.
Blue Periwinkle
(Awal persahabatan).
.
Discalimer : Nah! Still don't own it
Warning : Typo(sss) dan bahasa Indonesia yang buka EYD
.
.
Don't walk behind me, I may not lead
Don't walk after me, I may not Follow
Just walk beside me and be my friends
.
.
Na.. Tsu..na..Tsuna.."
krrriiinnngg.. krrriiiinnggg
Tubuh Tsuna terasa di guncang guncangkan, Siapa yang berani membangunkannya? Apa orang itu tidak tahu dari kemarin Tsuna kekurangan tidur? Dan sekarang saat sedang enak-enaknya berani di bangunkan?.
"Tsuna..TSUNA!"
krrriiinnggg..
Tsuna mengeram kesal "Diam!" teriaknya, lalu ditepis tangan yang mengguncang guncangkan badannya dengan kasar. Sambil merajuk karena kesal karena diganggu, Tsuna menutup kepalanya dengan selimut tebal oranye kesayangannya.
"TSUNAAAAA! SEKOLAH!"
Kriiinnnggg.. kriiing
Ah iya.. hari ini dia perlu sekolah. Sial.. Padahal ini pertama kalinya dia tertidur pulsa selama satu Minggu. Ini semua gara-gara mimpi-mimpi aneh itu. " 5 menit lagi"Kata Tsuna pelan, dia masih ingin menikmati kasur kesayanganya itu.
"TSUNAAAA! BANGUN! INI SUDAH JAM SETENGAH SEMBILAAAANNN LEWATTT!"
KRRRIIIINGGG.. KRIIINGGG
" 5...menit.. lagi," bantahnya kesal, memang kenapa kalau sudah setengah 9? Hanya 5 menit saja kenapa tidak bisa ditunggu? lagi pula bunyi apa itu kring kring? Mengganggu saja.
Tiba-tiba secara paksa selimut yang Tsuna gunakan diangkat dari kepalanya dan ditarik, udara dingin pagi menyerang seluruh badan Tsuna yang tadinya hangat di bawah selimut. Karena kedinginan Tsuna memuluk tubuhnya dan meringkuk seperti bola.
"TSUNAAA! SEKOLAH MULAI JAM SEMBILAN! "
KRIIIIINGGGGG..KRRRIIINNGG
Tsuna mengedipkan matanya sekali.. dua kali.. dan tersadar "SIAAAALLL!" makinya kasar lalu segera berlari menuju kamar mandi meninggalkan Saudara kembarnya.
Mitsu hanya diam terkejut melihat kelakuan Saudaranya, sejak Nana pindah ke Italia biasanya Tsuna yang membangunkan Mitsu dan membuat sarapan serta bekal untuk makan siang, tapi kenapa dia bisa ketiduran sampai seperti ini?.
Mitsu melirik ke arah Jam weker Tsuna yang bertuliskan 08.31 dan masih berdering, biasanya Tsuna memasang alarm pukul 7.30 . Sambil menghela nafas Mitsu mematikan jam weker tersebut dan turun untuk menyiapkan sarapan untuk Tsuna.
Saat Saudara kembarnya sedang kebingungan dengan perilaku Tsuna yang tidak biasa ,Tsuna sendiri sedang cepat-cepat menggosok giginya dan memakai baju ganti dalam waktu 3 menit.
Setelah selesai dia segera kembali ke kamar, mengambil tas ransel sekolah berwarna hitam dan berlari lagi ke ruang makan tempat Mitsu menunggu. Tapi di saat seperti ini, seperti biasa dia terpeleset di tangga dan terjatuh dengan sukses dengan kepala di lantai.
Tanpa memperdulikan rasa sakit di kepalanya yang terhantam lantai, Tsuna tetap berlari ke arah meja makan. Di sana tersedia roti yang sudah diolesi cream coklat oleh Mitsu . Dengan cepat Tsuna mengambil Roti itu dan memasukannya ke dalam mulut.
"Uhuk!Uhuk!"
Dan seperti biasa, lagi- lagi Tsuna tersedak roti yang dia makan dengan sekali lahap. Mitsu yang sudah terbiasa melihat kelakuan Tsuna secara otomatis menggerakkan badannya dan menyiapkan segelas air.
Dengan terburu-buru Tsuna meminum minuman yang diberikan Mitsu. Sambil menunggu Kakak kembarnya meneguk habis minuman yang diberikan, Mitsu melihat ke arah jamnya dan memakai sepatu.
08.38
7 menit untuk siap-siap berangkat sekolah termaksud sarapan. Mitsu bersenandung sendiri untuk rekor baru Tsuna, sudah lama dia tidak menghitungnya.
Setelah selesai memakai sepatu Mitsu segera berlari keluar rumah yang diikuti oleh Tsuna dengan mata berkaca-kaca karena habis tersedak sarapan.
Teng.. Tong..Teng.. Teng..
"Ayo Tsuna sedikit lagi kita sampai!" teriak Mitsu yang sekarang berjarak sekitar 2 meter dari gerbang sekolah.
Tsuna hanya mengangguk ke arah saudaranya tapi saat mereka sudah berada di pintu gerbang mereka di sambut oleh seorang anak laki-laki berambut hitam dengan tonfa berada di depan muka mereka.
"Herbivora"
Secara otomatis badan mereka berdua membatu di depan anak laki-laki itu " Hi..Hibari-san!" Teriak Tsuna dengan badan yang gemetaran.
Sedangkan Mitsu hanya terdiam di sebelahnya dengan muka biru pucat dengan ekspresi,' Inilah saatnya aku mati'.
