DISTANCE to a KISS
Inspired by YOSHINAGA Yuu
Naruto; character owner is Masashi Kishimoto
Written by Onime no Uchiha Hanabi-hime
Pairing: Sasuke and Sakura
STORY 1
~ Read, Review and Enjoy ~
Dia sudah ku kenal selama 5 tahun. Cowok yang selalu kusangka kubenci. Sebenarnya dari awal bertemu dia orang yang spesial untukku.
Sesungguhnya jarak ini..
..ingin sekali aku dekatkan.
"Ba..bagaimana ini Tenten? Kami sekelas. Nggak bisa dipercaya" ucapku mematung di depan papan pengumuman, memandangi daftar nama pembagian kelas.
"Apa maksudmu?" Tenten heran.
"Itu, aku dan Sasuke! Nomor absennya juga dekat!" Terangku masih agak syok.
"Sasuke?" Tenten makin heran. "Sasuke itu siapa sih?" Tanya Tenten masih dirundung heran. "Oh, teman sepupumu itu ya?" Ingat Tenten kemudian.
"Iya," jawabku sekenanya. "Wah, bagaimana ini? Takut masuk kelas" membayangkannya saja aku sudah berdebar-debar tak karuan.
Sakura Haruno, 15 tahun. Apakah kejadian kecil di awal SMA ini pertanda baik?
Itu adalah rasa suka yang sudah ada selama 5 tahun.
Sasuke adalah sahabat sepupuku, Naruto Uzumaki sejak kecil. Kami berdua (Naruto dan aku) tinggal di rumah nenek Tsunade dan kakek Jiraiya sejak kecil, orang tua kami meninggal dunia sejak kami menjejak bumi.
DISTANCE to a KISS
Blam!
"Aku pulang! Nek, masak apa hari ini?" Naruto baru pulang dari klub sepak bola sudah menanyakan makanan.
"Soumen (mie dingin)" jawab nenek Tsunade.
"Lagi-lagi makanan instan?" Protes Naruto.
"Naruto! Kamu makan puding apricot punyaku, ya?" Tuduhku yang asyik duduk di sofa sembari menonton tv.
"Apa? Bukan aku, kok!" Jawab Naruto dengan tampangnya yang sok innocent.
"Terus siapa dong?" Tanyaku lagi.
"Sasuke 'kan?" Naruto menatap Sasuke yang berdiri di belakangnya.
"Eh? Bukannya itu bagianku?" Jawab Sasuke dengan tampang yang lebih innocent lagi. Padahal dia yang bersalah!
"Jelas itu nggak mungkin!" Seruku memprotes.
Saat itu aku kelas 5 SD. Sejak kenal di klub sepak bola, walaupun dari sekolah yang berbeda, setiap hari dia ada di rumah kami.
"Huh! Sebal!" Gerutuku.
"Cuman puding, kan?!" Naruto berucap.
"Rasanya biasa, kok!" Jelas Sasuke.
Dia yang selalu merasa rumah kami adalah rumahnya, akhirnya jadi dekat bagaikan bagian dari keluarga kami.
"Kalian! Mandi dulu sebelum makan, ya?!" Seru nenek.
"Baik, nek!" Sahut keduanya (Naruto dan Sasuke), kemudian mereka berlari menuju kamar mandi sembari bersenda-gurau.
"Kenapa sih nggak ada sungkannya? Bagaimanapun, seharusnya dia malu, kan?" Gerutuku sembari membantu nenek membereskan peralatan makanan.
"Lagi ngomongin Sasuke, ya?" Tebak nenek. Nenek Tsunade memang terhitung umur tua, tapi wajahnya dan kekuatannya masih seperti ibu-ibu, loh?! "Sepertinya setiap dia pulang ke rumah, selalu tidak ada siapapun. Dia tinggal berdua saja dengan ibunya. Karena bekerja, ibunya baru bisa pulang setelah larut" cerita nenek.
Aku hanya bisa mengangguk-angguk mengerti. Padahal kesepian ya? Tapi dia berusaha menutupi dengan senyumnya itu.
"Kau main curang ya, Sas!" Protes Naruto ketika ia kalah main playstation dengan Sasuke.
"Tidak apa-apa, kan? Kalian bisa bermain dengan rukun bertiga" tiba-tiba nenek berucap ketika Naruto dan Sasuke bersiap ingin pergi ke pantai saat libur musim panas. Tonton, babi peliharaan bibi Suzune yang bekerja di luar kota senantiasa berada di gendongan nenek.
