My Boyfriend is a Vampire
Naruto (c) Masashi K
T
OOC, OC, Typo (?),
Don't Like Don't Reading
...
20. Sulur
...
.
.
Apakah aku akan terjerat disini? Di dalam pikiranku sendiri!
.
.
...
Tidak pernah ada setitik pun di dalam pikiranku untuk berpikir bahwa aku tidak menyukai tubuhku dan berharap tidak menjadi diriku. Yah mungkin, sifatku terlalu berlebihan pada waktu belakangan ini, tapi itu tidak merubah setitik pun keinginan untuk berpindah tubuh atau malah menjadi jiwa tanpa tubuh.
Walaupun aku tidak berharap apapun terjadi padaku. Meskipun berharap demikian, kini aku tengah berada di dalam kegelapan, lorong-lorong berwarna hitam yang mengerikan membuatku masuk lebih dalam dengan tangan berusaha menggapai-gapai sebuah batang tajam yang menyayat tanganku membuat cairan merah itu menetes dengan cepat membasahi seluruh ruangan menjadi berwarna merah kegelapan. Tidak dapat aku merasakan apapun selain bau anyir campuran dari aroma besi berkarat dan air laut yang asin, yah yang aku maksud adalah darah, bayangkan saja dari tanganmu mengalir darah dengan warnanya yang khas kemudian membasahi tubuhmu. Peristiwa ini sungguh sangat mengerikan, sama mengerikannya tanpa adanya tubuh yang terbelah atau terpotong.
Tubuhku bergetar, mulai dari kakiku menjalar kedaerah pahaku, kemudian memutar isi perutku dengan cepat serta membuat bulu kudukku berdiri seketika. Aku merasa asin pada bagian bibir dalamku. Bau yang sama, bau karat yang terkelupas dan aroma asinnya garam, selalu seperti ini ketika aroma tersebut selalu muncul.
Di dalam benakku berharap ini hanya mimpi, yah pucuk harapan itu sepertinya layu sebelum bermekaran. Semua ini nyata, sangat nyata malah.
"Tenang, aku akan baik-baik saja Naruto-kun," sebuah suara yang sama persis dengan suara ku terdengar ditelingaku.
Kun? Cih sial, dia membuatku tampak sebagai wanita penggoda dengan panggilan yang mendesah tersebut.
Dan ada apa ini? Basah, aku dapat merasakan permukaan bibirku basah dengan daging kecil yang menempel di kurva tersebut. Tidak dapat ku sangka bahwa vampir memiliki air liur, mungkin saja selama ini aku kurang memperhatikan kebersamaan yang tercipta antara kami, mabuk kepayang ke langit ketujuh dengan sentuhan Naruto yang lembut dan perlakuannya yang dapat meruntuhkan tembok kokoh yang bersarang di dalam tubuhku. Dia satu-satunya yang dapat merobohkan tembok tersebut, jika dibandingkan dengan orang-orang yang ingin mencongkel tembok tersebut namun tidak bisa. Tembok yang berdiri angkuh, sebuah tembok imajiner yang dibangun di dalam hati manusia, atau lebih khususnya adalah tembok yang bersarang dari seorang gadis bergaya cupu bernama Hinata Hyuuga, sejauh ini hanya dua orang yang dapat meruntuhkan tembok kokoh tersebut.
Seperti diketahui tempat pertama adalah seorang Naruto Uzumaki, seorang malaikat dengan tubuh yang menawan dan aroma yang memabukkan serta pengisi kekosongan relung hatiku. Dan kedua Kiba, apa Kiba? Oh tidak, aku tidak akan pernah menyukai cowok tengik brengsek tersebut yang berada dibawah umur tersebut. Untuk saat ini aku telah memeriksa ke psikolog dan psikiater bahwa aku tidak ada berkemungkinan mencintai seorang yang lebih muda umurnya dibandngkan aku, yang lebih tua dapat dikatakan iya. Naruto adalah buktinya, dia dan aku berbeda enam abad jika kuhitung dari ceritanya disetiap malam kami berbagi kebersamaan.
