Saat waktu mulai bergulir, ia tak akan pernah berhenti, sampai sebuah takdir yang akan menghentikan waktu itu...

Title:

The Time Labyrinth

By:

Ryuzaki Miki

Lenght:

Multichapt

Genre:

Mistery

Adventure

Fantasy

Rated:

T

Casts:

They're waiting for you in this story! ^^

Disclaimer:

The casts belong to Aoyama Gosho
The Story is mine~!

Warning:

OOC, and the other mistakes..

.

Happy Reading~! ^^

Shinichi berlari dengan cepat. Sesekali ia menoleh ke belakang , memastikan 'makhluk' itu jauh darinya. Peluh mengaliri tiap jengkal tubuhnya. Napasnya terengah. Namun ia sama sekali tidak berhenti berlari atau sekedar memperlambat langkah lebarnya.

Di lehernya tergantung sebuah kalung berantai yang memiliki mata kunci bewarna perak. Kunci itu berayun seiring langkah cepatnya, mengetuk-ngetuk bagian depan dadanya yang hanya berbalut kemeja putih yang sudah robek di sana-sini akibat kejadian yang berlangsung selama beberapa hari terakhir.

Di sini.

Di ruang waktu.

Waktu yang selalu bergulir.

Waktu yang menghantui setiap bernyawa yang datang ke sana.

Seorang detektif ternama Kudou Shinichi bahkan sampai berlari karenanya.

.

"Kau tidak akan bisa berhenti."

Suara gelap itu terdengar dari arah belakang Shinichi. Tapi ia sama sekali tidak menoleh dan tetap berlari di tengah malam itu.

Pikirannya kacau. Entah di mana teman-teman saat ini. Ia sedang tak mau ambil pusing soal itu. Saat ini ia sedang dalam masalah besar.

Ia melihat ke depan. Tembok batu menghalangi jalannya. Jadi ia menarik kesimpulan kilat untuk berbelok ke kiri dari dua jalur itu, dan tetap berlari.

Dheg!

Shinichi berhenti dan membelalak saat melihat tembok batu lainnya menghalangi jalannya. Ia melihat sisi kiri dan sisi kanan tembok pada kedua sisinya.

Tembok batu menutup seluruh jalannya.

Jalan buntu.

Sementara, 'makhluk' itu tetap mengejar di belakangnya.

"Kuso!" rutuk Shinichi.

-The Time Labyrinth-

Dua minggu yang lalu...

Teitan High School,

Class 2-B,

Pulang sekolah..

"Hei, Ran, tahu tidak, katanya ada wahana baru di Tropical Land!" seru gadis berambut pendek seleher dan memiliki mata hijau gelap itu pada sahabatnya, Ran.

"Eh... Benarkah?" sahut Ran antusias sambil memasukkan buku-buku yang berserakan di atas meja ke dalam tasnya.

Shinichi yang sedang tidur di meja sebelah Ran mengangkat wajahnya dan menguap. "Wahana labirin sesat itu ya, Sonoko?" tanyanya sambil merenggangkan tubuh.

Sang gadis berambut pendek yang duduk di depan ran – Sonoko – menoleh pada Shinichi. "Ya!" Ia mengangguk dengan semangat. "Bagaimana kalau kita pergi bersama liburan musim panas minggu depan?" lanjutnya dengan girang.

"Ah, bilang saja kalau kau ingin berkencan dengan Makoto!" kata Shinichi sebelum Ran bisa berkata apa-apa.

Serabut kemerahan muncul di kedua pipi gadis bermarga Suzuki itu. "Memang iya!" sahutnya jujur. "Habis, dia sibuk terus sih. Bilang mau latihanlah, ada keperluanlah, de-el-el," sambungnya. Ia mengerucutkan bibirnya tanda kesal. Sedangkan Shinichi dan Ran hanya bisa tersenyum getir, tak tahu harus mengatakan apa.

"Sudahlah. Yang penting musim panas nanti ia pasti tak ada kegiatan bukan?" ujar Ran berusaha menghibur.

