.

Fairy Tail by Hiro Mashima

You're Not Her Father

By

Minako-chan Namikaze

Warning!: Ini adalah OVA pertama yang menceritakan kehidupan NaLu sesudah menikah dan untuk memperjelas inti cerita di Broken Vow, sequelnya YNHF.

.

Enjoy!

.

Mata karamel itu membulat, mendelik tajam kepada sepasang mata obsidian yang bergerak gelisah. Sebuah dengusan kekesalan lolos begitu saja dari bibir peach sang pemilik mata berwarna cokelat madu itu. Sementara sepasang mata karamel lainnya hanya menatap mereka dengan kerlingan penasaran.

"Err..." Natsu bergumam, memecah keheningan di ruangan yang mencengkam itu.

Lucy mendesah kecewa. "Apa ini Natsu? Bukankah sudah kubilang kalau aku ingin makan Donat rasa rendang? Kenapa kau malah membawakanku Bakpao?" delik Lucy sambil berjengit melihat roti kukus yang terhidang rapi di hadapannya itu.

"Luce, aku dan Luna sudah keliling mencari donat yang kau inginkan, dan kami sama sekali tidak menemukannya! Padahal kami sudah menjelajahi seluruh sudut kota selama berjam-jam! Jadi aku memutuskan membelikanmu sesuatu yang mirip saja..." bela Natsu, dengan keringat yang bercucuran di dahinya. Berharap mendapat belas kasihan dari Istrinya.

"Aku tidak mau!"

Natsu melongo. Luna geleng-geleng kepala. Sungguh, Lucy benar-benar berubah menjadi manja dan semakin keras kepala semenjak dirinya hamil.

"Lah? Terus bagaimana? Lagian, kau ngidamnya aneh-aneh, sih! Masa donat rasa rendang kau idamkan?" sungut Natsu.

Lucy semakin mendelik. "Kalau gak aneh, bukan ngidam namanya!" kemudian dia melipat kedua tanggannya di depan dada. "Pokoknya aku mau donat rasa rendang! Kalau kau tidak bisa menemukannya, maka kau harus membuatnya sendiri!"

Natsu menahan diri untuk tidak menjatuhkan rahangnya ke lantai. Dia? Membuat donat? Terlebih, donat yang bahkan tidak diketahui ada atau tidak di dunia ini?

"Kau pasti bercanda!" Natsu tertawa hambar. Namun tatapan Lucy langsung membuatnya bungkam.

"Buat atau tidur di luar selama sebulan!" dan Lucy segera beranjak dari tempatnya, meninggalkan Natsu dan Luna yang hanya menatapnya dengan tatapan 'bagaimana-cara-meyakinkannya-bahwa-donat-yang-dia-idamkan-itu-tidak-ada-di-dunia-ini?!'

Natsu menghela nafas. Dia mendongak, memutar memori otaknya demi mengingat kejadian satu minggu yang lalu.

Flashback...

"Apa? Istri saya hamil, dok?!" seru Natsu girang seraya menggebrak meja kerja Dokter.

Dokter itu terperanjat dengan perlakuan Natsu lalu mengusap-usap dadanya. "Tolong, jangan membuat saya jantungan dengan gebrakan Anda, pak. Iya, Istri Anda hamil. Selamat, ya, Bu Lucy, Pak Natsu," Dokter itu menatap Lucy dan Natsu secara bergantian.

Lucy menutup mulutnya dengan cepat. Kilatan bahagia terlihat sangat jelas dari matanya. Natsu merangkul bahu Lucy dan tersenyum bangga ke arah dokter.

"Terima kasih, Dok! " Natsu menyalami dokter itu dengan gembira. Mereka keluar dari ruangan setelah mendengar beberapa nasehat dari Dokter untuk Lucy.

Natsu menciumi kening Lucy beberapa kali saking bahagianya. "Lho, Luce? Keningmu panas. Badanmu juga hangat. Astaga! Kau demam! Ayo, cepat! Kita temui Dokter lagi!" seru Natsu, panik.

Lucy memegangi keningnya sendiri. "Ini mungkin efek dari mual-mual tadi pagi. Wajar kok!"