Lagipula, aku tidak menyukai tipe berandal seperti Kiba. Kau tahu, seperti berambut panjang, memiliki baret yang untungnya tidak panjang di bagian dahinya, serta seorang yang tidak dapat mengontrol diri. Bisa-bisa jika aku berada disampingnya selang beberapa lama aku akan menjadi sasaran di dalam aksi bejat dan lancarnya otaknya ketika berhubungan dengan seorang perempuan sepertiku. Aku berharap semoga dia mempunyai pengganti yang tidak mirip sama sekali denganku. Amin.
Ini aneh, bibirku basah bukan aku yang menikmati. Gambarannya tampak jelas dari pikiran orang yang menguasai tubuhku. Bencana, ini bencana yang sangat buruk.
"Tenang, aku akan baik-baik saja Naruto," suaraku kembali mengalun lembut meninggalkan Naruto yang terdiam.
Arrrg, kenapa jiwa kurang ajar ini berada di dalam tubuhku sekarang, kenapa?
Seakan jiwa tersebut ingin membuatku marah dan sepertinya dia berhasil membuatku marah. Apa lagi si jiwa ini dengan senangnya memanasiku dengan mencium Naruto lagi. Ini tidak dapat dibiarkan sama sekali.
Cih, jiwa berengsek.
Tanpa ku sadari tubuhku berpacu dengan angin, menikmati setiap langkah dan aromanya, aroma yang manis dan membuat emosiku kembali naik. Kini bukan hanya jiwa tersebut tapi tubuhku bergerak berlari disekitar terowongan gelap itu.
"Hinata, bisakah kau diam," perintah sebuah suara yang berat.
Aku sangat hafal dengan suara ini, suara yang selalu menyebalkan jika bertemu dengannya setiap titian tangga dan setiap kali kaki membawa ku pergi ke gedung sekolah, dia selalu ada menikmati ciuman yang sangat menjijikkan kepada Hanabi.
"Pergi kau, aku tidak butuh bantuanmu," ucapku dingin.
Um, sejujurnya aku sangat membutuhkan bantuannya akan tetapi tidak ada suara lagi ya sudahlah hanya suara saja tidak lebih.
Yah setidaknya ketika terowongan ini dapat dikatakan kosong tidak berisi, mungkin aku akan bahagia namun sepertinya, tidak untuk sekarang. Ruangan berwarna merah darah ini berubah menjadi gelap dengan cahaya lilin sepanjang lorong sebuah markas.
Mimpi ini, apa si jiwa ini mengetahui aku selalu bermimpi memasuki lorong ini entah mencari apa. Cih, jiwa sialan. Sudah berapa lama dia bersemayam di dalam tubuhku.
"Dari tadi telah kukatakan bukan, kau sendiri yang tidak menghiraukan," suara tersebut kembali membuatku kesal.
"Oi Fard, kau tahu cara keluar dari lorong ini?" pertanyaan yang bodoh, tidak lebih pertanyaan yang gila. Macam mana pula si Fard yang berandalan ini akan membantuku untuk menyelesaikan terowongan ini.
Tidak ada jawaban, tidak ada sahutan. Aku mengetahui dari awal ketika kami saling bertemu pandang pada hari yang penuh dengan badai tiga bulan yang lalu, dia tidak akan membantu secepat itu pada setiap orang. Fardiansyah adalah orang bertipe sadis, suka dengan film aksi dan pembunuhan (yah, meskipun aku dapat dikatakan juga menyukai kedua film tersebut) aura yang dimiliki oleh Fard sangat menyeramkan. Mungkin otaknya boleh cerdas seperti tokoh utama di dalam film Law Abiding Citizen, tetapi dia lebih bodoh dibandingkan Jacob di seluruh film the Twilight Saga (hingga saat ini filmnya yang baru aku lihat hanya sampai Eclipse) yang entah mengapa ada beberapa plot yang mirip dengan beberapa kejadian yang kualami.
