"Kau sangat cantik Hime,"pria dengan rambut emo ke atas yangsama persis dengan Sasuke menatapku dengan tatapannya yang mengintimidasi.
"Apa maumu?" tanyaku dingin kepada pria tersebut.
"Tentu saja darahmu, kau sangat menggiurkan dan juga sangat berbakat," jawab pria itu mendekati diriku.
"Jangan mendekat," ucapku panik.
"Walaupun aku tidak mendekat, kau tetap akan menjadi santapanku." Pria itu kembali mendekatiku.
"Kau serigala yang manis Hime," ucap pria itu sebelum mematahkan leherku.
...
"Akh," teriakku. "Hu ... hmuh ... hmuh." Seperti habis lari suara helaan nafas dan detak jantung terdengar pada telingaku.
"A-ada apa Hinata?" tanya Kiba padaku. Sama seperti diriku, Kiba baru saja bangun mungkin karena mendengarkan teriakan dari bibirku.
"Hosh ... hosh ... hosh." Keringat dingin sebesar biji jagung keluar dari pori-pori kulitku dan masih tidak menjawab pertanyaannya.
"Minumlah," ucap Kiba memberikan gelas yang penuh dengan air putih kepadaku.
"Sudah jam berapa sekarang?" tanyaku kepada Kiba yang berbaring di sampingku.
"Baru jam tiga, kalau kau mau tidur lagi, tidurlah."
"Aku tidak ingin tidur lagi," kataku bangun dari tempat tidur itu dan duduk dipinggir tempat tidur bersama dengan Kiba disebelahku.
"Kenapa?" tanyanya padaku.
"Aku mimpi buruk tadi," jawabku. Kepalaku ku senderkan ke bahu bidangnya.
"Mimpi apa?" tanya Kiba membelai rambutku.
"Owh, kau pasti akan menertawakannya Kiba, mimpiku ini sangat aneh, lebih aneh daripada sangat aneh," kataku.
"Oke jelaskan saja mimpi yang aneh lebih aneh dari aneh itu," ucap Kiba meniruku.
Aku menarik nafas sebelum aku menjelaskan sesuatu padanya. "Aku bermimpi bahwa aku menjadi santapan vampire," ucapku. Tubuh Kiba seakan menegang ketika aku menjelaskan mimpiku kepadanya.
"Ada apa Kiba, tubuhmu menegang," ucapku panik menatap dirinya.
Seperti ada yang tertohok wajah kiba kembali seperti semula. "Tidak apa-apa," kata Kiba berusaha menenangkanku.
Aku bangun dari tempat tidur berjalan sedikit mendekati jendela untuk melihat keluar yang tentu saja masih gelap waktu aku memandangi keluar.
"Kiba," mulai ku.
"Ada apa Hinata?" tanya Kiba.
Aku berbalik menatap tubuh Kiba yang hanya dibalut oleh celana jeans saja tanpa baju. "Apa kau tidur seranjang denganku tadi?"
"Tidak juga," jawab Kiba. "Lima belas menit setelah kau tertidur kemarin aku keluar bersama dengan Hana dan satu jam yang lalu aku berada seranjang denganmu."
"Apa yang kau lakukan?" tanyaku tajam.
"Tidak ada, aku hanya berbaring membelakangimu," jawab Kiba santai, dia menyibakkan surai panjangnya ke belakang.
"Benar?"
"Tentu saja benar Hime."
"Huft," desahku lega.
...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Title: My Boyfriend Vampire
Rating : T
Pair : NaruHina and KibaHina
Disclaimer :
Naruto belong to Masashi Kishimoto
My Boyfriend Vampire belong to Nauri Minna –Uchisaso AF KSS
Genre : Romance/Crime
Warning : OOC mungkin, Oc sedikit, Miss Typo mungkin.
Don't Like Don't Read
Selamat Membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
.
Mimpi
.
...
Pagi ini Hana telah menyuruh kami untuk keluar dari kamar dan bersarapan bersama. Aku dan Kiba berjalan bersama, mataku menatap ke arah meja makan yang telah terisi oleh lima orang lainnya yang siap untuk menunggu makanan datang dari penggorengan Hana, ketika kami datang makanan Hana telah tersaji diatas meja dan dinanti oleh suara-suara perut kelaparan dari lima orang tadi.