"Herbivora," Ulang ketua disiplin SD Namimori. " Kalian berdua terlambat, "Katanya dengan nada dingin yang tidak mungkin dimiliki anak- anak seusianya.
Tsuna melirik ke arah saudaranya. Dia Merasa bersalah karena dia terlambat bangun dan menyebabkan saudaranya juga ikut terlambat. Tsuna menghela nafasnya untuk menenangkan hatinya "Hi.. Hibari-san," Kata Tsuna terbata – bata.
"Ano.. Mitsu ter..terlambat ka..karena aku," Kata Tsuna mencoba melindungi saudaranya yang setengah nyawanya sudah menghilang entah kemana karena ketakutan.
Hibari tidak berkata apa-apa melainkan hanya menatap Tsuna. Merasa itu tanda bahwa Hibari mendengarkan, Tsuna melanjutkan ceritanya. "Ha..Hari ini aku terlambat ka..karena semalam Mi..Mimpi buruk.. dan Mi..Mitsu me.. menungguku u..untuk kese..sekolah"
"Lalu apa masalahku Herbivora?" kata Hibari dengan Ekspresi tidak tertarik.
Walaupun badannya gemetaran Tsuna memandang langsung ke mata Hibari, "A..Aku akan menanggung hu..hukumannya karena itu tolong biarkan Mi..Mitsu masuk"
Hibari hanya terdiam melihat ke arah mata Tsuna lalu tersenyum tipis... atau.. menyeringai? Sepertinya yang terakhir karena matanya menatap Tsuna seperti makhluk aneh yang menarik.
Mitsu tiba- tiba tersadar dari khayalan akan kematiannya di tangan Hibari karena perkataan Tsuna, "Hah?! Tsu.. Tsuna ja-"
"Baiklah Herbivora," Hibari memotong perkataan Mitsu dan menunjuk ke arah Mitsu dengan Tonfanya. " Kau boleh masuk," lalu mengarahkan Tonfanya ke arah Tsuna," Dan kau ikut aku"
Sebelum Mitsu bisa memprotes keputusan Tsuna, Hibari mengirimkan Tatapan tajam yang mengatakan ' Masuk atau Mati'
Mitsu menatap ke arah Tsuna yang memberinya anggukan, " Kaukan ada kencan hari ini, tidak mungkin kau ingin menemui Kyoko-chan dengan tampang hancur bukan?" kata Tsuna bercanda.
Mitsu tetap menatap ke arah mata Tsuna dengan setengah hati dia berlari masuk ke sekolah sambil berteriak," Besok akan kuteraktir Ice Cream sepuasnya!"
Senyuman Tsuna menghilang bersamaan saat Mitsu menghilang dari pandangannya. Sejujurnya dia sangat takut, Sangaaaaat sangat dan sangat takut, tidak mungkin ada orang yang tidak takut bila berhadapan dengan Hibari meskipun itu adalah orang dewasa. tetapi dia tidak menyesal akan keputusannya bagaimanapun Mitsu terlambat karena salah dia.
"Herbivora ikut aku," kata Hibari tanpa berkata apa-apa lagi dan berjalan ke arah sekolah. Tsuna yang sudah menyerahkan hidupnya di tangan yang kuasa hanya bisa mengikutinya dari belakang tanpa protes.
Mereka berjalan melewati lorong dan naik ke lantai dua lalu setelah beberapa persimpangan dan sampai di depan ruang ' Komite Disiplin Mamori'
Hibari membuka pintu ruangan itu tanpa melirik ke arah Tsuna seolah-olah dia tahu bahwa Tsuna tidak akan kabur.
Tsuna mengikuti Hibari masuk ke dalam ruangan itu, setelah pintu ditutup Hibari duduk di kursi putar kulit hitamnya yang berada di belakang meja kayu. Tanpa ekspresi Hibari menunjuk ke arah kursi kayu yang berada tepat di depan mejanya.
Merasa itu tanda bahwa Hibari menyuruhnya duduk ,Tsuna mengikutinya dan duduk di kursi kayu di depan Hibari.
Hibari tidak berkata apa dan menaikan kakinya ke meja kayu itu. Dia menatap mata Tsuna seolah-olah sedang berpikir akan sesuatu yang penting.
Setelah beberapa menit tidak ada satupun dari mereka yang memecahkan keheningan yang menurut Tsuna sangat mencekam. Keringat dingin menetes dari wajah Tsuna.
Akhirnya karena tidak tahan akhirnya Tsuna yang memecahkan keheningan, "A..ano Hibari-san," Lagi-lagi dia berbicara terbata-bata.
"Herbivora," Kata Hibari sambil menurunkan kakinya dari meja yang diganti dengan sikunya lalu dia menyadarkan dagu di atas tangannya.
Tsuna setengah meloncat saat dia dipanggil, "Ha..Hai?" jawabnya lemah.
Hibari membuka laci meja yang berada di sebelahnya dan menaruh beberapa berkas di depan Tsuna, " kau.. bereskan ini," Perintah Hibari sambil menunjuk tumpukan kertas dengan tonfanya. "Urutkan ini sesuai nama Siswa, Umur, Grade serta nomer telefon lalu ketik semua data tadi ke laptop ini," dengan kasar Hibari mendorong Laptop yang berada di bagian kanan mejanya.
"Lalu setelah itu kerjakan form yang ada di laptop itu sesuai dengan keahlian siswa masing-masing dan berikan keterangan yang berada di data ini," Hibari menarik Timbunan Dokumen dari laci mejanya dan menaruhnya di depan Tsuna.