"Ya," sahut Sonoko. Ia melirik kedua di hadapannya itu. "Kalian ikut 'kan?"

"Tentu saja."

"Tidak."

Shinichi dan Ran menjawabnya dengan bersamaan. Sudah bisa ditebak. Ran yang menjawab 'Tentu saja' dan Shinichi yang menjawab 'Tidak'.

Mereka menoleh satu sama lain.

"Apa maksudmu tidak mau ikut, eh?!" seru Ran.

"Kau itu takut hantu! Ngapain pergi?" balas Shinichi tak mau kalah.

"Itu tak ada hubungannya!"

"Tentu saja ada! Di labirin itu ada banyak jebakan! Ada hantu tahu!"

"Huh! Itu sih namanya kamu yang takut! Padahal kamu sendiri yang bilang kalau hantu itu tidak ada di dunia ini!"

"Enak saja! Logika, hantu itu memang tidak ada!"

"Jadi kenapa kamu bilang ada hantu?"

Supaya kau tidak usah pergi, batin Shinichi. "Pokoknya tidak ada."

"Hah! Bilang saja takut! Kalau tidak takut, ayo, buktikan bahwa hantu itu memang tidak ada!" sahut Ran dengan maksud tersembunyinya.

"Huh.. Oke!" sahut Shinichi tanpa basa-basi.

Ran tersenyum puas. "Sudah berjanji akan pergi, lho."

Shinichi menoleh. "Eh?"

Kemudian raut wajahnya berubah menjadi raut wajah mengerti dan menyadari 'kebodohannya'. "Hoi, hoi..."

"Ehm...," Sonoko menginterupsi. "Bisa kita pulang sekarang?"

x.x

"Hei, bisa 'kan, Makoto?" tanya Sonoko. Tangan kirinya sibuk memegangi benda persegi panjang yang disebut ponsel yang didekatkan pada telinga kirinya. Sedangkan jemari tangan kanannya sibuk mengetuk-ngetuk meja di depannya.

"Iya, iya. Aku mengerti. Sabtu ini ya? Sepertinya aku tidak ada rencana. Ini 'kan libur musim panas," sahut Makoto di seberang sana.

Senyum Sonoko mengembang seketika. Matanya berbinar senang. "Baiklah. Kami tunggu di stasiun! Sampai jumpa Sabtu nanti! Jaa," kata Sonoko semangat sambil mengakhiri percakapan.

"Jaa."

Pip.

"Bagaimana?" tanya Ran yang sedang duduk di pinggir tempat tidur miliknya dan memperhatikan Sonoko yang asyik memeluk ponselnya dengan penuh kasih sayang dan hati yang berbunga-bunga.

Sonoko mendesah dan berbalik menghadap Ran. Ia tersenyum semangat seperti biasa.

"Ah... Dari raut wajahmu aku sudah tahu. Dia ikut 'kan?" kata Ran. Ia tertawa kecil.

Sonoko tersenyum. "Hehe... Begitulah. Oh iya, apa kita perlu mengajak Kazuha juga?"

Ran tersenyum berseri. "Boleh!"

Hari Jumat...

Sesosok pemuda berkulit gelap dengan tampang suntuk sedang berdiri tegak dan menyandang tas di tangan kanannya yang di sandarkan ke bahu. Ia mendesah.

Kazuha, gadis berkucir di sebelahnya, yang sedang memegang tas yang berukuran cukup besar, tersenyum tipis. "Jangan mendesah seperti itu dong, Heiji. Masih baik kita bisa menghabiskan liburan musim panas kita di Tokyo! Kau akan bisa bertemu dengan si Kudo itu."

Heiji, pemuda berkulit gelap itu, mengangguk. Namun tampang suntuknya sama sekali tidak hilang dari wajahnya. Bosan. Itu yang dirasakannya sehingga ia tak menyahut kata-kata gadis di sebelahnya itu dengan seperti biasanya. Hh... Mungkin ia berpikir, kalau bukan karena ada Shinichi di kota ini, dia tak mungkin menyetujui ajakan Kazuha. Walaupun waktu itu Kazuha memaksanya untuk pergi.

