Khasami's note:
Yo! Yo! Minna-san! Khasami is come back! sebenernya dari awal Khasami ragu mau buat Sasuke yang bagian jahatnya. taoi dengan modal tekad dan otak gaje, akhirnya Khasami publish deh! Oh ya, WARNING! Khasami tidak bertanggung jawab atas segala efek samping setelah membaca fanfic ini!
Chapter 1 - Prolog
"Iya! Kaa-san tenang saja! Aku bisa jaga diri kok", terdengar suara seorang gadis yang mempunyai rambut unik. Pink.
"Kamu yakin gak mau ikut kaa-san ke Suna? Pikirkan baik-baik. Kamu nanti sendiri lho di Konoha. Kan anaikimu ikut kaa-san."
"Iya deh nanti Sakura pikir-pikir lagi! Kaa-san tenang saja!"
"Ok! Byee honey..."
"Bye mom"
Klik
Sambungan di matikan
Sakura berjalan dengan riang di sepanjang koridor sekolah. Tangannya menenteng sebuah bungkusan berisi bento exstra tomat, makanan favorite sang pacar. Uchiha Sasuke. Dia sangat bangga memiliki pacar Uchiha Sasuke. Sang Pangeran Es yang dipuja semua gadis di sekolah ini. Sekolah terlihat sepi karena semua anak telah pulang. Dia memang sengaja melakukan ini untuk memberi suprise untuk sang pacar. Kaki jenjang Sakura membawa sang pemilik ke sebuah kelas. 11-A. Sakura membuka pintu kelas sepelan mungkin. Tapi, betapa terkejutnya dia di suguhi pemandangan yang pastinya membuat dia syok. Sasuke...dan...Karin...berciuman? Terlihat Sasuke menindih Karin ke dinding. Dan memegang bahunya. Bahkan dua kancing paling atas Karin terlihat terbuka. Memamerkan kissmark yang tak bisa dibilang sedikit.
BRUK
Kotak bento yang sedari di pegangnya terlepas begitu saja dari gengamannya. Sakura benar-benar syok.
"Sasuke~", bisiknya lemah
Karin dan Sasuke yang menyadari keberadaanya langsung melepaskan ciuman panas mereka. Bukannya merasa bersalah atau apa Karin malah tersenyum penuh kemenangan sedangkan Sasuke tidak mengeluarkan expresi apapun. Hanya datar. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Hening
"Kenapa Sakura? Kaget, eh?", terdengar suara mengejek Karin
Sakura yang tadi sempat syok langsung menemukan kendali atas dirinya. Hatinya yang sedari tadi menangis dengan cepat berubah menjadi penuh amarah. Tangannya mengepal erat. Jelas sekali ia sedang menahan amarahnya yang hendak meledak. Emarlandnya berkilat-kilat berbahaya.
Sakura mendengus "Cih! Tak kusangka, sepertinya kalian sangat menikmati permainan kalian, eh? Padahal tadi aku ingin memberi kejutan padamu, Sasuke. Tapi sepertinya kau sudah menyiapkan kejutan untukku. Ku ancungkan dua jempol untukmu. Kau benar-benar berhasil membuatku terkejut.", sindirnya tajam. Sakura tersenyum pahit. Tidak ada kata-kata lembut. Tidak ada senyum manis. Dan tidak ada surfix -kun.
Sakura mengambil tasnya yang sempat terjatuh dan berbalik "Oh ya, itu bento untukmu. Sebagai hadiah perpisahan kita", tambahnya cepat
Sakura berlari dari tempat itu. Jika tadi ia terlihat kuat di depan Sasuke dan Karin sekarang ia terlihat benar-benar rapuh. Topeng yang sedari tadi di pakainya mulai retak dan menampakkan dirinya yang sebenarnya, bukan dirinya yang kuat, tetapi dirinya yang lemah dan rapuh seolah-olah jika terguncang sedikit saja maka tubuhnya akan hancur. Sakura bersandar di tembok ruang kelasnya. Butiran-butiran kristal bening tak henti-hentinya keluar melewati sang emerland. Dia terduduk sendiri di pojok kelas. Menangis tersedu-sedu. Sendirian.
'Sakit Sasu' batinnya miris
Untungnya tak berapa lama Ino masuk. Teryata si blonde itu meninggalkan kotak pinsilnya di kelas.
"SAKURA! Kau kenapa?", pekiknya panik saat melihat keaadaanku yang sudah pasti sangat berantakan
"Ino... hiks... sakit Ino... hatiku sangat sakit, Ino... hiks...", kata Sakura sambil menangis.
"Sudahlah kau tenang dulu. Setelah itu ceritakan padaku, ok?", hibur Ino sarat dengan ketegasan
"I-iya... hiks... A-arigatou... kau memang sahabat terbaikku", bisikku pelan dan tulus tapi masih bisa di dengar oleh Ino
"Iya. Kau tenang saja. Aku kan sahabatmu."
"Kau yakin akan ikut orang tuamu ke Suna?", tanya Ino memanstikan keputusan sang Sahabat yang tak lain adalah Haruno Sakura
"Ya", jawab Sakura yakin
Sudah beberapa hari ini Sakura menangis tanpa henti. Sudah berkali-kali Ino mencoba menghiburnya. Tapi apa daya, jika sudah berhubungan dengan hati hanya waktulah yang bisa mengobati.
"Yah bagaimana dengan aku, Saku? Kau tidak kasihan denganku?", tanya Ino dengan tampang memelas yang sangat di buat-buat
Sakura terkekeh pelan menatap tampang memelas sahabatnya "Kau tidak berbakat menjadi pemain drama, Ino", komentar Sakura
Ino mengerucutkan bibirnya, pura-pura ngambek
"Sorry deh, jangan marah gitu dong!", bujuk Sakura
"Hehehe, santai aja kali! Mana mungkin aku bisa marah sama kamu!", tegas Ino sambil cengengesan.
"Kau tidak date dengan Shikamaru, hari ini?", tanya Sakura. Terlihat wajah Ino berubah kesal.
"Tidak! Si Pemalas itu lebih cinta dengan batalnya dari pada aku!"
Sakura terkekeh pelan. Sekarang ia merasa iri dengan hubungan sahabatnya itu dengan pewaris Nara corp yang pemalas itu. Walaupun mereka sangat berbeda, tapi itu justru membuat hubungan mereka kian erat. Walau mereka sering bertengkar tapi mereka tidak pernah bisa marah satu-sama lain. Walaupun semua orang selalu menyuruh Ino berganti pacar tapi tetap saja si blonde itu menyantol dengan si pemalas. Melihat hubungan mereka, membuat Sakura dapat melihat arti cinta sesungguhnya. Cinta tidak perlu tindakan romantis, kata-kata peleleh hati, kencan tiap minggu, dan sejenisnya. Cinta hanya perlu kesetiaan dan menerima apa saja pasangan kita.
Sakura menatap langit biru dibalik jendela kamarnya. Langit biru yang jernih. Senyumnya mengembang. Bukan senyum sedih seperti kemarin. Sebaliknya, senyumnya adalah senyum penuh tekad.
'Ya. Sudah saatnya aku bangkit.'
Khasami's note:
Gimana? Gimana? Bagus gak? Apakah anda merasa gejala aneh setelah membaca? Muntah? Batuk? Pilek? Flu? Sembelit? Demam? Jika tidak syukur sembah-sujud, jika ia silahkan ke rumah sakit terdekat. Saran, kritik, komentar, sangat dibutuhkan! Flame? Jika hanya untuk ngejek-jelekin mending gak usah deh!
Sekali lagi, Riview please *puppy-eyes-no-jutsu*