Uchiha Sasuke―27 tahun, tampan, pengacara terkenal, temperamen, perfeksionis. Haruno Sakura―17 tahun,kabur dari panti asuhan, polos, spontan, tidak peka. Ada yang bisa membayangkan apa jadinya jika mereka berdua berinteraksi?
.
.
Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, saya cuma minjam tokoh-tokohnya aja
Story by Morena L
Warning: AU, OOC, typo, terinspirasi dari Ingenuo, dldr
.
.
Tok tok tok.
"Pamaaaannnn … Pamaaaaannnnn … aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, Pamannnn!"
Sudah berkali-kali Sakura mengetuk pintu kamar majikan barunya itu, namun sepertinya Uchiha Sasuke masih enggan meninggalkan alam mimpinya. Membuat si remaja berambut sewarna bunga sakura menjadi gemas di luar.
"Ck. Dasar Paman pemalas," umpatnya di depan pintu kamar penolongnya itu, "Ini kan sudah hampir jam delapan, masa masih belum bangun juga."
"PAMAAAAAANNNNN!" Sakura kemudian memutup mulutnya dengan tangan karena Sasuke sudah muncul di pintu kamarnya dengan wajah membunuh. "Hehehe … Paman sudah bangun, ya?" tanyanya dengan senyum yang dibuat sepolos mungkin.
Namun senyum itu perlahan-lahan memudar karena nyali Sakura yang semakin ciut akibat tatapan Sasuke yang makin menusuknya.
"Bisa tidak menggangguku?"
Pertanyaan yang terucapkan dengan nada datar namun tajam itu membuat nyali Sakura makin mengecil sehingga ia mengangguk cepat. Ditatap seperti itu oleh Sasuke rasanya seperti ditatap oleh Count Dracula, sungguh mengerikan.
"Apa tadi ada yang mengantarkan paket?"
Lagi-lagi Sakura mengangguk takut sebagai jawaban.
"Itu seragam sekolahmu dan alat tulis, tadi malam aku sudah menghubungi sahabatku untuk mengurus kepindahanmu," lanjut Sasuke lagi dan membuat mata Sakura berbinar-binar kegirangan.
Sasuke memesan seragam sekolah dan alat tulis? Apa itu tandanya ia akan bersekolah? Hari ini rasanya sunguh luar biasa! "Baik Paman!" Dengan semangat menggelora ia berlari ke ruang tamu tempat ia meletakan paket, lalu menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap.
"Paman? Huh," gerutu Sasuke saat anak itu sudah menghilang dari hadapannya. Hell, umurnya baru 27 tahun dan sekarang ia benar-benar dipanggil Paman?
.
oOo
.
Mata Sakura semakin berbinar saat mobil Sasuke berhenti di depan sebuah gedung sekolah yang sangat megah. Dia tahu sekolah ini, Konoha International High School. Sekolah bertaraf internasional yang sering masuk siaran televisi karena prestasinya baik di bidang akademik maupun olahraga dan seni. Sejak dulu dia memang selalu bermimpi bisa masuk di sekolah tersebut.
"Paman ... ini?"
"Hn. Ini sekolah barumu," jawab Sasuke sebelum keduanya turun dari mobil menuju ke dalam gedung sekolah. Setibanya di ruang guru mereka disambut oleh seorang wanita cantik bermata amethyst yang bernama Namikaze Hinata.
"Jadi ini Haruno Sakura? Pemuda yang manis," kata wanita itu.
"Errr … iya," jawab Sakura salah tingkah.
"Urus dia dengan benar."
Hinata mengangguk mantap dan tersenyum menatap Sakura lagi. "Kau tidak perlu khawatir, Sasuke."
"Hn. Aku pergi. Nanti kau akan kujemput sepulang sekolah."
Setelah Sasuke pergi, Hinata mempersilakan Sakura untuk duduk di sofa yang ada di ruang guru. Beberapa orang guru tampak melihat murid baru itu sebentar sebelum pergi, sepertinya mereka akan pergi ke kelas masing-masing untuk mengajar.
"Namaku Namikaze Hinata, salah satu guru di sini. Jadi kau pindahan dari Iwa?" tanya Hinata yang dijawab dengan anggukan Sakura.
