Merrya Narcissa Bellatrix : halo! Salam kenal juga! Terima kasih sudah suka dengan cerita saya. Saya agak buntu inih bikin ceritanya. Request? Boleh-boleh. Ntar saya bikin fic sepesial buat Mbak Merry. Anyway, thanks for Review and Thanks buat Support-nya.


chandagates : halo! terima kasih yaa.. maklum ya, saya kan masih nyuwbi jadi, masih belum tau gimana nulis ff yang benar. Anyway, Thanks buat masukannya dan Thanks sudah review!


Disclaimer : JK Rowling ! need i say more?

Summary : She's Pregnant


5 bulan kemudian


Pagi yang cerah sunyi, kini telah diramaikan oleh suara yang berasal dari sebuah rumah.

Hueekkk...

Hueekkk..

Terdengar suara muntahan dari seorang wanita yang bernama Rovine Blade. Ia tinggal dirumah Tristan. Tristan tak punya siapa-siapa lagi kecuali adiknya, Ayahnya meninggal karena sakit keras dan ibunya meninggal karena bunuh diri. Adiknya baru berusia 10 tahun. Selama Tristan di Hogwarts, adiknya diasuh oleh neneknya. Tahun depan, Nina Gogh, adik Tristan akan masuk ke Hogwarts.

"Rovine? Are you okay, mate?" Tanya Tristan.

"I dont know, i feel so bad." Rovine menjawab pertanyaan Tristan dari dalam kamar mandi.

"Aku akan mengantarkanmu ke St. Mungo jika kau tidak keberatan." Tristan menawarkan bantuan kepada Rovine.

"Tentu saja, Trist. Aku akan berterima kasih kepadamu jika kau mau mengantarkanku." Jawab Rovine senang.

-Beberapa menit kemudian-

"Nina, aku akan ke St. Mungo mengantarkan Rovine. Ku harap kau tidak menghancurkan rumah ini." Teriak Tristan.

"Baik kak." Jawab anak kecil yang manis itu singkat.


-Di St. Mungo-

Rovine mendaftarkan dirinya di resepsionis. Seorang pegawai resepsionis itu menyuruh Rovine dan Tristan duduk dan menunggu panggilan dari healer masing-masing.

Di ruang tunggu, Rovine teringat kejadian dimalam itu. Dia mengingat saat ia masuk ke ruangan Profesor Snape untuk menanyakan sesuatu, lalu ia meminta firewhiskey kepadanya. Setelah itu ia mengungkapkan perasaannya kepada Profesor Snape dan kami saling berciuman. Setelah itu, aku terbangun di kamar Profesor Snape.

"Apakah, aku hamil anak Profesor Snape?" Pikir Rovine

"Rove, Rove? Kau baik-baik saja?" Tristan membuyarkan lamunannya.

"Oh, maaf. Aku baik-baik saja Tristan." Rovine menjawabnya gugup

"Mrs Blade, Rovine. Silakan masuk." Panggilan tersebut berasal dari sebuah ruangan. Rovine dan Tristan masuk kedalam.

Seorang Healer bernama Kathie Noune memeriksa Rovine selama beberapa saat. Ia begitu terkejut saat memeriksa perut Rovine. Saat selesai memeriksa, Kathie mempersilakan Rovine duduk.

"Selamat Mrs Blade, anda sedang hamil 4 bulan." Ucap Healer itu sambil menjabat tangan Rovine.

"Ap, apa? Bagaimana?" Tristan yang saat itu berada didekat Rovine tak percaya mendengar apa yang baru diucapkan Healer itu.

"Te..Terima Ka..Kasih.. kami permisi dulu, Mrs." Rovine tak kalah kaget mendengar perkataannya. Dugaan Rovine selama beberapa hari ini benar. Ia telah hamil anak dari Kelelawar-Bengkok Si Snape itu.

"Rovine, bagaimana kau..? ah. Ini tidak mungkin! Siapa ayahnya?" Tristan bertanya beruntun. Ia seakan masih tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Tristan, lebih baik kita tidak membicarakannya disini. Ayo ke taman sebentar." Ajak Rovine yang langung menggandeng tangan Tristan.

Mereka duduk disebuah kursi didepan air mancur, dimana banyak sekali anak-anak bermain kejar-kejaran disana.

"Jadi, bisakah kau ceritakan bagaimana kejadiannya dan siapa ayah bayi ini? Apakah Hugo?" tanya Tristan to the point mawon.