Namun Natsu bersikeras untuk membawa Lucy ke hadapan Dokter dan Lucy memberontak karena dia tidak suka bau ruangan Dokter tadi dan malah mengancam Natsu bahwa pria itu tidak boleh menyentuhnya selama tiga bulan. Dan Natsu akhirnya menyerah setelah Lucy bersikeras meyakinkannya kalau itu Cuma panas biasa.

Mereka pulang, dan segera disambut dengan Grandine, yang kebetulan menginap di sana untuk bertemu cucunya. Grandine menanyakan keadaan Lucy dengan khawatir. Lucy adalah menantu yang amat disayanginya, dia begitu khawatir mendapati Lucy muntah-muntah pagi ini.

"Tidak apa-apa, ma. Lucy baik-baik saja. Mama tidak usah khawatir dan berbahagialah!" Natsu nyengir lebar.

Grandine menepuk punggung Natsu dengan kuat, membuat pria itu menjerit kesakitan. "Gimana ceritanya mama bisa berbahagia? Menantu kesayangan mama tiba-tiba sakit dan dengan seenak udel kamu nyuruh mama berbahagia?!" omel Grandine.

Lucy mengelus punggung Natsu yang kebas akibat 'tepukan' Grandine. "Aku beneran baik-baik saja kok, ma! Dan kami bawa kabar gembira untuk mama!" Lucy tersenyum lebar.

"Kabar gembira?" Grandine memicing, kemudiann matanya membulat seolah mengerti sesuatu. "Jangan bilang...!" dia menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Natsu memeluk Lucy sambil berseru kencang. "YA! LUCE-KU SEDANG HAMIL SEKARANG!"

"Kyaaaa!" Grandine berteriak dan mendorong Natsu hingga terlepas dari aksi peluk-pelukannya dengan Lucy, kemudian wanita paruh baya itu gantian memeluk menantunya dengan erat.

"Mama tidak menyangka akan secepat ini. Oh, mama sudah tidak sabar untuk menggendong dedek bayi yang lucu!" seru Grandine, terharu.

Lucy membalas pelukan Grandine sambil tersenyum lebar.

"Apa? Dedek bayi?" Luna berjalan mendekati Lucy dan Grandine dengan wajah lugunya.

Natsu yang sejak tadi terduduk di lantai langsung merangkak dan meraih putri kecilnya. Meraupnya ke dalam dekapan hangat. "Ya, sayang! Sebentar lagi Luna bakal punya seorang adik! Mama akan melahirkan seorang dedek bayi!"

Senyuman lebar tercipta di bibir kecil Luna, matanya melebar penuh dengan kebahagiaan. "Benarkah itu, ma?" tanya Luna, semangat.

Lucy langsung mengangguk, senyum tak pernah lepas dari wajahnya sejak tadi.

Grandine menunduk dan menoel hidung mungil Luna. "Yup! Karena itu, Luna-chan harus menjaga dedek bayi dengan baik! Sayangi dia ketika dia lahir!" ujar Grandine.

Luna langsung mengangguk semangat kemudian melompat-lompat bahagia. "Asiiiik! Luna punya adik! Luna punya saudara! Yeeey! Luna janji bakal jaga dedek bayi seumur hidup Luna!"

Semua orang di situ tersenyum mendengar ucapan Luna. kemudian Grandine menatap Natsu dengan tajam. "Natsu, karena Istrimu sedang mengandung, kau tidak boleh membuat hatinya sakit. Manjakanlah dia, turuti semua permintaannya. Apa yang dia idamkan harus kau penuhi tanpa terkecuali, karena secara tidak langsung hal diidamkann Lucy adalah apa yang diinginkan dedek bayi. Dan itu juga berpengaruh pada proses pertumbuhannya di perut!" Grandine mulai memberi petuah-petuah penting tentang Ibu hamil kepada Natsu.

Natsu mengangguk-angguk mengerti. "Baiklah! Aku berjanji akan mengabulkan semua permintaan Lucy apapun yang terjadi! Ini semua demi baby-chan!"

Flashback off...

Dan di sinilah dia berada sekarang, berkendara entah ke mana arah dan tujuan bersama putri kecilnya mencari sebuah donat yang tidak dia yakini apakah memiliki eksistensi di dunia ini.

"Pa, gimana kalau kita ke rumahnya tante Mira?" usul Luna, memecah keheningan dan kebingunan Natsu.