'Kenapa kau diam, manis?' suara yang halus namun mengancam membuatku terduduk ketakutan.
Akh yah, suara wanderer keparat. Aku ingin mempunyai kekuatan seperti nomor empat di I am Number Four untuk meremukkan seluruh badan dari wanderer keparat ini. Akan tetapi, sepertinya itu hanya angan yang sama sekali tidak dapat diraih olehku.
Selalu seperti ini, mengapa terjadi kepadaku sesuatu yang aneh seperti ini, mengapa? Cih, aku harus membunuh inti atau sulur-sulur apalah yang ditanam kepadaku, harus. Nah, kaki yang baik hati apakah engkau mau menuruti perintahku?
Bagus sekali kaki, ayo kita berlari mengejar angin.
.
.
.
'Hah... hah... hah... hah..'
K-Kenapa? Kenapa rasanya berat sekali seperti dicengkeram dan disuntik oleh sesuatu? Kenapa?
Lemah, kau sungguh lemah Hinata, sangat lemah.
Terowongan gelap ini, tidak ada ujungnya, mungkin beberapa saat yang dahulu aku merasakan ada seberkas cahaya, namun sampai saat ini tidak ada yang lebih mengesankan dibandingkan dengan ular yang merayap lalu terbunuh sendiri atau tikus yang perlahan-lahan berubah menjadi sesuatu yang berukuran besar, mungkin ukurannya sebesar kerbau atau paling mendekati sapi. Selain itu, terowongan ini selalu sama, tidak ada perubahannya sama sekali jika dapat aku mengatakan dengan jujur, sangat buruk, mungkin saja di dalam terowongan ini ada jebakannya bukan?
Baru saja aku mengatakannya, tubuhku masuk lebih dalam kedalam jebakan berlubang yang langsung menelan tubuhku bulat-bulat sama seperti pertama kali aku memasuki sebuah terowongan dan berubah menjadi ruangan penuh dengan aroma anyir.
"Uuuugh," suara yang lemah dan hampir sekarat terdengar olehku.
Rambut pemuda itu pirang, kulitnya berwarna cokelat muda, bajunya berwarna oranye dan matanya berwarna biru. Apakah itu Naruto? Tapi mengapa dia begitu sekarat. Dan kenapa Yahiko ada disini juga, penuh dengan tindikan, itu aneh sekali. Dari pengamatanku, sepertinya Yahiko ini berbeda dengan Yahiko yang ku kenal. Tangan Yahiko mengarah kepada Naruto.
Seakan aku terbawa dengan cerita ini, yang baru ku sadari bahwa aku berada diatas langit untuk menghajar bagian belakang Yahiko.
Dengan cepat wajah Yahiko menatapku dan seperti yang telah diduga, tangannya mencengkram pergelangan tanganku dan menghempaskan tanganku ke tanah sehingga membuat tanah tersebut retak.
"Bantuan?" tanya Yahiko.
"Tidak akan kubiarkan kau menyentuh Naruto lagi." Yah walaupun hempasannya terasa meremukkan beberapa tulang punggung atau mungkin lainnya, aku menatapnya dengan seringai jahilku.
"Kenapa datang!? Cepat lari! Kau tidak akan dapat mengalahkannya," teriak Naruto yang telah tertanam oleh semacam paku.
"Aku tahu," seringaiku. Uhm, dapat dikatakan itu kata pembukaan yang bagus bukan?
Naruto menatapku seakan tidak percaya.
"Ini untuk kepuasaanku sendiri," ucapku sambil berbalik menatap Yahiko.
"Bicara apa kau? Jangan ke tempat berbahaya seperti ini, hanya dikarenakan alasan seperti itu," teriak Naruto. Aku penasaran, apakah paku tersebut tidak membuatnya sakit?
