Marrying Uchiha Sasuke
Disclaimer: I do not own Naruto
Chapter 1
Mencium Uchiha Sasuke
Dear Sasuke-kun,
Kau mungkin tidak tahu namaku, tapi namaku adalah Haruno Sakura. Aku sangat menyukai dirimu yang pintar dan berpenampilan baik. Jantungku berdebar sangat kencang ketika melihatmu dari jauh dan hatiku mengatakan bahwa kau adalah lelaki sempurna. Aku sangat gugup saat menuliskan surat ini, karena itulah tulisanku jadi bergetar begini… anu, aku sebenarnya sejak dulu ingin menjadi pacarmu. Aku berjanji akan membawa bekal untukmu setiap pagi, merapikan dasimu sebelum berangkat sekolah, tidak cemburuan, dan selalu setia. Aku menunggu jawabanmu.
With love,
Haruno Sakura
Haruno Sakura memandang surat cinta yang ia temukan di gudang dengan kesal. Kenapa dirinya begitu bodoh saat itu? Yah, saat itu ia masih kecil, masih lugu, masih SMA. Dirinya yang sekarang adalah seorang dokter dan ia telah tumbuh menjadi seorang wanita yang pintar dan berpendidikan. Ia tidak lagi menyukai Uchiha Sasuke yang dingin dan tidak berperasaan itu. Ia ingin mencari seorang suami yang penyayang, bukan seorang robot penghasil uang yang menyebalkan.
"Haruno-sensei, sebentar lagi pasien pertama anda akan datang," ucap seorang suster, "ini daftar pasien anda hari ini."
Sakura menganggukan kepalanya dan merapikan meja kerjanya yang berantakan. Ia dapat mencium bau yang sangat dikenalnya— bau rumah sakit. Mungkin bau ini tidak disukai oleh banyak orang, tapi Sakura menyukainya. Ia adalah orang yang suka bekerja. Kesibukan membuatnya bersemangat dan lepas dari stress. Sakura menatap daftar pasiennya dan menghela nafasnya. Pasiennya sedikit sekali. Ah, Sakura adalah dokter yang spesialisasinya adalah operasi plastik. Jadi setiap hari ia akan merawat orang yang ingin mengubah penampilan mereka. Ia merasa pekerjaannya ini adalah pekerjaan yang menyenangkan, namun sayangnya operasi plastik tidak begitu digemari di kota ini. Begitu banyak orang yang konserfatif dan menentang operasi plastik.
Sakura dapat mendengar suara ketukan pintu dan ia pun memanggil orang dibalik pintu itu untuk masuk. Ia dapat melihat seorang gadis yang sangat cantik masuk dengan baju yang indah dan tas kulit yang terlihat mahal. Sakura tidak tahu hal apa lagi yang perlu dirubah dari wajah gadis itu. Ia tidak mengerti kenapa orang yang begitu cantik seperti ini masih saja tidak memiiki rasa percaya diri.
"Sensei," panggil pasiennya, "aku ingin mengubah mataku jadi lebih besar sedikit. Sedikit saja. Lalu mungkin hidungku dapat dimancungkan."
Sakura tersenyum hangat dan mengambil spidol hitamnya. Ia mencoret-coret wajah gadis itu untuk mendapatkan gambaran. Dengan spidol, ia lingkari bagian bawah mata gadis itu, sayangnya Sakura masih belum yakin seperti apa ia akan mengganti hidung gadis itu. Sakura kemudian mulai mencari gambar-gambar artis di komputer dan mulai mencari hidung yang paling tepat untuk gadis itu.
"Ah, sensei," gadis itu tertawa malu, "sebenarnya aku sudah menyiapkan hidung seperti apa yang ingin kumiliki."
Sakura kemudian berhenti sejenak dan tersenyum senang, "ah, kenapa tidak bilang dari tadi? Nah, jadi, hidung seperti apa yang kau mau?"