"APA?! Nggak usah!" Seru Naruto dan Sasuke bersamaan penuh semangat. Terlalu sekali mereka ini. Apa segitunya nggak mau aku ikut?
"Kamu nggak ikut pergi sama-sama ke laut, Sakura?" Tanya nenek heran.
"Apa?" Aku cuma terperanga.
Begitulah, kami yang masih anak-anak ini selalu berhadapan 1 lawan 2.
"Lagi pula aku juga nggak mau ikut, kok! Aku malu kelihatan main bersama dengan anak-anak seperti kalian!" Tolakku dengan sebal.
"Kita juga malu main sama anak kurus seperti kamu!" Jawab Sasuke. Tidak sopan!
"Kami pulang!"
"Wah, kulit kita ternakar matahari!"
Aku duduk di sofa sembari membaca komik. Aku dengar mereka datang, tapi aku enggan menyahuti salam mereka. Mereka menyebalkan!
"Hei" tiba-tiba Sasuke datang dan berdiri di belakang sofa tempatku duduk. Ia memperlihatkan sebuang keong, rumahnya aja sih. Tapi keong itu berukuran besar, seperti terompet kerang yang di kartun Spongebob Squarepants.
"Ada apa?" Tanyaku heran.
"Aku bawa ini, soalnya terlihat cantik" jelas Sasuke. "Nih, oleh-oleh!" Ia lalu memberikannya padaku.
"Eh?" Aku bingung lalu memperhatikan rumah keong besar itu.
Tiba-tiba Sasuke mendekatkan wajahnya ke sisi kepalaku.
DEG! Wajahku pasti sudah merona.
"Coba deh dimasukkan ke dadamu" bisik Sasuke.
"..."
BUG! BUG! Aku memukul-mukul wajah Sasuke dengan bantal. Menyebalkan!
"Aduh! Kenapa sih?!" Seru Sasuke yang wajahnya berada di bawah bantal.
"Makanan sudah siap. Sedang apa sih kalian?" Ucap nenek yang heran melihat kami berdua.
Padahal sudah merasa senang...
BRAK!
Tapi kenapa selalu berakhir dengan bertengkar, ya?
"Hei!" Seruku setelah menggebrak pintu kamar Naruto. "Kalian ini bandel, ya?! Aku, kan sudah bilang berkali-kali jangan menonton yang seperti itu di sebelah kamarku!" Protesku pada kedua anak dungu itu.
"Ah.. Oh.. 3" Disela acara mengocehku diselingi dengan suara-suara dari monitor komputer Naruto.
"Cerewet. Ini kan kamar kita, jadi bebas mau melakukan apapun, dong!" Sahut Naruto sambil membolak-balik majalah dewasa.
"Bagaimana kalau kamu juga ikut menonton?" Ajak Sasuke sambil menatapku menggoda.
"HAAH?! Kamu kenapa, sih?! Sudah gila, ya?!" Sahutku dengan wajah yang memerah padam.
"Dia cuma bercanda" ucap Naruto.
"Ditanggapi serius?" Gumam Sasuke lalu kembali fokus pada majalah dewasanya.
"Menyebalkan!"
BLAM!
Kenapa, ya? Aku sekesal ini?
CIITT! SRESSHHH!
Kenapa sih anak itu selalu ada di rumah kami? Huh, aku benci dia!
CIITT!
"Kamu dari SD jangan-jangan tidak tambah tinggi, ya?" Tiba-tiba Sasuke masuk kamar mandi. Setelah aku mematikan keran sehabis mencuci tangan.
"Apa?" Tanyaku heran.
"Selain itu kamu juga kelakuannya seperti anak-anak. Coba kau berdiri di sebelahku" Sasuke menarikku berdiri di sebelahnya. Lalu memperhatikan pantulan diri kami berdua di depan cermin, "tuh kan? Aku lebih tinggi" ucapnya kemudian sambil meletakkan tangannya di atas kepalaku, mengukur sejauh apa perbedaan tinggi kami.
Oh..
Aku baru sadar sekarang.
Sepertinya aku..
..Menyukai Sasuke.
Karena itu sampai begini. Tidak tenanag jika ada dia.
DISTANCE to a KISS
1 tahun semenjak itu. Selama belajar untuk ujian masuk, aku jarang bertemu dengannya. Apakah dalam setahun ini aku juga sudah sedikit lebih dewasa? Jika aku bertemu dengannya lagi..
Semoga aku bisa lebih jujur dengan perasaanku.