Yah, aku hanya dapat tersenyum, meskipun sepertinya tubuh ini tidak mau diajak berkompromi olehku.
"Berdiri di sini adalah keinginanku," entah mengapa aku bersikap serius. Semua dalam pandanganku tampak trasparan, sebuah mata yang aneh.
"Aku yang cengeng dan mudah menyerah... selalu merasa aku ditempatkan pada tempat yang salah. Akan tetapi.. Naruto, kamu menuntunku ke tempat yang benar. Aku selalu berlari dibelakangmu, untuk mengejarmu... karena aku ingin berada di sisimu dan berjalan beriringan bersama denganmu. Kau dapat mengubahku, Naruto. Senyummu dapat menyelamatkanku. Karena itu, aku tidak takut mati demi melindungimu, Naruto!"
Aku menghela nafasku, apakah itu pidato menyatakan cinta? Uwwwoooo sepertinya itu sedikit berbeda denganku, bukan.
"Karena aku... mencintaimu!" pernyataan itu terlontar dari bibirku.
Tanganku yang telah kupersiapkan dan kaki yang kuat aku bertumpu pada kaki tersebut bersama dengan angin yang membawaku. Kini aku tidak ingin mengejar angin, kini aku ingin dibawa oleh angin. Aku mengeluarkan suara entah apa, memukul Yahiko bertubi-tubi. Yahiko juga mengeluarkan suara yang kemudian menghempaskanku jatuh mengikuti teori gravitasi bumi.
"Kyaa!" hanya dapat berteriak seperti itu sesudah menyatakan cinta, sunguh memalukan.
Aku tergolek lemah namun masih dapat melihat. Aku melihat semuanya, Naruto berteriak pilu dan Yahiko berseringai dengan cara yang mengesalkan seperti membangkitkan sesuatu dari dalam Naruto
"Graaaa!" teriakan itu yang terakhir kali dapat kudengar, dengan sebuah mahluk berbentuk aneh dan berekor. Sepertinya Yahiko membangkitkan serigala lapar.
'Dukh!' aku terhempas masuk kedalam sebuah lorong kembali.
Apa itu? Cuplikan film laga atau sebuah cerita yang berhubungan dengan ini semua. Itu aneh!
"Kau melihatnya?" tanya Fard yang baru saja muncul setelah beberapa jam aku memanggilnya.
Melihat apa yang dimaksud Fard? Melihat kematianku jawabannya dapat dikatakan iya, nyawaku ketika itu berada diujung pangkal leherku.
'Bisakah kau pergi dalam pikiranku, orang keenam,' ucap jiwa yang menyelimutiku kini.
Aku menatap penuh harap entah kepada siapa, entah untuk apa.
"Tetap diam Hinata," suara tersebut adalah suara yang terakhir kudengar dari Fard selebihnya hanya kekosongan.
'Uhm, kita lihat apakah kamu sanggup untuk merangkak naik?' tanya jiwa penyelusup itu padaku.
Cih, apa dia selalu mempunyai niat untuk menyakitkan orang, ini terlalu berbahaya bukan! Untuk seorang perempuan di terowongan yang gelap dan juga dipenuhi oleh binatang-binatang kecil yang menjijikkan. Ini sungguh aneh, sangat aneh jika bisa digaris bawahi olehku.
"Oi Jiwa, jika kau ada disini, kau adalah orang yang sangat kurang ajar!" aku berteriak.
Dapat kurasakan, wanderer semakin bahagia. Ini terbukti ketika beberapa debu melayang lembut menyentuh batuan padat yang tidak rata. Debu dari terowongan ini bisa dikatakan tampak seperti kebahagian yang keluar dari wanderer tersebut. Mungkin, seperti udara pada pagi hari yang jarang sekali bisa dihirup atau mungkin seperti kebahagian seorang anak yang tidak pernah sama sekali berjumpa dengan ibunya dikarenakan ditahan oleh ayahnya. Namun secara garis besar, si wanderer ini sangat bahagia menyiksa orang pada kedalaman terowongan yang gelap.