Tsuna hanya bisa terdiam melihat ke arah Hibari dan dengan segala macam pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya, Tsuna hanya bisa berkata, "Huh?"
Sambil memukul mejanya dan membuat dokumen- dokumen yang berada di depannya serta Tsuna Meloncat ,Hibari memberikan tatapan tajam ke arah Tsuna ."Cepat selesaikan," katanya pendek.
Dengan anggukan cepat, Tsuna segera membuka dan menyalakan Laptop berwarna putih dengan line silver di pinggiran dan logo Apple di tengah milik Hibari dan mulai menyibukan diri dengan pekerjaanya.
Karena ketakutan akan tatapan Hibari, Otak Tsuna hanya berpikir satu hal yaitu segera menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan (secara paksa) oleh Hirbari dan tanpa sengaja dia mengerjakan dengan mode profesional seperti saat dia berkerja di rumah.
Saat melihat hal ini Hibari lagi-lagi memberikan seringai puas ke arah Tsuna, " Herbivora, mulai hari ini kau menjadi asisten Komite Disiplin".
Karena terkejut Tsuna berhenti berkerja dan menatap ke arah Hibari dengan tatapan tidak pasti, " Maaf?" katanya seolah-olah tidak mendengar perkataan Hibari tadi.
"Apa perlu kuulangi Herbivora?" Lagi-lagi Hibari memberikannya Tatapan Tajam yang membuat Tsuna menggelengkan kepalanya dengan cepat dan memulai pekerjaanya lagi.
"Tugasmu mudah," Kata Hibari tiba-tiba, " Kau hanya perlu merapikan dokumen-dokumen yang masuk ke Komite Disiplin, menyusunnya ulang dokumen-dokumen itu dan mengerjakan beberapa form di waktu Istirahat mulai hari ini lalu setelah itu beberapa kali dalam seminggu kau akan ikut aku berpatroli di Namimori"
"Berpatroli?"
"Kau akan Berpatroli bersama Kusakabe atau bersamaku tergantung keadaan," Jelas Hibari lalu mengirimkan Tatapan yang sangat tajam melebihi yang sebelumnya ,Tatapan yang bahkan bisa membuat anjing kabur karena ketakutan.
Sedangkan Tsuna karena dia bukan anjing dan tidak mempunyai nyali untuk kabur hanya bisa menelan ludah "Dan jangan pernah berpikir untuk membolos dari tugasmu,"katanya dengan nada tajam. Tsuna ingin bertanya siapa itu Kusakabe yang Hibari bicarakan dan apa yang akan mereka lakukan saat berpatroli tapi entah mengapa Tsuna merasa lebih baik untuk tidak bertanya dan membiarkan waktu yang menjawabnya.
Dengan lemah lagi-lagi Tsuna hanya bisa mengangguk pasrah.
Setelah selesai mengurutkan data-data siswa, Tsuna segera diusir dari rungan Komite Disiplin oleh Hibari dengan alasan ' Aku tidak ingin Herbivora menjadi semakin Herbivora' walaupun Tsuna tidak tahu apa maksud Hibari dengan Herbivora ,dia tahu bahwa Hibari menghinanya. Yah.. Paling tidak dia lega karena sekarang bisa terbebas dari tatapan kematian Hibari.
Tsuna menghela nafasnya lalu membuka pintu kelasnya,otomatis semua tatapan mengarah ke arah Tsuna. Dia benci saat menjadi pusat perhatian seperti saat ini.
"Sawada, Kau telat hampir setengah jam bisa jelaskan apa yang terjadi?" Tanya Guru perempuan berkacamata yang sedang memegang buku sejarah.
Tsuna hanya memberikan tatapan sekilas dan menjawabnya dengan satu kata "Hibari"
Seluruh anak-anak satu kelas bersama guru perempuan itu hanya bisa mengangguk, tanda mengerti apa yang terjadi, "Baiklah, tolong duduk di tempatmu dan buka halaman 27," kata guru perempuan itu dengan muka penuh pengertian.
Dengan lemah Tsuna berjalan ke bangkunya dan menaruh tasnya di meja untuk mengeluarkan buku sejarahnya.
"Ah.. Sawada,pekerjaan rumah kemarin tolong di kumpulkan di meja guru"
Tsuna mengangguk lemah dan mencari pekerjaan rumah yang kemarin dia kerjakan asal-asalan karena sakit kepala.
"..."
Muka Tsuna berubah pucat, dengan cepat dia mengeluarkan seluruh isi tasnya ke atas meja belajar dan mencari pekerjaan rumahnya di antara tumpukan buku.
"Ada apa Sawada?"
Tsuna menelan ludahnya , "Se..Sensei.. Pekerjaan Rumahku ketinggalan," dalam hati Tsuna bertanya apakah Minggu ini bisa lebih buruk?
Dan tentu saja bisa.
Tsuna benar-benar mengutuk keberuntungannya, apa secara tidak sadar dia menyinggung dewi keberuntungan hingga dia dikutuk seperti ini?
Sambil terengah-engah Tsuna berlari sekuat tenaganya, keringat bercucuran di wajahnya,nafasnya tersengal sengal karena tidak terbiasa melakukan pekerjaan fisik.
'Sial! Sial! Sial!' Maki Tsuna dalam hati.
Tapi bagaimanapun dia berlari musuh bebuyutannya yang satu ini tetap mengejarnya tanpa ampun seolah-olah Tsuna adalah mangsanya, yah.. walaupun memang begitu keadaannya.
