Arigatou minna~

Aku gak menyangka ada yang baca fic ku yg abal-abal ini, bagaimanapun juga ini fic pertamaku yang aku publish.

Banyak kekurangan disana-sini, dan mungkin bahasaku yang masih berantakan, dan sulit di cerna. Maklum saja nilai 'mengarangku' gak bagus-bagus amat.

Sebagai orang baru aku harus banyak belajar, jadi tetap dengan tangan terbuka aku meminta kritik dan saran 'yang membangun' dari kalian semua.

Balas Ripiuw dulu yawh...

Yuan : ini sudah di lanjutkan ^v^ terimakasih dah ripiuw

Namikazenoah : apakah seru? Kalau seru aku sujud syukur#plakkk. Apakah Gaara adalah yang disukai Naru? Baca di chap ini yah...terimakasih ripiuwnya

Masher fujoshi 24 : iyaaa... terima kasih ripiuw nya, aku masih lanjut kok.

Rayie 159 : seru o_O ? aku juga berharap kamu menikmati cerita aneh ini#emangnya makanan. Silahkan dibaca. Terimakasih yah

Widy awesome : dipotong karena ini fic berchapter. Hohoho, silahkan di baca chap ini, biar gak penasaran. O iyah, apakah sudah panjang?

Guest : wow juga deh #loh o_O terimakasih yo ripiuwnyo

Hime Nazaki : makasih yo dek Thy dah sempet-sempetin baca jadi terharu #air mata seember. Terimakasih ya ripiuwnya

Yosh kita lanjutkan ceritanya.

Let's Go!

.

.

.

*Last Chap

"KAU INI BENAR-BENAR MEMBUATKU KES-"

"Permisi!" Potong seseorang membuat perkataan naruto terpenggal lagi.

"KAU INI!" Teriak Naruto menoleh ke sumber suara. "MENGGANG..," Mata Naruto terbelalak

"GAARA!"

.

Title : I'm your Man! Gaara!

Disclaimer : Milik abang saya yang stay di Jepang yaitu abang Masashi Kishimoto #Ngaku-ngaku

Genre : Romance? Humor?

Pair : NaruGaa

Rate : T aja deh!

Warning : Yaoi, merusak mata, typo tergeletak dimana-mana, gak jelas, bikin mual, sesak nafas, kejang-kejang, abal-abal. etc.

Tidak suka diharap jangan baca

.

.

.

"Kalian berdua di mohonkan agar tidak berlarian di koridor, karena itu akan mengganggu seluruh sis..,"

"Kau tambah manis ya, Gaa-chan" Kata Naruto, secara tak disadari tangannya mulai mengarah ke pipi putih Gaara, sedangkan pemuda yang berada di depan Naruto terlihat begitu kaget.

.

.

Gaara POV

Tangan kanan pemuda di depanku mulai mengarah padaku, mengirimkan signal di otaku untuk waspada. Tapi entah mengapa, kakiku seakan tak mau bergerak, dan aku harus bersiap menerima apapun yang akan terjadi. Walau itu mengancamku.

"Kau tambah manis Gaa-chan" Kata pemuda dihadapanku, yang sontak membuatku kaget. Apa sebenarnya maksud pria ini? Apa dia mengenalku? Kenapa dia tahu namaku? Panggilan macam apa itu? Tapi, kenapa aku begitu rindu panggilan ini?

Kurasakan tangannya menyentuh kulit pipiku, aku tak mengenal orang ini, tapi mengapa tangannya begitu hangat menyentuhku, seakan sudah mengenalku lama.

Aku mengarahkan pandanganku sedikit keatas.

Jade bertemu sapphire.

Kulihat matanya. Pandanganya terlihat teduh menatapku, aku mencoba menerawang untuk mencari tahu arti pandangan ini, pandangan ini seakan mengatakan bahwa ada kerinduan mendalam tersimpan di balik kilatan matanya.

Tanganku mulai terangkat, ingin menyentuh wajah orang yang memandangku. Sebelum sempat ku menyentuh wajahnya, aku tersadar akan prilakuku .