"Bukan, Tristan, dia bukan Hugo. Tapi.." ia tak sanggup melanjutkan perkataannya. Bulir air mata mulai jatuh dipipinya, Rovine menangis. Tristan memeluknya agar ia tenang.

"Tenanglah, Rovine. Sekarang ceritalah." Suara Tristan melembut.

"Aku tak tau harus cerita dari mana, Trist." Rovine masih menangis.

"Mungkin, kau bisa mengatakannya sedari awal mungkin." Jawab Tristan.

"Baiklah – dia mengela nafas dan mulai bercerita.-

"Jadi begini, berawal saat sore itu, dimana aku masih di Hogwarts sementara kalian semua sudah berada di rumah. Aku masih penasaran tentang mantra Sectumsempra dan Levicorpus yang tertulis di buku milik Half-Blood Prince, lalu aku menghampiri Profesor Snape dan bertanya tentang mantra itu." Rovine menghela nafas lagi.

"Lalu?" tanya Tristan penasaran.

"saat itu, aku disambut baik olehnya. Tak biasanya dia berlaku baik kepada seorang Gryffindor seperti kita. Tetapi saat itu, ia mempersilakan ku duduk dan menawariku minuman. Aku meminta fire whiskey padanya. Awalnya ia menolak, tapi karena aku memaksa jadi ia memberikannya." Ia terhenti lagi.

"Apa? Kau meminta fire whiskey? Bukannya minuman itu dilarang untuk siswa?" Tanya Tristan.

"Ya, kau benar. Tetapi aku sudah lulus saat itu. Kau ingat kan?" Rovine memandang Tristan aneh.

"Oh, maaf aku lupa. Lanjutkan." Sahut Tristan.

"kau tau kan apa pengaruh wiski api kepada peminumnya? Ya, saat itu aku mabuk dan omonganku mulai ngelantur. Aku menyatakan cintaku padanya. Dan ia menyangkalnya jika aku dalam pengaruh wiski api. Tapi aku menyangkalnya balik. Ia bertanya atas dasar apa aku mengatakan itu semua, dan aku menjawabnya jika aku sudah jatuh cinta kepadanya." Suara ku mulai melemah.

"Apa? Kau menyatakannya?" Tannya Tristan kaget (lagi)

"Ya Tristan. Aku menyatakannya, aku tak mau kehilangan kesempatan seperti itu lagi. Aku menggenggam tangan Profesor Snape, dan aku menatap mata hitamnya itu. tanpa kusadari, bibirku dan bibirnya sudah saling bertemu. Sepertinya ia juga mabuk saat itu. Dan, ia membalas ciumanku itu, dan menggendongku ke kamar pribadinya. Aku sudah tak ingat apa yang terjadi saat itu." Jelas Rovine singkat.

"APA? DIA AYAH DARI BAYI YANG KAU KANDUNG INI? YA TUHAN!" Tristan amat-sangat kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya dengan Kelelawar-Bengkok itu.

"Shhhtttt. Jangan keras-keras! Aku tak mau orang lain tau akan hal ini." Rovine menyuruh Tristan agar tidak bicara keras-keras dengan menunjukan jarinya dibibirnya.

"Maaf, aku kaget sekali mendengar perkataanmu itu. Lalu, apa yang terjadi saat kau sudah terbangun?" Tanya Tristan lebih lanjut.

"Saat aku terbangun, aku sangat kaget. Aku terbangun dengan background kamar yang berbeda dan aku melihat Profesor Snape membelakangiku. Dia menangis mungkin, tapi entahlah. Lalu ia meminta maaf kepadaku. Dia juga bilang jika ia akan bertanggung jawab dengan menikahiku. Tetapi aku menolaknya, aku tak mau ia menikahiku karena bayi ini, tetapi karena ia menginginkan aku." Jawab Rovine.

"Aaapa? Kau memang gila! Lalu bagaimana nasib anak didalam kandunganmu itu, Vine? Kau harus memberi tahunya." Kata Tristan.

"Tidak, aku tidak ingin ia sedih. Ia tak mencintaiku Trist." Ucap Rovine lemah.

"Lalu, apakah kau ingin anak itu tumbuh tanpa ayah?" Tanya Tristan emosi.