Seandainya wanderer ini berbentuk, mungkin saja aku akan menggigit lehernya atau menusuk bagian lambungnya jika aku mau. Namun sayang, sepertinya wanderer ini tidak berbentuk sama sekali. Jika si wanderer ini berbentuk, aku memastikan bahwa dia adalah seseorang yang berwajah aneh mempunyai baret di setiap inci permukaan wajahnya –yang dengan senang hati akan aku tambah dengan beberapa goresan dan tentu saja menyiramnya dengan zat asam seperti jeruk lemon- dan senyuman yang sangat mengerikan.
Wanderer ini jika di dalam bentuk manusia pasti sangat menyukai film-film sadis yang dimana pada film tersebut mengambarkan adegan pembunuhan dengan leher dikoyak oleh sebuah belati atau seorang korban di siram air asam lalu dibunuh menggunakan pisau kecil namun tumpul atau mungkin wanderer ini termasuk kedalam famili hantu berambut panjang dan memiliki genus seringai panjang dan mungkin spesies cakaran tajam.
Karena itu, besar kemungkinan aku merebut kembali kesadaranku 0,00000000000000000009 persen, dan itu bisa dikatakan sama tidak mungkinnya alam semesta ini dibentuk tanpa campur tangan-Nya yang dibuktikan oleh ilmuan asal Amerika dengan satu per sepuluh pangkat sepuluh pangkat seratus dua puluh tiga yang artinya satu banding sepuluh dengan sepuluh sebanyak seratus dua puluh tiga berjejer dibelakang angka sepuluh tersebut.
Lorong ini mungkin dapat dikatakan besar, lebih besar dari lorong bawah tanah pejuang Gaza melawan Israel, lebih besar dari kamp-kamp yang saling terhubung di Negara Vietnam tempat seorang ibu membunuh anaknya agar yang lain bisa selamat dari gempuran tentara Amerika pada masa peperangan dahulu. Meskipun lorong ini lebih besar dibandingkan kedua contoh lainnya. Namun dapat dikatakan jika ini sama atau bahkan jauh lebih sulit dari kedua contoh lainnya.
Lalu, bagaimana hal yang benar agar aku bisa menarik kembali seluruh kesadaranku? Harus bagaimana?
Tetap diam Hinata. Akh, yah baru kusadari aku harus tetap tenang setenang air di dalam ceruk-ceruk danau.
Tunggu saja Naruto, aku akan meraih ceruk-ceruk tersebut bersama denganmu.
.
.
.
Cahaya menyilaukan menyambut mataku, sang surya telah berdiri tegap siap mengirimkan sinar-sinar kemerahannya yang mengandung provitamin D agar siap untuk bahan makanan bagi kulit-kulit diolah sedemikian rupa menjadi vitamin D yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia tersebut.
Krack! Oh tidak, ada suara patah di beberapa tulangku, ini semua sungguh menyakitkan. Aku dapat merasakan tulang panggul dan tulang punggungku hampir patah sepertinya dikarenakan perjalanan yang jauh mungkin.
"Kamu lapar Hinata?" tanya Naruko yang berada di depan berpegangan tangan dengan Menma.
Sejujurnya aku sangat lapar setelah menjalankan perjalanan yang jauh dengan berlari namun sepertinya aku sudah tidak mampu lagi untuk menjawab.
"Bagaimana kalau kita memesan beberapa burger atau daging ayam?" tanya Menma.
Naruko tampak tidak menyukai gagasan dari Menma tersebut.
"Kau tahu, makanan itu sungguh tidak layak masuk kedalam tubuh manusia dengan bakteri pantogennya," sela Naruko.