"Jangan dimakan dulu," perintah Hana menatap tajam ke arah Choji yang tangannya akan mengambil sendok dengan mata yang bernafsu dan air liur yang menetes.
"Ayo duduk sayang," ajak Hana padaku dan menuntunku untuk duduk disampingnya dan Kiba.
"Jadi kau yang namanya Hinata," mulai orang itu.
"Iya," ucapku.
"Oh, jangan sekarang Yahiko," cegah Hana.
Pemuda bernama Yahiko itu diam setelah mendengar ucapan Hana dan dia memakan hidangan buatan Hana hingga habis. Dia menatapku dengan bosan ketika aku mengoyakan butiran demi butiran nasi dengan pelan-pelan. Yahiko terus memandangiku dan mengacak-acak rambutnya dengan frustasi melihat diriku semakin lambat mengunyah makanan.
"Kau bisa mempercepat makanmu tidak."
"Kalau kau sabar menunggu maka ini akan cepat," kataku tajam.
Aku berusaha dengan cepat mengunyah makanan dan menelannya dengan cepat. Kami semua telah selesai dan piring telah usai diberesi oleh Hana dan aku, sedangkan para lelakinya menungguku di ruang tamu dengan suara yang sangat berisik ketika kami mendekati.
"Baiklah apa yang ingin dibicarakan?" tanyaku kepada Yahiko.
Tampaknya Yahiko sedang berpikir akan mengeluarkan pertanyaan yang mana dengan wajah yang sungguh sangat lucu. "Kau sekolah dimana?" tanyanya. Apa? Dia bertanya hanya untuk mengetahui dimana aku bersekolah, itu sangat aneh.
"Apa sama dengan Kiba?" tanyanya lagi.
"Tidak aku tidak bersekolah ditempat Kiba, aku di Konoha High School," jawabku.
Sama dengan yang lainnya mimik wajah Yahiko terlihat kaget. "Oh tempat yang tidak aman untuk melindunginya," gumam Yahiko hampir tidak terdengar. Aku menghiraukannya.
Aku memandangi arlojiku dengan gelisah, tiga puluh menit lagi waktuku untuk berangkat sekolah. "Jika tidak ada, aku harus berangkat ke sekolah," kataku.
"Kau masih sakit Hinata," larang Hana padaku.
"Ti-tidak Hana, a-aku baik-baik saja," tolakku.
"Tapi..."
"Aku murid baru Hana," kataku. "Kalau aku tidak masuk atau telat akan digunjingkan dengan murid satu sekolah."
"Oh oke kalau begitu," ucapnya. "Tapi kau harus diantarkan oleh Kiba atau tidak Choji."
"Ta-ta..."
"Tidak ada tapi-tapi, kau akan diantar oleh Kiba dan Choji."
"Buku-bukuku, mobilku?" tanyaku.
"Sudah dijemput oleh Gaara kemarin, kau tetap memakai mobilmu ke sekolah."
"Baiklah," ucapku pasrah.
Dan semenit kemudian aku bersama dengan ke dua orang bergender berbeda yang berada pada mobilku, lantunan piano dan alunan suara lembut artis lokal mengantarkan perjalan kami yang penuh dengan diam, yah walaupun suara-suara lain yang keluar selain dari radio hanya dari suara kunyahan wortel dari mulut Choji tetapi selama perjalanan itu hanya keheningan saja yang terasa. Warna hijau mewarnai perjalanan kami, hijau yang sangat memuakkan, aku benci hijau dan juga benci kota ini serta musimnya yang tidak menentu, yah walaupun wajah laki-lakinya cukup diatas rata-rata.
"Sudah sampai Hinata," kata Kiba mengagetkanku.
Aku turun dari mobilku setelah dibukakan pintunya oleh Choji membuatku malu sendiri, mereka berdua ditatap banyak perempuan yang berada di area parkir dengan mata jika ini adalah sebuah anime akan memunculkan bentuk hati pada mata mereka tetapi ini bukanlah anime ataupun kartun murahan yang selalu ditonton oleh Hanabi adikku yang masih satu tingkat dibawahku.