Tidak ada yang tahu.

"Hoi...!"

Suara itu membuat Heiji dan Kazuha menoleh pada sumber suara, dari arah kanan mereka. Dan senyum Kazuha mengembang, sedangkan Heiji tersenyum tipis melihat siapa yang datang.

Shinichi dan Ran sedang berjalan ke arah mereka dengan cepat. Ran tersenyum dan melambai kecil pada Kazuha. Dan Shinichi, dengan senyum kecil khasnya, menyambut Heiji yang menatapnya dengan tatapan ngantuknya.

"Ohisashiburi," sapa Shinichi dan Ran kompak.

"Un," sahut Kazuha dan Heiji.

"Nah, ayo ke kumah dulu," ajak Ran.

"Rumah?" tanya Heiji heran.

Ran mengerutkan keningnya. "Bukannya aku sudah bilang kalau kita semua akan menginap di rumah Shinichi selama kalian ada di Tokyo?"

"Benarkah? Ahaha... Kurasa aku lupa," kata Kazuha getir sambil memegang leher belakangnya dengan tangannya yang bebas.

Heiji meliriknya dengan kesal. "Kalau begitu, kita batal pesan kamar di penginapan itu," katanya.

Kazuha tersenyum dengan wajah tanpa dosanya, "Hehe... Gomen ne."

"Hn..," sahut Heiji.

Ran dan Shinichi hanya tersenyum getir, lagi, tak tahu harus mengatakan apa.

Tapi, rasanya ada yang kurang...

"Jadi, kita ke sana naik apa?" tanya Kazuha.

Oh.

"Yabai!" seru Ran dan Shinichi kalang kabut.

Di tempat lain..

"Kuso! Mereka di mana sih?!" Kogoro mendumel di balik setirnya.

Haha..

x.x

Setelah dimarahi habis-habisan oleh Kogoro selama perjalanan menuju rumah Shinichi, akhirnya mereka sampai.

"Arigatou, Ojii-san," kata Kazuha dan Heiji pada Kogoro. Yang dimarahi 'kan, Shinichi dan Ran. Jadi mereka bisa santai.

"Hh.. Kalau bukan karena kalian, aku tidak akan melewatkan acara Youko hari ini," balasnya.

"Otoo -san!" seru Ran.

"Ya, ya, ya.. Terserah saja. Aku pulang dulu," kata Kogoro. Kemudian ia melesat pergi dengan mobil pinjamannya itu.

Cih, mobil pinjaman saja pun bangga.

Mereka pun berbalik dan memasuki pekarangan rumah Shinichi yang terbilang cukup luas itu.

"Cuma kita berempat, nih?" tanya Heiji.

"Tidak," jawab Shinichi yang berjalan di depan.

"Eh?" heran Kazuha.

Ran tersenyum. "Ada – "

"YO~!" seru suara milik Sonoko dari arah depan dengan tangan direntangkan. Di belakangnya, muncul Makoto dengan senyum kecilnya.

Kazuha berseri. "Sonoko!"

"Nanti saja basa-basinya. Ayo kita masuk ke dalam dulu. Aku sudah mau mati kepanasan di luar sini," potong Shinichi dan berjalan santai memasuki rumahnya.

"Hei, Shinichi!" panggil Ran kesal. Tapi Shinichi sudah masuk. "Dasar Tuan Rumah yang tak sopan!" katanya pelan.

"Aku dengar itu!" seru Shinichi dari dalam.

"Heh?"

"Oh iya, ngomong-ngomong, kenapa Makoto bisa tiba hari ini? Bukannya Makoto datang hari Sabtu?" tanya Shinichi sambil memasukkan sesuap nasi dengan sumpitnya.

Mereka sedang berkumpul di ruang makan keluarga Kudou, menikmati makan malam yang sudah dimasak oleh Ran dan Kazuha.

"Ah itu...," kata Sonoko salah tingkah.