Menma hanya mengangkat bahu, sambil tersenyum dengan gayanya sendiri.
"Kapan kita akan sampai?" tanyaku.
Naruko mengernyitkan dahinya kemudian dia melirik Menma yang tengah menyetir.
"Kira-kira dua setengah jam lagi Hinata, aku harus memutar-mutar agar tidak diketahui oleh mereka," di dalam suara Menma, aku mengetahui bahwa Menma menyimpan sebuah kegetiran di dalamnya.
"Oi Menma, bisakah kau menghentikan mobil di stasiun pengisian bahan bakar di depan, Hinata sepertinya tengah menahan keinginan untuk membuang urin, sudah hampir dua hari dia tidak mengeluarkan urin," senyum Naruko.
Ya ampun, Naruko kau memalukanku secara halus. Aku benci vampir, semuanya tidak dapat di sembunyikan karena mereka mendengar seluruh yang berada di dalam tubuh manusia.
Meski aku membenci Naruko dikarenakandia terlalu jujur, tetapi aku menerima usulannya ketika tiba ke stasiun pengisian bahan bakar tersebut. Karena terlalu lama di dalam mobil, aku dengan gerakan gelisah –tentu saja- dan tidak nyaman, berlari ke dalam toilet terdekat untuk mengeluarkan urin yang mendesak kantung di dalam tubuhku yang mana kantung tersebut telah terisi penuh dengan yang namanya urin.
Sedangkan Naruko, dia memasuki mini market dan meninggalkan Menma yang dengan sendirinya mengisi aliran minyak bumi berwarna merah ke dalam tangki mobilnya sebagai cadangan –karena mobil tersebut termasuk kendaraan berjenis hybrid yang memiliki baterai untuk penggeraknya dan minyak bumi bernama bensin sebagai penggerak mobil- untuk perjalanan kami yang sangat panjang berikutnya.
Naruko menunggu aku di depan toilet, aku melihatnya pertama kali ketika aku keluar dari bilik toilet. Aku berjalan bersama dengannya, dia tampak semangat dan bercerita mengenai apapu, tentang fashion, kiat-kiat mendapatkan pria yang sebenarnya diantara ribuan kaum laki-laki yang berada di Bumi ini, selalu semangat khas Naruko. Aku tidak memperhatikannya, aku memperhatikan Menma yang tersenyum mempersilahkan kami masuk, aku memperhatikan mata Menma, mata yang menerawang jauh ke belakang membayangi sesuatu yang membuatnya getir. Pada pantulan spion mobillah aku melihat mata tersebut, mata Menma.
Matanya kuning kelam, penuh dengan kebencian dan...
... rasa haus.
...
.
.
.
TBC
.
.
.
.
...
A/N:
Terima kasih atas kesedian teman-teman sekalian yang masih ingin melanjutkan sampai chapter terakhir, mungkin dari beberapa chapter ini membuat teman-teman sekalian membenci saya selaku author. Saya selaku author meminta maaf, jika kalian mengetahui letak kesalahan saya, dapatkah kalian menunjukkan dimana kesalahan saya selaku author. Mungkin, dari teman-teman sekalian ada yang paham dengan seluk beluk EYD dapat menunjukkan saya kesalahannya, atau teman-teman ingin menambahkan ide untuk ini semua. Saya persilahkan. Maafkan saya juga atas beberapa komentar saya saat membalas review dari teman-teman yang anon dengan tidak baik, sehingga teman-teman sekalian marah atau kesal dengan saya yang kelakuannya seperti anak kecil, jadi sudi kiranya teman-teman memaafkan saya?
Akhir kata, saya hanya dapat mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semuanya. Sudi kiranya teman-teman sekalian menunjukkan kesalahan saya pada kotak review, atau memprotes karena alurnya yang berjalan lambat.
RnR? Flame or Concrit! Silahkan terserah teman-teman sekalian.