Tsuna tahu dia tidak akan bisa lari untuk selamanya apalagi tenaga yang dimiliki Tsuna sangat terbatas.
Akhirnya karena dia tidak tahan lagi,Tsuna menarik nafas panjang dan berteriak "TOLLLOOOONGG! SIAPA SAJA SINGKIRKAN ANJING INI!"
Anjing Cihuahaha Coklat yang dari tadi mengejarnya hanya menggonggong dari belakang, seolah-olah menertawakan teriakan minta tolong Tsuna.
Orang-orang pejalan kaki di dekat Tsuna hanya bisa tertegun melihat pemandangan itu dan berjalan tidak peduli.
Tsuna berlari melewati perempatan, 6 Blok lagi dan dia akan aman di rumah pikir Tsuna senang tapi sayang di Blok ketiga Tsuna dihadang anjing Bulldog hitam besar, air liur menetes dari mulutnya dan matanya! Matanya berwarna MERAH!.
'TIDAAAAKKK! AKU BELUM MAU MATI! BELUM MAU!'teriak Tsuna dalam hati dengan mata berkaca-kaca.
"TOLOOOONGGG!"
"Huh?" Tanya Mitsu bingung.
"Ada apa Mi-kun?"
Mitsu menggelengkan kepalanya, " Tidak ada apa-apa Kyoko-chan hanya saja tadi sepertinya aku mendengar suara Tsuna.. Tapi mungkin itu hanya perasaan saja," jelas Mitsu sambil mengangkat bahunya.
Kyoko hanya menganggukan kepalanya, "Kalian benar-benar akur ya Mi-kun," katanya Sambil tersenyum manis.
Thump..
Muka Mitsu langsung memerah melihat senyuman manis Kyoko menjawabnya dengan terbata- bata, "uhm..i.. iya"
Kyoko berjalan mendekati Mitsu dan melihat ke arah matanya, "Mi-kun~" panggilnya manja.
Thump..Thump..Thump..
"A..apa Kyo..Kyoko-chan?" Mitsu memutar matanya karena gugup, jantung Mitsu sudah hampir mau copot hanya karena dipanggil.
Kyoko Tertawa kecil dan mengambil dua langkah kebelakang memberikan Mitsu jarak, "Apa kau sudah menentukannya apa yang kau ingin beli?"
Mitsu menghela nafas dan membiarkan warna di wajahnya kembali normal, "Belum Kyoko-chan, aku bingung apa yang harus aku beli untuknya".
Kyoko hanya mengangguk, "Bagaimana kalau baju atau Topi?"
Sambil menghela nafasnya Mitsu menggelengkan kepalanya, "Dia sudah punya banyak di rumah lagi pula aku juga memberinya Topi tahun lalu dan Baju 3 tahun yang lalu"
"Ya sudahlah.. Kita jalan saja dulu nanti pasti dapat sesuatu yang menarik," Jawab Kyoko menenangkan Mitsu.
"Baiklah Kyoko-chan," Kata Mitsu senang dan berjalan di sebelah Kyoko, tangannya yang dari tadi berkeringat dikeluarkan dari dalam katung celananya.
Sekarang Kyoko dan Mitsu sudah berpacaran hampir 1 tahun lamanya tapi sayangnya Mitsu terlalu takut.. Ok, PENGECUT untuk mengambil langkah ke depan. Jangankan cium pipi berpegangan tangan saja tidak pernah!
Walaupun waktunya tidak tepat Mitsu bertekad untuk memegang tangan Kyoko hari ini. Hari ini! Mitsu mengangguk pada dirinya sendiri setuju akan pemikirannya.
'Tapi... bagaimana kalau Kyoko tidak mau? Tapi itukan hanya berpegangan tangan bukan sesuatu yang besar bukan?'
Mata Mitsu melirik ke arah Kyoko yang sedang santai berjalan dan melihat - lihat toko serta warung-warung kecildi jalan lalu melirik ke tangan kecil yang bergantung bebas di pinggiran badannya yang mungil.
'Tapi.. tapi. Bagaimana kalau Kyoko-chan marah?!.'
Mitsu mengacak-ngacak rambutnya karena frustrasi, 'ARGHHH! kenapa semuanya serba sulit?!'
"-Kun..Mi-Kun..Mi-Kun?"
Mitsu sadar dan berhenti berbicara pada dirinya sendiri "A..Ada apa Kyoko-chan?"
Jari tangan Kyoko menunjuk salah satu toko di pinggiran jalan "Bagaimana kalau itu?"
Mitsu hanya tertegun sebentar melihat toko itu lalu berubah menjadi senyuman dan mengangguk "hu uh!"
Tsuna menghela nafas panjangnya menyandarkan dirinya di kursi taman, "Hampir saja.." Kata Tsuna terengah engah.
"Ini untukmu" kata seorang anak laki-laki sebaya dengannya memberikan Tsuna sebotol air putih.
Tsuna mengucapkan terima kasih pelan dan meminumnya sampai habis, setelah habis Tsuna melirik ke arah anak laki-laki itu dan tersenyum, "Untung saja kau datang.. kalau tidak mungkin aku akan dimakan oleh anjing itu"
Anak laki-laki itu hanya tertawa garing mendengar cerita Tsuna. "Tapi Kau tidak apa-apa bukan?" Tanyanya khawatir
Tsuna hanya mengangguk, "Lalu bagaimana dengan sepedamu? Apa bisa digunakan lagi?"