"Hinata kami akan menjemputmu pada jam terakhir oke," kata Kiba.
"Baiklah," ucapku sambil menunduk untuk mengucapkan terima kasih padanya.
"Sepertinya kau cukup menarik bagi mereka." Choji mendelik ke arah sesuatu.
"Apa maksudmu?" tanyaku melihat arah yang ditunjuk Choji.
"Tentu saja klan Uzumaki," jawab Choji penuh kebencian.
"Oh ayolah Choji, nanti kita bisa telat," kata Kiba yang tentu saja menyembunyikan sesuatu.
"Sampai jumpa lagi Hinata/Hime," ucap Kiba dan Choji bersamaan, pipiku dicium oleh bibir-bibir mereka sebelum mereka pergi menggunakan mobilku dan lambain tangannya.
Yah bisa dibilang itu perpisahan yang tidak diharapkan dengan ciuman dari laki-laki yang bukan kekasihmu, aku berjalan kembali seperti kemarin ke kantor administrasi yang merangkap kantor tata usaha untuk mengambil kertas yang berisikan kotak-kotak yang harus di isi oleh tanda tangan. Ternyata didalam itu sudah ada orang, melihat rambut kuning mencuat yang ku tahu itu adalah Naruto Uzumaki. Pembicaraan mereka cukup sengit dan panjang, intinya Naruto memaksa untuk memindahkan jam pelajaran Biologi entah pada jam ke berapapun.
"Kalau dipikir-pikir tidak akan mungkin, terima kasih telah membantu," ucap Naruto mengakhiri pembicaraan mereka, kemudian dia pergi tanpa memandangiku sama sekali.
Ini membuat hati ku gelisah, mungkinkah karena aku berada dikelas itu membuatnya ingin berpindah kelas.
"Oh kau sudah datang, ini kertasnya," ucap wanita berambut kuning pirang itu tersenyum manis.
"Terima kasih," kataku mengambil kertas itu dan pergi dari kantor itu.
Seperti biasa Sasuke dan Lee menantiku didekat tangga, sekarang bersama dengan Sakura yang memandangku dengan wajah penasaran.
"Owh, jangan memasang wajah seperti itu," pintaku.
"Apa maksudmu Hinata?" tanya Sakura bingung.
"Kau ingin bertanya mengenai mereka yang tadi, bukan."
"Kenapa kau tahu?" tanya Sakura yang langsung di ikuti oleh tatapan ke dua orang lainnya.
Aku hanya tersnyum melihat tingkah mereka. "Aku tidak ada hubungan apapun dengan mereka kecuali hanya pertemanan."
"Aku tidak percaya," kata Sakura sangsi.
Dan sepanjang perjalanan itu Sakura mengoceh yang sangat membosankan, akhirnya aku dapat lepas dari suara Sakura dan Sasuke serta Rock Lee ketika kami berada di lorong karena kami tidak mendapatkan kelas yang sama pada pelajaran pemerintahan dan itu membuatku sangat bersyukur dan berkonsentrasi untuk menerima pelajaran yang awalnya sangat ku benci bahkan sejak masih di Junior School.
Pelajaran berakhir dengan lengkingan bel yang memekakan telinga sebagai tanda istirahat, Sakura, Sasuke dan Rock Lee telah menungguku di depan pintu, sungguh sangat baik. Berbeda dengan tadi, kami lebih akrab untuk berbicara sekarang ketimbang tadi. Kantin sangat penuh ketika kami memasukinya, untunglah Ino memanggil kami untuk bergabung dimejanya yang dapat memuat empat pendatang baru.
"Kau mau apa?" tawar Sakura.
"Orange Juice saja, aku sedang tidak mau makan."