"Boleh saja. Tapi untuk apa?" tanya Natsu yang belum mengerti apakah alasan putri kecilnya mengajaknya ke sarang macan itu, yah Mira dan Laxus bagaikan pasangan buas yang patut diwaspadai. Mira dan Laxus memang sudah pindah dua bulan yang lalu ke Hargeon, karena Laxus dipindah tugaskan dari Magnolia ke sini.

Luna cemberut melihat kebolotan papanya. "Kan tante Mira ahlinya bikin kue! Kali aja dia tahu gimana cara bikin donat jejadian itu!" jelas Luna sambil menghina-dina donat yang diinginkan dedek bayinya.

"Oh..." Natsu ngangguk-ngangguk, tanda mengerti. "Baiklah, kita ke sarang mac-maksudku, ke rumah tante Mira sekarang!" dan Natsu langsung tancap gas ke tujuan.

XXX

Natsu menekan bel rumah Mira. Tidak ada yang membukakan pintu setelah 5 menit menunggu. Kemudian Natsu menekan bel itu dengan tidak sabaran. Tidak lama setelah itu, terdengar derap langkah yang terburu-buru.

"Iya, iya, tunggu sebentar! Biasa aja keles mencetin bel-nya!" teriak seseorang di dalam.

Cklek.

"Lho, Natsu?"/"Lisanna?" seru mereka bersamaan.

"Ngapain kau di sini? Kok aku tidak tahu?" tanya Natsu.

Lisanna merengut. "Memangnya aku perlu ijinmu, ya, untuk mengunjungi kakakku sendiri? Kan Mira-nee sedang hamil besar saat ini. Aku sengaja ambil cuti untuk menemaninya di sini. Si cunguk Laxus yang terus-terusan sibuk itu mana punya waktu untuk menemani kakakku yang sendirian ini. Lagian, seharusnya aku yang bertanya ngapain kau di sini?Terus, nekan-nekan bel seperti orang tidak waras juga!" omel Lisanna.

"Tante Lisa!" seru Luna.

Lisanna menunduk dan menemukan Luna sudah berdiri di depan kakinya. "Hei! Luna-chan! Wuaaaa! Tante kangen sekali sama kamu!" Lisanna menggendong Luna dan menciumi pipi tembam gadis kecil itu dengan gemas.

Luna tertawa. "Luna juga kangen sama tante!"

Natsu langsung masuk tanpa permisi, mengabaikan Lisanna yang mulai kumat kalau ketemu dengan anak kecil. "Mana Mira?" tanyanya, langsung.

"Mira-nee sedang tidur. Pulang gih sana! Jangan ganggu!" usir Lisanna.

Natsu merengut mendengarnya. "Bangunkan! Aku ada perlu!" desak Natsu.

"Apa sih datang-datang langsung main perintah! Siapa lo siapa gue siapa kita, hah?!" amuk Lisanna.

Sepertinya Lisanna sedang PMS, daritadi ngomongnya ketus terus, batin Natsu.

"Ada apa, Natsu?" seorang wanita tiba-tiba keluar dari pintu kamar dengan rambut aut-autan dan daster bunga-bunga yang tampak berantakan. Natsu sampai mundur selangkah karena takut dengan penampilan Mira yang nyaris menyerupai wewe gombel. Kelihatan sekali kalau dia baru bangun tidur.

"Tumben kau datang ke sini. Mana Lucy? Dia tidak ikut denganmu?" tanya Mira.

"Dia di rumah. Dan dia tidak akan mengijinkanku pulang sebelum aku mendapatkan apa yang dia mau." Jawab Natsu dengan ekspresi putus asa.

"Mira-nee! Cuci muka dulu! Masa menyambut tamu dengan tampilan seperti itu! Ayo, sini aku bantu!" Lisanna segera menuntun Mira menuju wastafel sementara Natsu dan Luna memilih duduk di ruang tamu.

"Jadi, ada masalah apa hingga kau datang ke mari?" tanya Mira sambil mendudukkan diri di atas sofa.

Lisanna meletakkan dua gelas sirup di atas meja lalu ikut duduk di samping Mira.

"Bisakah kau mengajariku cara membuat donat rasa rendang?" tanya Natsu, langsung tanpa basa-basi.