Tidak! Aku tidak boleh begini! Apa yang kulakukan? Jangan sampai aku ikut terhanyut! Jelas-jelas aku tak mengenalnya! Bagaimana pandangan orang jika melihat aku beradegan aneh seperti ini!? Ini tidak boleh terjadi!

'PLAAAKKKKK'

Aku menepis kasar tangan yang menyentuh pipiku. Kemudian mundur beberapa langkah, menjauh dari jangkauannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH!" Bentak ku kasar kepadanya, kulihat matanya membulat lebar, begitu shock mendengar perkataanku yang terlontar kepadanya.

Bukan salahku, jika aku membentaknya. Sudah jelas kita tidak saling mengenal, malah berbuat yang tidak-tidak.

Gaara POV End

.

.

.

Naruto POV

'PLAAAKKKKK'

Tanganku terasa panas akibat tepisan kasar darinya. Lalu kemudian dia mundur beberapa langkah dariku seakan aku orang jahat yang hendak menculiknya.

"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH!" Teriaknya kepadaku, aku kaget bukan kepalang, aku tak pernah melihat Gaara semarah ini sebelumnya. Apa aku berbuat kesalahan padanya? Sehingga ia..,

"KAU INI SIAPA?" Lanjutnya lagi.

Aku siapa? Apa maksudmu Gaara? Kenapa kau bertanya hal yang aneh seperti itu? Seakan kau benar-benar tak mengena,..? OH...SHIT! Bagaimana aku bisa lupa? Tentu saja Gaara tak mengenaliku! Apalagi sekarang tubuhku sudah bertransformasi menjadi super macho, ya kan!?

Oh.. Bodohnya aku! Ingin sekali aku membenturkan kepalaku ketembok, akan perbuatan di luar jalurku ini! Tapi itu tak mungkin kulakukan, kalau kepalaku peang bagaimana urusannya nanti!? Aku jadi tak tampan lagi!

Nah sekarang 'Naruto' apa yang akan kau lakukan untuk menjawab pertanyaan Gaara 'Siapa aku?' apa aku harus memberitahukan rahasia besar milikku? Ayo, Naruto berfikirlah? Berfikirlah? Berfiikiiirlaaahh?

'psssssttttttttttttttt'

Heh, suara apa itu? Oh, ternyata suara desisan asap yang keluar dari telingaku! APA ASAP? Gawat! Sepertinya aku terlalu keras berfikir! Kurasakan PLN di dalam otakku sedang melakukan pemadaman sementara akibat terlalu memaksakan kinerja otakku!

Bulir-bulir keringat mulai membasahi keningku dan diantaranya telah mengalir dan berjatuhan. Aku yakin wajahku sudah pucat sekarang, kebingungan akibat pertanyaan pemuda manis didepanku.

"Emm..e...itu...emmm, begini...e...bagaimana ya menjelaskannya? Aduuhhhh...," Gumamku tak jelas, sambil mengacak-acak surai emasku.

Aku benar-benar kebingungan! Tapi, sepertinya lebih baik aku lari saja! Belum saatnya aku mengatakan hal ini padanya! Tidak mungkin di hari pertama perjumpaan kami, aku harus membuatnya pingsan kan?

Oke tak perlu berfikir panjang lagi itu sungguh menyulitkan diriku sendiri, aku akan lari pada hitungan ketiga!

"TIGA! LAAAAARRRRRRRRIIIIIIIIIIIII..."

Naruto POV End

.

.

.

Normal POV

"TIGA! LAAAAARRRRRRRRIIIIIIIIIIIII..." Teriak Naruto, sambil lari dengan jurus seribu langkah andalannya.

Ternyata, adu mulut antara Gaara dan Naruto berhasil memancing perhatian sekitar, terlihat beberapa murid keluar kelas meninggalkan sesi perkenalan yang tengah berlangsung di kelas masing-masing, mencari tahu apa yang sedang terjadi diluar sana.

"HEI, NARUTO! KAU MAU KEMANAAA!" Teriak Sakura, memanggil Naruto yang telah menghilang disudut lorong.