"Berkas-berkasmu yang hilang akan diurus Sasuke, jadi kau fokus belajar saja, ya," kata wanita itu lagi.
"Darimana sensei tahu?"
Wanita cantik itu lagi-lagi tersenyum dan memandang Sakura sebentar. "Tadi malam Sasuke menelpon suamiku dan memintaku untuk mengurus kepindahanmu ke sekolah ini. Jarang-jarang dia bertindak seperti itu."
"Hihihi. Paman kan memang orang baik," ujar Sakura sambil tertawa kecil.
"Paman? Naruto-kun pasti akan menertawainya kalau tahu ada yang memanggil Sasuke paman. Baiklah, Haruno-kun, ayo kita ke kelas, kebetulan aku adalah wali kelasmu."
.
oOo
.
"Namaku Haruno Sakura, pindahan dari Iwa. Salam kenal semua," serunya bersemangat.
"Nah, Haruno-kun, kau boleh duduk di sebelah Yamanaka Ino. Yamanaka angkat tanganmu." Sakura kemudian duduk di sebelah seorang gadis berambut pirang yang mengangkat tangannya.
"Hai, salam kenal, Yamanaka-san," sapa Sakura setelah tiba di tempat duduknya.
"Salam kenal, Haruno-kun. Kau boleh memanggilku Ino," balas gadis cantik itu.
Sakura memperhatikan ada yang tidak beres pada gadis di sampingnya itu. Tanpa disangka Sakura meletakan tangannya di dahi Ino dengan wajah khawatir, "Kau sakit, Ino-chan? Sepertinya kau demam."
"A-aku ... aku baik-baik saja, Haruno-kun."
"Sensei." Hinata yang sedang mengajar kemudian berbalik ke arah Sakura. "Ino-chan sepertinya sedang sakit."
"Yamanaka, kau sakit?" dengan segera Hinata menuju tempat duduk Sakura dan Ino.
"Aku tidak apa-apa, sensei," jawab Ino sambil tertunduk.
"Ino-chan, kalau kau sakit sebaiknya beristirahat saja. Sensei, bolehkah aku mengantarnya ke ruang kesehatan?" tanya Sakura pada Hinata.
"Kau tahu di mana ruang kesehatannya?" Hinata balik bertanya pada Sakura.
"Ino-chan bisa menunjukkannya padaku," jawabnya mantap.
"Baiklah. Yamanaka kau bersama Haruno ke ruang kesehatan, ya. Kalau sudah merasa baikan kau boleh kembali ke kelas dan Haruno setelah mengantar Yamanaka, segeralah kembali ke kelas."
"Baik sensei. Ayo, Ino-chan." Dengan perlahan ia menarik tangan Ino dan memapahnya keluar dari kelas.
"Baik anak-anak kita lanjutkan pelajarannya." Tampaknya sensei yang satu ini tidak menyadari aura tidak mengenakan dan kekaguman bercampur menjadi satu di dalam kelasnya.
'Haruno itu, baru masuk sudah berlagak sok pahlawan, di depan Ino pula!' kira-kira seperti itulah isi hati para siswa yang merasa tersaingi.
Sedangkan para siswi memiliki pikiran yang berbeda, 'Dia gentlesekali. Ino-chan sungguh beruntung, aku juga mau ditolong Haruno-kun seperti itu. Kyaaaaa mana wajah Haruno-kun sangat manis.'
.
oOo
.
Sakura dan Ino telah sampai di ruang kesehatan, namun ruangan itu kosong, tidak ada seorang pun. Sakura dengan cekatan membaringkan Ino pada salah satu ranjang dan menyelimutinya. Ia lalu mengambil obat dan segelas air dan membantu Ino meminum obatnya.
"Terima kasih, Haruno-kun."
"Hm. Istirahatlah, Ino-chan," kata Sakura sambil memberikan kompres di dahi Ino. "Jangan memaksakan diri kalau kau sakit. Kau tidak apa-apa 'kan ditinggal sendiri?"
"Aku tidak apa-apa, Haruno-kun, terima kasih."