"Tentu saja tidak! Aku akan meminta bantuan kepada kementrian untuk mengadopsikan bayi ini kepada orang lain, jauh dari sini." Jelas Rovine.

"Memangnya, dia mau kau titipkan di negara mana?" Tanya Tristan.

"Entahlah, aku pikir di Asia saja." Jelas Rovine.

"Bagaimana jika ia kelak akan mengetahui segalanya?" tanya Tristan lagi.

"Aku akan meminta orang tua angkatnya untuk mengatakan yang sebenarnya jika umurnya sudah 17 tahun. Aku akan mengirimkan tabungan khusus untuk anak ini, dimana hanya dia yang bisa mengambil harta itu jika sudah 17 tahun." Jelas Rovine lagi.

"Baiklah, apapun yang kau lakukan, libatkan aku ya?" Pinta Tristan.

"kenapa?" Rovine bertanya heran.

"Aku kan sahabatmu, jadi apapun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu." Terang Tristan sambil tersenyum.


-di kementrian-

Rovine dan Tristan datang ke kementrian untuk menyelesaikan semuanya. Mereka datang untuk menemui Willem Harcrom. Tristan bersedia menolong Rovine untuk menyamar sebagai ayah bayi dalam kandungannya itu. walaupun ia tahu benar resikonya sangat besar, tetapi ini demi kebaikan bayi itu agar hidup bahagia kelak.

"Permisi, Mr and Mrs ada yang bisa saya bantu?" seorang wanita yang ramah menyapa mereka.

"Ehm, tentu ma'am. Kami ingin bertemu dengan Mr. Willem Harcrom. Kami sudah membuat janji dengan beliau." Jawab Rovine tenang.

"Baik, silakan tunggu sebentar. Saya akan sambungkan kepada Mr Harcrom." Wanita itu beranjak menuju mejanya lagi.

"Baik." Jawab Tristan.

Mereka –Tristan dan Rovine menunggu sambil memikirkan siapa nama anak ini jika ia seorang perempuan.

"Rovine, kalau aku boleh tau siapa nama anak ini kelak?" Tanya Tristan ingin tau.

"Sini, dekatkan telingamu. Aku tak mau orang lain dengar."

"Bsszzh.. bsszzhh.." suara bisikan itu membuat Tristan geli.

"Err, kenapa kau memberi namaku di anakmu, Rove?" Tanya Tristan.

"Kau kan sahabat terbaikku Tristaan." Jawab Rovine

"Emm, baiklah. Aku hargai itu. terima kasih ya." Sahut Tristan.

"Mrs and Mr Gogh, silakan masuk." Suara pria paruh baya mengganggu mereka.

Mereka mengikuti ajakan Mr. Willem. Mr Willem mempersilakan mereka duduk.

"Ada yang bisa saya bantu, Mr and Mrs Gogh?" Tanya Mr Willem ramah. Ia sepertinya adalah orang yang ramah.

"Saya hamil, Sir." Jawab Rovine gugup.

Mr Willem tertawa kering. "Ya, Madam, saya tau. Karena itu Anda kesini. Maksud saya, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?"

Tristan menyeringai kecut. "Kami ingin mengadopsikan anak kami kepada orang lain. Kami terlalu miskin untuk merawat anak ini. Jadi, kami pikir, ini adalah jalan terbaik untuk membuat anak kami bahagia kelak." Jawab Tristan pasrah, dan sedih. Tentu saja itu hanya akting.

"I see, lalu siapa yang akan mengadopsi anak anda?" Tanya Willem.

"Kami akan menaruhnya di luar Inggris, Sir. Tepatnya di Indonesia." Kali ini Rovine menangis.

"Kenapa anda ingin mengadopsikan Anak Anda ke Indonesia? Itu kan jauh Mrs, Mr?" Willem penasaran

"Uhh, kami ingin anak kami tumbuh hidup di sebuah pedesaan yang segar, Sir. Saya rasa Indonesia adalah tempat yang cocok." Rovine berusaha mencar-cari alasan.

"oh, kalian benar-benar peduli dengan anak kalian ya. Oke, langsung saja ya, silakan isi formulir ini dan beri cap darah anda di sini." Ucap Willem sambil memberikan beberapa lembar perkamen.

Mereka selesai mengisi perkamen itu, meninggalkan kementrian dan berterima kasih kepada Willem. Mereka akan kembali ke-kementrian saat anak Rovine lahir.


