Guest : Thanks for Review :) kalau boleh, saya minta dikasih keterangan kata atau apa saja yang salah, agar bisa saya benahi :))

AnindyaCahya : waahh maaf ya, saya gak bisa bikin tentang slash. Gak pernah bikin slash nih saya hehehe :p

LunaScamander : hehehe, makasih masukannya. pasti saya masukin kok :)


Disclaimer : sama seperti chapter sebelumnya

Summary : Riddle telah kembali, apakah persiapan mereka untuk melawan Riddle?

Rating : Supernatural/Friendship/Family/Hurt/Comfort/Romance/Crime/Angst/Humor *maybe* (Ya Ampuuunnn... ini apa-apaan? Rating sebanyak ini diborong sendiri! Rakus banget Author *Dicrucio*

(A/N : Halooo! Disini saya kembali terinspirasi fandom lain. Moga-moga kalian suka :) oh iya disini Riddle nggak mengenal istilah The Golden Trio. Yang ia kenal hanya Harry, Ron, dan Hermione)


Normal atau mungkin gak jelas PoV

"Aku harus memberitahukan tentang kebangkitan Riddle kepada The Golden Trio atau pun Profesor Snape. Dan aku harus membantu mereka mengalahkan Riddle apapun caranya." Batin Fanny.

Fanny memintaku untuk mengantarnya pulang, karena diantara The Potter Five hanya aku yang menggunakan motor. Yang lain sudah menggunakan mobil. Salah satu alasan aku menggunakan motor adalah karena tak mau membuang-buang waktu dengan kemacetan dijalan (A/N: yaa malah curhat -.-")

Aku mengiyakannya saja. Jujur, aku juga kaget dengan kehadiran dan kebangkitan Riddle secara tiba-tiba itu. Walaupun dia ganteng sih *Plakk*

Aku mengantar Fanny pulang dan diikuti oleh teman-temanku. Tapi aku dan Fanny sampai lebih awal.

"Harry, Ron, Hermione" Teriak Fanny dari ruang tamu.

Tak ada respon, Fanny pun mengulang panggilannya lagi.

"Harry, Ron, Hemione!" kali ini dengan suara agak lantang. Namun berhasil membuat mereka turun.

"Ada apa Fanny, oh, tunggu siapa yang dibelakangmu itu?" Hermione memandangku kaget.

"Hai, Aku Chanda Hardiny, panggil saja Chanda." Ucap ku sambil menjabat tangan mereka satu persatu.

"Kau memberitahu keberadaan kami kepada orang lain?" Tanya Ron heran.

"Ya, tapi tidak semuanya. Hanya sahabat-sahabatku saja. Mereka juga tahu tentang Prof.." sebelum Fanny menyelesaikan kata-katanya, aku menginjak kaki nya agar berhenti.

"Aaww!" jerit Fanny kesakitan. Nampaknya aku menginjaknya cukup keras.

"Prof apa?" Tanya Harry curiga.

"Profil hidup kalian tentunya!" Jawabku mengalihkan pertanyaan. Aku menuruti pesan Profesor Snape agar tidak memberitahukan keberadaannya sekarang.

"cukup basa-basi ini, aku mau berbicara penting dengan kalian." Jelas Fanny to-the-point

"baik, tentang apa?" Hermione penasaran.

"Kurasa kita harus menunggu yang lain dulu Fan.." Saranku pada Fanny.

"baik."

Mereka menunggu beberapa menit. Namun tak ama kemudian yang lainnya pun sampai. Mereka saling memperkenalkan diri mereka.

"Cukup perkenalannya. Ayo ikut aku. Aku merasa tak yakin berbicara mengenai ini disini."pinta Fanny.

Mereka mengikuti Fanny dan sampai ke ruang keluarga.

"He's Back!" teriak Fanny agak takut, atau mungkin lebih tepatnya khawatir.

"siapa? Siapa yang kembali?" Tanya The Golden Trio bersamaan.

"Dia-Yang-Tidak-Boleh-Disebut-Namanya." Fanny menjawab mereka agak gimana gitu *pletakk

"Apa? Bagaimana bisa? Aku sudah menghancurkan Horcrux-Hocrux nya, bahkan yang terakhir!" ucap Harry tidak percaya.

"Tidak, belum semua. Ada beberapa Horcrux yang tersisa." Ucapku meyakinkan.

"Apa? Horcrux yang mana lagi?" Tanya Ron tak percaya.

"Itu masalahnya. Hocrux bisa berupa apa saja. Bahkan benda yang tidak pernah kita duga sebelumnya." Jawabku sok tau.