"Tentu saja masih bisa.. Hanya sedikit penyok saat digunakan untuk menabrak anjing itu dan saat kita kabur menuruni tangga"
Tsuna Hanya tertawa garing mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
Flash back
"TOLOOOONGG!" Teriak Tsuna ketakutan setengah mati lalu menoleh ke belakang hanya untuk melihat bahwa anjing Bulldog hitam itu sudah hampir mengunyah baju Tsuna.
"AWAAASSS!" tiba-tiba dari sebelah kanan Tsuna dilewati seorang anak laki-laki dengan rambut merah mengendarai sepeda dengan kecepatan penuh.
Lalu tanpa rasa kasihan sedikitpun anak itu menabrak anjing Bulldog itu dengan sepedanya.
"HIIIEEEEE!" teriak Tsuna kaget melihat anjing hitam yang tadi baru saja mengejarnya melayang di udara selama beberapa detik.
BUMP!
Dan dengan suara yang keras anjing itu jatuh ke aspal. Anak berambut merah itu terdiam selama beberapa saat dan melihat ke arah anjing itu terjatuh.
BUMP!
Dia juga ikut terjatuh ke tanah tiba-tiba .
"HIEEEE!" jerit Tsuna kaget elihat penolongnya jatuh tiba-tiba. Dia segera berlari, takut terjadi apa-apa dengan penolongnya, "Kau tidak apa-apa?!" tanya Tsuna khawatir.
Anak itu meringkukan dirinya seperti bola dan memegangi perutnya "Aduh! Aduh!"
"Hei! Kau tidak apa?" Tanya Tsuna semakin khawatir melihat kondisi anak itu, "Apa perlu aku panggil ambulans?".
Anak itu menggeleng lemas "Tidak a..pa- apa.. Ini sudah biasa.. ka.. kalau sedang gugup perutku memang sering sakit"
Tsuna menaikan alis kananya karena skeptis mendengar jawaban anak itu tapi saat dia melihat tidak ada luka di tubuh anak laki-laki itu Tsuna menghela nafasnya lega karena penolongnya benar-benar baik-baik saja.
Tapi tiba-tiba muka Tsuna berubah pucat dan menunjuk ke arah anjing bermata merah tadi terjatuh dengan tangan dan tubuh yang gemetaran.
Anak berambut merah itu melihat ke arah anjing itu, mukanya berubah tambah pucat.
Anjing yang tadi di tabraknya dengan sepeda tadi sekarang sadar dan berdiri di kakinya sendiri, Air liur semakin mengalir deras dari mulutnya, Mata merahnya menatap ke arah Tsuna dan penolongnya dan mulutnya.. mulutnya melengkung naik.. Apa.. Apa anjing itu.. MENYERINGAI?!
"Mu..MUSTAHIL! TADI AKU MENABRAKNYA DENGAN SEKUAT TENAGA!PALING TIDAK SEHARUSNYA DIA PINGSAN!" teriak anak berambut merah itu.
Dengan cepat Tsuna segera mendirikan sepeda anak laki-laki itu yang tergeletak tidak bersalah di tanah itu "CEPAT NAIK!" perintahnya.
...
Tsuna hanya mengangguk lemah. Mengutuk anjing itu dan merasa bersalah dengan anak laki-laki yang baru saja menyelamatkannya, "Akan kugantikan nanti sepedamu," Katanya pelan.
Laki-laki berkacamata itu hanya menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu.. Aku bisa membetulkannya sendiri.. lagi pula kita teman bukan?"
Tsuna mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar kata 'Teman'.
"Tapi.. kita baru bertemu bukan?" tanya Tsuna heran.
Anak laki-laki berambut merah hanya menatapnya bingung "Lalu kenapa? Tidak apa-apakan berteman?"
Hati Tsuna terasa hangat saat anak laki-laki itu mengatakan kata ' Teman' tapi segera dia tepis jauh-jauh perasaan itu, kalau seandainya anak itu tahu bahwa dia adalah pecundang di sekolahnya tidak mungkin dia ingin berteman dengan Tsuna.
Penyelamat itu sepertinya sadar bahwa tiba-tiba suasana hati Tsuna menjadi gelap "Ka..kalau kau tidak ingin menjadi temanku juga tidak apa-apa" katanya dengan cepat takut menyinggung perasaan Tsuna.
Tsuna menggelengkan kepalanya "Bukan.. Hanya saja..Kau tidak mungkin mau berteman denganku"
Anak laki-laki itu melihat ke arah Tsuna seperti Tsuna adalah ALIEN yang tidak dapat dimengertinya, "Kenapa aku tidak mau berteman denganmu?"
Tsuna tersenyum sedih, "kalau kau tahu bahwa di sekolah aku adalah pecundang yang tidak berguna.. kau pasti tidak ingin berteman denganku"
Mereka berdua terdiam, saling menatap satu sama lain. Tidak ada yang memecahkan keheningan.
Anak laki laki itu duduk di sebelah Tsuna dan bersandar di kursi. Matanya menatap ke arah langit yang berwarna oranye yang indah, warna kesukaan Tsuna.
"Aku mempunya mimpi sebagai pemusik" Kata pemuda itu tiba-tiba.
Mendengar itu bukan jawaban yang di harapkan, Tsuna hanya bisa mengeluarkan suara "Huh?"
Anak itu mengangguk, "Lalu aku memberi tahu orang tuaku mereka bilang 'Mimpi yang bagus sekali, kita bangga mempunyai anak sepertimu'
Saat aku memberi tahu orang tuaku aku kira mereka akan menolak keputusanku dan berkata bahwa pekerjaan itu tidak akan menghasilkan uang secara stabil, terlalu banyak yang harus dikorbankan dan sebagainya...