Mira dan Lisanna langsung melongo. Donat apa katanya? Apa dia menyebut rendang? Makanan khas Negara Indonesia itu?

"Tunggu, kau bilang apa tadi? Donat rasa rendang?" Mira memastikan pendengarannya.

Natsu mengangguk. "Ya, donat rasa rendang." Jawabnya tanpa ragu-ragu.

"Mama sedang ngidam itu. Dan papa bingung mau cari makanan itu di mana," timpal Luna seraya meminum sirupnya dengan sedotan.

"Oh... jadi Lucy sedang mengidam, ya? Tapi kok aneh-aneh gini ngidamnya?" gumam Mira yang bisa didengar jelas oleh semua makhluk yang sedang bernafas di ruangan itu.

"Seperti Mira-nee tidak pernah aneh-aneh saja! Ingat tidak saat Mira-nee merengek-rengek minta dibelikan ramen rasa es krim?" Lisanna mengungkit aib Mira.

"Apa sih, Lis? Jangan ngungkit masa lalu juga kali! Tuh kan, aku jadi pengen lagi!" dengus Mira.

"Ramen rasa es krim? Astaga! Ibu hamil memang mengerikan!" bisik Natsu dengan keras yang langsung dihadiahi Mira dengan pelototan.

"Jadi, tolong ajari aku membuatnya!" Natsu kembali ke topik awal.

"Natsu, aku bahkan baru mendengar jenis donat itu!" ujar Mira.

"Ini keinginan baby-chan! Bagaimana ini? Kalau Mira saja tidak tahu, aku harus bagaimana? Masa aku harus keliling dunia? Kasihan baby-chan nungguinnya kelamaan! Kumohon tolong aku!" mohon Natsu.

Wajah yang dipenuhi beban dan penderitaan itu segera membuat hati Mira luluh.

"Bagaimana kalau kita bereksperimen dulu?" usul Mira.

"Eksperimen?"

"Tapi harus ada yang bersedia menjadi kelinci percobaannya..." Mira menatap Natsu dengan kilatan penuh nafsu. Ketiga orang di ruangan itu langsung meneguk ludah dengan susah payah.

XXX

Jam tujuh malam, Natsu berhasil sampai ke rumahnya dengan susah payah. 10 jam berada di rumah Mira benar-benar menyiksanya, bahkan nyaris membunuhnya! Untunglah ada malaikat kecilnya yang selalu berhasil menyembuhkannya dari 'racun' yang dibuat Mira dan Lisanna.

"Luceeee~~" panggil Natsu sambil berjalan masuk ke rumah.

"Maaa!" panggil Luna. Namun tidak ada yang menyahut. Natsu dan Luna saling berpandangan.

"Pasti lagi tidur di kamar!" ucap mereka berdua. Kemudian langsung bergegas menaiki tangga menuju kamar.

"Lucy?" Natsu membuka pintu kamar. Dan tepat pada saat itu pintu kamar mandi terbuka. Lucy keluar dari kamar mandi dan melihatnya dengan terkejut.

Natsu semakin melebarkan senyumannya dan menyodorkan sebuah kotak pada Lucy. "Ini Luce! Setelah mengalami penyiksaan selama 10 jam, akhirnya aku berhasil membuat donat rasa rendang untuk baby-chan!"

Namun, bukan raut kegembiraan yang dia dapatkan, melainkan ekspresi terluka Lucy. Kemudian wanita itu segera berhamburan kearah Natsu.

"Natsu! Huaaa! Bagaimana ini?" isak Lucy.

"A-Apa? Kenapa kau menangis? Katakan! Siapa brengsek yang berani mengganggu Istriku? Biar kubunuh dia sekarang juga!" seru Natsu seraya mendekap Lucy.

"Ma, mama kenapa?" tanya Luna.

Lucy mendongak dan menatap Natsu dengan berurai air mata. "Natsu, aku berdarah!" isak Lucy.

Natsu terdiam. "Kau berdarah?" tanyanya.

"Iya! Aku berdarah! 'Berdarah'! Bagaimana ini? Baby-chan... baby-chan..." isak Lucy.

Dan Natsu langsung mengerti apa yang terjadi. Dia langsung menggendong Lucy ke mobil dan membawa Istrinya ke rumah sakit.