"Aku tahu itu! Kau pikir aku tidak tau apa?!" Ron terkekeh.

"Huuh! Ayolah jangan bertengkar." Harold melerai kami.

"kita butuh markas baru. Tempat seperti biasa sudah tidak bisa kita andalkan lagi." Fanny tak memperdulikan pertengkaran itu

"Benar, tapi dimana?" tanya Harold.

"Eh, kalian masih ingat dengan ruang bawah tanah yang berada di bekas toko depan rumah tua itu kan?" saranku.

"Kau yakin dengan itu aman?" tanya Syifa tak yakin.

"Aku tidak terlalu yakin. Oh, tunggu, bagaiamana jika kalian membuat ruang bawah tanah persembunyian rahasia?" aku menatap langsung pada The Golden Trio.

"ide bagus. Tapi dimana kita menemukan tanah kosong yang tidak dicurigai?" tanya Hermione.

"yang jelas tidak dirumah ini." Jawab Fanny.

"bagaimana jika dibawah sekolah ?" Syifa menyarankan ngawur.

"Ide bagus. Tak akan ada yang curiga jika kita disekolah . Kita berangkat kesana sekarang!" Harry menyuruh kami untuk bersiap.

"Kita tidak bisa kesana naik mobil atau dengan sihir karena jika naik mobil itu akan menghambat waktu kita dan jika kita menggunakan sihir, jelas tidak bisa. Di negara ini tak bisa floo, apperate atau yang lain. Jadi kita pakai ini..."

Jeng jeng

Fanny menunjukan 3 sepeda motor milik keluarga-nya.

"kau yakin jika orang tua mu akan mengijinkanmu?" tanyaku ragu.

"tentu! Mereka akan kembali minggu depan, jadi aku punya kesempatan untuk memakai motor ini."

"sekarang, Syifa, kau dengan Ron. Harold dengan Hermione. Dan Harry, kau dengan Fanny. Aku dan Robert akan menyusul, dan akan membawa alat untuk persiapan. Kau bisa membawa mobil ini kan? Aku akan memakai motorku saja."

"ya, aku bisa."

"hey, kenapa aku tidak dengan Hermione?" bantah Ron.

"Ayolah Ron. Akan bahaya jika kita bersama-sama. Maka dari itu mereka sebagai pelindung kita dari fans-fans." Jawab Hermione yang kesal dengan sifat Ron seperti itu.

"Baiklah."

"Baik, siap kan apa yang akan kalian bawa, kita akan berangkat 30 menit lagi." Sahut Harry.

"Ya, tentu." Mereka semua mengangguk hampir bersama.

"Kalian siap?" tanya Robert.

"ya"

"ya"

"siap" mereka menjawab satu persatu.

"Oke, Harold, kau pemimpin rombongan ini, pastikan mereka tidak ketahuan oleh fans-fans mereka. Aku dan Chanda akan mempersiapkan barang-barang lain." Robert mengatur mereka.

"Baik." Harold mengangguk.

Mereka berangkat dan menggunakan pakaian yang tebal dan juga kaca mata agar tidak ketahuan Fans.

"Ok, sekarang tinggal kita menuju ke appartemen mu Rob. Kita beritahu Profesor Snape tentang ini."

"Baik."

Aku dan Robert berangkat menuju appartemen. Aku dan Robert langsung menemui Profesor Snape yang sedang membaca sebuah buku.

"Sir, kita harus bicara. Ini penting sekali." Ucapku agak panik.

Severus hanya diam dan menutup bukunya, yang bertanda ya.

"Dia kembali, profesor." Ucap Harold to-the-point.

"Apa maksudmu Dark-Lord?" tanya Severus yang terlihat kaget tapi berusaha memasang wajah cool nya.

"ya, Kau-Tau-Siapa kembali." Ucapku menerangkan.

"Tidak mungkin. Dia sudah hancur dengan Horcrux-Horcruxnya."Ucap Severus masih tak percaya.

"kau harus percaya! Aku melihatnya sendiri, Sir. Dia tidak menjadi Voldie lagi. Tapi dia mnjadi Riddle. Dia lebih muda dan lebih tampan dari Voldie." Ucapku menerangkan lagi.

"Kau harus ikut kami ketempat yang baru. Tidak aman disini. Sir."Robert menyarankan dengan ragu. Ia takut ditolak.

"kemana?" tanya nya singkat.

"Ke markas. Markas rahasia Indonesian Orde." Jelasku.

"Tidak."

Sudah kuduga dia akan menolak.