"Sonoko yang memintaku untuk datang lebih cepat," sahut Makoto sambil tetap memakan makanannya.

"Begitu...," gumam Ran.

"Nah, besok, jam berapa kita berangkat?" tanya Kazuha.

"Supaya tidak menunggu terlalu lama dan kehabisan tiket, kita datangnya pagi saja," usul Heiji.

"Oke. Bagaimana kalau jam 9? Kita makan siangnya di kafe yang ada di sana saja," kata Shinichi.

"Baiklah," sahut semuanya setuju.

x.x

Esoknya...

Tropical Land...

.

"Kyaaaa~!" seru orang-orang yang menaiki wahana ekstrim di berbagai tempat. Terdengar pula suara tawa anak-anak yang kegirangan di tempat yang selalu ramai itu. Apa lagi saat-saat liburan seperti ini.

"Yatta~! Tropical Land, we're here~!" seru seorang pemuda yang rambutnya acak-acakan sambil mengacungkan tangannya ke atas. Bersemangat sekali dia. Matanya biru safir, seperti mata milik Shinichi. Hanya saja di dalam matanya terdapat kejahilan dan penuh rahasia. Tidak seperti Shinichi yang memiliki sorot mata tajam dan tenang.

"Bakaito! Jangan kekanakan seperti itul! Dasar!" ujar gadis yang ada di sebelahnya. Ia memiliki rambut panjang yang juga sedikit terkesan acak-acakan. Jika dilihat sekilas, ia pasti dikira Ran yang baru saja bangun tidur. Ahaha.. Ia adalah—

"Ahoko, ini namanya bersenang-senang! Ini 'kan liburan musim panas! Jangan disia-siakan!" Kata-kata yang ingin ditulis Author dipotong oleh kalimat-kalimat tak penting dari si Bakaito.

Baiklah. Coret saja yang tadi itu. Yang penting, nama gadis itu adalah Aoko, dan si pemuda itu adalah Ba– eh – Kaito.

"Huh! Kalau bukan karena nilai ulangan cawu satumu yang pas-pasan itu, kamu pasti sedang di dalam kelas dan berkutat dengan kertas-kertas remedial tahu!" sahut Aoko.

"Yah, karena itulah aku harus bersenang-senang! Ayo kita rayakan~!" sahut Kaito balik sambil menarik tangan Aoko menuju wahana ekstrim yang sangat terkenal di seluruh dunia, Roller Coaster.

"H.. Hei!" ujar Aoko kaget yang tangannya ditarik. Namun ia tidak menolak tarikan itu. Ia mengikuti langkah Kaito menuju wahana yang memiliki antrian yang lumayan panjang itu.

Bruk!

"Aw!" Suara Kaito.

"Aduh!" Suara Aoko.

"Yah, es krimnya jatuh." Suara – eh – Shinichi?

.

"Oi, daijoubu ka?" tanya Heiji sambil membantu Shinichi dan pemuda yang jatuh bersama Shinichi itu berdiri. Sedangkan pemuda itu membantu temannya bangun.

"Ya," sahut ketiganya kompak.

"Ah! Kaito, Aoko!" seru Heiji, Shinichi, Makoto, Ran, Kazuha, dan Sonoko kompak saat melihat wajah mereka yang jatuh bersama Shinichi tadi.

"Eh, Kudo," sahut Kaito sambil nyengir. "Sori. Jalan ga liat-liat depan. Hehe..," kekehnya.

"Di pikiranmu cuma ada barang berharga sih," gumam Shinichi.

"Iya deh. Di otakku cuma ada barang berharga," sahut Kaito yang mendengar kata-kata Shinichi.

"Wah, kebetulan sekali kita bertemu di sini. Kalian bergabung saja dengan kami!" ajak Sonoko girang.

Kaito dan Aoko salin lirik. "Boleh."

"Yosha! Kita naik apa dulu nih?" tanya Heiji.

"Bagaimana kalau roller coaster dulu?" usul Kazuha sambil melihat-lihat peta Tropical Land.

