Disclaimer : Guduk gonek ku! (bukan punya ku) kalo Harpot punya saya, saya akan buat diri saya yang ngalahin Voldie (?) *diCrucioVoldieAndJKRowling*


Summary : Lily, james, Harry, dan Ginny sudah mengetahui rahasia Albus mengenai Profesor Snape dan Profesor Dumbledore yang bisa berubah wujud jadi hantu?


A/N : Pendek banget! And gak jelas!


-ooooOOOoooo-

"Dad, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Al.

"Ya Al?" jawab Harry.

"Saat kau melihat sebuah patronus rusa betina saat perburuan Horcrux itu, ternyata kepunyaan siapa?" Tanya Al.

"Itu milik Profesor Snape. Patronusnya sama dengan milik nenek." jelas Harry.

"Wow! sebegitu besarnya cinta Profesor Snape kepada nenek! sampai-sampai Patronusnya sama seperti milik nenek." ucap Al terkagum-kagum

"Yah, dad juga berfikir demikian saat itu." Jawab harry


Sore itu, Albus kedatangan tamu yang spesial untuknya –dan ayahnya dikamar Albus saat itu Al sedang membaca sebuah buku muggle yang entah apa judulnya itu. Mata hijau cemerlangnya menyusuri setiap kata seolah tak ingin sepatah kata apapun terlewat.

"Selamat sore, Young Potter." Seseorang yang suaranya jenaka dan ramah menyapa Albus di keheningan sore. Tapi kali ini ia hanya datang seorang diri tanpa Snape.

"Kakek Albus!" Suara Al keras dan langsung menjatuhkan bukunya begitu saja. Tapi Al sepertinya merasa ada yang kurang.

"Kau juga Albus kan?" goda pria yang mungkin kini sudah berusia 180 tahun itu.

"Kita sama-sama Albus kakek. Hahaha" Al tertawa cekikikan.

"tapi, dimana kakek Severus?" Tanya Al kecil itu.

"Emm, dia kurasa sedang mengunjungi Hogwarts dan akan datang beberapa menit lagi jika aku tak salah prediksi." Jawabnya sambil menaikan kacamata bulan separo nya.

"Apa kau ma—sebelum Al melanjutkan pertanyaan itu, tiba-tiba James membuka pintu dan mendapati Al sedang berbicara dengan hantu. Sudah jelas James tahu siapa sosok hantu itu. James kaget dan bertanya-tanya bagaimana adiknya bisa mengenal Profesor Dumbledore, bahkan terlihat begitu dekat seperti dengan, kakeknya sendiri?

"Al, Kau? Bagaimana bisa?" tannya James Sirius dengan mulut menganga.

"Panjang ceritanya. Emm, Kakek, ini kakak ku James Sirius Potter." Al mengenalkan kakak nya kepada kakek barunya itu.

"Oh, Halo James! Senang bertemu denganmu." Jawab kakek tua tu

"Halo, Profesor. Saya juga senang bertemu dengan Anda."

"Ah, jangan kau panggil aku Profesor lagi. Bukankah kau sudah mendengar kalau adikmu memanggil aku kakek? Bukan kah begitu Al?" kali ini mata biru yang jenaka itu memandang kepada Al.

"Tentu saja, kakek ku adalah kakekmu James." Al menyeringai senang.

"Baiklah kakek. Apa kau ingin ku panggilkan Dad?" Tanya James kepada Albus Dumbledore.

"Emm, tidak. Aku ingin berunding dengan kakekmu yang satunya dulu." Jawab Dumbledore sambil berjalan-jalan mengitari kamar Al.

"Kakek James Potter?" Tanya James kebingungan.

"Bukan, kau akan tau sendiri nanti." Jawab Dumbledore menyeringai senang.

"Er, baiklah." James tersenyum kepada kakeknya.

"Kau kelas berapa James, Al?" Tanya Dumbledore.

"Aku baru akan masuk tahun keduaku, dan kakakku sudah di tahun ke-empatnya. Sedangkan adikku akan masuk Hogwarts 6 tahun lagi." Jawab Al.