"Dasar bocah kurang ujar! Hufftt..." Sakura memandang sekeliling, melihat orang-orang memandang kearahnya 'heran'.

'Lihat saja! Akan kubalas bocah itu nanti!'

Sakura tersenyum kecut, membungkukan tubuhnya berkali-kali meminta maaf pada orang-orang disana, atas keributan yang terjadi, kemudian menatap Gaara sebentar dengan pandangan menyelidik. Lalu pergi mencari Naruto.

"Naruto?" Gaara membeo. Kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.

Disisi lain, terlihatlah sesosok pria tengah bersandar di balik tembok tengah asik memperhatikan tontonan gratis yang baru saja terjadi, "Naruto, hemm?" Pria itu bergumam, memperlihatkan senyumannya yang mengerikan. "Senang bertemu kembali denganmu, Naru Chan~"

*Skip Time

.

.

.

*Other Place –Atap Sekolah

"HUUUAAAAHHHHHHHHHHH!"

"WAAAAAAAAAAAA!"

"WAAAAAAAAA!"

"WAAAAAA!"

Teriak Naruto histeris, di atap sekolah. Sambil membenturkan kepalanya pada pagar kawat pembatas.

"Aku melakukan hal bodoh didepan orang-orang!"

"Didepan Gaara!" Katanya, penuh penekanan.

.

.

"Aku-aku. Aku menyentuh pipinya!?" Kata Naruto lirih, membalikan tubuhnya lalu terduduk di lantai. Teringat kembali kejadian bersama Gaara beberapa menit lalu.

"Pipinya begitu lembut.., begitu halus.., dan putih" Kata Naruto kemudian, sambil memejamkan kedua matanya.

"Rasanya ingin sekali aku mengecup dan menjilat pi..,-" Mata Naruto membuka, mengutuk pikirannya sendiri.

"Arrrrggghhhhhh.., sial! Apa sih yang aku pikirkan!"

"AKU BENAR-BENAR GILA!" Naruto benar-benar frustasi.

.

.

"Naruto? Apa yang kau lakukan disini? Kau terlihat kacau!?"

Suara itu menyadarkan Naruto, mengembalikan kesadarannya kebumi. Naruto mengalihkan pandanganya ke arah suara itu berasal.

"Hai Sakura! Aku tidak melakukan apa-apa! Aku baik-baik saja!"

"Begitukah? Hmm, baiklah, aku percaya perkataanmu Naruto!" Kata Sakura, lalu mendekatkan dirinya ke Naruto, kemudian duduk disampingnya. Naruto tersenyum kearah Sakura, lalu memejamkan matanya lagi.

"Tapi aku tak mempercayai raut wajahmu." Kata Sakura, masih dengan memandang kedepan, berwajah datar.

Naruto mendengus, karena dugaanya tepat pada sasaran 'Sakura memang sangat sulit untuk dibohongi'. Matanya masih terpejam. tak berniat mengatakan apapun kepada Sakura.

Sakura mengangkat tangan kiri Naruto kepangkuannya, lalu menggenggamnya erat, seakan tak ingin melepaskannya. "Berceritalah padaku Naruto! Aku akan mendengarkan semuanya!" Kata Sakura, masih dengan wajah datar.

Naruto menghela nafas panjang, membuka kelopak matanya perlahan memperlihatkan iris sapphire nya yang indah namun tak secerah biasanya.

Naruto mulai membuka percakapan.

"Sakura, aku dulu pernah bercerita padamu tentang diriku satu tahun lalu, bahwa dulu aku ini perempuan kan!?"

"Iya, lalu!"

"Selama ini aku merasa telah berhasil melaluinya, ternyata tidak!"

"Apa maksudmu, Naruto?" Sakura tak mengerti.

Naruto menghela nafas lagi. "Saat aku divonis dokter atas kelainanku, yang mengharuskanku menjalankan oprasi kelamin, aku tabah dan ikhlas menerima semuanya! Merelakan kehidupanku yang menurutku sia-sia selama 16 tahun, dan memulainya kembali dari nol." Naruto terdiam sesaat.