"Baru datang langsung yang ekstrim," komentar Ran.

"Tentu saja! Biar seru, wahana yang tidak ekstrim terakhir saja. Termasuk biang lala. Untuk merenggangkan tubuh," kata Makoto.

"Benar. Nah, ayo kita sikat!" kata Kaito semangat dan kembali berlari menuju antrian roller coaster yang kini sudah tidak terlalu ramai.

"Hei, tunggu!" kata yang lain sambil mengejar Kaito dan menanti di antrian.

Hampir setengah wahana di Tropical Land sudah mereka naiki. Dan kini sudah saatnya makan siang. Mereka berjalan sambil bercengkrama dengan riang tentang kegiatan mereka sehari-hari sebelum liburan musim panas. Yah, seperti bersekolah yang memiliki sistem belajar penuh, memecahkan kasus(Shinichi dan Heiji), kegiatan klub, olahraga, dan lain-lain sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari.

"Jadi, yang lain tinggal di rumah Shinichi selama liburan musim panas?" tanya Kaito yang berjalan di antara Makoto dan Heiji.

"Ya," jawab Shinichi.

"Ran yang rumahnya dekat juga?" tanya Kaito lagi.

"He-eh," jawab Shinichi lagi. "Kenapa? Mau ikut juga?"

"Ah, tidak kok. Hehe... Kalau kamu bolehin sih, oke."

"Kaito!" kata Aoko dari depannya.

"Iya, iya. Aku 'kan cuma bercanda," sahut Kaito kalem.

Yang lain tertawa.

"Tidak apa kok. Boleh. Lagi pula. Orangtuaku sedang tidak ada di rumah. Jadi yang lain bisa tinggal," kata Shinichi.

"Eh~ Tidak usah. Kami bisa tinggal di rumah kok. Yang penting kita sering-sering ngumpul aja untuk liburan," kata Aoko.

"Oke deh..," sahut yang lain setuju. Termasuk Kaito.

Mereka memasuki kafe terdekat dan segera langsung memilih tempat duduk di pojok ruangan dekat jendela. Agar bisa melihat-lihat ke luar yang memiliki pemandangan yang biasa – orang-orang berlalu lalang dan wahana-wahana yang tidak terlalu jauh dari kafe. Tidak ada kerja ya?

Heiji, Shinichi, Makoto, dan Kaito menempati baris pertama meja. Sedangkan Kazuha, Ran, Sonoko, dan Aoko menempati baris di hadapan mereka. Kaito dan Aoko menduduki di ujung dekat jendela, sedangkan Shinichi dan Ran di sisi bagian dalam.

Tak lama, seorang pelayan mendatangi mereka dan menanyakan pesanan mereka.

"Makan apa nih?" tanya Ran.

"Kami memiliki paket spesial liburan musim panas hari ini. Isinya berupa bento makan siang lengkap," kata sang pelayan laki-laki sambil tersenyum kecil.

"Apa porsinya dibagi?" tanya Shinichi.

"Paketnya tergantung berapa orang yang memesan," sahut seseorang dari belakang sang pelayan, di sebelah Shinichi.

Yang lain segera menoleh pada sumber suara. Termasuk sang pelayan yang kaget karena jawabannya sudah diambil duluan oleh sang pemilik suara di belakang.

Seorang pemuda berambut blonde menatap Shinichi dengan tajam sambil menyeringai kecil. "Ohisashiburi, Kudo," katanya. Yang tak lain dan tak bukan adalah –

"Saguru?" seru yang lain.

Heran. Mereka bertemu dengan kawan lama mereka lagi!

"Ah, ada Akako chan juga," kata Kazuha.

"Yo," sapa Akako, gadis berambut panjang bewarna dark blueyang duduk di depan Saguru.

"Oh."

"Ingin makan siang bersama?" tanya Saguru.

"E.. Eh..."

"Jadi, tujuan utama kalian juga wahana labirin itu juga ya?" tanya Sonoko girang.