"Kumohon, aku tak ingin ada korban sebelum Anda bisa kembali ke 1998 sir." Pinta ku lagi.

"tidak." Ia masih keras kepala.

"Disana ada anak yang selama ini Anda ingin temui Sir. Saya yakin dia akan senang dengan kehadiran anda. Anak itu. Pemilik mata Lily." Harold sudah mulai terbakar emosi.

"Apa? Anak itu? Aku memang merindukan anak itu. Tapi, aku merasa bersalah dengannya. Lagi-lagi gara-gara aku masalah seperti ini mucul lagi. Jika saja aku melawan saat Nagini hendak menggigit kalung itu, pasti aku dan Harry takkan terlibat hal seperti ini lagi." Batin Severus.

"Bagaimana Profesor?" Tanyaku sekali lagi

"Baiklah." Ucapnya. –demi anak itu-

Severus mengambil beberapa barang dan memasukkannya kedalam koper. Robert juga bersiap.

"Robert, kau bisa mengendarai motor?" tanya ku.

"err, tidak. Hanya mobil." Robert menyeringai malu.

"huh." Aku mengeluh kesal. Jaman sekarang cowok kok gak bisa naik motor. Payah. –'

"memang kenapa kalau naik mobil?" tanya Robert.

"Aku hanya takut jika kita naik mobil, akan ada peristiwa seperti Nasrudin Z yang ditembak dimobil oleh orang yang tidak dikenal itu." Jawabku.

"hanya itu? Profesor Snape kan penyihir, jadi dia bisa dong menyingkirkan itu?" Robert bertanya lagi, tapi kali ini mengecilkan suaranya.

"bagaimana jika itu serangan tiba-tiba dan mengenai kita? Kau mau tanggung jawab? Dan bagaimana jika Riddle menyerang! aku tak mau ada korban sebelum mereka kembali ke tahun 1998!" aku sudah agak emosi.

"ya iya. Oke. Jadi kita gimana?" tanya Robert.

"Sebenarnya, aku mau kembali dulu kerumah dan membeli beberapa makanan untuk persediaan. Tapi berhubung kau tak bisa naik motor, jadi kau saja yang beli. Aku yang akan membawa Profesor Snape ke markas. Lagian, kau bisa beli banyak, kan bawa mobil." Tukasku.

"Yaa, baiklah." Jawab Robert malas.

"Sudah siap Profesor?" tanya ku

Severus hanya mengangguk.

"Baik, kita berangkat Sir"

Aku memakai jaketku, dan perlengkapan mengemudi lain. Aku juga menyuruh Profesor Snape memakai helm dan kacamata agar aman. Aku juga merasa jika Profesor Snape pasti tidak bisa mengendarai motor. Apalagi motor non-matic begini. Hehehehe.. (A/N : Ampuun Sevieee jangan Crucio saya)

"Ayo, Sir. Silakan naik." Aku sudah menaiki motor dan sudah bersiap untuk menarik gas.

Tanpa banyak bicara Profesor Snape langsung naik. Kami langsung melesat menuju sekolah dimana mereka sudah berkumpul.

Melesat bagai kilat..

#AuthorLebay


-Di Sekolah -

H-R-H sudah membuat pintu masuk rahasia dibawah sekolah itu, kebetulan sekolah sedang sepi jadi tak ada yang memperhatikan mereka. Mereka mengerahkan kemampuan mereka untuk membuat markas sebesar itu. Mereka membuatnya seperti labirin yang membingungkan.

"Errrgghh." Ron sepertinya sudah tidak kuat lagi dengan itu, mereka begitu kelelahan dan memutuskan untuk istirahat sejenak

Fanny meng sms Robert

"From : Fanny

Rob, Profesor Snape sama kamu kah?

From: Robert

Enggak, Profesor Snape sama Chanda. Chanda nyuruh aku naik motor, tapi kau sendiri kan kalo aku gak bisa naik motor. Jadi terpaksa.

From : Fanny

Oooh, terus kamu ngapain kok belum nongol-nongol disini?

From : Robert

Di supermarket beli makanan buat persediaan selama seminggu. Buat teman-teman kita yang baru itu, disini tak ada bank Gringgot jadi mereka tak bisa mengambil uang disana kan?"

From : Fanny

Ooh, The Golden Trio udah kecapekan buat ruangan sebesar itu. Ini udah jadi setengahnya.

From : Robert

Tungguin aku diluar ya, aku bentar lagi mau meluncur kesana.

From Fanny

Okke.