"Kau punya adik?" Dumbledore menatap Al –lagi-

"Punya, dia bernama Lily Luna Potter. Kata Dad, Lily sangat mirip dengan nenek." Jawab Albus Severus Potter.

"Ah i see. By the way, Albus Severus dan James Sirius, kau tau sesuatu yang baru aku sadari?" Tanya Dumbledore mengetesnya.

"Tidak, tentang apa kek?" Tanya Al dan James bebarengan.

"James Sirius, kau sangat mirip dengan kakekmu James dan kuharap kau tidak senakal James dan Sirius. Awas saja kalau kau nakal! Dan untukmu Albus Severus, kau memiliki mata nenekmu yang diturunkannya dari ayahmu." Dumbledore menatap mereka berdua.

"Err, dad juga sering berkata begitu. Tapi karena aku memiliki mata ini aku memiliki nama Severus dinama depanku." Jawab Al semangat.

"Yah, Seperti Al juga. Dad juga bilang jika aku tidak boleh nakal seperti kakek James dan Sirius. Atau mungkin darah Paman Kembar Fred and George yang membuatku seperti. Hahaha."

"senang bisa bertemu kalian. Aku akan menyusul kakekmu yang satunya di Hogwarts." Kata Dumbledore.

Dumbledore barru akan pergi, tetapi Severus sudah kembali.

"Severus, baru saja aku akan menyusulmu. Tapi kau sudah kemari, ku kira kau tersesat!" Jawab Dumbledore dengan logat jenaka nya.

"Grr, aku tidak akan semudah itu tersesat Albus." Jawab Severus kesal sambil menghela nafas.

"Ehem, kalau boleh aku mengingatkan, aku juga Albus kakek!" Al menyela perdebatan mereka.

"Jadi, Profesor Snape adalah orang yang kau ceritakan kepadaku tadi Kakek Albus?" James memandang orang itu seperti merasa Deja Vu

"Potter!" Severus memandang James agak tertegun dan kaget. Ia tak pecaya jika anak didepannya ini sangat mirip dengan musuh bebuyutannya –James Arogan-

"Severus! Sudah berapa kali kau kuingatkan, agar kau tidak kasar kepada cucumu! Aku tahu apa yang kau rasakan, tapi paling tidak bisakah kau melupakan permusuhan mu dengan James Potter?" Dumbledore menasihati nya lagi.

"Halo, Profesor Snape," James menyapa Severus. Walaupun ia sebenarnya takut melihat sosok serba hitam ini.

"Severus saja." Jawabnya singkat.

"Bagaimana kalau aku merubahnya menjadi Kakek Severus?" tanya James agak ngeri dan agak takut menyinggung perasaannya.

"Hmmm, biar kupikir dulu." Jawab Severus masih dengan suara dingin, sedingin es.

"Biar aku yang memutuskan, Severus setuju dengan apa yang kau sarankan tadi, James. Dan untukmu Severus, semua keluarga ataupun anak-anak Potter dan Weasley boleh memanggilmu dengan sebutan Kakek ataupun paman dan kau wajib menyetujuinya. Ini perintah." Dumbledore menjelaskan panjang lebar.

"Huuuhh, baiklah Albus. Aku tak pernah bisa mengalahkanmu." Jawab Severus pasrah.

"Yes!" James melompat gembira.

"Ada apa ini ribut ribut?" Suara Ginny dari balik pintu sedang membawa sebuah hp yang dibuntuti oleh Lily L.

Ginny membuka pintu dan betapa terkejutnya saat melihat siapa yang berada dikamar Al sore itu. Sampai sampai menjatuhkan telpon yang sedang dipegangnya. Ginny menatap mereka semua tanpa berkedip. Tetapi James menyadarkannya.

" Mum!" Teriak Al dari sampingnya.

"Harrryyy! Coba lihat ini!" Tiba-tiba Ginny berteriak seperti orang kehantuan (?)

saat itu, Harry sedang libur dirumah.