"Tentu saja. Itu 'kan wahana baru. Dan ini sedang liburan musim panas. Tidak ada waktu selain hari ini," jawab Saguru ringan.

"Eh~...," sahut semuanga kompak.

"Jadi, mau ke sana sekarang? Sebelum malam nih," ujar Kaito sambil melihat jam tangannya.

"Iya. Boleh! Yuk!" sahut Kazuha dan berjalan mendahului mereka dengan Aoko.

"Coba lihat petanya," kata Ran pada Kazuha.

Kazuha mengangguk dan mengeluarkan peta yang ada di dalam tasnya, dan membentangkann peta tersebut di dua tangannya. "Eh... Sebelah dari sini nih," katanya.

"Kalau begitu, ayo kita pergi!" sahut Akako yang entah sejak kapan bergabung dengan mereka dan segera berjalan di depan, memimpin perjalanan menuju wahana baru yang tengah gencar di Tropical Land itu.

"H.. Hei! Tunggu," kata yang lain dan meyusul Akako yang sudah di depan mereka.

Tak jauh di depan, ada sebuah gedung bertingkat satu dengan cat bewarna abu-abu kusam. Banguan itu cukup luas dengan bagian memanjang ke bagian belakang. Dengan atap seperti topi bewarna gelap yang senada dengan dindingnya, menambah kesan suram dari bangunan itu. Banguan itu juga dipagari dengan pagar biasa, namun terbuat dari kayu abu-abu, yang sepertinya sudah lapuk. Padahal seharusnya itu bangunan baru. Apa itu hanya supaya menambah kesan angker di dalam labirin itu? Entahlah. Hanya pembuatnya yang tahu.

Tak ada jendela di muka bangunan itu. Yang ada hanya sebuah pintu kayu tinggi dan besar dan memenuhi bagian tersebut.

"Dari jauh saja, sudah tampak seram," gumam Aoko.

"Sudah kubilang waktu itu 'kan, jangan pergi," ujar Shinichi di belakang Ran.

"B.. Biar saja!" balas Ran dengan suara yang diberanikan.

"Baiklah, kita ke sana saja sekarang, antriannya tidak terlalu panjang kok," ujar Saguru menengahi dan berjalan menuju pagar itu dengan teman-temannya yang mengikuti di belakang. Mereka melangkah memasuki barisan antrian ang berkelok. Di depan mereka, ada dua orang yang sepertinya juga sedang menunggu pintu wahana di depan mereka terbuka.

"Benar-benar sudah lapuk," kata Heiji sambil memegang salah satu batang kayu yang menjadi pagar pembatas wahana itu.

"Iya, sudah lapuk," kata Shinichi.

Seseorang dengan rambut cokelat kemerahan pendek seleher yang ada di depan mereka menoleh ke belakang dan terkesiap. "Kudo?"

Shinichi yang merasa terpanggil menoleh ke arah kanannya. Ia juga terkejut saat melihat gadis yang dikenalnya. "Miyano?"

"Eh?" sahut pemuda yang berada di depan sang gadis yang ternyata Shiho Miyano sambil berbalik.

"Araide sensei?" heran Ran yang muncul di balik Shinichi.

"Eh~ Semuanya ada di sini ya?" seru Sonoko.

"Wah, wah... Kudo, kau bawa banyak rombongan," kata Shiho dengan gayanya yang khas; cuek.

Shinichi hanya tersenyum kecil. "Begitulah," sahutnya.

"Selamat datang di Time Labyrinth! Selamat menikmati petualangan Anda," seru seseorang yang memakai jubah ungu gelap bertudung di bailk pagar kayu. Tangannya bergerak membuka pagar yang awalnya terkunci. "Jalan keluar ada pada akhir petualangan. Selamat jalan," katanya lagi dan mempersilahkan mereka semua untuk masuk.

Shiho dan Araide sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bernostalgia sebentar lagi oleh sang penjaga pintu amsuk labirin. Dan dengan pasti mereka masuk ke dalam dan berjalan hingga berhenti di depan pintu kayu yang besar.