XXX

"Apa katamu tadi? Ulangi!" Natsu menggebrak meja kerja Dokter.

Sang Dokter lagi-lagi mengelus dadanya karena perlakuan pria pysco di depannya ini. "Saya benar-benar minta maaf. Data hasil pemeriksaan Ibu Lucy kemarin tertukar dengan data pasien lain. Saya benar-benar minta maaf atas kecerobohan saya, pak Natsu, Bu Lucy," ucap Dokter itu penuh penyesalan.

"Jadi, Istri saya sama sekali tidak hamil begitu? Cepat jawab, dasar botak!" amuk Natsu.

Dokter itu buru-buru mengelus puncak kepalanya yang bersih dan licin. Mau tersinggung tapi tidak bisa tersinggung. Ingat situasi dan kondisi, itulah yang batin Dokter itu selalu bisikkan daritadi.

"Tidak, Pak. Ibu Lucy tidak hamil. Waktu itu, Ibu Lucy hanya demam sehingga dia muntah-muntah. Itu reaksi yang wajar. Dan sekali lagi saya minta maaf," Dokter itu berkali-kali meminta maaf.

Natsu nyaris mengamuk, namun Lucy segera mencegahnya dan langsung menyeret suaminya itu keluar sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

"Ma, dedek Luna kenapa?" tanya Luna di pangkuan Lucy. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah.

Lucy tersenyum sedih. "Dedek Luna belum mau datang, sayang. Dia meminta kita untuk menunggu lebih lama lagi," jawab Lucy seraya mengusap puncak kepala Luna.

Lucy berseru sedih. "Berarti, Luna belum bisa punya adik?" tanyanya.

Sulit bagi Lucy untuk mengangguk. Tiba-tiba dia merasakan sebuah tepukan di kepalanya. Wanita berambut pirang itu menoleh ke samping, ke arah suaminya yang tengah menatapnya dengan penuh kasih.

"Tidak apa-apa kalau kita belum bisa memberi Luna adik sekarang. Mungkin masih belum waktunya. Kita hanya perlu menunggu, bukan? Hanya waktu yang bisa menjawab penantian kita," ucap Natsu, lalu kembali memfokuskan diri kepada jalanan di depannya.

"Kau pasti akan segera hamil dan kita akan mempunyai 30 anak!" seru Natsu seraya tersenyum lebar, membuat Lucy dan Luna ikut tersenyum.

"Kau benar." Gumam Lucy.

"Yeeey! Luna bakal punya banyak adik!"

Dan suasana kembali ceria seperti tidak terjadi apapun.

"Ah, iya!" Natsu tersentak dengan tiba-tiba, membuat Lucy dan Luna menoleh. "Siapa yang akan menghabiskan donat rasa rendang di rumah?" tanya Natsu seraya menolehkan kepalanya.

Lucy segera berpaling ke jendela. "Kau saja yang makan. Aku sudah tidak minat," jawabnya dengan enteng.

Natsu tak mampu menahan rahangnya untuk tidak jatuh ke bawah. Oh, astaga! Lucy tidak hamil kok bisa ngidam aneh-aneh begini? Natsu mengingat ucapan Dokter tadi. Mungkin saja Lucy terbawa perasaan karena dia mengira kalau dia benar-benar sedang hamil dan menginginkan sesuatu yg ane-aneh. Masuk akal juga. Mungkin memangbegitu, lagipula, ini baru pertama kalinya Lucy membuat permintaan.

Yosh! Mulai sekarang dia akan berusaha! Berusaha untuk menghamili Lucy maksudnya, hehehe... dan Natsu langsung digeplak Lucy karena ketahuan tertawa mesum di depan Luna.

END Of OVA 1

AN: Jadi ini adalah chapter buat memperjelas konflik yang terjadi di sequel. Sejujurnya saya sama sekali gak ingat kalau Lucy sudah hamil satu bulan di sini, makanya saya langsung bikin OVA ini. Uehehehe... tapi gapapalah! Bagus juga kalau kayak gini. Ehehe... sesuai judul chapternya, ini adalah OVA 1, gak menutup kemungkinan bakalan ada OVA 2, 'kan? XD mehehehe...

Oke, sekian,

Salam manis,

Minako-chan Namikaze