"Ada ap—

Suara Harry terhenti karena melihat apa yang ada didepannya.

"Profesor Snape! Profesor Dumbledore!" Harry berteriak dan menghampiri mereka. Ia ingin berlari dan akan memeluk Profesor Dumbledore tapi ia malah hampir terjatuh menabrak kursi.

"Apa yang kau lakukan Harry?" tanya Dumbledore heran.

"Saya ingin memeluk Anda dan Profesor Snape, sir." Harry menjawab antusias.

"Kau tak bisa melakukannya Potter! Kami bukan lagi menjadi manusia, tapi kami adalah hantu." Jawab Snape masih dengan nada sarkasnya.

"Apa? Kenapa? Bahkan aku tak bisa menyentuh kalian lagi!" Harry menatap mereka berdua sedih, tanpa ia sadari bulir-bulir air menetes dari matanya.

"kakek, haruskah aku?" Tanya Al kepada kedua kakeknya.

"Apa? Kakek? Kalian sudah saling mengenal?" sebuah suara lembut dari belakang –Ginny Weasley Potter.

"..." Al dan James hanya diam.

"tak perlu kaget Mrs. Potter, apa Al tidak bercerita kepada anda mengenai beberapa hari yang lalu?" Tanya Severus.

"Cerita? Cerita apa? Al, ceritakan pada Dad!" kini suara Harry yang menyela.

"Dad, meleka ciapa?" tiba-tiba seorang anak kecil berusia 5 tahun mengganggu mereka.

"Lily, mereka adalah orang-orang yang sering dad ceritakan kepada mu sebelum kau tidur. Tentang cerita Pangeran dan Putri, dan juga Raja yang Bijak. Kau ingat?" Harry menjelaskan kepada Lily.

"Oooh, aku inat (baca : ingat) tapi kenapa meleka cepelti antu?" Tanya Lily kecil.

"Hm," Harry menghela nafas panjang.

"Lily sayang, yang benar itu hantu, bukan antu." Harry mengelus kepala Lily dan tersenyum.

"Oooh. Jadi meleka antu yah dad? Ily ndak tatut ama antu. Coalna antu na lutu dad! Hhihihihi" kali ini keheningan terpecah oleh kikikan Lily kecil.

Kedua manusia transparan itu berusaha menahan tawa. Tapi tak bisa, sementra Dumbledore tertawa gemas melihat gadis kecil itu. Severus tersenyum dan menutup mulutnya dengan dengan tangannya karena tidak ingin ketahuan sedang tertawa kecil.

"hihihi, Om Antu na ketawa. Jadi cemakin lutu deh. Hihihihi." Ucap Lily.

"Apa yang membuatmu mengatakan kami lucu, Miss Lily?"

"Coalna, Om antu yang pake baju item-item idung na engkok kayak bulung elang. Dan Om antu yang catuna lutu coalna jenggot na panjaangg banget" ucap Lily yang mau tak mau membuat mereka tertawa gemas. –kecuali Snape-

"Al, bisakah apa yang kau alami beberapa hari lalu?" kali ini Harry menatap Al penuh harap.

Al menghela nafas.

"Baiklah, Dad." Jawab Al.

" Jadi begini, 4 hari yang lalu kan dad mengajakku ke makam Profesor Snape dan Profesor Dumbledore. Dan Dad ingat bukan jika aku saat itu lebih lama dipemakaman dan menyuruh dad meninggalkan aku? Ya Dad, saat itu aku sedang berbicara kepada batu nisan yang ada dihadapanku. Aku mengucap terima kasih kepada Profesor Snape dan Profesor Dumbledore saat itu. Tetapi saat aku akan meninggalkan pemakaman, seseorang memanggilku, sosok itu adalah Profesor Snape dan juga ada Profesor Dumbledore di sisi Profesor Snape. Aku begitu kaget dan takut dengan apa yaang aku lihat saat itu. Aku tak percaya. Tapi itu betul-betul nyata. Aku melihat mereka didepanku, melambaikan tangan dan berbicara kepada ku."