"Baiklah kalau begitu, aku kembali ke kelas dulu. Semoga cepat sembuh ya Ino-chan," ujar Sakura sambil menepuk-nepuk pelan puncak kepala Ino.
"Haruno-kun …," kata Ino sambil memandang punggung Sakura yang berjalan menuju pintu.
.
oOo
.
Pada saat jam istirahat para gadis berkerumun di sekitar meja Sakura dan membuat siswa-siswa lainnya semakin cemberut.
"Haruno-kun, apa kau mau berkeliling sekolah denganku?"
"Haruno-kun, maukah kau ke kantin bersamaku?"
Tampaknya murid pindahan ini kewalah menghadapi berbagai macam ajakan dari siswi-siswi yang mengerumuninya. Belum sempat dia menjawab satu pertanyaan sudah muncul pertanyaan lainnya. Rasa risih juga ternyata dirasakan oleh para siswa akibat kepopuleran Sakura yang mendadak itu.
"Cih, lihat murid pindahan itu. Baru datang sudah berlagak."
"Laki-laki kok berwajah cantik? Rambutnya merah muda pula. Apa gadis-gadis ini sudah tidak waras?"
"Haruno-kun akan berkeliling sekolah bersamaku." Suasana di dalam kelas menjadi hening karena suara dari seorang gadis. Dari arah pintu masuklah Yamanaka Ino.
"Haruno-kun sebagai ucapan terima kasih aku akan menemanimu berkeliling sekolah ini," kata Ino lagi setelah duduk di samping Sakura.
"Kau sudah merasa baikan, Ino-chan?"
"Hm." Ino mengangguk sebagai jawaban. "Sepertinya obat yang kau berikan manjur dan aku tadi sudah tidur sebentar, jadi aku sudah merasa lebih baik sekarang."
"Syukurlah kalau begitu," jawab Sakura sambil tersenyum.
Semua gadis tanpa terkecuali tersipu karena senyum Sakura itu.
"Haruno-kun, ayo kita makan siang bersama. Kebetulan aku membawa bekal," ajak Ino yang masih tersipu.
"Baiklah."
Merasa di atas angin Ino tersenyum angkuh pada gadis-gadis lain yang masih berada di sekitar mereka. "Ayo Haruno-kun, makan di atap sekolah sepertinya menyenangkan."
Haruno sialan itu memang perlu diberi pelajaran.
.
oOo
.
Sepulang sekolah, Sakura menunggu paman tampannya itu di gerbang sekolah. Sekolah sudah terlihat sepi karena semua murid sudah pulang. Ia sesekali melirik jam tangannya dengan gelisah karena Sasuke tak kunjung datang, padahal ia sudah menunggu selama hampir satu jam.
"Ck. Dasar paman lelet. Sudah tua sih, makanya lambat," keluhnya kesal.
"Haruno, bisa ikut kami?" Sakura mengernyit bingung saat beberapa siswa yang ia tahu sebagai teman sekelasnya mengelilinginya.
"Ke mana?"
"Ikut saja."
Sakura mengikuti teman-teman barunya itu dengan bertanya-tanya. Ia memiliki firasat buruk saat mereka sampai di belakang sekolah.
"Huh. Baru masuk sudah sok gentle pada Yamanaka dan gadis lain. Kau benar-benar tidak tahu malu, Haruno!" kata seseorang yang berkepala botak.
"Benar. Apa sih bagusnya kau ini? Wajah cantik, rambut merah muda, benar-benar seperti banci," sambung yang lainnya.
Sakura berpikir sebentar dan mencerna kata-kata mereka, "HAH? Jangan bilang kalian iri padaku?" tanya gadis yang menyamar itu dengan takjub.
"Iri?" si kepala botak itu langsung mencengkeram kerah seragam Sakura.
"Ya, iri. Lucu sekali, apa ini kelakuan anak-anak di sekolah elit? Tidak ada bedanya dengan preman," jawab Sakura santai yang disambut dengann umpatan-umpatan tidak terima dari orang-orang yang mengepungnya.
"KAU!" si kepala botak sudah mengambil ancang-ancang dan mengarahkan tangan untuk meninjunya.