Eh?!
"Ka.."
U.. Uwah! Ba..bagaimana ini?! Bertemu! Benar-benar bertemu! Dia pakai seragam yang sama denganku! Eh.. Eeh.. Pokoknya, aku harus mengatakan sesuatu!
"La, lama nggak keox# !"
"Apa?"
Agh! Memalukan!
"Ooh.. Ternyata kamu, ya?"
"Eh?"
"Lama!" Naruto mengomel.
"Habisnya sekarang dia memanjangkan rambutnya" ucap Sasuke sambil menunjukku.
"..." Sasuke sekarang benar-benar terlihat dewasa. Padahal hanya tidak bertemu selama setahun. Aku sampai hampir tidak mengenalinya. Badannya juga.. Semakin tinggi.
"Sakura bilang padaku kalau masuk SMA mau kelihatan cantik. Makanya rambutnya dibiarkan panjang" bisik Naruto pada Sasuke.
Naruto..! Menyebalkan!
"Hmmm," Sasuke mangguk-mangguk. "Tetapi.. Memang kelihatan ada perbedaan sih" sambungnya.
"..." Aku terdiam beberapa detik. "Biasa saja, aku juga berubah bukan karena ingin dipuji olehmu, kok!" Ucapku buang muka.
"Anak ini sama sekali nggak berubah, ya...?"
"Iya" Naruto mengangguk setuju. Mereka berdua lalu berjalan pergi berdua. "Dan lagi, kenapa ya? Yang sekelas malah Sasuke dan Sakura? Benar-benar nggak bisa dimengerti, deh!" Protes Naruto.
"Iya juga.." Jawab Sasuke sekenanya.
"..."
"Ooh, jadi itu yang namanya Sasuke? Keren, ya? Dia ya, Sakura? Dia populer 'kan?" Tenten yang dari tadi berdiri di sisiku tiba-tiba berbicara.
"Eh?"
"Eh, lihat anak itu!"
"Uh! Keren banget!"
"Siapa? Dia saja yang terlihat spesial."
"Dari SMP mana, ya?"
"Betul, kan?" Tenten membenarkan perkataannya sebelumnya.
"Ugh" aku hanya bisa bersuram durja.
Begitu, ya? Sebenarnya akau sudah menyangka, sih.
"Sasuke sepertinya terpilih jadi anggota tim sepak bola, lho!"
"Bahkan dia terkenal di antara anak-anak yang berprestasi di level atas."
"Memangnya benar, ya, dia juara ke 3 waktu tes kemampuan siswa?"
"Ya."
DISTANCE to a KISS
"Aku ternyata tidak tahu. Ternyata Sasuke hebat banget" gumamku masih setia dengan aura suram.
"Sejujurnya sepertinya dia terlalu tinggi levelnya buat kamu" ungkap Tenten tanpa tahu perasaanku.
"Sejak itu sudah seminggu aku nggak ngomong sama dia, kok" ceritaku. Sulit didekati.
"Sasuke!"
Teman SMPnya?
"Ngomong-ngomong, kamu benar-benar terkenal, ya? Kenapa?"
"Aku iri."
"Berisik" sahut Sasuke.
"Kayaknya kamu makin terkenal, ya?!"
"Anak sekelasku pasti langsung minta nomor HP kamu begitu tahu aku temanmu."
"Kasih nggak?"
"Jangan!" Seru Sasuke malas.
"Aku cuma bercanda!"
"Eh, kalian sudah ketemu Kazuha? Rambut baru anak itu sekarang keriting, lho!"
"Hah? Serius, tuh? Mau jadi bintang?"
"Jangan mengejeknya. Walau begitu, orangnya sendiri merasa dirinya jadi keren," tengah Sasuke.
"Hua ha ha! Nggak mungkinlah! Soalnya dia terlalu percaya diri."
Aku, terpesona dengan Sasuke. Sifat Sasuke yang hanya aku yang tahu. Kupikir ada banyak. Akan tetapi, sisi Sasuke yang tidak ku ketahui, ternyata lebih banyak.
"Sudah selesai makannya?" Tanya Tenten ketika aku sudah merapikan bento yang dibawakan nenek.
"Iya. Aku pergi ke Lab IPA dulu ya, tadi aku ketinggalan sesuatu di sana" ucapku dan melangkah pergi dari kelas.
Dari awal aku dan Sasuke. Kalau tanpa Naruto yang mengenalkan, memang tidak ada hubungn apapun.
"Sedang apa?"