Rasanya sangat lega saat mereka menerima mimpiku dan karena mereka berkata seperti itu, mimpiku untuk menjadi pemusik semakin tinggi bahkan aku menulisnya di forum karir sekolah, aku bangga dengan mimpiku dan aku berkerja keras untuk itu".
Tiba-tiba suara anak itu menjadi serak, "Tapi semuanya berubah saat orang tuaku dipanggil ke sekolah untuk merundingkan keputusanku dengan guru dan kepala itu aku yakin orang tuaku akan mendukungku sepenuhnya," Anak laki-laki itu menghela nafasnya dan menutup matanya dengan lengan tangannya.
"Dan kau tahu apa yang mereka katakan padaku di sana? Mereka bilang ' Apa kau ingin memalukan nama keluarga? Mimpi bodohmu itu tidak akan bertahan lama! Cukup sudah main-main sekarang kau sudah besar!'
Bisa kau bayangkan perasaanku saat itu Tsuna? Rasanya semuanya hancur berkeping-keping, mulai dari mimpiku, rasa percaya diriku hingga rasa hormatku kepada orang tuaku.. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan"
Tsuna terdiam mendengar cerita anak berambut merah itu dan tersenyum sedih
"Menjadi dewasa berarti kau belajar apa itu kehidupan. Ketika kita masih kecil, Kita mempunya Ideal, standar , kriteria , rencana, pandangan dan duduk menunggu untuk semua mimpi itu menjadi nyata.
Tapi bukan seperti itu jalan kerja kehidupan, Kau tidak bisa jatuh cinta dengan seorang sesuai dengan standar mu karena kau harus jatuh cinta dengan seseorang.
Kau tidak bisa hidup dalam kriteriamu karena kau harus menjalani hidupmu. Kau tidak bisa menunggu rencanamu berhasil karena mereka tidak akan berhasil seperti yang kau inginkan. Kau tidak bisa menunggu dan melihat apa yang kau inginkan berjalan begitu saja kepadamu.
Tapi kalau kau yakin itu adalah mimpimu kejarlah hingga dapat, Lewati semua rintangan di depanmu dan peluk erat mimpimu Tapi kau harus membedakan apa yang kau inginkan dan apa yang kau butuhkan karena itu dua hal yang sangat berbeda" Tsuna menghela nafasnya, Entah dari mana asalnya kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Lalu Tsuna menatap Souichi yang dari tadi terdiam "Keputusan terakhir selalu ada di tanganmu Souichi-kun"
Anak laki-laki berambut merah itu Tertegun dan tertawa kecil mendengar jawaban Tsuna," kau mempunya kamus kata yang cukup besar untuk anak seusiamu" Katanya di sela tawanya
"Dan kau juga mempunyai cerita yang cukup menyedihkan untuk anak seusiamu", balas Tsuna tidak mau kalah, Mukanya memerah karena malu.
"Tapi ceritaku tidak semenyedihkan ceritamu bukan?" kata anak itu tiba-tiba lalu membetulkan sikap duduknya dan memandang ke arah mata Tsuna."Aku tahu dari pandanganmu, aku pernah melihatnya sekali pada diri temanku dan aku tidak akan memaksamu untuk menceritakannya"
Tsuna menghela nafasnya,membayangkan wajah-wajah orang-orang sekelasnya dan guru yang menghinanya, menertawakannya dan mengucilkannya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya bahkan tidak ada yang merasa kasihan pada dirinya.
Dia benci merasa lemah seperti ini!Dia benci merasa tidak diperlakukan adil, Dia benci tidak mempunyai kekuatan apa-apa! Dia benci! Dan yang paling dia benci...
Adalah dirinya sendiri,Kenapa dia harus menjadi Tsuna yang seperti ini? Kenapa dia Menjadi Tsuna yang ceroboh, bodoh dan tidak bisa apa-apa dan kenapa.. kenapa..Dia tidak bisa menghilangkan perasaan benci kepada orang-orang yang dulu pernah menghianatinya?.
"Lalu.. apa yang harus kulakukan untuk mengubah sesuatu yang kubenci dari diriku?" Tanya Tsuna tiba-tiba.
Anak itu hanya mengangkat bahunya " Kau yang beri tahu aku, Aku sendiri tidak tahu jawaban dari permasalahanku. Tapi yang kutahu adalah kalau kau ingin merubah nasibmu kau harus mau mengambil langkah pilihanmu dan pertamamu sendiri"
Langkah sendiri? Maksudnya berubah? Tapi dia takut.. Takut mengulangi kejadian yang sama dengan teman-teman masa lalunya.. Dia takut..ta-
Tsuna melihat ke arah penyelamatnya, Tapi sepertinya dia adalah orang yang baik.. pertama dia menolongnya dari Anjing-Zombi-Rabies-Bermata merah itu.
Lalu Tsuna merusak sepedanya untuk kabur.. Teman-temannya dulu pasti akan menyalahkannya dan menyuruhnya untuk mengganti sepeda itu.
Tapi dia? Dia menawarkan untuk menjadi temannya.. Mungkin.. Mungkin.. Sekali lagi.. Tsuna ingin percaya sekali lagi kepada orang lain..
"Mengambil langkah sendiri huh?" tanya Tsuna kepada dirinya sendiri.
Lalu dia menghela nafasnya dan tersenyum kecil " Kenapa pembicaraan kita sangat suram?! Apakah ini wajar untuk anak-anak seusia kita?!" Tanyanya sambil bercanda.