Harry PoV

Lelah sekali hari ini aku, aku membuat ruang yang besar dibawah bangunan sekolah ini. Akan lebih baik jika ada 4 atau lima orang disini. Huh.

Bagaimana kabar Hogwarts sekarang? Bagaimana kabar keluarga Weasley? Dan apakah Profesor Snape sudah mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan dari dulu?

Ngomong-ngomong tentang Profesor Snape, aku menyesal karena tak sempat mengucap terima kasih dan permohonan maaf. Aku sangat berharap jika Tuhan memberiku kesempatan untuk bertemu dengan Profesor Snape, dan aku ingin meminta maaf atas kesalahanku dimasa lalu kepadanya. Dan berterima kasih atas jasanya. Beliau begitu berani mengorbankan nyawanya hanya demi ibuku. Merlin! Aku pun tak tau apa aku bisa seperti dia. Menjadi agen ganda, dan mencintai satu orang seumur hidupya. Ibuku.

"Pengecut."

Seharusnya kata-kata itu untukku, bukan untuk-nya. Tanpa nya aku hanyalah seorang pecundang yang berlindung di punggung seorang pemberani. Tanpanya, aku pasti sudah mati ditahun pertamaku di Hogwarts. Yah, penyesalan selalu datang terlambat.

Profesor Dumbledore. Aku berhutang nyawa pada-nya juga. Tanpa-nya mungkin aku sudah mati oleh inferi-inferi waktu pencarian Horcrux itu. Dikondisinya yang sudah, yah sekarat. Dia masih sempat menyelamatkanku. Dan saat pembunuhannya itu, aku benar-benar sedih dan hancur. Aku telah kehilangan satu lagi orang yang sudah kuanggap keluargaku sendiri.

Aku berjanji, jika aku mempunyai anak kelak dan memiliki mata yang sama seperti ibuku, aku akan menamai nya Albus Severus.

Ah iya, aku juga sangat sedih saat kematian ayah baptisku, Sirius. Bella begitu tega membunuh sepupunya sendiri. ah aku lupa, dia kan wanita tanpa hati.

Aku saat itu terbakar amarah dan akan membunuh Bella dengan Mantra-tak-termaafkan. Tetapi lagi-lagi aku tak bisa, lagi-lagi saat itu Profesor Dumbledore mengingatkan aku jika aku bukan pembunuh. Dan aku bukan Voldemort.

Mengenai Ayah, aku tak pernah melihat wajahnya selama puluhan tahun. Aku merindukannya. Dia juga rela mengorbankan nyawanya demi aku. Sungguh betapa sakitnya hidupku. Satu per satu orang yang kusayangi mati karena aku. Remus, Fred, Cedric, dan banyak lagi. Aku tak pernah ingin seperti ini. Aku ingin hidup normal seperti anak lainnya. Tanpa ada Voldemort. Aku ingin hidup menjadi satu keluarga utuh.

Ibu, kenapa engkau melakukan itu? Mengapa engkau mengorbankan dirimu demi aku? Kenapa tidak aku saja yang mati? Aku merasa hampa tanpa ibu. Bibi Petunia, Paman Vernon selalu menyiksaku setiap hari. Aku tak tau atas dasar apa mereka membenciku. Aku sangat merindukanmu Ibu, aku ingin memelukmu untuk yang terakhir. Aku ingin tidur di pangkuanmu. Menangis dan menumpahkan semua bebanku dipelukmu, menyayangiku. Kasih sayang yang takkan pernah padam walaupun terhapus oleh jaman. Kau tak disisiku ibu, tapi kau selalu dihatiku untuk selama-lamanya.

Air mataku tak bisa kubendung lagi saat mengingat semua itu. Dada ku selalu merasa sesak saat mengulang kembali rekaman otakku itu.

Hanya satu permohonanku, aku ingin bertemu semua orang yang kusayangi itu. Walaupun hanya lima menit saja. Aku hanya ingin berterima kasih dan minta maaf untuk semua itu.

"Harry, coba lihat ini!" Suara Hermione mengagetkan semua orang di ruangan dengan suaranya.

"Ada apa Hermione? Kenapa kau seperti kaget begitu?" tanyaku penasaran

"Diam dan lihatlah siapa yang datang, Potter!" Suara Hermione


TBC : Haloooo.. Fic ini gajelas banget deeh.. beneran! Author aja ilfeel bacanya *plakk* nggak pede banget dehh.. Cius! *Pleetaakk

maaf ya kalo gak ada konflik, typo kepo dan laen laen..

saya masih mengharap review untuk saya, kalau ada kesalahan mohon dibenarkan..

Thanks for reading! #HUG