"kenapa kau tidak memanggil dad Al?" Tanya Harry kesal.

"maaf dad. Maafkan aku, aku menyesal" Al benar-benar takut karena Harry agak mulai marah saat itu.

"Kau tau sendiri kan Al bagaimana perasaan Al terhadap mereka berdua? Dad merasa bersalah!" kali ini nada bicara Harry mulai naik.

"Tak perlu memarahi anakmu seperti itu, Potter! Aku yang menahannya saat akan memanggilmu. Jadi, kau tidak perlu marah-marah! He just a child!" Severus ganti menatap Al tajam.

"Maafkan aku Profesor, Maafkan aku Al! Aku terbawa emosi." Air mata mulai menetes dari mata Harry lagi.

"tenanglah Harry, paling tidak sekarang kau bisa bertemu mereka lagi bukan?" Ginny menghampiri Harry dan memeluknya agar ia tenang.

"Katakan apa yang ingin kau katakan, Dear." Suara Ginny membisikan kalimat tersebut pada Harry.

"Profesor Snape." Suara Harry.

"Severus saja." Suara Severus dingin.

"Baik, Sev—maksudku Uncle Severus. Maafkan aku, kumohon maafkan aku! Aku salah menilai anda selama ini! Kumohon maafkan aku, aku telah mengatai Anda perkataan yang tidak pantas diucapkan oleh muridnya kepada gurunya. Kumohon maafkan aku. Andalah pahlawan yang sesungguhnya. Bukan saya. Dan terima kasih karena anda mau melindungi saya selama bertahun-tahun dan mengorbankan nyawa anda demi saya. Walaupun saya tau anda melindungi saya karena rasa cinta anda yang begitu besar kepada Mum. Sekali lagi terima kasih." Harry menangis lagi, ia tak sanggup lagi menahan rasa sakit yang berkecamuk didalam hatinya.

"Kau tak pernah salah Potter. Em tunggu, mungki pernah sedikit. Kau wajar jika membenciku, karena aku juga sering menghukummu dan memberi detensi berlebihan. Dan tak perlu berterima kasih. Kau melebih-lebihkan ku dengan Orde of Merlin itu." Jawab Severus santai.

"bolehkan saya memanggil anda, em... Dad?" tanya Harry.

"Dengan senang hati, Harry."

Harry tersenyum lega.

"Terima kasih, Dad."

Severus tersenyum.

Sekarang Harry berjalan menuju profesor Dumbledore.

"Profesor Dumbledore, terima kasih atas semua pengorbanan Anda kepada saya. Bahkan anda sampai rela mati demi semua ini. Dan terima kasih sudah mempercayai saya." Ucap Harry.

"Harry anakku, itu sudah kewajibanku untuk melindungi semua penyihir. Kau sudah menang nak." Ucap Dumbledore.

"Terima kasih, Profesor. Bisakah saya memanggil anda Kakek seperti Al dan semua cucu-cucu ku?" Tanya Harry.

"Itu usul yang bagus, aku setuju. Aku tidak setuju hanya jika kau memanggilku Dad, karena aku sudah 180 tahun." Jawab Dumbledore ringan.

Al masih merasa menyesal, ia akhirnya mengucap sebuah mantra dengan pelan. Excitare hanya bisa dilakukan 3x dalam seumur hidup seseorang.

"Excitare." Suara Al pelan.

Tiba-tiba manusia transparan itu menjadi manusia kembali, walaupun tidak selamanya.

"Peluklah mereka dad, sebelum wktunya habis." Ucap Al pelan.

Tanpa pikir panjang Harry memeluk kakek dan ayah barunya itu. Harry juga menyuruh semua keluarga kecil bahagianya agar melakukan hal yang sama.


TBC


A/N :Oke, sekian dulu chapter dua nya. Emang sih pendek banget, tapi Saya akan berusaha buat yang lebih panjang di chapter and Sorry.

Mind to review?