"Apa?!" Tsuna segera melirik Byakuran dengan tajam. Tapi Byakuran tahu, ekspresi itu bukan di tunjukkan untuknya.

Byakuran hanya tertawa kecil, lalu menyentil pelan dahi sang remaja berambut coklat yang ada di sampingnya itu. Tsuna yang di begitukan hanya berkedip kebingungan. Ekspresi yang tadinya menunjukkan amarah itu berubah menjadi polos kebingungan. Dan itu membuat Byakuran terkekeh pelan lagi, merasa geli.

Byakuran menghela nafas pelan masih sambil tersenyum. "Arigatou, Tsunayoshi-kun, karena dari tadi terus membelaku! Tapi kau tahu kan, apa yang di katakan mereka pun juga benar; bahwa aku adalah orang jahat."

Semua orang yang mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Byakuran tadi membuat badan mereka menegang. Dan sekali lagi, Reborn, Hoshi, dan para guardiannya menyiapkan posisi siap menyerangnya.

Tsuna menyeritkan alisnya, menunjukkan ekspresi tidak terima dengan bagian terakhir dari kata-kata Byakuran. "Apa maksudmu, Byakuran? Kau bukanlah orang jahat!" Kau sudah berubah! Geram Tsuna.

"Jangan bilang kau lupa, Tsunayoshi-kun. Aku bahkan pernah mencoba membunuhmu, bukan begitu?!" semua yang ada di sana menyeritkan alisnya mendengar pengungkapan tersebut.

"Dia pernah mencoba membunuhmu?" sekarang Reborn menatap tajam ke arah Tsuna. "Dia pernah mencoba membunuhmu, tapi sekarang kau melindunginya?!" sang Hitman tersebut bertanya –membentak Tsuna.

Tsuna mencoba membalas sambil membentak balik. "Dia bohong! Kalian dengar kan; ini pertama kalinya kami berdua bertemu!" Di dunia ini. "Kalau begitu, bagaimana bisa dia bisa mencoba membunuhku?"

"Tapi Tsunayoshi-kun, bisa saja kan aku mengirimkan makanan beracun kepadamu lewat paket kilat?" Byakuran menjawab dengan tanda tanya.

"Tidak! Kalau aku tidak memakannya."

"Tapi kalau kau memakannya?"

"Tidak akan ku makan!"

"Tapi-"

"Kamu ini berada di pihak yang mana sih?!" Tsuna bertambah jengkel.

"Aha, gomen. Tapi aku hanya membenarkan." Byakuran tertawa pelan. "Kalau begitu, daripada mencoba membunuh, aku sudah pernah membuat jantungmu berhenti, kan?" Walau ternyata hanya sementara.

Semua yang mendengarkan hal itu terkejut lagi. Mereka semakin ingin menyerang Byakuran, tapi mereka sendiri masih merasa bingung, kenapa Byakuran terus mengungkapkan hal yang membuat dirinya terlihat bersalah?

"Cukup, Byakuran!" sekarang Tsuna mencoba tenang. Tapi masih menyeritkan dahinya tanda kesal karena perkataan Byakuran tadi. Bukan karena Byakuran bilang bahwa jantungnya pernah dibuat berhenti, tapi karena Byakuran tidak mengehentikan dirinya sendiri untuk terlihat bersalah di hadapan semuanya.

Masih dengan kesal, Tsuna melirik jam tangannya. Wajah kesal dan gumaman kemarahannya segera tergantikan dengan seringaian.

Tsuna segera mengalihkan matanya dari jam tangannya lalu melirik ke arah Reborn dan Hoshi secara bergantian. Tapi masih sambil tersenyum, hingga membuat semua orang di sana menyeritkan alisnya.

Tsuna membungkuk ke arah Reborn dan Hibari. Lalu menatap mereka kembali dengan pandangan penuh kelegaan.

"Minna-san, lima menit lagi bel masuk kelas akan segera berbunyi. Aku akan segera kembali ke kelasku sekarang. Aku yakin sang ketua Komite Kedisiplinan ingin para murid di sekolah ini untuk mematuhi aturannya, bukan begitu? Hibari Kyouya-san," ucap Tsuna mencoba bersikap sopan.

Hibari mengerutkan alisnya tanda tidak suka. Tsuna yang menyadari ekspresi itu hanya tersenyum puas.

Hibari menurunkan tonfa-nya, tapi matanya masih memandang Tsuna dengan tajam. Tapi sang remaja berambut coklat itu tidak memperdulikannya.

"Cepat pergi!"

Hanya kata itu saja yang keluar dari mulut Hibari. Tsuna mengangguk senang lalu menarik Byakuran untuk segera meninggalkan atap sekolah tersebut. Hoshi dan para guardiannya masih menatap Tsuna dan Byakuran dengan pandangan bingung dan kesal, tapi memberi jalan kepada mereka karena telah mendapat izin dari sang ketua Komite Kedisplinan Namimori tersebut.

Sebelum Tsuna benar-benar menghilang dari pandangan Hoshi dan yang lainnya itu(kecuali Byakuran), sang remaja berambut coklat itu berbalik sebentar lalu berteriak.