Di depan mereka, ada dua sosok lagi yang memakai jubah ungu gelap berkerudung sambil memegang sebuah kotak. Yang satunya memegang sebuah kotak kosong, yang satunya lagi memegang sebuah kotak yang berisi banyak benda yang seperti – arloji?

"Selamat datang di pintu masuk labirin," kata suara gadis yang berdiri di sebelah kiri mereka, yang memegang kotak kosong. "Silahkan memasukkan benda-benda elektronik dan yang termasuk dalam logam ke dalam kotak kosong ini, dan silahkan mengambil arloji yang ada di dalam kotak yang sedang dibawa rekan saya," pintanya.

Dan dengan heran mereka melepas barang-barang milik mereka dan meletakkannya di dalam kotak yang sudah disediakan itu. Kemudian mereka mengambil arloji bewarna hitam dengan layar bergambar labirin yang di gambar dengan garis putih. Sekilas garis-garis itu berkilat dari satu titik menuju titik lain.

"Barang-barang yang kalian serahkan bisa diambil kembali setelah kalian menyelesaikan wahana ini," jelas si gadis yang menyimpan barang-barang milik mereka.

Mereka mengangguk mengerti dan memperhatikan arloji yang tampak unik yang kini telah melingkar dengan manis di tangan pergelangan tangan mereka dengan penasaran. Kenapa mereka tidak boleh membawa arloji mereka sendiri atau membawa barang-barang elektronik, padahal, jam merupakan benda yang termasuk dalam logam. Apa arloji ini terbuat dari plastik? Atau, apa?

Tidak ada yang tahu.

Rekan yang satu lagi, yang memberikan arloji, menekan sebuah tombol hitam di samping pintu kayu yang besar. Dan perlahan dengan diiringi deritan, pintu itu mengayun ke dalam. Saat mereka melihatnya, di dalam hanya ada kegelapan.

"Selamat menikmati perjalanan kalian," kata dua gadis berkerudung itu sambil membungkuk.

Dan mereka pun mengawali petualangan itu dengan melangkah masuk ke dalam ruangan yang gelap itu...

.

Kudou Shinichi

Mouri Ran

Suzuki Sonoko

Kyogoku Makoto

Hattori Heiji

Toyama Kazuha

Kuroba Kaito

Nakamori Aoko

Hakuba Saguru

Koizumi Akako

Miyano Shiho

Tomoaki Araide

_Tsuzuku_

Mini Glosarium:

Kuso : Sial

Jaa : Dah~

Ohisashiburi : Lama tak jumpa

Gomen ne :Maaf ya

Yabai : ±U-oh

Arigatou : Terima kasih

Ojii-san : Paman

Otoo -san : Ayah

Yatta : ± Yey!

Baka : Bodoh*eh

Aho : Bodoh

Daijoubu ka : Kamu baik-baik saja?

Yosha : ±Baiklah!

Sensei : Guru, dokter, dkk

Aloha~

Kali ini aku membawa cerita dari fandom Case Closed a.k.a Detective Conan! ^o^

Pada awalnya, aku hanya ingin membuat cerita ini menjadi cerita oneshoot, lho! ^^" Tapi karena perkembangan cerita dan alur, aku menjadikannya sebagai cerita multichapter! Hehe... =3

Dan, yah, begitulah.. Hehe...! ^^

Happy Reading and waiting 4 the next chaptnya yah..! ^^*kalau ada yang mau baca.. -.-"#sigh

Dan... Peringatannya adalah, FIC ini bakal dilanjutin setelah urusan sekolahku selesai! Karena pada bulan ini Maret dan bulan depan April adalah masa-masa ujian Ryu*saya! ^^ Soalnya aku kelas IX.. =3

Jadi, yang mau baca fic ini sampai selesai sepertinya harus menunggu lama untuk mengetahui kelanjutannya. Hehe... ^^" Maaf yah! ^^"*bow

Review, readers sama? ^o^/

.

-Ryuzaki Miki-

.