"Cih berisik sekali! Siapa yang mengganggu tidurku?" dari atas pohon besar di dekat mereka seorang pria melompat dan mendarat di dekat mereka,
"MENMA-SENPAI!"
"Hn. Kalian semua mengganggu tidurku."
Orang baru bangun tidur karena terganggu pasti memiliki mood yang jelek. Para kouhai sepertinya tahu kalau senpai mereka itu sedang kesal. Apalagi orang ini adalah Namikaze Menma yang ditakuti satu sekolah bahkan oleh para guru sekali pun.
"Ma-maaf senpai ... kami pergi dulu." Dengan langkah seribu, mereka segera meninggalkan tempat itu. tinggalah Sakura sendiri yang menatap bingung pada pemuda yang dipanggil Menma itu.
"Apa lihat-lihat?"
"Mereka sepertinya takut padamu," kata Sakura polos.
"Kau tidak takut?"
"Kenapa harus takut? Kau tidak makan orang kan?" tanyanya lagi dengan polos.
"Hahahaha ... kouhai yang menarik."
Semua orang yang melihat Menma pasti akan langsung patuh dan hormat padanya. Dia adalah berandal di sekolah ini, namun siapa yang berani memarahinya? Cuma kakak iparnya, Namikaze Hinata, yang berani memarahinya. Menma hanya bertingkah seolah ia adalah anak baik di depan kakak iparnya itu, selebihnya ia akan kembali menjadi berandal. Jika ayahnya bukan Namikaze Minato sang pemilik yayasan sekolah, sudah pasti sejak jauh-jauh hari ia dikeluarkan.
"Namaku Haruno Sakura, salam kenal, senpai."
Makin heranlah Menma karena bocah itu malah memperkenalkan diri.
"Kau memang menarik, bocah. Salam kenal, namaku Namikaze Menma," jawabnya sambil menyeringai.
"Namikaze? Apa kau mengenal Hinata-sensei?"
"Dia kakak iparku."
"Oh." Sakura kemudian melirik jam tangannya, jangan-jangan Sasuke sudah sampai gerbang sekolah. "Aku pergi dulu, ya, senpai, pamanku mungkin sudah menjemput."
"Hei, kau tidak mengucapkan terima kasih?"
Sakura mengernyitkan kening karena bingung. "Terima kasih?"
"Iya. Aku kan sudah menolongmu tadi."
"Kapan kau menolongku, senpai?"
Perempatan siku sudah muncul di kening Menma. Bocah tidak tahu diri, kalau tadi Menma tidak muncul dia pasti sudah dikeroyok.
"Ah aku benar-benar harus pergi, senpai, sampai jumpa." Dengan tergesa, ia berlari meninggalkan halaman belakang sekolah menuju ke pintu gerbang.
Benar saja, mobil Sasuke sudah terparkir di dekat gerbang dan sang pengemudi sudah bersandar pada badan mobilnya dengan wajah garang.
"Maaf, Paman," ujarnya dengan wajah yang dibuat sebersalah mungkin.
"..."
"Habis tadi Paman lama sih! Jadinya aku ke dalam dulu mengambil barangku yang ketinggalan." Seperti tak memedulikan tatapan tajam Sasuke, bocah itu malah balik menyalahkannya.
"Hn. Masuklah, kita akan membeli pakaian dan perlengkapanmu yang lain," seru Sasuke yang malas menanggapi keluhan Sakura.
"Pamaaaaaannnnn~" ujarnya kegirangan.
"Wah, jadi ini ya bocah itu." Seorang wanita berambut pirang keluar dari dalam mobil Sasuke.
"Dia siapa, Paman?" tanya Sakura tak suka.
"Namaku Shion, aku kekasih Sasuke-kun." Entah kenapa ada rasa tak suka saat Sakura mendengar perempuan itu menyebut dirinya kekasih sang paman. "Wah, Sasuke-kun dipanggil paman, ya."
Sakura memandang Sasuke dengan pandangan bertanya namun tak ditanggapi oleh lelaki kaku itu. Akhirnya dengan wajah cemberut ia masuk ke dalam mobil dan duduk di bagian belakang.
.
oOo
.