-6 bulan kemudian-


"Tristaaaaaaaaaaaaaaaannnnnn!" Rovine menjerit kesakitan.

"ada apa Rovine? Ups, kurasa kau akan melahirkan. Aku akan memanggil Healer."

Tristan memanggil seorang healer yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia dan healer itu berlari secepat mungkin kerumah Tristan. Nina menemani Rovine yang sedang merintih kesakitan itu.

"Ya Tuhan." Healer itu bergegas menangani calon ibu tersebut.

"Aaaarrggggghhhhhhhhh..." Rovine berteriak.


-Sementara itu di Hogwarts-

Saat itu, Severus sedang santai diruangannya, tiba-tiba punggungnya sakiit sekali[1]. Bahkan ia sampai meneteskan air mata. Itu lebih sakit dari kutukan apapun. Severus mencoba untuk tidak berteriak, ia tidak mau orang lain tau jika seorang Potion Master merintih kesakitan. Ia tak mau reputasi nya turun. Kurang lebih, begitulah pikiran Snape.

Hampir 45 menit berlalu, tetapi rasa sakitnya tak kunjung pergi. Malah, yang dirasakannya semakin menjadi-jadi. Ia merangkak menuju persediaan ramuannya untuk mengambil penghilang rasa sakit. Tetapi ia tak sanggup, ia meronta-ronta menggeliat seperti cacing kepanasan.

Ia tak bisa bernafas, Severus berfikir jika ia akan diambil nyawanya hari itu. tetapi sebenarnya tidak.


-Back To Tristan house's-

Tristan, Nina, dan nenek-nya Tristan menunggu dengan harap-harap cemas. Tristan tidak bisa duduk, ia mondar-mandir sambil berdoa jika anak Rovine akan lahir dengan selamat, dan Rovine akan baik-baik saja.

"Sudahlah, Tristan. Duduklah, ia pasti akan selamat." Suara Nenek Tristan –Lissa Gogh- menenangkan cucunya itu.

"Betul apa kata nenek, kak. Kak Rovine pasti akan baik-baik saja." Nina menambah agar kakanya bisa tenang.

"Oh, ayolah. Bagaimana kalian bisa tenang begitu sedangkan didalam ada seseorang yang sedang melahirkan dan bertaruh nyawa?" Tristan panik.

"Tristan, nenek juga pernah melahirkan. Ingat itu!" celetus nenek

Oweek, oweeek, oweekk..

Sebuah suara tangis bayi terdengar dari dalam ruangan.


-Severus PoV-

"Sudah? Sudah selesai? Akhirnya. Itu benar-benar sakit sekali, melebihi Cruciatus ataupun Sectumsempra.

Entah, kenapa sekarang aku merasa ada kebahagiaan yang datang menyelimuti hatiku. Seingatku, hari ini aku sedang marah-marah karena ada murid yang meledakkan kuali lagi. Aku merasa seperti, dilahirkan kembali. Aku tak pernah merasa sebahagia dan sebaik ini sebelumnya. Yah, aku berharap jika aku akan seperti ini setiap hari. Tetapi untuk rasa sakit itu, aku tak mau lagi. Itu membuatku sangat, Ah! Kalian takkan bisa membayangkan betapa sakitnya tadi. Bagaikan tulang rusuk dan tulang punggungmu diambil dan dipatahkan secara paksa dan sedikit demi sedikit. Aku tak tau bagaimana bisa aku sakit tiba-tiba seperti itu, aku tau persis jika aku tak punya penyakit kronis. Tapi yang tadi itu, bagaimana bisa?"

Normal PoV

"Akhirnya, aku bisa melihatnya." Rovine memandang bayi yang sedang dibersihkan itu. Ia seperti melihat, Miniatur Snape?"


Tu bi kontinyu


A/N : Haloooooooooooooooooooooo! Cepet banget yah, update nya! Ehehe.

Chapter berikutnya adalah *jeng jeng jeng jeng jeng* pemberian nama dan penitipan anak Rovine. Riddle muncul chapter 3 yaa. Maaf kalau gaje, typos atau ada kesalahan yang lain.

Review?


[1] Saya di kasih tau oleh guru saya jika terkadang seorang ibu yang sedang melahirkan, rasa sakit itu dirasakan oleh suaminya. Dan sang istri tidak kesakitan. Beliau merasakannya sendiri saat menunggu kelahiran anak pertama-beliau.