Di meja ini sangatlah bising dengan teman-teman Ino yang walaupun sudah banyak yang mengenalkan dirinya kepadaku dengan cepatnya terlupakan dariku. Karena bosan, aku sedikit memandang ke meja keluarga Uzumaki, tampak banyak orang disana yang memiliki wajah bukan seperti kami, ketawa mereka bagaikan salah satu adegan film berbeda dengan ketawa kami, wajah mereka seharusnya dapat membuat mereka terkenal seantero sekolah. Diantara mereka tidak tampak adanya Naruto padahal tadi aku berjumpa dengannya di kantor administrasi. Sakura datang membawa dua nampan yang penuh dengan makanan diikuti dengan Rock Lee dan seorang perempuan bercepol dua yang juga membawa nampan yang penuh dengan makanan dan juga minuman. Minuman itu hanya dapat ku habiskan setengahnya saja, ketika bel berbunyi aku langsung berdiri dan berjalan menuju ke kelasku yang berikutnya.
Pelajaran Mr Gerl dan juga pelajaran Mrs Dearn seakan berlalu begitu saja dan berakhir dengan suara lengkingan yang sangat ku harapkan untuk hari yang buruk seperti sekarang ini, ketika aku memasuki ruangan administrasi dan ketika ku keluar dari ruangan administrasi butiran-butiran salju datang mendarat dirambutku dan banyak lagi yang membuatku merapatkan jaketku dan mengangkatkan tudung jaket untuk melindungi diriku dari butiran-butiran salju. Mobilku melaju dengan cepat dan kemudian berhenti di dekatku, aku memasuki mobilku karena tidak sanggup lagi mendapati tatapan dingin dari keluarga Uzumaki dan juga dinginnya udara membuatku memasuki mobilku untuk merasakan kehangatan mesin penghangat di dalam mobil. Tatapan benci ku rasa antara Kiba dan Choji kepada keluarga Uzumaki sebelum kami pergi meninggalkan tempat itu.
"Jadi apa hubungan kalian dengan keluarga Uzumaki?" tanyaku.
"Maksudmu kita?" tanya Kiba membalas pertanyaanku.
"Bukan," gelengku. "Tapi suku kalian dengan keluarga Uzumaki."
"Owh," terdengar sedikit jengitan dari Choji. "Kami musuh abadi."
"Choji," peringat Kiba.
"Apa maksudnya?" tanyaku heran.
"Tidak, Hinata. Choji hanya bercanda saja, kami hanya tidak boleh bertegur sapa."
"Kenapa?"
"Owh, i-itu hanya sebuah kisah lama yang tidak boleh kami beritahukan kepadamu."
Ku rasa cukup untuk berbincangnya, kami diam sepanjang jalan. Aku menutup mataku agar tidak dapat melihat warna hijau sepanjang jalan dan menajamkan telingaku agar dapat mendengar alunan melodi dari radio mobilku. Alunan suara jogo[1]terdengar ditelingaku ketika mobil itu berbelok ke tempat reservasi tempat suku Quileute Konoha tinggal. Aku terbangun bersamaan dengan dibukanya pintu oleh Choji dengan memasang senyumannya, banyak orang membentuk lingkaran untuk menonton Capoeira dan aku penasaran membuatku mendesak masuk untuk menontonnya. Gerakan yang sangat menakjubkan mewarnai sepanjang pertandingan tersebut, suara berimbau[2] dan suara atabaque[3] makin meramaikan pertandingannya, ini sunggih sangat menakjubkanku ketika Gaara sedang bertanding dengan seorang pria berambut cokelat yang tampak lebih tua dari Gaara, sebelum bertanding dia mengedipkan matanya kepadaku membuatku risih.
Aku terhanyut menyaksikan gerakan mereka berdua dimana dari gerakan ginga, handstand, backflip, headspin, handstand wirling, membuatku bersorak sorai dan tak terasa suadah twilight–rembang petang membuatku berbalik menuju rumah Kiba yang berjarak cukup dekat, banyak orang melihatku penasaran seperti aku seekor binatang tontonan sirkus yang lepas, selama perjalanan aku mencoba untuk mencubiti kulit wajahku tetapi tidak bisa seperti dibuat dari bahan yang keras dan ditempeli didalam kulitku selama aku tidur tadi malam, aku cubiti seluruh tubuhku hasilnya sama walaupun pada tanganku sedikit lembut tetapi itu tetap saja aneh bagiku karena sebelumnya kulitku sungguh sangat lembut. Setetes saju terjatuh pada telapak tanganku membuat salju itu dengan cepat mencair dan berasap, aku memandangnya dengan heran dan bingung. Aku menghiraukan dan masuk ke rumah Kiba menuju dapur dan memasak makan malam untuk kali ini, daging steak ku panggang dan salad ku buat untuk menunggu daging steak masak. Kiba, Choji, Hana, seorang pria berambut merah persis seperti Gaara dan seorang pria yang tadi bertanding dengan Gaara memasuki rumah dan dengan sekejap saja ketika ku berbalik untuk memeriksa daging, mereka telah menanti di meja makan.