Sepanjang acara berbelanja mereka terlihat hanya Shion yang bersemangat. Korban dari semua ini adalah Sakura, karena dengan seenaknya Sasuke duduk di Starbucks sedangkan Sakura pergi bersama Shion. Pria itu nampak begitu santai ketika menyerahkan kartu kreditnya pada Shion dan memerintahkan perempuan itu untuk membeli segala hal yang diperlukan Sakura.
Jalan berkeliling, memegang banyak belanjaan sungguh menjadi neraka buat Sakura. Mereka membeli banyak pakaian, sepatu, bahkan pakaian dalam pria untuknya. Sakura yang notabene seorang gadis tentu saja merasa canggung karena harus memilih pakaian dalam pria yang pas untuk ukurannya. Uuugghh, padahal kan dia seorang gadis? Masa pakai dalaman pria?
Saat pulang ke rumah tenaganya benar-benar sudah habis. Para wanita yang masih sanggup berjalan setelah berbelanja gila-gilaan patut diacungi jempol. Sasuke sendiri seolah tidak peduli dengan bocah berambut aneh itu dan sama sekali tidak membantunya untuk mengangkat barang ke dalam rumah.
"Pamaaannn~ bantu aku," pintanya saat mengangkat sebuah kotak yang berukuran sedang.
"Aku masih banyak kerjaan, lagipula aku sudah mengeluarkan banyak uang untukmu," jawabnya tak acuh.
"Yang keluar kan uangmu bukan tenagamu," keluh Sakura lagi. Gadis itu kemudian memasang senyum polos saat Sasuke berbalik menatapnya sinis. Ia membalikan badan membelakangi Sasuke dan merutuki kebodohannya sendiri. Karena merasa kotak itu sedikit berat ia menurunkannya sebentar.
"Sini kotaknya kubawakan." Sakura berbalik karena mendengar suara Sasuke yang menawarkan bantuannya. Tangan pria itu terulur tepat saat Sakura membalikan badan lagi menghadapnya.
Eeehhhhhh
Detakan jantung Sakura seperti berhenti. Karena ia tadi buru-buru membalikan badan ke arah Sasuke dan tangan pria itu juga terulur degan cepat untuk meminta kotak, entah bagaimana tangan besar lelaki itu sekarang berada di dada kanannya. Walaupun ia melilit dadanya agar terlihat rata dan tidak ketahuan,tetap saja dia seorang gadis remaja kan? Apalagi tangan itu milik Uchiha Sasuke!
.
.
.
Tbc
AN:
Sekedar info Ingenuo itu manga Taiwan, nama pengarangnya Ryan atau Lai Ann. Pemeran utamanya Ding Jiayu dan Yangzaho atau Juliano Lorenzo. Yangzhao ini fotografer terkenal dan Jiayu asistennya. Perbedaan umur mereka lebih wow lagi, 12 tahun. Karena fict ini hanya terinspirasi jadi jalan ceritanya akan berbeda dari manga aslinya. Awalnya mau bikin Sasuke sifatnya dark, eh ternyata malah lebih tergoda ngenistain dia wkwkwk *dichidori*
Balas review dulu, yang login cek PM ya
Sasusaku kira: Taiwan juga punya lhooo… bagus-bagus juga, ga kalah sama jepang. Ini udah lanjut ^^
Emerald aliance: ini udah lanjutttt ^^
Radit: rugi kamu ga baca sampe akhir wkwkwk ini udah lanjut dit
Sabaku no tiya: tuh di paling atas udah dikasih tahu bedanya hehe
Me: ini udah update ^^
Hachikodesuka: belum ketahuan. Makanya kamu juga rahasiain dari sasu ya.. oke?
Sasusaku: makasihh / ini udah lanjut
Guest: makasih ^^ ini udah update
Summer: hihihi.. jadi paman dia
Karasu: maksudnya Naïve itu naïf. Sama kaya judul aslinya Ingenuo = Naïve = Naif
Nhk: udah lanjut ^^
Guest: eheeeemmm udah pengen lemon aja wkwkwk ini udah lanjut
Terima kasih udah ngebaca, ngasih review, fave, dan follow.
Mohon maaf bila masih banyak kekurangan. So, mind to review again?