Gadis itu mengeluarkan sebuah majalah bisnis dan membuka halaman yang sudah ditandainya. Disana Sakura dapat melihat seorang gadis cantik yang sedang berdiri di sebelah orang yang sangat dikenalnya. Diatasnya terdapat kata-kata 'Mungkinkah pernikahan bisnis akan terjadi?' Sakura tahu betul siapa kedua orang yang sedang berpose di majalah ini. Terlalu kenal sampai tidak percaya kalau hal ini sedang terjadi kepadanya.
"Gadis ini cantik bukan? Aku ingin memiliki hidung seperti ini sensei," pasien itu tertawa pelan.
Sakura kehilangan senyumannya dan ia pun menunjuk-nunjuk orang yang merangkul gadis itu, "pria ini… pria ini…"
"Ah, Uchiha Sasuke," pasiennya menangguk, "ia dan keluarga Hyuuga berencana untuk bekerja sama melalui pernikahan bisnis. Kasihan sekali putri dari keluarga Hyuuga ini. Kudengar ia sudah punya pacar. Apakah ini artinya ia harus berpisah dengan kekasihnya?"
Sakura kemudian melontarkan senyuman palsu kepada pasiennya dan bergegas mengambil spidolnya yang terjatuh karena kaget tadi. Sang dokter langsung mencoret-coret hidung gadis itu dengan tergesa-gesa.
"Kita akan melakukan operasi minggu depan," Sakura menuliskan jadwal pertemuannya, "sementara itu jagalah kesehatan anda dan jangan khawatir."
Setelah pasiennya keluar dari ruangan kerjanya, Sakura langsung menelpon sahabat lamanya dan berteriak dengan lantang, "apa maksudnya ini?"
Sakura dapat mendengar suara sahabatnya yang kekanak-kanakan menjadi dewasa, "aku sedang mencoba untuk mendapatkannya kembali Sakura-chan."
"Naruto!" teriak Sakura, "kau harus menyelamatkan Hinata dari orang gila brengsek itu!"
Sakura menutup teleponnya dan menghela nafasnya dengan kesal. Bagaimana mungkin Sasuke tega untuk menyutujui sebuah pernikahan tanpa dasar cinta hanya demi uang? Bagaimana mungkin ia tega untuk memisahkan Naruto dan Hinata? Ternyata lelaki brengsek itu telah menjadi lebih kejam dan lebih gila dari Sasuke yang ia kenal.
Sebentar Sakura dapat mendengar teriakan dari balik pintu dan dengan satu hentakan pintu rumah sakit itu terbuka.
"Tolong aku," Hinata muncul dari balik pintu itu, "hanya kau yang bisa menolongku Sakura-san."
Pasien Sakura mengeluh dari balik pintu dan sudah berteriak-teriak kepada suster karena sekarang seharusnya adalah gilirannya. Namun Sakura tidak mempedulikannya karena Hinata terlihat seperti gadis kecil yang sedang menahan tangisan. Sakura kemudian memberikan teh hangat kepada gadis itu dan mempersilahkannya untuk duduk.
"Pelan-pelan bicaranya," Sakura menambahkan gula kedalam teh Hinata, "apa yang bisa kubantu?"
"Aku telah banyak memikirkan rencana yang tepat untuk membatalkan pernikahan ini dengan baik," Hinata mencoba untuk mengatur nafasnya yang memburu, "aku tahu keluarga Hyuuga sangat menginginkan kerjasama ini dan mereka memang tidak begitu suka dengan Naruto-kun, namun mereka tidak bisa bicara apa-apa kalau Uchiha-san yang punya pacar bukan? Sakura-san kau bisa menjadi pacar Uchiha-san bukan? Bukankah kau juga suka padanya dulu?"
Sakura tersedak dan terbatuk-batuk mendengarnya, "bukankah kalian sudah bertunangan? Memangnya bisa dibatalkan ya?"
"Bisa!" Hinata berdiri dengan semangat, "karena pertunangan belum dilakukan dan majalah hanya mengatakan, 'mungkin akan dilakukan pernikahan bisnis'. Keluargaku dan keluarga Uchiha belum melakukan pertemuan. Jadi kalau kalian berdua berpacaran, aku dan Naruto-kun berpacaran, keluarga Hyuuga tidak bisa berkata apa-apa."