"Cepatlah Hinata, kami lapar," teriak Choji.
"Choji," peringat Hana.
"Tidak apa-apa Hana, aku sudah selesai," ucapku. "Choji, bisa kau bantu aku."
"Tentu saja Hinata," Choji berdiri dan berjalan ke arahku membawa nampan yang berisi penuh dengan makanan ke meja dan menatanya ditengah meja. Aku menyusulnya dengan membawa nampan berisi minuman dan meletakkannya di meja.
"Bagaimana harimu di sekolah Hinata?" tanya Yahiko.
"Baik," jawabku singkat. Aku memakan salad yang kubuat untuk pembukanya dan memakan steak sebagai penutupnya.
"Hinata, ku perkenalkan mereka berdua, yang berambut merah bernama Akasuna Sasori dan disebelahnya kakaknya Gaara, Kankuro," ucap Hana memperkenalkan ke dua orang itu. Ternyata dugaanku salah, Sasori bukan kakaknya Gaara tetapi sepupunya.
Aku mengambil piring dan mencucinya bersama Hana dan sedikit berbicara padanya.
"Terima kasih Hana sudah merawatku," mulaiku
"Tidak usah sungkan," ucap Hana sambil mencuci piring.
"Aku akan pulang, maaf merepotkanmu," kataku.
"Eh, kau belum sembuh Hinata," ujar Hana khawatir.
"Aku sudah sembuh Hana, jika nanti sakit lagi aku akan meneleponmu," kataku lagi.
"Oke kalau begitu, kau akan ditemani oleh Kiba ata Choji."
"Tidak, aku tidak memerlukannya," tolakku.
"Kalau begitu kau diantar oleh Kiba, oke," ucap Hana menutup.
"Baiklah," ujarku lemah.
Aku berjalan gontai ke kamar dan memberesi pakaianku dan semua buku pelajaranku ke dalam tasku dan kemudian aku memasuki mobil yang sudah ditunggui oleh Kiba. Selama perjalanan ke rumah kami diam seribu bahasa, aku diantar oleh Kiba dan dia membantuku untuk mengangkat tasku sebelum aku melambaikan tanganku kepadanya sebelum dia berlari ke reservasi. Aku menghela nafasku lega sebelum aku menutup pintu sebuah suara menahanku untuk menutup pintu dan aku melihat seseorang berambut kuning yang membuatku kaget.
"Halo Hinata," sapa pemuda kuning itu.
...
.
.
.
.
.
[1] Musik penggiring Capoeira.
[2] Alat musik yang berupa lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya
[3] Alat musik yang berupa gendang besar.
.
A/N : catatan kakinya itu sumbernya dari Wikipedia jadi kalau salah jangan salahkan saya ya salahkan mbah wiki, wah gak nyangka banyak juga yang review fic ini, mau kah kalian mereview fic abal ini, oh ya diminggu-minggu ini dan minggu besok saya tidak bisa mengapdet cerita karena tidak dibolehi membawa laptop, . Aku sedang berlibur ke kampung-eh kota halamanku. Please Reviewnya.
.
Balasan review :
: Iya, walaupun ada sedikit KibaHina tapi bukan yang disini di sequelnya. Ini udah apdet kok
Dewasetia : udah apdet.
Gues (1) : bisa jadi. Masa sih mirip ama twilight?
Algojo : udah apdet.
Guest (2) : Oke HMS and Love in School akan saya apdet tapi ga bisa minggu2 ini
Guest (3) : Oke ini udah apdet.
Lavender sapphires chan : kecepatan ya, maaf deh.
N: udah apdet.
Apple: ini udah apdet
Ajimiese : udah apdet coz.
.
Maaf jika ada kesalahan penulisan, saya hanyalah seorang manusia biasa.