"Sampai nanti, Hoshi-kun dan minna-san! Jangan buang-buang tenaga kalian untuk hal yang akan berakhir sia-sia! Ku peringatkan, gunakan perasaan dan instingmu, dan terimalah kenyataan. Jangan pernah mencoba menyerang orang yang tidak bersalah lagi! Terutama kau... Vongola Jyudaime,"

Lalu Tsuna dan Byakuran menghilang, sebelum Hoshi dan guardiannya kembali mengecek dirinya yang telah mengucapkan kalimat terakhir yang mengejutkan itu.


"Tsunayoshi-kun,"

"Hm, ada apa Byakuran?"

Byakuran melirik Tsuna yang sedari tadi tersenyum dan terkekeh-kekeh. Byakuran pun tersenyum.

"Apa tidak apa-apa?"

"Apanya?"

Byakuran masih ikut tersenyum, lalu menarik nafas kuat-kuat dan menghembuskannya perlahan. Sang Boss dari Gesso Famiglia tersebut menepuk pelan pundak sang remaja beramambut coklat yang berjalan di sampingnya itu.

"Yang tadi itu! Saat kau memanggil Hoshi dengan sebutan Vongola Juudaime! Apa tidak apa-apa? Menurut informasi, dirimu di dunia ini tidak tahu sama sekali tentang dunia Mafia. Yah, aku tahu sih Vongola di kenal bukan hanya sebagai famiglia dari mafia, tapi juga perusahaan terkenal di mata para orang biasa. Tapi untuk mengetahui identitas calon Boss kesepuluh Vongola yang bahkan keluarga mafia lain saja tidak tahu –kecuali Cavallone dan Giglio Nero Famiglia-, apa itu tidak membuat mereka curiga?" tanya Byakuran. "Maksudku, kau itu kan di kenal di mata mereka sebagai...(menghela nafas) Dame-Tsuna." Lanjutnya.

"Biar saja!" Tsuna melipatkan tangannya ke dadanya. "Setidaknya perhatian mereka sekarang tertuju kepadaku, bukan kepadamu!"

Byakuran hanya terdiam. Dia tidak menyangka, bahwa sampai sekarang pun Sawada Tsunayoshi yang di kenalnya sebagai Vongola Decimo itu masih merasa bahwa dirinya ini pantas untuk di bela.

"Ah, aku sudah tiba di kelasku," Tsuna segera melirik ke arah Byakuran yang baru saja tersadar dari lamunannya. "Kau akan pulang sekarang?" tanyanya.

Byakuran tersenyum lalu mengangguk. "Aku kan tidak bersekolah disini, Tsunayoshi-kun." Lalu remaja berambut putih keunguan itu melangkah pergi. Sebelum dia benar-benar pergi, dia berbalik dan memandang Tsuna yang masih berada di pintu ruang kelasnya.

"Aku lupa bilang; bukan hanya aku saja yang mengetahui keadaanmu, Tsunayoshi-kun!"

Tsuna menyeritkan alisnya karena terkejut.

"Aku tidak akan bilang siapa, nanti kau akan tahu sendiri! Berterima kasihlah pada kakek moyangmu itu dan Yuni-chan karena itu! Good luck!"

Lalu Byakuran menghilang. Meninggalkan Tsuna yang mengkaku bingung harus berkata apa.


"Reborn! Bukankah Da-Sawada-kun seharusnya tidak tahu apa-apa soal mafia? Lalu kenapa dia bisa tahu bahwa aku adalah Vongola Juudaime?!" Hoshi menatap Reborn dengan frustasi sambil mengacak-acak rambut kuningnya itu.

"Jyudaime, tenanglah! Mungkin si Brengsek pecinta manis itu yang memberitahunya," Gokudera mencoba menenangkan Hoshi yang masih mengacak-acak rambutnya secara frustasi dan kebingungan.

"Yang lebih membingungkan; kenapa Sawada terus melindungi sang Brengsek itu saat dia mengakui bahwa dia pernah mencoba membunuh Sawada?!" Yamamoto mencengkram Shigure Kintoki-nya dengan kuat. Sinar matanya masih menunjukkan amarah yang sedari tadi di tahannya karena belum sekalipun menyerang Byakuran yang tadi tepat berada di hadapannya.

"Jangan-jangan Sawada di kontrol atau di ancam secara EKSTRIM oleh si Byakuran!?"

"Sasagawa-san mungkin benar, Bossu. Karena Sawada-san terlihat bukan seperti orang jahat."

"Jadi maksud kalian, Sawada-kun yang terlihat melindungi sang raja Marshmallow dengan keinginannya sendiri itu hanya akting? Dan sang rasa Marshmallow itu mengaku dirinya bersalah itu agar membingungkan kita, juga hanya akting?!" Hoshi mengedipkan matanya berkali-kali. Memperoses apa yang di katakan teman-teman sekelasnya dan kakak kelasnya itu ada benarnya juga.

"Oya oya... jangan katakan kau benar-benar berpikir bahwa Sawada Tsunayoshi dan si Brengsek itu hanya berakting, Hoshi Sei?"