"Eh? Kamu ngapain?" Tanyaku pada Sasuke yang menengok dari luar jendela Lab.
"Habis, di kelas berisik" jawab Sasuke.
"Oh, gitu?" Sahutku lalu mengambil buku yang sempat tertinggal.
"Hei. Mau ke sini juga?" Tawar Sasuke sambil mengulurkan tangannya padaku.
"Hah? Maksudmu melompat dari sini? Tinggi banget!"
"Nggak apa-apa," ucap Sasuke agaknya membuat aku sedikit percaya. "Ayo" tanganku bertautan dengan Sasuke.
Ke.. Kenapa tiba-tiba.. Dia baik?
"Hati-hati jatuh, ya" pesan Sasuke.
"Iya" gumamku pelan. "Waa!" Tapi aku sedikit terpeleset ketika kakiku berhasil menjejakkan tanah.
"Eits!" Sasuke berusaha menahan tubuhku.
"Ma..maaf" ucapku. Aku jadi gugup.
"Kamu itu," tiba-tiba Sasuke berujar.
"Apa?"
"Akhir-akhir ini kelihataan tidak bersemangat," Sasuke membuka pembicaraan. "Kalau.. Ada yang ingin kamu bicarakan denganku, bilang aja nggak apa-apa kok" wajah Sasuke menunduk.
"Eh? Apa...?" Aku masih kehilangan kata-kata. Kamu ngomong apa sih?
"Tadi, kamu nangis, kan?"
DEG! Jangan-jangan, Sasuke..
DEG! DEG!
"Kamu itu.." Ada jeda panjang dari perkataannya.
"A-"
"Kamu di kelas nggak ada teman terus kesepian, ya?" Potong Sasuke.
"Hah..?" Aku langsung jatuh terduduk.
"Makanya kamu dicuekin, ya? Kan, kalau murid perempuan suka ngurusin yang seperti itu," kupikir dia mau bicara yang lain. Aku sudah mati kutu tadi.
"Hahaha.. Ya ampun! Bukan begitu, tahu!" Tawaku pecah.
"Kamu ngetawain apa, sih?" Sasuke terlihat heran denganku yang tiba-tiba tertawa. "Apanya yang lucu? Padahal aku mengkhawatirkanmu..." Sasuke terlihat sebal dan menyentil dahiku.
"Aw! Kamu tuh yang aneh tiba-tiba ngomong begitu, seperti kakekku saja!" Sergahku.
"Terus tadi kenapa nangis?"
Syukurlah.. Sasuke tidak berubah.
"Nggak ada apa-apa, kok."
Ini Sasuke yang aku kenal.
"Anak yang aneh."
Senangnya...
"Ternyata benar, kamu kelihatan beda. Karena rambut kamu jadi panjang, kelihatan seperti orang yang berbeda" Sasuke berujar membuatku tercekat.
"Apa sih? Bukannya kamu sama Naruto mengejek aku waktu itu?" Manyunku. "Aku tahu, kok, kalau aku nggak pantas rambut panjang. Kalau aku potong, beres, kan?" Aku membuang wajahku agak kesal.
"Haaa?" Sasuke menatapku heran. Lalu ia membuang wajahnya ke arah lain, "kupikir, nggak perlu kamu potong."
Aku melirik Sasuke dari sudut mataku.
"Nggg, cuma.. Aku cuma belum terbiasa saja" jelas Sasuke.
Aku hanya bisa melihat leher jenjangnya, telinganya, dan struktur rahangnya yang tegas.
"Aku.." Ada jeda dalam perkataannya. "Sama sekali nggak bilang.. Kalau kamu terlihat jelek. Atau aneh" sambungnya.
Sasuke.. Kenapa tingkahnya jadi aneh begini? Kenapa dia tidak menatapku ketika mengatakannya?
Se.. Pertinya..
SREEEK!
"Kalau disini nggak akan diganggu siapapun."
"Kamu yakin? Kalau ada yang lihat, bahaya nih!"
"Nggak apa-apa, kok! Kita juga bisa sembunyi di bawah meja."
"Ih, kamu mesum."
"Kita ke sini untuk itu, kan?"
Ada pasangan gila! Di sini masih ada orang, oi!
Tapi, suara ini, jangan-jangan...
Aku dan Sasuke memberanikan diri mengintip.
Ternyata benar! Naruto!
SREEEK
"Hei, kalian berdua sedang apa di tempat ini?"
"Waa!"
"Dilarang memakai ruang kosong sembarangan, ya!"