Anak berambut merah itu lega karena hati Tsuna sudah membaik, walaupun dia sadar di hati anak yang baru dia temui masih ada perasaan hitam, tapi apa yang bisa dia perbuat? tidak mungkin dia bisa menghilangkannya begitu saja.
Apalagi ini pertama kalinya mereka bertemu.
"Ini pertama kali aku membicarakan hal ini kepada orang lain" anak laki-laki itu tertawa kecil.
Melihat anak itu tertawa Tsuna ikut tertawa. ' Mungkin..Mungkin.. Tidak apa-apa mempercayai orang sekali lagi.. Hanya sekali lagi.. ' Kata Tsuna dalam hati, lalu Tsuna tersenyuman dengan tulus dari hatinya dan mengulurkan tangannya.
"Sawada Tsunayoshi senang bertemu denganmu"
Anak laki-laki itu balas tersenyum melihat bahwa anak yang dia selamatkan menerimanya menjadi teman, "Irie Souichi senang juga bertemu denganmu," Lalu dia menjemput tangan Tsuna dengan tangannya.
Teng..Tong.. Teng.. Teng
Tsuna dan souichi melihat ke arah jam taman yang berbunyi rupanya sudah pukul 6 sore pantas saja langit mulai gelap.
Tsuna menghela nafasnya "Ayo kita pulang Souichi-kun" Souichi kaget mendengar panggilan barunya tapi dia hanya mengangguk dan mendorong sepedanya yang tidak bisa dinaiki lagi.
Mereka berdua berjalan bersebelahan, tidak ada yang berbicara tapi mereka tidak keberatan dengan kesunyian bahkan sebenarnya mereka menikmati kesunyian itu sendiri.
Tapi beberapa menit kemudian Souichi memutuskan untuk berbicara "Tsunayoshi-kun, apakah kau pernah mendengar orang berkata bahwa teman adalah keluarga yang kaupilih?"
Tsuna tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap ke arah Souichi.
Souichi melanjutkan kalimatnya "Aku tidak tahu apa yang menjadi masalahmu tapi biar kuberitahu satu hal, Biarkan waktu yang mengaturnya. Aku tidak berkata bahwa kau tidak harus berusaha, Maksudku adalah jangan terburu-buru
Biarkan dirimu mengenal satu sama lain dengan orang lain, bicaralah dari hati ke hati dengan mereka, pahami perasaan terdalam mereka dan tiba-tiba.. Saat kau tidak sadari orang disekitarmu akan menjadi keluargamu," saat menyelesaikan kalimatnya Souichi tersenyum ke arah Tsuna seolah-olah bercerita tentang pengalamannya sendiri.
"Kalau begitu berarti kau adalah keluargaku mulai sekarang!" Kata Tsuna tiba-tiba kepada Souichi.
Lagi-lagi Souichi kaget mendengar perilaku Tsuna yang berubah-ubah tapi dia hanya mengangguk dan tersenyum melihat Tsuna yang mulai membuka hatinya kepada dia " Baiklah,Tsunayoshi-kun mulai hari ini kita menjadi keluarga!"
Piiiip... Piiip..Piiip
Souichi memasukan tangannya ke kantung celananya dan mengeluarkan handphone hitam dan mulai berbicara di telepon.
"Halooo... "
"Ah.. Rupanya kau ada apa?"
"Oh..Hal itu.. Baiklah akan kukirimkan tanggal – "
"..."
"Heiii! Itu besok bukan?! Jangan main-main! Tidak mungkin aku akan menyelesaikannya besok! Dan jangan Tertawa seperti itu atau akan kucuri semua Marshmallow mu!"
"..."
" Baiklah, buonanotte "
Souichi menghela nafasnya sedangkan Tsuna diam di tempat tidak bergeming "Ada apa Tsunayoshi-kun?" Tanya Souichi penasaran.
" Besok.. Tanggal - ?" Tanyanya pelan entah dia bertanya kepada Souichi atau pada dirinya sendiri.
Souichi hanya mengangguk pelan "Memang ada apa Tsunayoshi-kun?"
" Gawat..." Kata Tsuna pelan, mukanya sedikit pucat.
" Gawat kenapa?"
" Besok adalah hari – "
Mitsu duduk di kursi meja makan sendirian,Dia kesal karena hari ini dia juga belum bisa memegang tangan Kyoko.
Sambil menyenderkan dirinya di meja Mitsu melirik ke arah jam,Pukul 19.03 dia menghela nafasnya dan mulai menelepon Pizza untuk makan malam.
Setelah selesai Menelepon dia berjalan dan duduk ke sofa ruang tamu untuk menonton Anime tentang basket, entah kenapa Mitsu dari kecil memang sangat menyukai basket sangat berbeda dengan Kakaknya itu.
Sambil menonton dia melirik ke arah jam pukul 19.28, Dimana Tsuna? Kenapa dia belum datang juga?
Ting..Tong
'Speak of the Devil ' Pikir Mitsu sambil berjalan ke arah Pintu dan membukanya.
"Pizza Deliverry!"
Mitsu terdiam sebentar karena kecewa lalu mengeluarkan beberapa Yen dari kantungnya. Memberikan uang itu kepada sang pengantar Pizza dengan tip secukupnya.
Setelah masuk ke dalam rumah Mitsu terdiam sebentar berpikir ke mana kakaknya itu, Apa jangan –jangan dia marah karena Mitsu tidak ikut belanja hari ini?