Hoshi menyeritkan alisnya lalu memandang sang kiri no shugosha-nya dengan tajam tapi bingung.

"Apa maksudmu, Mukuro?"

"Gunakan instingmu, Hoshi Sei! Di lihat dari sisi manapun, Sawada Tsunayoshi melindungi si Brengsek itu karena memang keinginannya! Saat dia berkata bahwa sang pecinta manis itu tidak bersalah, dia benar-benar memaksudkannya! Tidak ada yang berakting! Tidak ada yang saling kontrol-mengontrol! Kau itu akan segera sah menjadi Vongola Decimo, Hoshi Sei. Gunakan Vongola Hyper Intuition-mu!"

"MUKURO!"

"APA? Ada yang salah dengan kata-kataku?! Jangan kira aku tidak tahu. Setiap boss Vongola mewariskan Hyper Intuition, tapi aku tidak pernah sekalipun melihat dia menggunakannya!" Mukuro menunjuk ke arah Hoshi dengan kesal. Entah kenapa, sejak Tsuna dan Byakuran pergi, Mukuro yang merasa tidak dapat melakukan apa-apa sejak pertemuan tak sengaja tadi, membuat amarahnya meluap.

"Mukuro, diamlah! Sei adalah kandidat yang sah untuk menjadi Vongola kesepuluh dari Nono. Mungkin dia belum bisa menggunakannya saat ini, tapi pasti dia akan bisa menggunakannya secepatnya! Kau sudah lihat bukan, bagaimana dia bisa mengalahkan Xanxus dan mendapatkan cincin Vongola. Itu tandanya dia adalah orang yang cocok untuk menjadi Vongola Jyudaime!" Reborn menatap Mukuro dengan tajam untuk membuat sang guardian kabut tersebut menutup mulutnya. Tapi Mukuro sama sekali tidak peduli.

"Dia bukan satu-satunya kandidat yang sah, Arcobaleno! Kalau ketiga anak Nono tidak mati, dia tidak akan pernah menjadi Vongola Decimo!"

"Mukuro! Jangan biarkan emosimu yang seharusnya di tunjukkan untuk Byakuran kau lampiaskan kepada Boss-mu!"

"Boss? Tidak pernah sekalipun terpikirkan bahwa dia Boss-ku! Dia bahkan tidak lebih kuat dariku!"

"Jyudaime pernah mengalahkanmu, Teme!"

"Dulu! Tidak dengan sekarang! Bahkan aku yakin, dia pun akan kalah darimu, Gokudera Hayato!"

Hoshi tersentak. Merasa apa yang di katakan Mukuro itu benar. Memang dia pernah mengalahkan Mukuro, tapi itu di saat pertama kalinya dia mendapat pisau-nya dan sehari setelah dia dapat berada dalam Hyper Dying Will Mode karena beberapa kali latihan dengan Reborn. Makanya dia dapat mengalahkan Mukuro dengan mengeluarkan seluruh kekuatannya. Tidak seperti Mukuro sendiri yang baru saja kabur dari penjara Vindice, maka ada setengah dari kekuatannya yang tidak dapat di gunakannya.

Mukuro memang sekarang sudah keluar dari penjara Vindice, tapi masih dengan keadaan kakinya yang di beri pendeteksi agar tidak dapat kabur kemana-mana. Dia pun bebas dari penjara Vindice dengan jaminan bahwa dia akan terus menjadi Vongola Jyudaime Kiri no Shugosha setelah pertarungan melawan Varia. Chrome Dokuro sendiri yang juga memiliki elemen kabut karena Mukuro menolongnya, akhirnya menjadi asistennya. Karena bagi Hoshi, tidak mungkin dia akan mempunyai dua Kiri no Shugosha yang sedangkan Chrome sendiri bukan orang yang terpilih.

"Cukup, Mukuro, Gokudera! Sekarang dengarkan aku! Daripada kalian menduga hal yang salah tentang Sawada Tsunayoshi, kenapa tidak kalian buktikan saja sendiri!?"

"Apa maksudmu, Kozo?"

"Awasi gerak-gerik Sawada Tsunayoshi. Kalau perlu, kalian ikuti saja dirinya saat pulang sekolah nanti! Tapi jangan sampai ketahuan!"

"Maksudmu, stalk him?"

"Ya, Baka-Sei. Sekarang kalian semua cepat masuk kelas!


Aneh ya? Maaf ya kita akhiri di sini dulu! Saya bingung! Dan saya ngantuk! *nguap* Setidaknya chap ini lebih banyak word-nya dari pada yang kemarin! Beruntung, eh? Oke, saya mau kabur dulu! Saya merasakan firasat tidak enak! Gokudera mau ngamuk lagi! Jaa nee~ See you next time! Jangan lupa Review-nya setelah baca! Soalnya kalo ada review, saya bisa tau pendapat kalian...

Lupa, Info: Pedang Kecil atau Pisau yang di pakai Hoshi Sei itu mirip dengan milik Vongola Boss ketiga; Vongola Terzo!