Pak guru..?
"Sudah nggak ada orang, kan?" Bisikku pada Sasuke.
TAP! TAP! TAP!
Eh? Gawat!
SREEEK!
"Dasar! Apa sih yang dipikirkan mereka?" Tiba-tiba pak guru membuka jendela yang berada di atas kami berdua. "Murid baru tahun ini, bandel-bandel" ucap pak guru. Sasuke merapatkan tubuhnya padaku dan menutup mulutku dengan telapak tangannya.
DEG! DEG! DEG!
TOK! TRAK! TRANG! KLOTAK! Pak guru sepertinya sedang melakukan sesuatu di dalam sana.
DEG!
Lama sunyi, tak ada suara apapun yang ku dengar selain detak jantungku sendiri yang berdegub kencang.
"Su.. Sudah pergi, ya?" Bisikku pada Sasuke.
"Entah," sahut Sasuke singkat.
Rasanya.. Sudah saatnya menjauh. Aku berusaha menjauhkan tubuh Sasuke yang merapat padaku. Tubuhku diapit antara dinding dan tubuh Sasuke.
"Ternyata.. Naruto sudah punya pacar, ya?" Ucapku.
"Ha?" Sasuke masih mengapitku.
"Padahal baru saja masuk sekolah seminggu. Naruto itu cepat, ya, punya pacar" ucapku lagi. "Wah, untuk pertama kalinya aku melihat orang berciuman" sambungku.
DEG! DEG! DEG!
"Aduh bagaimana ini? Aku tidak tahu harus bagaimana jika bertemu Naruto di rumah" ungkapku lagi dan lagi.
"Oi, jangan berisik" bisik Sasuke. "Mungkin Pak Guru masih di sini" sambungnya.
Habisnya...
Kalau tidak bicara, aku takut debar jantungku..
"Berciuman itu..."
..Terdengar oleh Sasuke.
"Rasanya seperti apa, ya?"
Aku merunduk. Hening.. Tak ada lagi yang bicara antara kami berdua. Aku.. Baru saja.. Bilang apa?
"Ingin tahu?"
Sasuke kini menatapku. Perlahan tangannya menyibak rambutku dan merayap menuju tengkukku.
"Sasuke!"
"Ternyata benar!"
"Sedang apa kau sendirian!"
"Habis ini pelajaran olahraga, ayo!"
"Oke" sahut Sasuke ketika temannya berseru dari lantai atas, lalu ia pergi. Sedangkan aku? Mematung di balik tembok.
Apa yang baru saja terjadi? Tadi.. "Ingin tahu?" Apa maksudnya..? Mengatakan hal seperti itu? Aku nggak ngerti. Pikiranku.. Kacau.
DISTANCE to a KISS
"..."
"Sakura! Hoi! Sakura!" Tenten membangunkanku dari lamunanku. "Kamu kenapa melamun?" Tanyanya kemudian.
"Ah, enggak" jawabku sekenanya.
Apa.. Karena terkesan jadi aku yang memberi ajakan? Walau begitu, itu, hal yang bagus, kan? Nggak ngerti!
"Haruno!"
Aku memalingkan pandanganku, "apa?" Tanyaku.
"Haruno kamu dekat, ya, sama Sasuke? Tadi waktu istirahat makan siang aku melihat kalian berduaan" ucap seorang siswi padaku.
DEG!
"Maaf, ya! Aku hanya penasaran saja kenapa kalian dekat, padahal SMPnya berbeda."
'Berciuman itu.. Rasanya seperti apa, ya'
"Jangan-jangan kalian paca-"
"Bukan, kok!" Sergahku. "Eh, itu.. Kami nggak pacaran" jelasku. "Aku kenal sama dia soalnya dia sahabat sepupuku. Karena sudah kenal sejak dulu, jadi aneh rasanya kalau sekarang. Jadi, aku tidak mungkin pacaran sama dia."
Tanpa aku tahu. Tanpa aku sadari.
"E.. Ah.."
"Sasuke.. Itu.." Kenapa aku ingin menjelaskan semuanya? Tapi Sasuke berubah. Acuh.
Ternyata, akulah yang pertama yang telah membuat jarak.. Yang sudah mulai dekat.
To be continue~
Author's note:
Ulala! Pegal sekali jari-jemariku bergeliat di atas keyboard.. TwT)/
Tapi demi menyelesaikan ini, aku harus berjuang! TTwTT)9
mohon reviewnya yang membangun m(_ _)m