Kemudian melanjutkan kembali ceritanya, "Berusaha melupakan 'perasaanku' bersama kehidupanku yang sia-sia sebagai perempuan!"

"Tubuhku, kekuatanku, suaraku, sikapku, bicaraku, semua berubah Sakura!" Naruto menundukan wajahnya, menarik tangannya dari pangkuan Sakura, kemudian menekuk kakinya di depan dada lalu memeluknya, menutup sebagian wajahnya.

"Tapi..," Suaranya begitu lirih, "Tapi, hatiku tidak!"

Sakura terdiam sesaat mengerutkan alisnya bingung, berusaha memahami maksud perkataan pria disampingnya.

"Aku..,aku sungguh tidak mengerti, Sakura!? Sungguh aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri! Perasaanku menghianati tubuhku!" Tubuh Naruto sedikit bergetar.

"Kenapa Tuhan tidak membawa pergi perasaanku bersama masa laluku, kenapa membiarkannya terus tumbuh di dalam hati? Mau kubawa kemana perasaan ini? Mana mungkin aku bisa bersama dengan sesama pria?"

"Lalu, apa hubunganmu dengan pria si rambut merah itu? Apakah kau..,?" Sakura menghentikan katanya, menemukan titik cerah.

"Ya! Kurasa kau sudah cukup mengerti dengan ucapanku kan, Sakura?"

Wajah Sakura memucat dan Shock, "Kau, kau menyukai pria itu Naruto?"

Naruto mengangkat wajahnya, menatap langit biru yang cerah lalu senyuman getir menghiasi wajahnya, "Aku ingin bunuh diri rasanya," senyumanya menghilang "Aku ingin mati saja!"

'GREB'

Sakura memeluk tubuh Naruto kencang, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Naruto. Membuat sang pemilik tubuh terlihat kaget. "Naruto no Baka! Jangan berkata seperti itu!"

"Jangan mati! Jangan bunuh diri! Aku masih ada disini Naruto! Aku disini!" Kata Sakura, semakin mengeratkan pelukkannya.

Naruto merasakan sesuatu yang basah merembes menembus pakaiannya, Naruto tahu bahwa Sakura tengah menangis sekarang. 'Ya, Sakura benar! Masih ada sahabat seperti Sakura, yang menemaniku, menyemangatiku! Seharusnya aku tak mengatakan hal bodoh tersebut didepan Sakura! Aku sungguh bodoh!' Naruto membatin. Kemudian tangannya mulai mengelus surai pink Sakura yang masih menangis didadanya.

.

.

*Kelas XI-A

Seorang pemuda bersurai merah tengah memandang kearah luar jendela, tak terfokus oleh Guru yang tengah menerangkan pelajaran didepan kelas. Masih teringat kejadian beberapa menit lalu, ketika pertemuannya dengan seorang pria aneh.

"Namanya Naruto ya? Naruto? Naruto? Namanya tak begitu asing di telingaku! Apa aku pernah bertemu dengannya ya?" Gumamnya pelan pada dirisendiri.

Tangannya mulai menyentuh pipinya sendiri, dimana sang pemuda pirang tadi menyentuhnya. "Hangat"

'DEG..DEG..DEG..'

"Kenapa jantungku berdetak cepat? Jangan-jangan?" Kata Gaara sambil menyentuh dada kirinya, merasakan tiap debaran yang serasa begitu mengganggu.

BRAAKKKKKK

"TIDAK MUNGKIN!" Kata Gaara yang tiba-tiba berteriak di tengah pelajaran, membuat semua mata tertuju pada Gaara, yang kini sedang berdiri dengan wajah pucat.

Menyadari dirinya tengah di perhatikan, Gaara mulai mengatur nafasnya yang tengah berburu, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan bangku miliknya yang terjatuh menuju depan kelas ke arah gurunya yang masih menatapnya dengan bingung.

"Sensei saya sakit, saya izin ke UKS!" Kata Gaara, kemudian pergi meninggalkan kelas, meninggalkan jejak-jejak keheningan didalam sana.

.

.

TBC *RnR please*