Dia menggelengkan kepalanya, Tidak mungkin Tsuna marah hanya karena hal sepele seperti itu, Dia tahu Kakaknya tidak akan marah kecuali dia sudah benar-benar keterlaluan.
Kriiinngg..Kriiinnggg
Kali ini Telepon berbunyi, Dengan malas Mitsu mengangkatnya setelah menaruh Pizza di atas meja ruang tamu.
"Halo?Keluarga Sawada di sini"
"Halooo! Bagaimana Anak-anakku yang tercinta di sana?" Tanya sang penelepon dengan nada riang yang menyebalkan.
"Oh..Rupanya kau.. Bagaimana DI Italia? Apa sudah mulai peduli dengan anak-anakmu yang ditinggal di Jepang begitu saja tanpa pengawasan?" Tanya Mitsu kesal.
"Hahaha.. Nana dan Papa tentu saja tahu bahwa kalian bisa mengurus diri masing-masing karena itu kami tidak memberikan kalian pengawasan! Lagi pula,bukankah itu idemu dan Tsu-kun untuk tidak dalam pengawasan orang dewasa?"
Mitsu menggerutu di sini, Memang benar itu idenya dan Tsuna tapi tetap saja seharusnya sebagai orang tua mereka khawatir meninggalkan anak di bawah umur berbulan-bulan tanpa pengawasan.
"Ah! Mi-Kun Bagaimana kabarmu dan Tsu-kun di Jepang? Apa kalian baik-baik saja?"
Walaupun Orang tua Mitsu memanggilnya dengan panggilan yang sama dengan Kyoko efek yang ditimbulkan jauh berbeda, bahkan berlawanan! Terutama bila itu dari kepala keluarga Sawada,si bodoh itu.
" Ya.. Baik" Kata Mitsu pendek " Lalu ada apa kali ini menelepon? Jangan bilang tidak ada apa-apa aku tahu kalian tidak akan menelepon tanpa maksud"
"Ohhh! Mitsu kenapa kau dingin sekali~ " Mitsu memutar matanya karena komentar Ayahnya, Kesabarannya sedang di tes disini " Baik.. Baik.. Besok Papa dan Mama akan pulang ke Jepang!"
Mitsu terdiam atas informasi yang dia dapatkan.
...
...
...
Huh?
"Halooo? Mitsu? Apa kau masih di sana?"
Mitsu Mengerjapkan matanya lalu menghela nafasnya "Kenapa mendadak sekali? Aku kira kalian masih di Italia beberapa bulan lagi"
"Tentu saja tidak! Bagaimanapun Besok kan adalah –"
Sekarang Tsuna sudah berada di depan pintu rumahnya, sebelum membuka pintu dia memasukan barang yang dia beli terburu-buru bersama Souichi ke dalam tasnya.
Tsuna melirik ke arah jam tangannya, betapa terkejutnya dia rupanya sekarang sudah pukul 19.38! Mitsu pasti memesan Junk Food lagi untuk makan malam, tapi yaah.. dari pada dia tidak makan.
"Aku pulang!" Kata Tsuna sambil membuka pintu dan melihat ke arah kanan dan kiri, tidak biasanya Mitsu tidak menyambutnya saat pulang semalam ini, biasanya dia akan di banjiri omelan karena tidak memasak makan malam.
Setelah melepas sepatunya Tsuna masuk ke rumah dan menemukan Mitsu terdiam dengan muka syok sambil memegang telepon di tangan kanannya, setelah beberapa detik Mitsu mulai berbicara lagi dengan orang yang berada di telepon.
"Kenapa mendadak sekali? Aku kira kalian masih di Italia beberapa bulan lagi"
Lalu beberapa saat kemudian mengerutkan dahinya entah karena kesal atau bingung, tapi pertanyaan Tsuna langsung terjawab.
"Haaaah? Tumben ingat aku kira kalian sudah tidak ingat dan peduli" Kata Mitsu dengan nada kesal lalu mematikan telepon dengan cara dibanting.
"Mi...Mitsu?" Tanya Tsuna khawatir.
Mitsu hanya melirik ke arah Tsuna, Dia sedang tidak mood untuk berbicara " Besok Nana dan Iemitsu pulang" katanya singkat lalu pergi ke tempat tidurnya meninggalkan Tsuna yang Syok karena kabar yang baru dia dapatkan.
.
.
May the road rise up to meet you
May the wind be ever at your back
May the sun shine warm upon
Your face and the rain fall softly on your fields.
And until we meet again,May God hold in the hollow of his hands
.
.
*Buonanotte : selamat malam
Tsuna dari awal ampe akhir writer buat sengsara! Nyahaha! Oh,Tsuna.. kasiannya dirimu Ah btw sorry banget nih keluarnya lama.. abisnya lagi sibuk (alah alibi) buat ujian T_T. Buka notebook buat mainnya aja dimarahi. Jadi waktu nulis cm bisa sabtu Minggu dan itu juga kalau gak pergi (dan gak males)
Pembicaraan antara Tsuna dan Souichi awalnya Writer sama sekali gak merencanakannya terus tiba-tiba tangan ngetik sendiri terus ngelantur gak karuan ..hahaha.. jadi sorry kalo aneh. OTL
Awal rencananya Souichi keluarnya di chap 3! Kenapa tiba-tiba keluar sekarang?!kacau ah nih writer.
terus kalau ada kesan , pesan , sindiran ,kritik , coret-coretan atau pikiran yang muncul saat membaca fict writer silahkan ditulis di review!(asal jangan flame)
ciaaaooo!