"Tapi—" Sakura tersedak lagi, "tapi apakah tidak ada gadis lain selain aku?"
"Uchiha-san sendiri yang mengatakan kalau ia tidak ingin dengan gadis lain selain Sakura-san."
Bohong. Kata-kata itu tidak mungkin keluar dari mulut Uchiha Sasuke. Tidak mungkin keluar dari mulut pria dingin yang gila itu. Sakura kemudian menelan ludahnya sendiri dan keringat dingin turun dari dahinya. Ini tidak mungkin terjadi padanya. Tidak mungkin terjadi kepada Sakura.
"Bahkan… Uchiha-san mengatakan akan lebih baik kalau Sakura-san menikah dengannya. Paling tidak diatas kertas."
Sakura menghela nafasnya dan menutup matanya. Ini mimpi. Ini adalah mimpi buruk. Bangun Sakura. Bangun.
Duak!
Satu tonjokan dilontarkan kepada Sasuke. Sasuke menghindarinya dengan cepat dan menahan tangan kanan peninju itu dengan erat. Pria itu menghela nafasnya dan memberikan tatapan yang dingin kepadanya.
"Ah, kau melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Naruto kemarin," Sasuke melepaskan tangan kanan gadis berambut pink itu, "bagaimana, mau langsung menikah atau pacaran dulu? Lebih baik jika langsung menikah saja... Sakura."
Sakura menahan emosinya dan melontarkan satu tinju lagi. Tangannya ditahan lagi oleh Sasuke dan kali ini pria itu memojokannya pada tembok. Sakura dapat melihat wajah pria itu semakin mendekat, ia dapat merasakan kehangatannya, mendegar suara nafasnya, dan mencium parfum pria yang mahal dari tubuh pria itu.
"Hanya ini jalan keluarnya," bisik Sasuke, "hanya ini jalan terbaik untuk menolak keluarga Hyuuga tanpa mempengaruhi hubungan perusahaan kami."
Sakura kehabisan kata-kata. Ia hanya bisa membeku disana dan ditawan oleh kata-kata Sasuke yang menyebalkan. Ia ingin membantu Hinata, tapi ia tidak ingin lagi berhubungan dengan Sasuke.
"Lebih baik menikah saja," Sasuke melepaskan tangan Sakura dan mundur beberapa langkah, "kalau kita menikah keluarga Hyuuga benar-benar tidak bisa berkata apa-apa."
"Dengar ya Sasuke bodoh," Sakura mengatur nafasnya, "aku ingin seorang suami yang penyayang, bukan seorang dingin sepertimu. Menikah denganmu? Lebih baik kau bermimpi saja!"
Sasuke kemudian tersenyum sinis dan berkata, "kau seorang dokter operasi plastik bukan? Operasi plastik tidak begitu popular disini karena banyak dikritik orang… kau juga masih sulit untuk membayar tagihan… Kalau kau pintar kau akan datang dengan mengenakan cincin pertunangan ini besok pagi."
"Aku sudah bilang, aku ingin seorang suami yang penyayang bukan orang dingin sepertimu yang gila dan— mmph."
Sakura dapat merasakan bibir Sasuke yang dingin bertemu dengan bibirnya. Rasanya tidak seperti yang ia bayangkan. Rasanya bibir dingin itu perlahan menjadi hangat. Ciuman itu adalah ciuman paksa dari Sasuke, tapi entah kenapa Sakura tidak ingin ciuman itu untuk berakhir.
"Sudah," ucap Sasuke, "aku sudah menjadi penyanyang. Jadi, kau akan membantu Naruto dan Hinata atau tidak?"
Sakura mengambil cincin berlian itu dan menyisipkannya pada jari manisnya. Ia sudah gila. Ia memang sudah sangat gila. Tapi ada sisi dalam dirinya yang merasa bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat.
Thanks for reading!
Let me now if you want a second chapter :)